Bella yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat pun berjalan mendekati dua orang itu. Dia sama sekali tidak percaya jika pria yang paling ia benci di dunia ini berada di samping anaknya yang tengah tertidur pulas. Wanita itu memperhatikan dengan lekat pria yang berwajah tampan itu. ‘Ternyata ini benar-benar Sagar,’ batin Bella yang tidak bisa mengalihkan tatapannya dari mantan suaminya itu. Setidaknya, itulah yang ia pikirkan meskipun Sagar belum mengurus surat perceraian mereka.Setelah sekian lama, Bella tidak pernah menatap wajah Sagar dengan jarak sedekat ini. Ia tidak menyangka akan melihat wajah tampan itu lagi. Tidak dapat dipungkiri, Bella pun mengagumi bagaimana wajah Sagar dipahat sedemikian rupa sehingga membuat semua kaum hawa menahan napas melihatnya.Walaupun begitu, Bella bersyukur. Karena berkat Sagar, Gabriel jadi memiliki paras yang rupawan sehingga siapa pun yang melihatnya pasti akan senang dengan anak itu.Tanpa Bella sadari, pria yang awalnya tertidur pulas it
Aurel bergelayut manja di lengan Jason sepanjang jalan mereka menuju ruang pribadinya Jason. Wanita itu memaksa agar bisa berdua dengan Jason dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Jason pun terpaksa meninggalkan Sisy dan memintanya untuk beristirahat sejenak dan akan menghubunginya lagi nanti.“Jason …,” panggil Aurel dengan manja. Ia sengaja duduk tepat di sebelah pria yang ia idam-idamkan itu.“Apa yang mau kamu bicarakan? Cepat katakan,” ucap Jason dingin.Aurel memanyunkan bibirnya dan menggembungkan sebelah pipinya. “Kamu kok jutek gitu sih? Aku kan cuma mau tanya kapan tanggal pertunangan kita! Kamu sudah mengundur-undurnya terus, lho! Padahal waktu itu kamu bilangnya seminggu, tapi sekarang sudah mau satu bulan!”Jason diam mendengar keluhan dari Aurel. Sebenarnya, ibu dan ayahnya juga sering menerornya dengan topik yang sama. Padahal, biasanya ayah Jason akan bersikap netral, tetapi sekarang ia jadi ikut-ikutan berpihak pada ibunya karena Jason yang tidak segera menentuka
Bella tidak pernah menyangka jika dirinya akan berpapasan dengan Jason di tempat dan waktu seperti ini. Ia mengangguk atas pertanyaan yang diajukan oleh pria itu.“Iya. Itu karena … Sagar sedang sakit, jadi saya datang karena khawatir,” cerita Bella pada Jason dengan sedikit canggung.Jason mengernyit mendengar kabar itu. “Tuan Sagar sakit?”Bella sekali lagi mengangguk. Tiba-tiba, terlintas dalam benaknya ketika ia mengingat bahwa Sagar yang sedang sakit itu belum sempat memeriksakan dirinya ke dokter.“Dokter Jason, bagaimana kalau Anda ikut dengan saya untuk melihat Sagar? Dari cerita William, dia belum sempat dibawa ke dokter karena alasan tertentu. Apa Dokter Jason mau memeriksanya?” Bella terdiam beberapa saat. “Tapi, saya tidak memaksa, kok. Kalau Dokter Jason sibuk—”“Tidak apa-apa. Ayo cek bersama,” jawab Jason cepat. Senyum Bella mengembang. “Terima kasih! Maaf merepotkan Dokter Jason malam-malam begini.”Keduanya pun berjalan bersama-sama masuk ke gedung apartemen itu. Bel
“Bella, apa kamu … tidak mau memperbaiki hubungan denganku?” tanya Sagar sambil menatap Bella dengan lembut.Suasana menghening. Bella menatap Sagar tanpa berkedip, pikirannya melayang jauh, mencoba berpikir kalimat apa yang harus ia ucapkan untuk menjawab pertanyaan Sagar itu.Sagar sendiri tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Bella. Ia terus menatap wanita itu tanpa berkedip. Ia mencoba untuk menelisik ke dalam mata Bella dan mencari jawaban di sana.Di saat seperti itu suara erangan dari Gabriel membuat keduanya tersadar. Gabriel yang bangun itu menggeliat dengan menangis kecil. Bella pun dengan sigap segera menggendong Gabriel dan mencoba untuk menenangkannya sekaligus mengecek anak itu.“Ka-kamu haus ya, Gabriel? Mama buatkan susu dulu, ya” ucap Bella dengan canggung. “Duh, aku belum buatkan susunya. Aku pinjam dapurmu, bolehkan?”“Tidak perlu,” cegah Sagar. Bella menatapnya kebingungan. “Biar aku yang buatkan susunya. Kamu di sini saja.”“Eh, tidak perlu!”“Tidak apa-apa. Kamu
"Tidak bisa, ya? Kalau tidak bisa, tidak apa-apa. Lagipula, Bibi juga tidak memaksa, kok, semisal jika Bella tidak mengizinkannya," ucap Bibi Hana.Wanita itu mengerti akan kondisi rumah tangga keponakannya itu. Ia akan menahan dirinya meski ia sangat ingin bertemu dengan sang cucu. Ia tidak mau kondisi rumah tangga Sagar semakin runyam karena merasa terganggu oleh keberadaannya—mungkin saja Bella masih belum bisa menerima Sagar sepenuhnya.Sagar terdiam sejenak, lalu ia menjawab, “Tidak apa-apa, Bibi. Sepertinya Bibi Hana bisa bertemu dengan Gabriel. Jika mau, akan aku buatkan agendanya.”Di seberang sana, Bibi Hana tersenyum lebar. Ia senang bagaimana Sagar terdengar bersemangat untuk mengatur agenda pertemuan mereka. Ia jadi semakin tidak sabar untuk melihat Gabriel yang selama ini hanya bisa ia pandang melalui layar handphone itu."Begitu ya? Terima kasih banyak, ya, Sagar. Maaf, Bibi jadi merepotkanmu."***Ding! Dong!Bunyi bel pintu membuat Sagar cepat-cepat membuka pintu. Mulu
Hana dan Sagar menoleh serempak ke arah wanita yang menghampiri mereka berdua. Tidak ada yang menyangka jika wanita itu adalah Stefany. Sagar sendiri mengernyit heran karena tidak tahu jika Stefany adalah salah satu orang yang diundang ke acara itu.Stefani melangkah dengan memasang senyum terbaiknya. Ia bahkan berkedip dan mengerlingkan matanya ke arah Sagar, juga memainkan rambutnya yang terurai indah.Stefany menatap Sagar dan Hana bergantian, lalu ia bertanya, “Wah, ternyata Nona Hana dan Sagar saling mengenal, ya? Kulihat dari tadi kalian berbincang dengan akrab.” Stefany sengaja berkata seperti itu dan berpura-pura tidak tahu layaknya orang bodoh. Sementara itu, Hana menyeringai samar saat melihat bagaimana hebatnya akting yang dilakukan oleh Stefany.‘Ternyata dia pintar sekali berpura-pura jadi orang bodoh dan polos di depan Sagar,’ batin Hana dan menatap Stefany dengan sebelah mata.Namun, Hana lebih memilih untuk ikut dalam permainan yang Stefany buat. Ia ingin melihat seja
Mata Sagar dan Bibi Hana melebar saat melihat Bella yang tiba-tiba saja melompat dan memeluk Bibi Hana dengan sangat erat. Bibi Hana mengerjap beberapa kali karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.“Bella?” gumam Hana dengan pelan. Betapa terkejutnya dia saat menyadari jika bahu Bella bergetar kecil. Tak hanya itu, terdengar sedikit suara isak tangis dari Bella.Hana tersenyum maklum dan mengelus punggung Bella. Setidaknya Bella masih mau menerimanya dengan lapang dada. Tak lama, Bella pun melepaskan pelukannya pada Bibi Hana. Terlihat mata Bella yang berkaca-kaca.“Bagaimana Bibi Hana bisa ada di sini?” tanya Bella dengan lembut.Sambil berjalan masuk ke apartemen, Hana menjawab, “Aku sedang ada acara di kota ini. Kebetulan Sagar juga diundang di acara itu, jadi kami bertemu di sana.”“Karena Bibi Hana bilang mau mampir dan bertemu denganmu juga Gabriel, jadi aku tawari untuk datang ke sini,” tambah Sagar. Bella menoleh ke arah Sagar. Tingkah lakunya terlihat agak canggun
Mata Bella terbelalak saat melihat wajah Sagar yang sangat dekat dengannya. Jaraknya bahkan sangat dekat sehingga jika Bella bergerak sedikit saja, kulit pipinya bisa bersentuhan dengan hidung Sagar.“Ap-apa yang kamu lakukan?!” Bella menyuarakan kegelisahannya.Sagar yang sudah terbangun itu hanya tersenyum nakal. Bukannya menjauhkan diri dari Bella, ia justru mengikis jarak di antara mereka hingga akhirnya tidak ada jarak lagi yang memisahkan keduanya.Bibir Sagar menyentuh bibir Bella dengan pelan dan lembut. Pria itu memejamkan matanya, menikmati kedalaman dan rasa cinta yang ia tumpahkan pada Bella melalui ciumannya. Sementara itu, Bella yang terkejut pun membeku. Akan tetapi, ia segera sadar ketika Sagar semakin memperdalam ciuman mereka.Bella mencoba untuk melepaskan diri dengan mendorong Sagar. Akan tetapi, kekuatan pria itu tak sebanding dengannya. Tangan Sagar justru semakin melingkari pinggang Bella dan menariknya ke dalam pelukannya.“Lep—”Sagar tidak membiarkan Bella u
Bella tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya. Ia bahkan sampai mencubit pipinya sendiri agar ia percaya jika apa yang ada di depannya adalah kenyataan, bukan bagian dari bunga tidurnya.“Kak Sagar benar sudah sadar?” tanya Bella. Ia benar-benar tidak percaya meski sudah mencubit pipinya sendiri.Sagar yang ada di hadapan Bella terkekeh. Ia menyentuh pipi Bella dan menarik wajahnya untuk mendekat. Kecupan singkat di bibir Bella membuatnya bisa merasakan kehangatan dari bibir Sagar.“Apa masih belum percaya?” goda Sagar.“Kak Sagar,” panggil Bella sekali lagi. Kini dengan suara bergetar karena menahan tangis.Sagar tersenyum lembut. “Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu. Waktu awal menikah, aku ingat kamu memanggilku seperti itu. Oh, tunggu dulu … kalau tidak salah, ketika kamu kecil, kamu juga memanggilku begitu.”Mata Bella melebar. “Kak Sagar ingat?”“Tentu saja. Aku punya ingatan yang baik.” Sagar kembali tertawa saat melihat wajah Bella yang mendadak memerah.Bel
“Iya, Gabriel. Papamu masih istirahat. Doakan dia cepat sembuh, ya?” ucap Bella dengan suara bergetar. Ia bangkit dan membawa Gabriel menuju Sagar. Ia mendudukkan Gabriel di sisi sang Papa.Dengan polosnya, Gabriel merangkak mendekati wajah Sagar dan menepuk-nepuk pipinya pelan. Tingkahnya itu mau tidak mau membuat Bella menarik senyum.“Bilang pada Papa untuk cepat bangun, ya? Bilang kalau Gabriel mau bermain lagi dengan Papa,” bisik Bella di telinga Gabriel.Seolah mengerti, Gabriel kini menggeser tangannya untuk menyentuh dada Sagar. Ia menggoyangkan tubuh Sagar dengan kekuatannya yang sangat lemah itu. Sesekali Gabriel memanggil ‘papa’ dengan mulut kecilnya. Ia seperti ingin membangunkan Sagar. Entah lelah karena Sagar tidak kunjung bangun atau apa, Gabriel tampak cemberut. Ia memilih untuk membenamkan wajahnya di dada Sagar dan diam di situ.“Gabriel mau tidur dengan Papa, ya?” ucap Bella dengan sedikit menahan tawa.Sebenarnya, Bella ingin meletakkan Gabriel di sisi Sagar tetap
Bryan melompat dari tempat duduknya ketika mendengar bahaya menghampiri Sagar. “Tuan Sagar tertembak? Bagaimana bisa?”Sebenarnya, ini bukan kali pertama Sagar tertembak. Dulu, saat melawan musuh-musuhnya, beberapa kali Sagar terkena tembakan. Beruntungnya, Sagar masih selamat hingga saat ini.“Iya, Tuan Sagar tertembak oleh Stefany. Wanita gila itu awalnya ingin menembak Nyonya Bella, tetapi Tuan Sagar dengan cepat melindungi Nyonya Bella. Jadinya, Tuan Sagarlah yang tertembak,” jelas William.Bryan menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala. “Sudah kuduga kalau wanita itu memang sama gilanya dengan Laura! Untung sekali dia sudah ditangkap. Biarkan dia mendekam dalam penjara bersama si jalang itu!”William yang mendengar omelan Bryan hanya bisa tertawa kaku. William tahu jika Bryan sangat membenci wanita-wanita yang mendekati Sagar. Kebanyakan dari mereka adalah penjilat yang hanya mengincar harta maupun fisik Sagar. Namun, entah mengapa Bella punya aura yang berbeda, jadi merek
Mata Bella terpejam erat. Padahal ia hanya ingin menggapai Sagar dan merasa aman di sisinya. Namun, suara tembakan yang mengarah kepadanya, serta teriakan Sagar yang memanggil dirinya, membuat Bella meringkuk ketakutan. Ia sudah siap merasakan rasa sakit dari tembakan itu.Akan tetapi, setelah beberapa detik setelah tembakan terdengar, Bella tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Yang ia rasakan justru rasa hangat dari pelukan yang tidak asing baginya.“Kak … Sagar?” Bella mendongak. Wajah Sagar berada tepat di hadapannya. Melihat itu, Bella segera menyadari satu hal. Wajah Sagar terlihat pucat, suara erangan kecil terdengar dari mulutnya, dan keringat dingin membasahi dahinya.“Kak Sagar?!” Bella berusaha memanggil nama Sagar sekali lagi. “Ughh,” erangan kesakitan Sagar lebih keras dari sebelumnya. Mata Bella memindai tubuh Sagar. Ia pun melihat tangan Sagar berusaha menekan salah satu bagian tubuhnya. Ada cairan merah segar yang keluar melalui celah-celah jarinya. Ternyata, pelu
“A … apa? Tidak!” Bella mencoba untuk memberontak, ia memalingkan wajahnya agar bisa menjauh dari ujung pistol. Namun, Stefany tidak tinggal diam. Ia mencengkeram erat wajah Bella hingga membuat kulit wanita itu terluka karena ujung kuku-kukunya yang tajam.“Jangan memberontak, bodoh! Biarkan saja takdirmu ini berlalu!” Stefany tertawa sangat keras. Dia menyukai apa yang sedang ia lakukan saat ini.Sementara itu, Bella gemetar ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak ada di dunia ini. Ia tidak memikirkan rasa sakit yang mungkin ia terima setelah mendapatkan tembakan di kepalanya. Yang ada dalam pikirannya saat ini dipenuhi oleh Gabriel, anaknya.‘Tidak … tidak … kalau aku mati … kalau aku mati … bagaimana dengan Gabriel?’ batin Bella berkelut. Bella tidak bisa membayangkan bagaimana Gabriel tumbuh besar seorang diri. Ia tahu rasa tidak enaknya saat tidak punya seorang ibu di sisinya. Tidak akan ada pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan lagi di dunia ini.‘Bag
"Nona Stefany beberapa hari yang lalu memberi rumah di salah satu perumahan terpencil yang ada di kaki pegunungan, tidak jauh dari kota tempat Tuan Sagar tinggal saat ini. Kemungkinan besar dia membeli rumah itu agar bisa menyembunyikan Nyonya Bella di sana," jelas Bryan. "Akan segera saya kirimkan alamatnya."Tak lama setelah Bryan memutuskan hubungan teleponnya dengan Sagar, Bryan pun mengirimkan alamat beserta titik koordinat yang menjadi tempat kemungkinan Bella disembunyikan. Sagar segera membukanya. Meski Bryan mengatakan jika tempat itu cukup terpencil dan jauh dari pemukiman warga, tetapi rumah itu terlihat cukup mewah layaknya villa pribadi.Belum selesai menganalisa temuannya, lagi-lagi ponsel Sagar berdering. Pria itu segera mengangkatnya setelah melihat nama William tertera di sana."Tuan Sagar, saya sudah menemukan lokasi di mana Nyonya Bella dibawa pergi," jelas William. Sagar mendengarkan dalam diamnya. "Mobil yang membawa Nyonya Bella pergi ke sebuah daerah kaki gunun
“Apa maksudmu?!” Bella berteriak tidak terima dengan pernyataan Stefany. “Kau mau membunuhku dan anakku?”Stefany menyeringai sangat lebar dan kembali menarik-narik rambut Bella. Wajah Bella memucat saat mendengar ucapan Stefany barusan. Ia tidak bisa membayangkan dirinya hidup tanpa Gabriel, malaikat kecil yang membawa kebahagiaan pada dirinya.“Iya, akan kubunuh Kau dan anak sialan itu! Tidak akan kubiarkan kalian hidup! Hanya akulah yang boleh memiliki Sagar. Tikus pengganggu sudah seharusnya untuk dimusnahkan!”Stefany menatap orang-orang berbadan besar yang dari tadi memperhatikan di belakangnya. “Awasi wanita ini! Besok pagi, aku akan kembali dengan membawa berita baik untuk didengarkan. Bella, kau mau melihat anakmu, kan? Akan kubawakan besok padamu dalam keadaan tidak bernyawa.” Stefany tertawa terbahak-bahak selayaknya iblis jahat. Ia lalu pergi dari tempat itu dan meninggalkan Bella sendirian. Ia berbicara pada pengawalnya untuk tidak mempedulikan Bella meski dia meminta u
Napas Sagar tertahan setelah mendengar ucapan dari Bu Zalwa yang mengatakan bahwa Bella sudah pulang sejak tadi sore. Sagar mencoba berpikir positif, tetapi ia tetap tidak bisa melakukannya.“Baiklah, terima kasih banyak atas infonya, Bu Zalwa. Sayangnya, sepertinya saya tidak bisa datang malam ini. Bella sampai sekarang belum pulang juga, maka dari itu saya menelpon Bu Zalwa. Semisal Bu Zalwa tahu keberadaan Bella, tolong segera hubungi saya, ya. Sekarang saya mau mencari Bella dulu.”Setelah itu, panggilan pun dimatikan oleh Sagar. Sagar tidak langsung meletakkan ponselnya. Ia beralih menelpon orang lain. Kini, ia menelpon bawahannya, William.Tak butuh waktu lama bagi William untuk mengangkat telepon dari Sagar."Iya, Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya William. Ia merasa heran karena ia baru saja kembali dari apartemen Sagar beberapa saat yang lalu, tetapi kini atasannya itu sudah kembali menelponnya.“William, gawat! Sepertinya terjadi sesuatu pada Bella. Sampai sekarang d
Berita akan terbakarnya salah satu pabrik kerja sama perusahaan Sagar juga sampai di telinga Bella. Berkat itu pula ia jadi terus memikirkan hal itu selama ia bekerja di rumah sakit.‘Sagar pasti masih sangat sibuk sekarang,’ batin Bella sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor telepon Sagar dengan foto profil pria itu. ‘Pasti susah mengurus perusahaan dari tempat yang jauh.’‘Karena aku dan Gabriel, Sagar jadi kesusahan seperti ini. Jika bukan karena aku, mungkin Sagar sudah bisa langsung mengurus perusahaannya tanpa menyerahkan masalah ini pada bawahnnya,’ batin Bella dengan perasaan bersalah.Setelah Sagar mendapatkan telepon dari Bryan tadi, Sagar langsung cepat-cepat menghabiskan makanannya. Ia pun mulai bekerja dengan melihat semua berkas yang dikirimkan Zoy. Sagar juga terlihat berbincang serius dengannya dan mendiskusikan banyak hal. Bella yang melihat betapa sibuknya Sagar tidak berani mendekati pria itu, bahkan untuk berpamitan ke tempat kerja.Beruntungnya, Sa