Share

6

Author: Lavender
last update Last Updated: 2024-12-09 20:19:12

Justin datang dengan sendirinya menemui Amira. Yang siang itu panas terik menyambangi Semarang dan sampai kapanpun Semarang dengan cargon ‘neraka bocor’ memang selalu melekat tanpa bisa dipisahkan. Bak perangko dan kertas surat yang selalu bersama. Semarang dan udara panasnya adalah perpaduan yang syahdu bak nyanyian pasangan kasmaran.

“Makan siang?”

Amira mengerutkan keningnya saat Justin menawarkan makan siang yang serupa dengan pertanyaan. Pria ini tidak bisakah langsung saja menyampaikan niatnya tanpa berkelit-kelit atau Amira yang selalu sensitif jika Justin berada di dekatnya?

“Kapan?” tanya Amira membalas pertanyaan Justin. Dengan wajah juteknya, Amira tahu jika saat ini Justin berniat mengajaknya makan siang. Mungkin untuk mengakrabkan diri dan mengenal satu sama lain. “Aku lumayan sibuk.”

“Aku tahu.” Justin tersenyum dan tetap berdiri di hadapan meja kerja Amira. “Kamu hanya sedang menghindariku dan mencari sejuta alasan agar ajakanku kamu tolak. Kenapa?” Justin melihat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Diamnya Sang CEO   7

    Terbangun dari tidurnya di tengah malam, perasaan sedih melingkupi diri Amira. Perasaan itu campur aduk namun yang paling bertahta adalah kesedihan dan kesakitan. Tanpa alasan yang jelas, Amira ingin menangis sejadi-jadinya. Rasa sakitnya teramat dalam sehingga yang Amira rasakan adalah remasan sakit pada jantungnya. Bak di tusuk-tusuk kawat berduri, rasa sakitnya membuat Amira sesak napas. Amira ingin menyerah. Berhenti dan menghentikan semua yang saat ini ada di depan matanya. Namun faktanya, Amira akan menjadi manusia paling bodoh yang mengambil tindakan tanpa mau berpikir panjang. Amira masih memiliki hati nurani bahwa kehidupan berat tidak hanya menyapa dirinya. Mungkin saja di luar sana masih ada yang lebih daripada ini. Amira hanyalah bagian dari secuil biji sawi.“Mimpi buruk?” tanya sebuah suara dari arah samping Amira. “Minum.” Menyodorkan gelas berisi air, Amira menoleh dan mendapati Justin yang terduduk dengan wajah menahan kantuknya. “Kalau ada apa-apa, beritahu aku.”

    Last Updated : 2024-12-27
  • Cinta Diamnya Sang CEO   8

    Amira tidak tahu. Perasaannya bisa campur aduk seperti ini dan genangan liquid bening yang tengah menutupi pelupuk matanya mengaburkan segala pandangan di hadapannya. Kedua kaki Amira gemetar hebat dan membeku di tempat. Rasa sakit itu belum juga menghilang meski perlakuan manis Justin cukup membuatnya terkesan. Namun, Amira justru berpikir untuk mendorong Justin pergi. Amira tidak ingin bersama dengan siapapun di sini. Amira ingin sendiri dan hanya di peluk oleh rasa sakitnya saja. Amira ingin menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan rasa sakitnya.“Ayo, sarapan.” Justin membuka pintu kamarnya dan mendapati Amira yang duduk sedang mengusapi kedua pipinya dengan tangan. “Menangis?” tanya Justin dengan tebakan. “Kenapa? Ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman? Ingin sarapan di luar?”Justin tidak akan menjudge apa-apa saja yang Amira alami. Setiap orang berhak merasakan sedih dan rasa sakitnya. Setiap orang juga berhak untuk menangis agar sesak di dadanya bisa berkurang. Amira di mata J

    Last Updated : 2025-01-15
  • Cinta Diamnya Sang CEO   9

    “Tentang meminta maaf, apa yang kamu pikirkan tentang itu?” tanya Amira pada seorang pria yang telah lama ingin dirinya temui. “Kamu bersembunyi dengan sangat apik. Semarang seluas itu ternyata.”Amira terkekeh sebentar lalu meneguk minuman dinginnya. Hari ini cuaca di Semarang panas. Dalam beberapa hari ini hujan tidak mengguyur setelah terakhir kali membuat banjir di titik tertentu. Semilir angin membelai kulit Amira dan anak-anak rambutnya yang tidak terkuncir rapi ikut terbang terbawa. Ah, rasanya masih seperti mimpi bisa bertemu dengan pria ini. Amira tidak menyangka akan bertemu dengan mudah setelah sekian lama menunggu kabar darinya.“Jangan bilang kamu mengancamku?” Pria itu bertanya lalu tersenyum sinis. Menatap Amira yang tidak merasa terintimidasi seperti sebelumnya. Wanita ini kembali bangkit dari keterpurukannya dengan cepat. “Kamu penuh kejutan dan aku tidak berpikir tentang ini sebelumnya. Apa dia lebih baik dariku? Maksudnya, kamu yakin akan membersamainya setelah ta

    Last Updated : 2025-01-21
  • Cinta Diamnya Sang CEO   10

    “Kamu gila?!”“Ah, kamu mengejutkanku.”Kurang lebih begitulah para betina yang sedang mengaung. Amarah yang Amira tahan-tahan sejak tadi akhirnya tersembur keluar begitu Randy hengkang dari hadapannya. Menatap Justin lekat-lekat dengan napas yang memburu, Amira kesal setengah mati. Pria ini datang ke hidupnya jika sekadar untuk menjadi pasangan hidup, maka tidak akan menjadi masalah. Namun karena Justin datang dan merusak segala tatanan hidupnya, Amira sungguh-sungguh ingin membuang Justin ke kali Banjar Kanal. Masuk bui bukan suatu hal masalah yang besar asal Justin bisa lenyap dari jangkauannya.“Tidak seharusnya kamu menantang Randy. Kamu tahu apa akibatnya?” Beruntung sekali karena kafe di siang itu telah kembali sepi. Jam istirahat perkantoran telah usai sehingga mneyisakan beberapa pengunjung yang tidak duduk berdekatan dengan keberadaan Amira. “Dia itu gila, kamu tahu! Dia bisa melakukan apa saja yang bahkan kamu tidak akan menduganya sama sekali. Ya, aku mengakuinya. Aku s

    Last Updated : 2025-01-21
  • Cinta Diamnya Sang CEO   11

    “Dasar anak kurang ajar!”“Aish!” Justin menggosok telinganya yang hampir terputus akibat teriakan Mamanya. Dalam satu hari ini, teriakan demi teriakan telah menyambangi telinga Justin. Dan tindakan teraman yang akan Justin ambil adalah segera membuat janji temu dengan dokter keluarganya guna melakukan pemeriksaan lanjutan. “Kamu bosan hidup?” seru Tami sekali lagi dengan deru napasnya yang memburu. Wanita paruh baya yang mengenakan baju olagraganya itu menahan emosinya mati-matian. Justin berulah dan itu bukan suatu hal yang biasa dilakukan oleh putra kesayangannya. Tapi kenapa harus sefatal ini? Tami ingin meledak detik itu juga namun yang terjadi justru terduduk lemas di atas sofa ruang tamunya. “Kenapa kamu melakukan kesalahan yang bahkan tidak pernah Mama bayangkan sebelumnya? Justin, kamu sadar kita siapa?”Seolah tidak peduli dengan keluhan Tami, Justin ikut duduk di samping Mamanya dengan wajah tak bersalah sama sekali. Cengiran khasnya muncul yang beruntung tidak diliha

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta Diamnya Sang CEO   12

    “Kenapa bisa Amira berakhir di sini?”Itu adalah gaungan dari isi kepala Amira yang sore itu setengah kacau namun juga merasakan kelegaan. Amira marah dan misuh-misuh tapi anehnya, hatinya baik-baik saja. Seperti terasa sangat ringan dan sesuatu yang sudah lama terpendam dalam dadanya lepas begitu saja. Tapi apa?Nah, ini adalah PR yang harus Amira cari jawabannya. Amira harus mengorek-orek agar menemukan alasan yang tepat sekali pun harus mengais di antara tumpukan sampah depan kantornya. Demi Tuhan! Amira Meena merasa senang dan bahagia. Ini sesuatu yang belum pernah Amira rasakan sebelumnya. Dan lebih dari apa pun itu, Amira harus mengakui ini dengan sangat berat hati. Sejak bertemu dengan Justin Brotolaras, pria yang Amira kira amatlah dingin dan kaku, nyatanya dia adalah pria hangat dengan sejuta kalimat-kalimat bijak yang mampu mengendurkan rasa sakit di hati Amira. Aneh, ‘kan?Ah, bukan. Lebih tepatnya karena Amira memanglah wanita binal. Bagaimana tidak? Semudah itu Amira m

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta Diamnya Sang CEO   13

    “Bagaimana jika Seina tiba-tiba datang?”Justin menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu mobil. Tujuan mereka telah sampai dan halaman parkir mall lumayan sepi. Hanya beberapa mobil yang lalu lalang dan petugas kebersihan yang sedang melakukan tugasnya. Pertanyaan Amira mudah saja untuk Justin tanggapi atau abaikan saja karena itu tidaklah penting. Justin hanya fokus pada dirinya saat ini dan apa-apa saja yang akan dirinya lakukan bersama Amira. Seina bukan daftar penting untuk Justin ingat. Tapi bisakah itu Justin lakukan?“Kamu mau jawaban yang seperti apa?” Justin memberi pilihan untuk Amira secara halus. “Jujur saja, mungkin mulutku akan menjawab tidak peduli namun hatiku merasakan pukulan yang lain. Hm, bagaimana, ya menjelaskannya?”“Apa?” Amira melepas sabuk pengamannya dan sepenuhnya menghadapkan tubuhnya ke Justin. “Aku hanya bertanya sederhana dan berharap jawaban darimu juga cukup sederhana.”Justin terkekeh. Menggelengkan kepalanya lalu terdiam selama sekian de

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta Diamnya Sang CEO   14

    “Ayo!” ajak Justin di siang hari yang terik. “Aku belum makan,” katanya menyambung kalimat sebelumnya yang membuat Amira terbengong di tempat duduknya.Wanita hamil itu hanya menatap Justin tanpa reaksi untuk segera bangkit dari kursi kebesarannya dan malah menggeleng. Heran dengan perubahan sikap Justin dan getolnya pria itu menghampiri dirinya di kantor. Jika dihitung dari jaraknya, antara kantor Justin dan kantor Amira bisa memakan waktu hingga 30 menit, belum termasuk kemacetan yang terjadi di kota Semarang. Mungkin dekat tapi tidak juga. Namun memang pria ini penuh dengan tekad yang tidak bisa Amira tebak bagaimana akhirnya. Membingungkan dan Amira benci di buat menebak-nebak seperti ini. Pria dan segala egonya yang tinggi sungguh membingungkan.“Amira!” panggilnya halus masih dengan tubuh yang berdiri di ambang pintu. Embusan napas Justin terdengar dan pria itu menundukkan kepalanya. Netra madunya menatap lantai marmer kantor Amira untuk kemudia diangkat kembali guna melihat Ami

    Last Updated : 2025-03-18

Latest chapter

  • Cinta Diamnya Sang CEO   28

    Justin dan segala bentuk kejutannya yang tidak terduga.Amira kira obrolan memasak adalah omong kosong belaka. Nyatanya Justin melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tanpa Amira duga. Melihat betapa seriusnya Justin memasak dan keringat kecil yang menempel di dahinya, Amira merasa sedikit panas. Amira merasakan gejolak yang tidak tahu dari mana arah datangnya."Kamu nggak capek cuma berdiri di situ saja?"Suara Justin membuat Amira terkesiap. Kedua matanya berkedip beberapa kali sebelum memutus tatapannya kepada Justin."Sebentar lagi selesai."Amira berjalan menuju kursi yang tepat berada dihadapan Justin."Aku pikir cuma bercanda soal memasak ini."Justin tersenyum miring."Sejak kapan aku bercanda soal semuanya?"Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Justin tidak pernah mengabulkan apa yang Amira inginkan bahkan saat Amira tidak menginginkannya. Justin dengan sendirinya melakukannya. Tanpa Amira harus memohon atau pun menjatuhkan harga dirinya. Sekali lagi, Justin sangat menjaga

  • Cinta Diamnya Sang CEO   27

    "Aku nggak berani berharap lebih ke kamu," ucap Justin di sore hari. Sambil menyesap kopi panasnya, Justin edarkan pandangan matanya ke taman samping rumahnya. "Aku takut kamu makin terbebani."Amira yang mendengarnya hanya diam. Ada perasaan sakit dan perih tapi Amira sadar bahwa mungkin ini yang terbaik. Jika Justin sudah memutuskan demikian maka yang bisa Amira lakukan hanyalah menghormati pilihannya."Tapi bukan berarti aku menyerah," sambung Justin yang membuat Amira menutup mulutnya lagi. "Aku berhenti berharap bukan artinya aku melepaskan kamu tapi aku memberi waktu untuk kamu berpikir. Jika aku terus mencurahimu dengan perhatian berlebihan, kamu akan merasa risih."Benar. Apa yang Justin katakan sedang menggambarkan diri Amira yang sebenarnya. Karena tidak mudah jatuh cinta, maka saat Amira menyukai seseorang akan bertindak bodoh."Kamu harus menyayangi dirimu sendiri. Mulai sekarang kamu bisa menikmati waktu dan apa pun yang kamu inginkan tapi tolong selalu libatkan aku.""Ke

  • Cinta Diamnya Sang CEO   26

    Hidup seperti apa yang diinginkan setiap orang?Jawabannya berbeda-beda. Tidak semua kehidupan yang diinginkan tiap-tiap orang sama. Perbedaan prinsip, cara pandang atau bahkan perdebatan-perdebatan kecil yang mengarah pada panutan hidup tiap orang.Begitu juga dengan Amira dan Key, teman masa kecilnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Key menyelesaikan studynya di Paris dan kembali ke Indonesia untuk menikah."Kamu yakin nggak mau nikah?" tanya Key dengan ekspresi wajah mengejek. "Kamu harus tahu serunya menikah," lanjut Key dengan santainya.Amira tidak menanggapi dengan serius. Tangannya sibuk menyuap salad buah ke dalam mulutnya. Pandangan matanya mengedar ke seluruh penjuru kafe di mana keduanya bertemu. "Seru kalau sama orang yang tepat.""Justin nggak tepat?"Amira mendelikkan matanya kesal. Hampir-hampir meninju wajah Key yang tertawa penuh ejekan."Yang kamu tunggu apa, sih, Mir?""Konyol!" balas Amira. "Pertanyaan nggak mutu.""Bagian mana yang nggak mutu?""Buang-bu

  • Cinta Diamnya Sang CEO   25

    Acara makan malam berjalan dengan lancar. Obrolannya seputar bisnis dan diselingi candaan sesekali. Amira lebih banyak diam dan menjawab saat diajukan pertanyaan. Makan malam kali ini Amira menikmati pertemuan dengan keluarganya. padahal biasanya bukan hal yang Amira sukai saat berkumpul seperti ini.Apa karena Justin diterima di keluarganya?Amira tidak mau memikirkan asumsinya yang masih dini. Yang terus Amira lakukan adalah memasukkan makanan yang telah dihidangkan oleh chef keluarganya. Jika lidahnya menerima rasanya maka Amira bereaksi dengan memejamkan kedua matanya, jika tidak Amira akan mengunyah dengan perlahan."Kamu mual?" tanya Justin berbisik rendah.Ekspresi wajahnya penuh khawatir saat Amira menolehkan kepalanya."Enggak.""Kunyahan kamu nggak excited.""Makanan ini nggak bisa nyatu sama lidahku."Amira ambil pudding orange yang ada dihadapan Justin dan memasukkan ke mulutnya. Kali ini kedua matanya terpejam yang artinya enak."Yang ini enak," ucap Amira sambil memasukk

  • Cinta Diamnya Sang CEO   24

    Sekali pun menunjukkan reaksi yang enggan untuk Amira hadir di acara makan malam keluargnya, nyatanya di pukul tujuh malam tepat Amiratelah siap dengan dress hitamnya yang mencetak lekuk tubuhnya. Sedikit berisi karena hamil namun tidak mengurangi keseksiannya.Justin yang melihat Amira berdandan rapi tertegun bingung. Tidak, bukan cuma itu. Justin lebih mengagumi tubuh Amira yang seksi."Yuk," ajakan Amira terdengar santai."Ke mana?" balas Justin masih dengan ekspresi wajah bingung."Makan.""Di mana?"Amira berdecak kesal. Wajahnya yang sejak menuruni tangga berekspresi datar kini menampilkan kekesalan."Kamu yang ngoto minta kita datang ke acara makan malam keluarga, kamu juga yang lupa?" Pertanyaan serupa dengan pernyataan ini membuat Justin mengerutkan dahinya."Aku nggak pernah maksa atau minta kamu datang. Cuma memberi pilihan saja kalau kamu mau.""Buktinya aku mau!" Amira dan keras kepalanya yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun."Syukur, deh."Justin masih berlagak sant

  • Cinta Diamnya Sang CEO   23

    Menikah adalah takdir bukan pilihan.Menikah itu perlu karena kita tidak mungkin selalu sendiri.Menikah itu tidak semenakutkan yang ada dipikiran kita. Menakutkan jika kamu tidak bersama dengan orang yang kamu mau atau orang yang tepat.Pernah dengar kalimat menikahlah dengan orang yang mau denganmu? Katanya itu lebih manjur dan berjalan awet hingga ajal menjemput.Menikah itu kodrat.Amira tertawa getir. Senyum dibibirnya yang kecil merekah namun jika diperhatikan secara saksama ada kengerian di dalamnya. Wanita dengan dress hitamnya itu berdiri sembari mengusapi perutnya yang mulai membuncit.“Sayangnya aku lebih siap menjadi seorang ibu ketimbang harus menikah,” gumamnya lirih hampir tidak terdengar.“Susumu.” Suara Justin dari balik tubuh mungil Amira muncul. “Masih hangat.” Justin sodorkan gelas yang dibawanya dari dapur. Amira membalikkan tubuhnya dan menatapi Justin dengan intens. Tidak ada ekspresi apa pun dari wajah Amira sehingga Justin mengerutkan keningnya.“Mak

  • Cinta Diamnya Sang CEO   22

    “Siapa yang bilang?”Amira masukkan potongan pangsit ke dalam mulutnya. Mengunyahnya perlahan guna meresapi rasa daging yang berbumbu.“Banyak yang seliweran.”“Jawaban kamu nggak masuk akal.”“Kenapa gitu?”“Sekarang coba pikir, yang bikin kata-kata itu manusia, ‘kan? Cuma lewat pengalaman yang dia alami. Benar, sih, dia mencurahkan isi hatinya tapi nggak serta merta kita menelannya mentah-mentah. Ada kok yang pernikahannya berhasil dan bahagia. Badainya? Nggak perlu kamu tanya sudah berapa banyak maaf dan terus memperbaiki diri. Karena kalau sudah memutuskan untuk menikah, risiko dan segala cobaan di dalamnya akan kita hadapi. Tinggal caranya saja yang gimana."Amira tetap tidak peduli. Baginya pernikahan adalah momok menakutkan yang dihindarinya. Hamil di luar nikah bukan suatu aib baginya. Amira akan tetap cuek dengan penilaian orang bahkan jika itu keluarganya sendiri. Amira sukses dan finansialnya lebih dari cukup. Zaman sekarang apa pun bisa dibeli dengan uang."Justin lebih da

  • Cinta Diamnya Sang CEO   21

    “Menikah itu nasib.”Amira terkekeh mendengarnya.“Bagiku menikah itu pilihan.”“Pikirkan masa tuamu nantinya.”“Menikah atau tidak bukan hak orang lain untuk mencampuri.”“Bukan ikut campur hanya memberi nasihat.”“Nasihat yang sedikit memaksa.”“Nggak ada maksud kayak gitu, Mir. Aku peduli karena tahu rasanya kesepian.”“Kalau sudah biasa sendiri, apa salahnya menjadi kesepian. Aku pikir nggak ada yang aneh sama itu.”“Mir!?”“Semua kembali ke diri masing-masing. Memangnya menikah jadi jaminan kamu bahagia? Kamu menikah, kamu juga harus menikahi orang yang kamu cintai.”“Itu makanya aku bilang menikah itu nasib.”“Lebih tepatnya kesialan, sih.”“Aku tahu kamu terluka tapi jangan dinilai sama rata kayak gini dong. Tiap orang yang datang ke kehidupan kita selalu ngasih pelajaran. Mereka datang nggak sekadar datang.”Amira teguk es tehnya. Cuaca panas sedang menyelimuti Jakarta. Padahal di daerah lain sudah sering diguyur hujan. Jakarta hanya menunggu banjir datang dan se

  • Cinta Diamnya Sang CEO   20

    “Kalau sama orang yang salah saja kamu bisa setulus ini gimana sama orang yang tepat?”Adalah kalimat terakhir yang Amira dengar sebelum Justin hengkang.Sejenak Amira bimbang. Ragu untuk melangkah namun mustahil berjalan ditempat. Justin membuatnya ragu dan ingin maju tapi juga takut untuk semua risiko yang sudah menunggu.“Justin itu baik banget,” ucap Nita—sahabat Amira yang baru kembali dari studynya di Singapura. “Dia kelihatan tulus sama kamu. Cuma kamunya saja yang belum siap buat membuka diri.”“Setelah semua ini?” Amira perlihatkan perutnya yang mulai kelihatan. “Aku punya trauma yang aku sendiri nggak tahu kapan mau sembuh.”“Trauma nggak bisa sembuh total. Seumur hidup dia bakal menghantui kamu. Tinggal gimana kamunya dalam mengambil langkah. Life must go on, Mir. Kamu nggak bisa terus-terusan kejebak di masa kelam. Justin itu masa depan sedangkan yang jadi ketakutanmu adalah dirimu sendiri. Semua tergantung gimana kamu.”Amira diam. Apa yang Nita katakan benar adanya. Kala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status