Setelah membersihkan badannya dan bersiap untuk tidur Alena tiba-tiba teringat dengan ucapan Narandra tentang Rama. Dia mulai mempertanyakan apakah benar yang dikatakan Narandra kalau Rama masih punya perasaan padanya. Jika benar apa yang harus dia lakukan?
“Apa Rama masih suka sama gue?” Gumam Alena sambil memandangi langit-langit kamarnya.
“Atau gue yang masih belum move on dari Rama?”
****
Pagi-pagi sekali Narandra sudah datang untuk menjemput Alena. Dan seperti biasa bouqet mawar putih selalu ada dan tak pernah terlupakan.
“Eh Mas Narandra, apa kabar Mas?” Sambut Bibi saat membukakan pintu untuk Narandra.
“Baik bi, bibi sehat?”
“Iya Mas sehat, Mas Narandra kemana aja kok lama nggak kelihatan?”
“Ada banyak kerjaan Bi jadi kemarin-kemarin nggak sempet kesini!”
“Oalah, sekarang mau jemput Mbak Alena?”
“Iya dong bi, masak mau
Sarah segera masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa, 15 menit lalu dia masih duduk berdua dengan Narandra di sebuah café sebelum Alena menghujaninya dengan puluhan kali panggilan. Setelah sampai di ruangannya dia terkejut melihat Alena yang sudah duduk bersandarkan sofa di ruangannya. Sarah kemudian mengatur nafasnya dan merapikan rambut serta pakaiannya.“Dari mana aja sih lo Sar? Pagi-pagi gini uda kabur aja!” Ketus Alena.Sarah kemudain berjalan menghampiri Alena lalu duduk disebelah bos sekaligus sahabatnya itu.“Gue habis beli kopi tadi, di café ujung jalan tuh!”“Biasanya juga minta dibeliin sama OB!”“Yakan pengen beli sendiri biar nggak ngrepotin OB mulu!”“Tapi lo jadi ngrepotin gue Sar!” Rengek Alena tiba-tiba.“Ke…kenapa emangnya?”“Meeting kita sama client nanti siang batal terus mereka minta dikirim aja filenya
“Kok Sarah bisa tahu?” Batin Alena dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.“Kenapa diem? Bingung kenapa gue bisa tahu?”“Maksud lo apaan sih anjir!”“Nggak usah pura-pura gitu deh, gue nggak bisa lo bohongin gitu aja! Gue tahu lo tadi pergi sama Rama kan? Lo makan siang bareng Rama kan?”“Nggak Sar, gue nggak ketemu sama Rama!”“Terus ini siapa?”Sarah menunjukan sebuah foto menggunakan ponselnya dan itu adalah foto Alena dan Rama sedang makan berdua.“Lo dapatin ini semua dari mana?”“Nggak penting, sekarang lo jujur aja deh sama gue, nggak usah lo sembunyi-sembunyi gini sama gue Al, gue cuma nggak mau lo drop lagi kayak dulu itu aja!”Alena menunduk sambil memainkan jari -jari tangannya, setelah beberapa saat terdiam dia kemudian memeluk tubuh Sarah.“Maafin gue Sar, gue uda bohongin lo ta
Sarah mencoba menghubungi Alena tapi sekalipun telfonnya tidak diangkat oleh Alena. Dia mondar-mandir di ruangannya sambil terus menggigit burger yang ditangannya. Saat sedang berusaha menghubungi Alena, ada seorang karyawan perempuan yang masuk ke ruangan Sarah.“Mbak Sarah maaf saya mau tanya tentang berkas perjanjian kerja sama kita dengan agency influencer apakah sudah ditanda tangani ya sama Bu Alena. Soalnya hari ini berkas nya sudah harus saya kirim ke pihak Agency!”“Tadi saya lihat sih ada di mejanya Bu Alena, sebentar ya saya cek. Kamu ikut saya ya!”Sarah dan karyawan itu pun ke ruangan Alena, Sarah kemudian memeriksa berkas yang berceceran di meja Alena, setelah beberapa saat mencari akhirnya Sarah menemukan berkas yang dia cari dan ternyata berkas tersebut sama sekali belum ada tanda tangan dari Alena.“Berkasnya ternyata belum ditanda tangani sama Bu Alena. Tunggu Bu Alena balik ke kantor dulu ya!”
Hari sudah semakin sore dan Alena belum juga kembali ke kantor, lalu yang lebih parahnya Alena masih belum juga bisa dihubungi sampai sekarang, sedangkan saat ini kantor sangat membutuhkan kedatangan Alena. Dan dengan terpaksa Sarah harus menandatangani berkas yang sekiranya bisa ia backup dan tidak menjadi masalah jika dia yang membubuhkan tanda tangan.“Lo kemana sih Al, kenapa nggak bisa dihubungi sama sekali. Apa lo pergi lagi sama Rama?” Gumam Sarah sambil terus memandangi ponselnya.Lalu Sarah berfikir untuk menghubungi Rama, tapi sesaat sebelum Sarah menekan tombol panggilan, ada telfon masuk dari Narandra.“Halo Ndra kenapa?”“Sar lo dimana sekarang?” Tanya Narandra dengan panik.“Gue masih dikantor, kenapa kok suara lo panik gitu?”“Lo sibuk nggak? Lo bisa ke rumah Alena sekarang?”“Ada apa emangnya Ndra, lo jangan bikin gue panik gini dong!”&ldqu
Rama hanya diam di depan mamanya yang sedari tadi memperlihatkan wajah yang penuh amarah. Rama membawa mamanya langsung pulang ke rumah setelah kejadian siang tadi di restoran.“Rama mau pulang dulu Ma!” Pamit Rama.“Kamu mau pulang apa nemuin perempuan sialan itu?” Ketus Bu Nawang.“Pulang Ma, dan jangan panggil Alena kayak gitu dong Ma!”“Kenapa? Kan emang bener dia itu perempuan sialan yang nggak tahu diri, nggak ada sebutan yang lebih baik buat dia!”“Mama harusnya nggak bersikap kayak tadi, bikin malu Ma!”“Kalau kamu mau Mama nggak bersikap seperti tadi harusnya kamu jangan dekat-dekat lagi sama dia, Mama nggak suka dan Mama bisa lakukin hal yang lebih buruk lagi dari pada tadi kalau kamu sama dia masih deket kayak tadi!”Rama menunduk lesu, dia sangat enggan berdebat dengan Bu Nawang.“Dan siapa juga tadi yang ngelindungi dia, harusnya perempua
Setelah melihat Rama pergi bersama beberapa rekan kerjanya, Narandra pun pergi meninggalkan hotel itu dan bergegas ke rumah Alena. Saat sampai di rumah Alena, Bi Imah menceritakan kepada Narandra kalau dari pagi Alena masih belum mau makan dan terus menangis. Kemudian Narandra meminta izin ke Bi Imah untuk menemui Alena di kamar dengan membawa makanan dan bouqet bunga mawar putih yang sudah ia persiapkan. Bi Imah kemudian mengantar Narandra hingga depan pintu kamar Alena, karena posisi kamar Alena saat itu dikunci dari dalam. Setelah mengantarkan Narandra, Bi Imah kemudian pergi meninggalkan Narandra.Tok…tok…tokNarandra mengetuk pelan pintu kamar Alena.“Alena ini aku Narandra, aku boleh masuk?”Setelah mengucapkan kalimat itu ternyata tidak ada jawaban apapun dari Alena. Narandra kemudian mencoba mengetuk kembali pintu kamar Alena, setelah beberapa menit menunggu diluar akhirnya Alena membuka pintu kamarnya perlahan.
Suasana tiba-tiba mendadak menjadi hening,Rama, Rio dan Sarah hanya menunduk diam. Hati mereka sedang berkecamuk sendiri, mereka seperti kehabisan kata-kata lagi. Terlihat Sarah mengepal tangannya kuat-kuat, mungkin saat ini Sarah sangat ingin marah kepada Rama yang duduk di hadapannya itu, Sarah rasanya sudah melihat bayang-bayang kehancuran Alena dan Rama lagi.“Ram tolong lo jauhin Alena, gue nggak mau dia menderita lagi dan gue nggak mau dia jadi sasaran Tante Nawang lagi Ram, gue nggak tega sama Alena!” Lirih Sarah sambil terus mengepal tangannya.“Gue bakalan jagain Alena Sar, gue nggak akan nyakitin Alena. Dan lo juga harus inget dulu yang nyakitin tuh bukan gue, tapi orang tua Alena sendiri yang nyakitin Alena dan juga nyakitin gue serta keluarga gue. Lo inget itu!” Ucap Rama dengan wajah penuh keyakinan yang membuat bulu kuduk Sarah merinding.****Tiga hari telah berlalu dari kejadian malang ha
Narandra mengendarai mobilnya dengan cepat, dia berusaha secepat mungkin untuk sampai di rumah Alena, dia begitu khawatir dengan keadaan Alena karena hingga sekarang Alena masih belum bisa dihubungi. Sesampainya di rumah Alena, Narandra kemudian mengetuk keras pintu utama rumah Alena. Tak berselang lama pintu itu terbuka.“Mas Narandra, ada apa?” Tanya Bi Imah lembut.“Bi, Alena sudah pulang?”“Belum mas!”“Belum pulang juga? Dia nggak ngasih tahu Bibi kalau dia mau pergi kemana dulu gitu sebelum pulang?”“Nggak ada mas!”“Oh ya uda Bi makasih, saya pulang dulu!”“Mas Narandra nggak mau nunggu Mbak Alena disini saja?”“Nggak Bi, saya mau cari Alena saja!”Narandra kemudian masuk ke dalam mobilnya dan lalu menarik nafas panjang sambil mencengkeram erat setir mobilnya.“Rama!”****
“Terserah deh alasannya apa ya tapi lo pastiin kalau Rama nggak datang ganggu Alena lagi, dan satu hal lagi jangan sampai cari tahu dimana keberadaan Alena saat ini, karena kalau Rama tahu itu akan membuat keadaan mereka berdua semakin parah!”“Baik saya mengerti!” Ucap Andreas.****Sedangkan itu di rumah sakit, Narandra masih terus menemani Alena dan berdoa agar Alena bisa segera siuman. Narandra tak sedikit pun melepaskan pandangannya dari Alena. Melihat wajah Alena yang penuh lebam membuat hati Narandra sangat teriris dan begitu sakit rasanya.“Harusnya aku bisa ngejaga kamu Al, harusnya kamu nggak ngalamin in semua!” Lirih Narandra.Narandra tak henti-hentinya mengusap rambut Alena dan mencium punggung tangan Alena yang dingin.Lalu tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan masuklah Bibi ke dalam ruang rawat Alena. Bibi terlihat membawa sebuah bingkisan yang berisi makanan.“Bibi ngapain kesini?”“Ini Bibi bawain makanan Mas, buat Mas Narandra ,Mbak Sarah dan Mas Rio!”Bibi l
“Gue minta maaf Sar, gue minta maaf, sekarang biarin gue minta maaf langsung sama Alena, bawa gue ketemu Alena!” Ucap Rama sambil memohon dan memegang kedua tangan Sarah.“Nggak, gue nggak bakal biarin lo ketemu Alena, dan kalau lo masih berani nemuin Alena gue nggak akan segan laporin lo ke polisi!” Ancam Sarah.“Lo kenapa tega banget sih sama gue Sar, gue cuma mau ketemu dan minta maaf sama Alena, Alena pasti sekarang lagi butuh gue, dia pasti nyariin gue sekarang, jadi bawa gue ketemu dia sekarang!” Ucap Rama dengan nada cukup tinggi.“Alena uda nggak butuh lo dan pergi jauh-jauh lo dari kehidupan Alena!” Maki Sarah dengan penuh emosional.Mendengar kegaduhan dari kamar Rama, Andreas yang tadi berada di dapur untuk mengambil makanan, langsung buru-buru saja berlari sambil membawa makanannya ke kamar Rama. Saat masuk ke dalam kamar, Andreas pun terkejut melihat Sarah dan Rio tengah bersitegang dengan Rama. Andreas lalu segera meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja yang ada di
Hari sudah beranjak malam tapi Alena masih belum juga sadarkan diri, Narandra, Sarah dan Rio juga tak beranjak dari ruang rawat Alena. Rio lalu keluar sebentar untuk membeli makan, karena dari tadi mereka bertiga belum sempat makan apapun. Sedangkan Narandra masih terus duduk disamping Alena dan tak capek-capeknya mengusap lembut rambut Alena yang halus itu. Setelah beebrapa saat Rio pun datang membawa beberapa makanan, ada 3 box nasi , minuman dan beberapa cemilan untuk mereka nanti malam.“Ndra ayo makan dulu, lo kan juga belum makan dari tadi!” Ajak Rio.“Kalian makan dulu aja!” Ucap Narandra.“Ndra, kita makannya disini kok nggak keluar, jadi lo nggak perlu khawatir, kita bisa sambil jagain Alena, inget lo harus jaga Kesehatan lo juga biar nanti kalau Alena bangun, lo kelihatan fresh!” Nasehat Rio.Mendengar nasehat itu Narandra akhirnya ikut makan bersama Sarah dan Rio.“Kalian kalau mau pulang nggak apa-apa, biar gue aja yang nunggu Alena disini!”“Nggak Ndra, kita malam ini jug
Tak berapa lama Dokter keluar dari ruang IGD dan menemui Sarah beserta Rio. Dokter laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan itu menjelaskan keadaan Alena saat ini. Dokter mengatakan kalau tidak ada luka serius di dalam tubuh Alena, hanya luka luar yang nantinya bisa sembuh. Tapi untuk saat ini memang Alena masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dokter lalu mengatakan pada Sarah dan Rio kalau Alena akan dipindah dalam ruang rawat inap. Sarah dan Rio lalu segera mengurus segala urusan administrasi yang diperlukan, dari wajah Sarah masih terlihat kaalu dia sangat khawatir dengan sahabat nya itu. Saat selesai mengurus administrasi tibalah Narandra dengan lari yang tergopoh-gopoh dan menghampiri Sarah beserta Rio.“Sar, Yo gimana keadaan Alena dan dimana dia sekarang?” Tanya Narandra dengan wajah yang sangat khawatir.Sarah dan Rio lalu mengajak Narandra ke ruangan dimana Alena di rawat, dan tanpa basa-basi lagi, Narandra langsung berlari menuju tubuh Alena yang terbaring tak sadarkan di
Bibi segera kembali ke kamar Alena setelah menelfon Sarah menggunakan telfon rumah yang ada di lantai bawah, tapi betapa terkejutnya Bibi saat melihat Alena sudah tak sadarkan diri, Bibi mencoba membangunkan Alena tapi Alena masih belum juga sadar. Bibi pun mencoba mengolesi minyak kayu putih di dekat hidung Alena tapi Alena masih saja tak sadarkan diri. Bibi pun semakin cemas dan panik. Bibi berharap agar Sarah segera datang dan dapat membawa Alena ke rumah sakit.Dan akhirnya tak seberapa lama Sarah pun datang bersama Rio, dari wajah mereka berdua terlihat cemas dan juga panik.“Dimana Alena?” Tanya Sarah pada Bibi saat membukakan pintu rumah.“Mbak Alena pingsan di kamar Mbak!” Ucap Bibi panik.Sarah dan Rio pun semakin panik dibuatnya, Sarah dan Rio lalu segera membawa Alena ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.“Bibi di rumah saja, biar aku sama Rio yang ke Rumah Sakit!” Ucap Sarah.“Iya Mbak!”Rio menyetir mobilnya dengan cukup kencang, sedangkan Sarah duduk d
PLAKKKK…….Pukulan keras mendarat diwajah Alena yang mulus, Rama marah karena permintaanya di tolak oleh Alena, dan dia juga marah karena Alena berbicara dengan nada tinggi kepadanya.“Aku nggak terima penolakan dari kamu ya Al, kamu katanya mau nikah sama aku, tapi kenapa nggak setuju dengan ide kawin lari ini? Sedangkan orang tua kamu saja nggak akan ngasih kita restu, kamu mau mainin perasaan aku lagi?” Maki Rafandra sambil menjambak rambut Alena dengan kencang.“Lepas Ram sakit!” Lirih Alena.Tak menghiraukan permintaan Alena, Rama malah mendorong Alena hingga jatuh tersungkur.“Bilang kalau mau nikah sama aku Al, bilang !” Maki Alena.“Iya Ram tapi aku mau dapat restu orang tua aku!” Lirih Alena sambil terus mengeluarkan air mata.“Persetan sama restu orang tua kamu!” Maki Rama sambil mengayunkan tangannya lagi dan tepat mengenai wajah Alena lagi.Teriakan kesakitan Alena dan makian dari Rama terdengar jelas ke Bibi, Bibi saat ini memang sedang berada di ruang tamu yang tak jauh
Perkataan Bu Nawang tadi cukup membuat Rama terus kepikiran dengan nasib nya dan Alena nantinya, Rama merasa apa yang diakatan oleh mamanya itu memang ada benarnya juga. Bisa jadi hubungan mereka kali ini terhambat lagi oleh restu orang tua Alena yang dianggap kolot oleh Rama itu.Setelah semalaman dibuat pusing dengan pikirannya sendiri, Rama hari ini memutuskan untuk menemui Alena di rumahnya. Rama datang tanpa memberitahukan dulu pada Alena, dan kedatangan Rama ini juga disambut baik oleh Alena meskipun dalam hati Alena dia masih cukup kesal karena perkataan Rama kemarin di ponsel.Mereka berdua lalu asyik menonton film dengan ditemani minuman dan juga beberapa cemilan, saat ini Alena berharap Rama menanyakan keadaannya dan juga perusahaannya tapi sudah hampir satu jam Rama disini, Rama tak sekalipun menanyakan kabarnya.“Oh ya ada yang mau aku bicarain sama kamu Al!” Ucap Rama tiba-tiba.“Ada apa?”“Aku mau kita nikah dalam waku dekat, mungkin bisa sebulan lagi!” Ucap Rama dengan
“Al ini makanan lo!” Ucap Sarah sambil mengulurkan makanan ke arah Alena yang tengah berdiri di depan ruangannya sambil menatap karyawannya yang terlihat bahagia.“Iya Sar makasih!” Jawab Alena sambil menerima makanan yang Sarah berikan.“Lo kenapa? Lo uda tahu siapa yang ngasih ini?” Tanya Sarah sambil mencondongkan badannya ke arah Alena.“Heem!” Jawab Alena singkat.Alena lalu masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri di depan pintu ruangan Alena.“Meskipun lo nggak ngomong dan lo nggak pakai nama resto lo di packaging ini, gue tahu ini dari lo Ndra, karena cuma lo yang perhatian sama Alena dan semua karyawannya!!” Gumam Sarah.Sedangkan di dalam ruangan , Alena duduk di sofa panjang yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu, lalu dia membuka makanan yang dia pegang. Lalu Alena mengambil ponselnya yang ada di kantong jas yang dia kenakan.Alena l
Narandra malam ini tengah makan malam bersama Rio dan Sarah di salah satu resto milik Narandra. Narandra ingin memperkanalkan menu barunya pada Sarah dan juga Rio, dan ingin mendengar pendapat dari mereka berdua. Sarah dan Rio terlihat sangat menikmati makanan-makanan yang Narandra hidangkan karena memang makanan-makanan itu sangatlah enak dan pastinya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi.“Gimana enak nggak? Atau kurang apa gitu?” Tanya Narandra.“Enak banget sumpah Ndra, rasanya pas!” Ucap Sarah.“Iya Ndra ini perfect banget, pasti menu ini bakalan laris !” Puji Rio.“Serius kalian ? Nggak cuma mau nyenengin gue aja kan?”“Ya nggak lah serus ini tuh enak banget!” Puji Raka lagi.Mereka berdua lalu lanjut untuk berbincang, Sarah sama sekali tak membahas tentang Alena karena ingin menjaga perasaan Narandra.“Sar gimana kabar Alena?” Tanya Narandra tiba-tiba.Sarah dan Rio lalu saling bertatapan mata, mereka berdua seolah – olah bingung harus menjawab seperti apa. Karena me