Sagar berhenti di sebuah rumah yang beberapa hari lalu ia selidiki. Setelah dua hari mempersiapkan diri, akhirnya Sagar siap untuk bertemu Gabriel.Selama dua hari itu pula, Sagar dan William pergi ke pusat perbelanjaan. Mereka berdua membeli berbagai macam alat dan mainan untuk mengasuh bayi, mulai dari tempat tidur bayi, alat membuat susu untuk bayi, popok, susu, peralatan mandi, dan banyak barang lainnya. Apartemen yang sebelumnya kosong itu kini penuh dengan peralatan bayi dan tidak ada bedanya dengan tempat penitipan anak.Akan tetapi, untuk saat ini Sagar akan pergi ke rumah Bu Zalwa terlebih dahulu dengan membawa beberapa mainan anak, sisanya ia letakkan di apartemen agar ketika Gabriel main ke sana, ia sudah siap.Setelah mempersiapkan mental, Sagar pun turun dari mobil. Penampilannya yang selalu berbeda dengan kebanyakan orang itu pun kali ini berhasil menjadi pusat perhatian, terutama untuk wajahnya yang tampan. Warga di sana tidak pernah melihat ada seorang pria mapan dan
“Bu Zalwa, aku titip gabriel lagi, ya!” Bella menyerahkan Gabriel bersama dengan perlengkapan yang ia bawa dari rumah kepada Bu Zalwa.Dengan senang hati, Bu Zalwa menerima Gabriel dan menggendongnya dengan mengayun-ayun Gabriel hingga bayi itu tertawa. Bella ikut tertawa melihat gabriel yang tampak nyaman dengan Bu Zalwa. Mungkin, Gabriel juga sudah menganggap Bu Zalwa sebagai neneknya sendiri. Setelah menitipkan Gabriel, Bella pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit. Tak jauh dari tempat Bella dan Bu Zalwa berdiri, terdapat seorang pria dengan pakaian sederhana yang mengamati mereka dari kejauhan. Senyum cerah yang ditampilkan oleh Bella dan Gabriel membuat ia tanpa sadar ikut tersenyum dengan hangat.***“Selamat pagi, Bella. Bagaimana kabarmu dan Gabriel?”Mata Bella melebar melihat siapa yang menyapanya. Ia tidak menyangka akan berpapasan dengan pria itu di lobi ketika akan menuju ruang gizi. “Dokter Jason! Selamat pagi juga. Gabriel sehat-sehat saja di rumah,
Bu Zalwa gelagapan. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Bella. “Itu … em … ini mainannya dapat dari ....”“Halo, Gabriel! Tante Naura sudah pulang!”Tiba-tiba, Naura yang baru saja kembali dari kantornya datang dan melompat ke arah Gabriel, membuat fokus Bella dan Bu Zalwa buyar dan kini tertuju padanya.Dengan jahilnya, Naura memeluk dan mengangkat Gabriel, padahal anak itu sedang asyik mengunyah bubur yang disuapkan kepadanya. “Oh, mainannya tadi dibelikan sama Naura. Kamu tahu kan kalau dia baru dapat gaji? Kebetulan dia juga dapat bonus besar dari bosnya karena sudah bekerja dengan rajin. Jadi, Naura juga mau bagi-bagi uangnya ke Gabriel juga,” ucap Bu Zalwa.“Mainannya dari Naura?”“Mainan apa?”Bella dan Naura bertanya bersama-sama. Mereka menatap Bu Zalwa dengan kebingungan. “Mainan ini, lho, Naura! Masa kamu lupa sama mainan yang kamu belikan sendiri,” ucap Bu Zalwa sembari menunjuk mainan bola milik Gabriel. Ia mengedip-ngedipkan matanya pada Naura agar mengik
Setelah Bella pergi menitipkan Gabriel pada Bu Zalwa, tak lama kemudian Sagar datang ke rumah itu. Seperti biasanya, ia datang untuk bermain dengan Gabriel, karena hanya itu satu-satunya cara ia bisa bertemu dengan Gabriel tanpa membuat Bella marah kepadanya.Pagi ini, Bu Zalwa menawarkan Sagar untuk mengajarinya bagaimana cara untuk menggendong anak dengan benar. William datang dengan membawa gendongan bayi yang baru saja ia beli atas pesanan Sagar, padahal Bu Zalwa punya satu dari Bella.Sagar tersenyum puas saat Gabriel bisa ia gendong dan anak itu tampak nyaman. Dengan begitu, ia siap untuk pergi kapan saja bersama dengan Gabriel.Tak berhenti sampai di situ saja, Sagar juga diajari oleh Bu Zalwa cara mengganti popok ketika popok Gabriel sudah penuh. Meski awalnya terasa menjijikkan karena bau, tetapi Bu Zalwa berkata jika dia akan terbiasa jika setiap hari melakukannya.Hari itu Sagar habiskan untuk belajar bagaimana cara menggendong, mengganti popok, membuat susu, memandikan Gab
“Anda …?!”Bella merasa geram dengan tingkah laku Sagar, ia siap untuk melampiaskan kemarahannya pada pria itu. Namun, sebuah suara menghentikan kegiatan Bella. Amarahnya pun perlahan menghilang setelah mendengar suara itu.“Pa, Pa, Papa …,” ucap Gabriel dengan suaranya yang masih belum jelas.Bella dan Sagar sama-sama menoleh pada Gabriel. Berbeda dengan mereka yang terlihat sedang marah-marah, Gabriel justru tersenyum lebar. Tangannya mengangkat-angkat di udara dan mengarah pada Sagar, seolah ingin pria itu menggendongnya seperti biasa.Senyuman Gabriel menular ke wajah Sagar, sementara Bella masih menekukkan wajahnya. Wanita itu masih heran dengan Gabriel yang tampaknya akrab dengan Sagar.“Gabriel!” panggil Sagar dengan suara lembut. Padahal, tadi ia hampir saja meninggikan suaranya saat berdebat dengan Bella.Tangan Sagar terangkat dan hendak mengambil Gabriel dari Bella tanpa sadar. Ia berjalan mendekat ke arah Bella dan Gabriel.Plak!Sayangnya, Bella sudah lebih dulu menepis t
“Tuan Sagar?” gumaman pelan terdengar dari mulut Naura yang melongo menatap pria tampan yang ada di rumahnya.Sagar menoleh dan mengernyitkan alis ketika mendengar namanya disebutkan. Ia tidak mengingat jika ia pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.“Kamu kenal aku?” tanya Sagar heran.Di saat yang bersamaan, Bu Zalwa datang dari dapur membawakan camilan bayi untuk Gabriel. Tadi, Sagar yang membelinya. Ia terhenti sejenak ketika melihat Naura yang seharusnya belum pulang itu justru berada di rumah.“Lho, Naura? Kamu sudah pulang?” ucap Bu Zalwa terheran-heran. “Kamu pasti capek, mau istirahat langsung?”Naura menggeleng. Ia menunjuk ke arah Sagar. “Mama, bagaimana dia bisa ada di sini?” tanyanya dengan suara berbisik.“Oh, kamu belum tahu, ya? Dia ini Sagar, ayahnya Gabriel yang Mama ceritakan kemarin. Kamu pasti kaget, ya? Tenang saja, Sagar sudah sering datang ke sini, bahkan hampir setiap hari,” jelas Bu Zalwa.Bu Zalwa mengangkat Gabriel dan meletakkannya di kursi bayi yang
Seorang staf rumah sakit mengetuk pintu ruang kerja Dokter Jason. Pria itu mempersilakannya masuk. Ternyata, dia adalah pekerja dari bagian ketenagakerjaan.“Selamat siang, Dokter Jason. Saya kemari untuk menyampaikan bawah Dokter Jason terpilih sebagai salah satu dari lima dokter senior yang akan mendampingi dokter junior yang baru masuk,” lapor staf ketenagakerjaan itu.“Oh, ternyata aku terpilih, ya? Kudengar dipilih berdasarkan undian,” jawab Dokter Jason dengan ramah. “Kalau begitu, kapan akan dimulai?”“Besok, Dok.”Dokter Jason mengangguk-angguk. “Kalau boleh tahu, siapa orang yang akan menjadi juniorku? Apa kamu punya datanya?”Staf itu mengeluarkan dokumen dari map yang ia bawa dan menyerahkannya pada Dokter Jason. “Ini, Dok. Namanya Sisy Kianara. Dia adalah salah satu lulusan terbaik di universitas kedokteran paling keren di negara ini!”Dokter Jason membaca dokumen itu dengan cepat dan menganalisisnya. Ternyata dia dapat junior perempuan, tetapi itu tidak masalah untuknya.
Bella yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat pun berjalan mendekati dua orang itu. Dia sama sekali tidak percaya jika pria yang paling ia benci di dunia ini berada di samping anaknya yang tengah tertidur pulas. Wanita itu memperhatikan dengan lekat pria yang berwajah tampan itu. ‘Ternyata ini benar-benar Sagar,’ batin Bella yang tidak bisa mengalihkan tatapannya dari mantan suaminya itu. Setidaknya, itulah yang ia pikirkan meskipun Sagar belum mengurus surat perceraian mereka.Setelah sekian lama, Bella tidak pernah menatap wajah Sagar dengan jarak sedekat ini. Ia tidak menyangka akan melihat wajah tampan itu lagi. Tidak dapat dipungkiri, Bella pun mengagumi bagaimana wajah Sagar dipahat sedemikian rupa sehingga membuat semua kaum hawa menahan napas melihatnya.Walaupun begitu, Bella bersyukur. Karena berkat Sagar, Gabriel jadi memiliki paras yang rupawan sehingga siapa pun yang melihatnya pasti akan senang dengan anak itu.Tanpa Bella sadari, pria yang awalnya tertidur pulas it