Share

24

Author: Lavender
last update Last Updated: 2025-04-17 05:24:13

Sekali pun menunjukkan reaksi yang enggan untuk Amira hadir di acara makan malam keluargnya, nyatanya di pukul tujuh malam tepat Amiratelah siap dengan dress hitamnya yang mencetak lekuk tubuhnya. Sedikit berisi karena hamil namun tidak mengurangi keseksiannya.

Justin yang melihat Amira berdandan rapi tertegun bingung. Tidak, bukan cuma itu. Justin lebih mengagumi tubuh Amira yang seksi.

"Yuk," ajakan Amira terdengar santai.

"Ke mana?" balas Justin masih dengan ekspresi wajah bingung.

"Makan."

"Di mana?"

Amira berdecak kesal. Wajahnya yang sejak menuruni tangga berekspresi datar kini menampilkan kekesalan.

"Kamu yang ngoto minta kita datang ke acara makan malam keluarga, kamu juga yang lupa?"

Pertanyaan serupa dengan pernyataan ini membuat Justin mengerutkan dahinya.

"Aku nggak pernah maksa atau minta kamu datang. Cuma memberi pilihan saja kalau kamu mau."

"Buktinya aku mau!"

Amira dan keras kepalanya yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun.

"Syukur, deh."

Justin masih berlagak sant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Diamnya Sang CEO   25

    Acara makan malam berjalan dengan lancar. Obrolannya seputar bisnis dan diselingi candaan sesekali. Amira lebih banyak diam dan menjawab saat diajukan pertanyaan. Makan malam kali ini Amira menikmati pertemuan dengan keluarganya. padahal biasanya bukan hal yang Amira sukai saat berkumpul seperti ini.Apa karena Justin diterima di keluarganya?Amira tidak mau memikirkan asumsinya yang masih dini. Yang terus Amira lakukan adalah memasukkan makanan yang telah dihidangkan oleh chef keluarganya. Jika lidahnya menerima rasanya maka Amira bereaksi dengan memejamkan kedua matanya, jika tidak Amira akan mengunyah dengan perlahan."Kamu mual?" tanya Justin berbisik rendah.Ekspresi wajahnya penuh khawatir saat Amira menolehkan kepalanya."Enggak.""Kunyahan kamu nggak excited.""Makanan ini nggak bisa nyatu sama lidahku."Amira ambil pudding orange yang ada dihadapan Justin dan memasukkan ke mulutnya. Kali ini kedua matanya terpejam yang artinya enak."Yang ini enak," ucap Amira sambil memasukk

    Last Updated : 2025-04-20
  • Cinta Diamnya Sang CEO   26

    Hidup seperti apa yang diinginkan setiap orang?Jawabannya berbeda-beda. Tidak semua kehidupan yang diinginkan tiap-tiap orang sama. Perbedaan prinsip, cara pandang atau bahkan perdebatan-perdebatan kecil yang mengarah pada panutan hidup tiap orang.Begitu juga dengan Amira dan Key, teman masa kecilnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Key menyelesaikan studynya di Paris dan kembali ke Indonesia untuk menikah."Kamu yakin nggak mau nikah?" tanya Key dengan ekspresi wajah mengejek. "Kamu harus tahu serunya menikah," lanjut Key dengan santainya.Amira tidak menanggapi dengan serius. Tangannya sibuk menyuap salad buah ke dalam mulutnya. Pandangan matanya mengedar ke seluruh penjuru kafe di mana keduanya bertemu. "Seru kalau sama orang yang tepat.""Justin nggak tepat?"Amira mendelikkan matanya kesal. Hampir-hampir meninju wajah Key yang tertawa penuh ejekan."Yang kamu tunggu apa, sih, Mir?""Konyol!" balas Amira. "Pertanyaan nggak mutu.""Bagian mana yang nggak mutu?""Buang-bu

    Last Updated : 2025-04-23
  • Cinta Diamnya Sang CEO   27

    "Aku nggak berani berharap lebih ke kamu," ucap Justin di sore hari. Sambil menyesap kopi panasnya, Justin edarkan pandangan matanya ke taman samping rumahnya. "Aku takut kamu makin terbebani."Amira yang mendengarnya hanya diam. Ada perasaan sakit dan perih tapi Amira sadar bahwa mungkin ini yang terbaik. Jika Justin sudah memutuskan demikian maka yang bisa Amira lakukan hanyalah menghormati pilihannya."Tapi bukan berarti aku menyerah," sambung Justin yang membuat Amira menutup mulutnya lagi. "Aku berhenti berharap bukan artinya aku melepaskan kamu tapi aku memberi waktu untuk kamu berpikir. Jika aku terus mencurahimu dengan perhatian berlebihan, kamu akan merasa risih."Benar. Apa yang Justin katakan sedang menggambarkan diri Amira yang sebenarnya. Karena tidak mudah jatuh cinta, maka saat Amira menyukai seseorang akan bertindak bodoh."Kamu harus menyayangi dirimu sendiri. Mulai sekarang kamu bisa menikmati waktu dan apa pun yang kamu inginkan tapi tolong selalu libatkan aku.""Ke

    Last Updated : 2025-04-26
  • Cinta Diamnya Sang CEO   28

    Justin dan segala bentuk kejutannya yang tidak terduga.Amira kira obrolan memasak adalah omong kosong belaka. Nyatanya Justin melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tanpa Amira duga. Melihat betapa seriusnya Justin memasak dan keringat kecil yang menempel di dahinya, Amira merasa sedikit panas. Amira merasakan gejolak yang tidak tahu dari mana arah datangnya."Kamu nggak capek cuma berdiri di situ saja?"Suara Justin membuat Amira terkesiap. Kedua matanya berkedip beberapa kali sebelum memutus tatapannya kepada Justin."Sebentar lagi selesai."Amira berjalan menuju kursi yang tepat berada dihadapan Justin."Aku pikir cuma bercanda soal memasak ini."Justin tersenyum miring."Sejak kapan aku bercanda soal semuanya?"Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Justin tidak pernah mengabulkan apa yang Amira inginkan bahkan saat Amira tidak menginginkannya. Justin dengan sendirinya melakukannya. Tanpa Amira harus memohon atau pun menjatuhkan harga dirinya. Sekali lagi, Justin sangat menjaga

    Last Updated : 2025-04-27
  • Cinta Diamnya Sang CEO   1

    “Mereka itu cocok, ‘kan?” ucap teman Mamanya yang Justin ingat namanya Kanina. Wanita paruh baya dengan kemeja santainya namun terlihat elegan itu tersenyum ke arah Justin yang mendapat balasan segaris dari bibir Justin. “Siapa dulu yang mengusulkan ide ini lebih dulu? Aku dan Juan hanya berpikir jika ini candaan semata.”Justin memotong dengan malas steaknya lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Kunyahannya lambat namun cukup memberi kesan jika pria 30 tahunan itu ingin cepat-cepat hengkang dari pertemuan membosankan ini. Sudah berapa kali dalam satu bulan Mamanya membawanya ke dalam obrolan bisnis? Justin tidak sempat menghitungnya karena terlalu sering.Tami, Mama Justin membalas dengan senyum merekah di bibirnya yang berpoles lipstik merah lembut. “Andre yang pertama kali berpikir begitu. Aku juga sepemikiran denganmu. Kupikir, semuanya tidak perlu kita atur toh pada akhirnya nanti mereka akan bertemu dan berkenalan. Ah, aku merasa tertekan membesarkan Justin yang dingin dan tidak pe

    Last Updated : 2023-11-13
  • Cinta Diamnya Sang CEO   2

    “Kenapa bukan Mama saja?” tanya Justin menanggapi omelan Tami yang menurutnya terlalu sering dilakukan.Tidak sekali, dua kali ketika selesai dalam pertemuan makan malam dengan teman beserta anaknya, Tami akan mengomel bak truk tronton kehilangan kendali remnya. Dan Justin yang terbiasa diam serta enggan menyuarakan kekesalannya, malam ini meledak tanpa bisa dicegah.“Kamu ngelawan Mama?!” teriak Tami cukup histeris. Sikap dramatis Tami tidak Justin ambil pusing. Mamanya sudah terbiasa bersikap yang begitu dan kenyang menjadi satu-satunya kesimpulan yang selalu Justin berikan. “Kamu itu sudah 30 tahun, Justin, 30 tahun! Dan kamu masih santai seperti tidak punya hasrat untuk menjalani kehidupan yang jauh lebih baik lagi. Kenapa bisa Mama melahirkan kamu yang bebal seperti ini, sih!?”“Dan memangnya aku pernah meminta dilahirkan dari rahim Mama!” Justin berucap sarkas namun itu jelas mengacu pada kenyataan yang ada di hadapannya saat ini. “Jika Mama mengenalku, tidak perlu Mama mendesak

    Last Updated : 2023-11-13
  • Cinta Diamnya Sang CEO   3

    “Ayo makan,” ajak Amira yang siang itu masuk ke ruangan rapan Justin tanpa izin apa lagi mengetuk pintu.Wajahnya yang songong menjadi pusat perhatian para klien Justin yang hari itu sedang melakukan rapat penting. Alih-alih peduli dan risih lantaran mendapat perhatian dari semua orang, Amira justru berdiri dengan santai. Tubuhnya bersandar di pintu seraya memperhatikan kuku-kukunya yang baru saja diwarnai.Justin hanya bergeming di tempatnya. Tanpa berniat berdiri dari duduknya dan menegur perilaku Amira yang sembrono. Justin justru di buat penasaran dan berpikir harus melakukan apa kepada Amira. Wanita itu cukup punya nyali untuk menghampiri dirinya di kantor. Sejauh ingatan Justin, selama ini tidak banyak wanita yang berani menerobos kantornya.“Kita akhiri sampai di sini.”Barulah Amira hengkang dari tempatnya berdiri. Duduk di kursi depan ruangan rapat menunggu Justin keluar. Satu per satu orang yang duduk di kursi rapat pergi dengan gunjingan yang tidak Amira pusingkan. Mereka h

    Last Updated : 2023-11-13
  • Cinta Diamnya Sang CEO   4

    “Kamu hamil?” tanya Justin dengan bibir tersungging mengejek Amira yang menatapnya tanpa berkedip. “Dan kamu ingin aku bertanggung jawab, begitu?”“Mau nggak?!” Amira berseru cukup lantang yang membuat Justin memundurkan kepalanya heran. “Toh kamu dipaksa untuk menikah demi mewarisi seluruh harta kekayaan Brotolaras, ‘kan? Dan bahagianya, Mamamu akan mendapatkan cucu sekaligus.”Justin pernah mendengar temannya berkata jika kaum hawa memang penghuni bumi yang paling sulit untuk ditebak apa maunya. Mereka adalah sekumpulan manusia yang mencari penyakit telah menciptakan sebuah masalah. Mereka bertindak arogan padahal tahu tidak ada tameng di dalam dirinya saat sebuah fakta diungkapkan. Mereka akan menangis tersedu-sedu sambil menyalahkan kaum adam dengan berseru: kamu jahat!“Siapa?” Justin menoleh dengan tangan meremas kemudinya kuat-kuat. Amira melihatnya dengan jelas hingga buku-buku kuku Justin memutih. “Siapa yang melakukan itu padamu? Aku tahu kamu bukan wanita bebas bak jalang d

    Last Updated : 2023-11-13

Latest chapter

  • Cinta Diamnya Sang CEO   28

    Justin dan segala bentuk kejutannya yang tidak terduga.Amira kira obrolan memasak adalah omong kosong belaka. Nyatanya Justin melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tanpa Amira duga. Melihat betapa seriusnya Justin memasak dan keringat kecil yang menempel di dahinya, Amira merasa sedikit panas. Amira merasakan gejolak yang tidak tahu dari mana arah datangnya."Kamu nggak capek cuma berdiri di situ saja?"Suara Justin membuat Amira terkesiap. Kedua matanya berkedip beberapa kali sebelum memutus tatapannya kepada Justin."Sebentar lagi selesai."Amira berjalan menuju kursi yang tepat berada dihadapan Justin."Aku pikir cuma bercanda soal memasak ini."Justin tersenyum miring."Sejak kapan aku bercanda soal semuanya?"Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Justin tidak pernah mengabulkan apa yang Amira inginkan bahkan saat Amira tidak menginginkannya. Justin dengan sendirinya melakukannya. Tanpa Amira harus memohon atau pun menjatuhkan harga dirinya. Sekali lagi, Justin sangat menjaga

  • Cinta Diamnya Sang CEO   27

    "Aku nggak berani berharap lebih ke kamu," ucap Justin di sore hari. Sambil menyesap kopi panasnya, Justin edarkan pandangan matanya ke taman samping rumahnya. "Aku takut kamu makin terbebani."Amira yang mendengarnya hanya diam. Ada perasaan sakit dan perih tapi Amira sadar bahwa mungkin ini yang terbaik. Jika Justin sudah memutuskan demikian maka yang bisa Amira lakukan hanyalah menghormati pilihannya."Tapi bukan berarti aku menyerah," sambung Justin yang membuat Amira menutup mulutnya lagi. "Aku berhenti berharap bukan artinya aku melepaskan kamu tapi aku memberi waktu untuk kamu berpikir. Jika aku terus mencurahimu dengan perhatian berlebihan, kamu akan merasa risih."Benar. Apa yang Justin katakan sedang menggambarkan diri Amira yang sebenarnya. Karena tidak mudah jatuh cinta, maka saat Amira menyukai seseorang akan bertindak bodoh."Kamu harus menyayangi dirimu sendiri. Mulai sekarang kamu bisa menikmati waktu dan apa pun yang kamu inginkan tapi tolong selalu libatkan aku.""Ke

  • Cinta Diamnya Sang CEO   26

    Hidup seperti apa yang diinginkan setiap orang?Jawabannya berbeda-beda. Tidak semua kehidupan yang diinginkan tiap-tiap orang sama. Perbedaan prinsip, cara pandang atau bahkan perdebatan-perdebatan kecil yang mengarah pada panutan hidup tiap orang.Begitu juga dengan Amira dan Key, teman masa kecilnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Key menyelesaikan studynya di Paris dan kembali ke Indonesia untuk menikah."Kamu yakin nggak mau nikah?" tanya Key dengan ekspresi wajah mengejek. "Kamu harus tahu serunya menikah," lanjut Key dengan santainya.Amira tidak menanggapi dengan serius. Tangannya sibuk menyuap salad buah ke dalam mulutnya. Pandangan matanya mengedar ke seluruh penjuru kafe di mana keduanya bertemu. "Seru kalau sama orang yang tepat.""Justin nggak tepat?"Amira mendelikkan matanya kesal. Hampir-hampir meninju wajah Key yang tertawa penuh ejekan."Yang kamu tunggu apa, sih, Mir?""Konyol!" balas Amira. "Pertanyaan nggak mutu.""Bagian mana yang nggak mutu?""Buang-bu

  • Cinta Diamnya Sang CEO   25

    Acara makan malam berjalan dengan lancar. Obrolannya seputar bisnis dan diselingi candaan sesekali. Amira lebih banyak diam dan menjawab saat diajukan pertanyaan. Makan malam kali ini Amira menikmati pertemuan dengan keluarganya. padahal biasanya bukan hal yang Amira sukai saat berkumpul seperti ini.Apa karena Justin diterima di keluarganya?Amira tidak mau memikirkan asumsinya yang masih dini. Yang terus Amira lakukan adalah memasukkan makanan yang telah dihidangkan oleh chef keluarganya. Jika lidahnya menerima rasanya maka Amira bereaksi dengan memejamkan kedua matanya, jika tidak Amira akan mengunyah dengan perlahan."Kamu mual?" tanya Justin berbisik rendah.Ekspresi wajahnya penuh khawatir saat Amira menolehkan kepalanya."Enggak.""Kunyahan kamu nggak excited.""Makanan ini nggak bisa nyatu sama lidahku."Amira ambil pudding orange yang ada dihadapan Justin dan memasukkan ke mulutnya. Kali ini kedua matanya terpejam yang artinya enak."Yang ini enak," ucap Amira sambil memasukk

  • Cinta Diamnya Sang CEO   24

    Sekali pun menunjukkan reaksi yang enggan untuk Amira hadir di acara makan malam keluargnya, nyatanya di pukul tujuh malam tepat Amiratelah siap dengan dress hitamnya yang mencetak lekuk tubuhnya. Sedikit berisi karena hamil namun tidak mengurangi keseksiannya.Justin yang melihat Amira berdandan rapi tertegun bingung. Tidak, bukan cuma itu. Justin lebih mengagumi tubuh Amira yang seksi."Yuk," ajakan Amira terdengar santai."Ke mana?" balas Justin masih dengan ekspresi wajah bingung."Makan.""Di mana?"Amira berdecak kesal. Wajahnya yang sejak menuruni tangga berekspresi datar kini menampilkan kekesalan."Kamu yang ngoto minta kita datang ke acara makan malam keluarga, kamu juga yang lupa?" Pertanyaan serupa dengan pernyataan ini membuat Justin mengerutkan dahinya."Aku nggak pernah maksa atau minta kamu datang. Cuma memberi pilihan saja kalau kamu mau.""Buktinya aku mau!" Amira dan keras kepalanya yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun."Syukur, deh."Justin masih berlagak sant

  • Cinta Diamnya Sang CEO   23

    Menikah adalah takdir bukan pilihan.Menikah itu perlu karena kita tidak mungkin selalu sendiri.Menikah itu tidak semenakutkan yang ada dipikiran kita. Menakutkan jika kamu tidak bersama dengan orang yang kamu mau atau orang yang tepat.Pernah dengar kalimat menikahlah dengan orang yang mau denganmu? Katanya itu lebih manjur dan berjalan awet hingga ajal menjemput.Menikah itu kodrat.Amira tertawa getir. Senyum dibibirnya yang kecil merekah namun jika diperhatikan secara saksama ada kengerian di dalamnya. Wanita dengan dress hitamnya itu berdiri sembari mengusapi perutnya yang mulai membuncit.“Sayangnya aku lebih siap menjadi seorang ibu ketimbang harus menikah,” gumamnya lirih hampir tidak terdengar.“Susumu.” Suara Justin dari balik tubuh mungil Amira muncul. “Masih hangat.” Justin sodorkan gelas yang dibawanya dari dapur. Amira membalikkan tubuhnya dan menatapi Justin dengan intens. Tidak ada ekspresi apa pun dari wajah Amira sehingga Justin mengerutkan keningnya.“Mak

  • Cinta Diamnya Sang CEO   22

    “Siapa yang bilang?”Amira masukkan potongan pangsit ke dalam mulutnya. Mengunyahnya perlahan guna meresapi rasa daging yang berbumbu.“Banyak yang seliweran.”“Jawaban kamu nggak masuk akal.”“Kenapa gitu?”“Sekarang coba pikir, yang bikin kata-kata itu manusia, ‘kan? Cuma lewat pengalaman yang dia alami. Benar, sih, dia mencurahkan isi hatinya tapi nggak serta merta kita menelannya mentah-mentah. Ada kok yang pernikahannya berhasil dan bahagia. Badainya? Nggak perlu kamu tanya sudah berapa banyak maaf dan terus memperbaiki diri. Karena kalau sudah memutuskan untuk menikah, risiko dan segala cobaan di dalamnya akan kita hadapi. Tinggal caranya saja yang gimana."Amira tetap tidak peduli. Baginya pernikahan adalah momok menakutkan yang dihindarinya. Hamil di luar nikah bukan suatu aib baginya. Amira akan tetap cuek dengan penilaian orang bahkan jika itu keluarganya sendiri. Amira sukses dan finansialnya lebih dari cukup. Zaman sekarang apa pun bisa dibeli dengan uang."Justin lebih da

  • Cinta Diamnya Sang CEO   21

    “Menikah itu nasib.”Amira terkekeh mendengarnya.“Bagiku menikah itu pilihan.”“Pikirkan masa tuamu nantinya.”“Menikah atau tidak bukan hak orang lain untuk mencampuri.”“Bukan ikut campur hanya memberi nasihat.”“Nasihat yang sedikit memaksa.”“Nggak ada maksud kayak gitu, Mir. Aku peduli karena tahu rasanya kesepian.”“Kalau sudah biasa sendiri, apa salahnya menjadi kesepian. Aku pikir nggak ada yang aneh sama itu.”“Mir!?”“Semua kembali ke diri masing-masing. Memangnya menikah jadi jaminan kamu bahagia? Kamu menikah, kamu juga harus menikahi orang yang kamu cintai.”“Itu makanya aku bilang menikah itu nasib.”“Lebih tepatnya kesialan, sih.”“Aku tahu kamu terluka tapi jangan dinilai sama rata kayak gini dong. Tiap orang yang datang ke kehidupan kita selalu ngasih pelajaran. Mereka datang nggak sekadar datang.”Amira teguk es tehnya. Cuaca panas sedang menyelimuti Jakarta. Padahal di daerah lain sudah sering diguyur hujan. Jakarta hanya menunggu banjir datang dan se

  • Cinta Diamnya Sang CEO   20

    “Kalau sama orang yang salah saja kamu bisa setulus ini gimana sama orang yang tepat?”Adalah kalimat terakhir yang Amira dengar sebelum Justin hengkang.Sejenak Amira bimbang. Ragu untuk melangkah namun mustahil berjalan ditempat. Justin membuatnya ragu dan ingin maju tapi juga takut untuk semua risiko yang sudah menunggu.“Justin itu baik banget,” ucap Nita—sahabat Amira yang baru kembali dari studynya di Singapura. “Dia kelihatan tulus sama kamu. Cuma kamunya saja yang belum siap buat membuka diri.”“Setelah semua ini?” Amira perlihatkan perutnya yang mulai kelihatan. “Aku punya trauma yang aku sendiri nggak tahu kapan mau sembuh.”“Trauma nggak bisa sembuh total. Seumur hidup dia bakal menghantui kamu. Tinggal gimana kamunya dalam mengambil langkah. Life must go on, Mir. Kamu nggak bisa terus-terusan kejebak di masa kelam. Justin itu masa depan sedangkan yang jadi ketakutanmu adalah dirimu sendiri. Semua tergantung gimana kamu.”Amira diam. Apa yang Nita katakan benar adanya. Kala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status