Share

Kemarahan Abbas

Penulis: Naily L
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-26 23:29:49

Abbas duduk di belakang kemudi, melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Sayyidah berada di sampingnya. Keduanya diam tanpa sepatah katapun.

Detik kemudian ...

"Ada yang mau kamu jelasin?" tanya Abbas memecah keheningan.

"Tidak ada," balas Sayyidah dengan malas.

"Kalau pergi kemanapun harus tau waktu, waktunya sholat harus sholat. Jangan sampe di tinggal!" pesan Abbas, kepalanya menengok kepada lawan bicaranya.

Sayyidah membuang wajahnya ke jalan, "Aku udah besar, tau mana yang benar-mana yang salah, tau depan-belakang, tau atas-bawah. Ngga usah kamu ngasih tau, aku juga sudah tau," sanggah Sayyidah dengan ketus.

"Jaga pergaulan kamu Sayyidah, jangan sampe mama sedih di alam sana dengan keadaan kamu di sini!"

"Aku tau," jawab Sayyidah dengan ekspresi kesal. 

Abbas tak lagi membalas ucapan Sayyidah. Tak ada kata maaf sama sekali dari mulutnya, setelah mengatakan Abbas sebagai sepupu di depan teman-temannya. Padahal di tempat tinggalnya, Abbas dengan bangganya mengenalkan Sayyidah sebagai seorang istri.

"Ya salaam ... sabar Abbas ini ujian," batin Abbas menghibur hatinya. Wajahnya tersenyum datar menanggapi sikap menyebalkan istrinya.

Sesampainya di rumah, Sayyidah merebahkan tubuhnya di kasur dengan posisi tengkurep.

Abbas melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket.

Drrrt ... Drrrt ... Drtt ...

Tanpa membalikkan badan, tangan Sayyidah terulur menelusuri nakas. Begitu dapat, telunjuknya menekan tombol on off.

Mata sayu Sayyidah membola menatap layar, tubuhnya kini telah duduk bersandar pada headboard ranjangnya. 

Yang di tujukan pertama kali ialah gambar dirinya dengan Abbas di mall tadi, ia ingat moment saat Abbas mengajak Sayyidah untuk beranjak dan sholat terlebih dahulu. Caption di bawahnya bertuliskan 'Sayyidah yang sholehah dengan sepupu alimnya'.

Ramai di bawahnya berisi beragam komentar dari penghuni group alumni SMA Kartini, walaupun sudah lulus dan melanjutkan pendidikan masing-masing, tapi mereka masih saja aktif berkomunikasi.

Hampir semuanya memiliki moment untuk jadi bahan gosip, sepertinya giliran Sayyidah yang jadi bahan gosip mereka saat ini.

Sebuah pesan masuk atas nama Sofyan, sontak Sayyidah segera membukanya.

[Ay, lo ada di jakarta? Gue kangen (emoji love)]

"Ishh! Bukannya dia udah jadian sama Rani? Masih manggil Ay lagi. Tapi aku juga masih berharap dengannya," gumam Sayyidah.

[ Iya, gue lagi di sini.]

Send

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Abbas yang keluar dengan memakai kaus putih polos, dengan bawahan celana di bawah lutut. Tangannya meraih sarung dan atasan koko di gantungan baju.

Cek, Sayyidah berdecak kesal dan melempar pandangannya ke sisi lain.

"Ngga tau malu mau pakai baju di sini, padahal ada aku."

Tak lama kemudian Abbas sudah rapih dengan stelan koko putih dan sarung, di punggungnya terselampir sajadah. Bau minyak misiknya menyeruak ke hidung, wangi dan bikin nyaman.

"Say, waktu maghribnya sudah lepas tiga puluh menit. Kamu mau mandi dulu apa langsung sholat?" tanya Abbas.

"Nanti aja."

"Eiitss ... Jangan nanti! Waktu maghrib itu sebentar, keburu masuk waktu isya nanti." Menarik selimut yang di gunakan Sayyidah.

"Iih! Aku capek, libur satu kali 'kan ngga papa." Menarik kembali selimutnya.

"Sayyidah ngga boleh gitu, kamu udah janji sama almarhumah buat jadi orang yang lebih baik 'kan?"

"Stop deh! Kamu kaya anak kecil selalu pesan mamah yang jadi andalan buat ngancem aku."

Abbas menghentikan aksinya dan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.

Sayyidah benar-benar membuat siapapun naik pitam, kecuali Abbas yang dengan sabar meladeninya, tapi tidak kali ini.

"Sayyidah Fatimah dengerin aku baik-baik, jika rumah ini dan segala isinya terbakar termasuk kamu yang ngga terselamatkan. Panasnya itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan panas api neraka. Satu kali saja meninggalkan sholat fardhu, itu bisa menjadikan masuk neraka. Kamu itu tanggung jawabku di dunia dan di akhirat, jika aku membiarkan kamu tidak sholat maka aku juga kena dosanya," ujar Abbas panjang lebar dengan tegas.

Sayyidah menatapnya dengan sengit.

"Kenapa? Apa kamu pikir aku tidak bisa marah? Kalau hal mengenai diriku sendiri aku bisa saja diam dan bersabar, tapi untuk urusan syariat dan akhirat aku tidak bisa sabar. Karena itu urusan keselamatan masa depan kehidupanku di akhirat," sambungnya.

Sayyidah tak membalas apapun ucapan Abbas, dia tercengang melihat ekspresi kemarahan Abbas.

"Ternyata orang seperti dia bisa marah juga," batinnya.

Belum usai dari keheranannya, ia di kejutkan dengan sikap lembut Abbas kepadanya. Abbas menarik selimutnya. 

Memegang kedua kakinya.

"Di bagian mana yang pegal? Kamu capek 'kan?" tanya Abbas dengan nada yang lembut. Kedua tangannya memijit kedua kaki Sayyidah dengan lembut. 

Sayyidah terhipnotis dengan sikap Abbas, mulutnya menganga seolah tak percaya.

"Udah ya, takut waktu maghribnya habis." Tangan Abbas meraup wajah Sayyidah yang masih melongo. Terdengar kekehan kecil di mulutnya.

Detik kemudian Sayyidah merasa dirinya melayang, Abbas telah membopongnya tanpa memberi aba-aba. 

"Barangkali kamu masih capek buat jalan, jadi aku bantuin." Lagi-lagi Sayyidah terhipnotis dengan sikapnya, kini wajah Sayyidah sangat dekat dengan wajahnya, apalagi tangan Sayyidah yang refleks melingkar di leher Abbas.

Hawa dingin menyentuh kaki Sayyidah, tak di sangka kakinya sudah menginjakkan lantai kamar mandi. 

"Ayo kamu wudhu! Aku tunggu di luar." Tangan Abbas mengacak rambut Sayyidah, menyadarkan kesadarannya. 

"Ish! Konyol banget aku ini, tubuhku berharap Abbas melakukan lebih ... seperti adegan film-film romantis: membelai, memeluk, mencium. Seorang Abbas? Ah! Ngga deh! Ngga level!" Sayyidah merutuki diri sendiri.

***

Setelah bersalaman usai sholat jama'ah, tangan Sayyidah di cekal oleh Abbas saat beranjak dari duduknya.

"Aku mau nanya," ujarnya dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.

"Tanya apa?" balas Sayyidah.

"Siapa itu Sofyan?" Kini ekspresi Abbas telah berubah seperti orang yang menuntut penjelasan.

"Aku juga mau nanya, kok kamu bisa nyetir mobil? Terus nyupirin aku segala," balas Sayyidah dengan balik menanyai Abbas.

"Pintar mengalihkan pembicaraan kamu, ya." Mencubit hidung Sayyidah.

"Aku itu udah lama bisa nyetir, udah punya SIM juga, sejak umi masih ada aku udah di ajarin semuanya."

"Umi kamu orang yang baik Bas, dulu mamah sering menceritakan kebaikan-kebaikan tante Sofa."

"Bukan baik lagi, beliau itu syurga untukku." Rasa penasaran Abbas sedikit menguap seiring obrolan dengan Sayyidah, walaupun hatinya terasa nyeri saat mendengar teman Sayyidah menyebut 'Sofyan cowo kesayangan Sayyidah'.

Sayyidah bernafas lega, Abbas tak berlarut dalam pertanyaannya. Jika ia terus bertanya, apa yang bisa ia jawab. Sedangkan ia tak bisa memaknai hatinya. Ia memang menyukai Sofyan, laki-laki yang keren, ganteng, tinggi, siapapun pasti jatuh hati saat pandangan pertama, tapi mendengar tingkah laku Sofyan dengan wanita lain, ia jadi sedikit kurang yakin dengan Sofyan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kahmi Tambora
asik ceritax
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Dalam Perjodohan   Ciuman pertama

    Sayyidah dan Abbas masih menjalani hari-harinya di Jakarta. Demi menemani Sayyidah, Abbas rela meninggalkan tugas khidmah di ma'had dan perkuliahannya. Hati Sayyidah masih terpukul dengan kepergian Marwah, hari-harinya masih hampa tanpa semangat. Lepas sholat subuh, Sayyidah mengurungkan diri di dalam kamar. Sebagai suami, ia sendirilah yang mengerjakan pekerjaan rumah. Pukul tujuh pagi ia sudah selesai nyapu, ngepel dan menyiapkan sarapan untuknya dan Sayyidah. Ia berjalan membawakan makanan untuk Sayyidah ke dalam kamar. Tubuh Sayyidah terbungkus oleh selimut, matanya terpejam, tapi mulutnya meracau."Mah, Sayyidah kangen ... peluk Sayyidah, Mah." Bulir air matanya mengalir, Abbas yang sudah duduk di tepi ranjang di tarik oleh tangan Sayyidah dan di bawanya dalam pelukan. Kini Abbas sudah terbaring di sampingnya, kepala Sayyidah terbenam di leher Abbas, tangan kiri Sayyidah melekat di pinggangnya, sedangkan tangan kanannya meraba ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Cinta Dalam Perjodohan   Kamu istriku

    "Terima kasih banyak Say, gue pamit dulu." "Sama-sama Zahra." Setelah cipika-cipiki, Zahra berjalan ke arah mobil yang telah terparkir.Sayyidah melambaikan tangan ketika mobil Zahra melaju pelan meninggalkan pekarangan rumahnya. Drrt ... Drrt ... Drrt ...Benda pipih yang tersimpan di saku gamisnya bergetar, segera ia buka pesan-pesan yang sedari tadi masuk. Namun, tak junjung ia buka karena asik berbincang dengan Zahra. Deretan pesan pertama muncul atas nama Sofyan dengan pesan beruntun,[Sayyidah manis][Sayyidah cantik][Sayyidah imut][gue kangen sama lo Say] pesan ke empat di iringi wajah Sofyan yang tersenyum manis di depan kamera, senyum yang bisa melelehkan siapa pun yang melihatnya. Sayyidah tersenyum simpul melihat layar andoidnya, tanpa mengalihkan pandangannya ia berjalan santai menuju kamarnya. Abbas baru saja keluar dari pintu kamar, hampir saja bertubrukan dengan Sayyida

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Cinta Dalam Perjodohan   Bromo ( Tadabbur Alam)

    Di bawah kabin pesawat tidak banyak kata yang mereka lontarkan. Abbas lebih diam, sedangkan Sayyidah merasa gengsi untuk memulai obrolan dengannya. “Sampai di Jawa Timur kita tadabbur alam dulu,” ucap Abbas. “Apa itu ... sial!” Belum selesai Sayyidah berbicara, Abbas sudah menyenderkan kepala dan memejamkan matanya. Sayyidah meraihkan ponselnya dan mengetikan kata ‘apa itu tadabur alam’.Di bawahnya memunculkan hasil kalimat yang di ketiknya. Tadabbur alam merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi berserta isinya. “Mohon maaf Kak, silahkan ponselnya di matikan atau dialihkan ke mode penerbangan. Karena pesawat akan segera lepas landas,” tegur seorang pramugari kepada Sayyidah. “Iya, terimakasih.” Sayyidah mengusap layar androidnya dan menekan flight mode, kemudian memasukannya kedalam sling bag.*** Setelah keluar dari bandara, Abbas membeli dua tik

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Cinta Dalam Perjodohan   Masak Pagi

    Abbas mengambil botol air minum di tasnya, membukakan tutup botol, lalu menyodorkannya kepada Sayyidah. “Ayoo duduk! Minum dulu, barangkali kamu masih shock,” perintah Abbas dengan menggelar sorbannya lebih dulu. Sayyidah meraih botol di tangan Abbas dan menenggaknya sampai tandas. “Selonjorkan kakimu!” titah suaminya.Ia memijit kedua kaki Sayyidah dengan lembut sampai ke ujung jari-jemarinya. Sentuhan Abbas menjadikan hati Sayyidah semakin meleleh. “Apa sudah enakan?” tanya Abbas menyadarkan Sayyidah yang sedari tadi menatap wajahnya. “Uummm ... iya aaaku udah baik,” jawab Sayyidah dengan agak gugup. “Kamu yakin baik-baik saja?” tanya Abbas sekali lagi. “Yakin aku baik-baik saja,” balas Sayyidah dengan tersenyum menampakkan lesung pipinya.MasyaAllah ... istriku senyumannya manis sekali ya Allah, puji Abbas dalam hati. “Ya udah, kita lanjut pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Cinta Dalam Perjodohan   Amanah

    “Bas, gimana penampilanku? Udah rapi belum?” Sayyidah bercermin di layar ponselnya. “Udah rapi.” Abbas tersenyum. “Kang Abbas mau ketemu umma?” tanya seorang santriwati yang muncul dari dalam kepada Abbas.Ia membawa nampan berisi tiga gelas yang masih mengepul dengan beberapa toples makanan. “Na’am,” jawab Abbas. “Tafadhol duduk! Ana panggilkan dulu ummahnya.” Ia mempersilahkan Abbas dan Sayyidah di sebuah kursi panjang. Beberapa menit kemudian ... “Assalamuallaikum, Nak! Gimana kabarnya?” sapa seorang wanita dewasa berparas cantik mengenakan pashmina size besar di kepalanya. Tubuhnya sedikit gempal tetapi berwibawa. “W*’allaikumussalam Umma, alhamdulillah kher,” balas Abbas. “Alhamdulillah ... ini istri antum?” “Na’am Umma.” “Nama saya Sayyidah.” Sayyidah mencium tangannya. “MasyaAllah nama yang indah, seindah rupanya.” Tersenyum manis.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Cinta Dalam Perjodohan   Bolehkah aku menciummu?

    Abbas menyentuh pipinya, kemudian membelainya lembut.Sentuhan tangan Abbas membuat hatinya merasa bergidik. Sayyidah tak kuasa, perlahan ia memejamkan mata.“MasyaAllah tabarakallah istriku, permataku, bidadariku.”Pujian Abbas semakin melambungkan hati Sayyidah keangkasa. Binar netra Abbas menatap lekat wajahnya.“Boleh aku mencium keningmu?” izin Abbas kembali.Kali ini Sayyidah tak mampu menjawab, hatinya telah di selimuti perasaan bak ratu yang sedang di puji. Ia hanya menganggukkan kepalanya.Cup ...Abbas mencium kening Sayyidah dengan lembut.“Hehehehe ....” Tiba-tiba Abbas terkekeh.“Kamu kenapa?” Netranya terbuka seraya melebarkan pupilnya.“Kalau kamu anggun kaya gini rasanya seperti bidadari, cantik sekali ... tapi kalau kamu lagi marah-marah dan ngambek seperti sebelum-sebelum ini, kamu kaya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Cinta Dalam Perjodohan   Cemburu

    Selepas sholat isya Abbas mengajak Sayyidah makan malam di luar. “Kamu mau makan apa Say?” tanya Abbas sambil menyetir motor. “Apa? Aku nggak dengar,” teriak Sayyidah di belakang Abbas. “Kamu mau makan apa?” Kali ini Abbas mendekatkan kepalanya. “Oh ... apa, ya? Soto aja,” ucap Sayyidah. “Yang di pinggir jalan aja nggak papa, ya?” “Hmm ... iya nggak papa. Kamu apa?” tanya Sayyidah. “Aku nasi punel.” “Apa itu?” “Nanti kamu juga tau, hehehe.” “Iiih!” Sayyidah meneplak punggung Abbas. **** Setelah menelan habis makanan, Abbas meneguk segelas air, lalu mengucap rasa syukur.“Alhamdulillah,gimana Say rasanya?” ujar Abbas. “Enak ... walaupun kaki lima tapi rasa nggak kalah mantap,” puji Sayyidah dengan mengacungkan kedua jempolnya. “MasyaAllah, walaupun sederhana yang penting rasa syukur kita,” ucap Abbas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Cinta Dalam Perjodohan   Pengalaman Baru

    "Ehh tunggu! Aku ambil motor dulu. Kamu tunggu disini istriku!" Ia menuntun Sayyidah kembali ke kursi. Kemudianberjalan menuju tempat motornya yang terparkir.Beberapa menit berlalu ...Abbas mematikan mesin motornya. Ia beranjak menuju tempat duduk Sayyidah.“Khumairahku ... setelah ini mau kemana?”“Menurut kamu?” jawab Sayyidah dengan ekspresi bingung.“Kamu pengen makan apa lagi?”“Uummm ... aku pengen kebab kaya yang di makan Zakiyah sama Azam kemaren pas aku ngajar.”“Oke ... ayo kita beli!”“Ayo!” Sayyidah dengan semangat mengikuti langkah Abbas.Sepeda motor mereka melaju pelan membelah pekatnya malam. Udara yang semakin dingin tak menembus hangatnya suasana hati mereka.“Kamu nggak capek, Bas? Kesana-kemari nyetir motor,” tanya Sayyidah.“Nggak, asalkan sama ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04

Bab terbaru

  • Cinta Dalam Perjodohan   Extra Chapter

    Sayyidah berhias diri seraya bertaut di depan cermin, ibu hamil itu tersenyum puas melihat keberhasilannya mempercantik wajah.“MasyaAllah istri abi tambah cantik,” puji Abbas menatapnya dari pantulan cermin.“Syukron Abi.” Sayyidah mengembangkan senyumnya.“Sudah siap? Ternyata abi nunggu Umi hampir satu jam,” ungkap Abbas sembari memeriksa jam di tangannya.“Hehehe ... dandannya harus yang cantik Bi, jadinya lama deh,” sanggah Sayyidah.“Iya deh.” Abbas membalasnya singkat.Semenjak hamil istrinya itu memang lebih sering berhias dari biasanya, ia juga lebih rajin dalam mengurus dan menata rumah. Abbas semakin bangga dengan sang istri.“Ayo kita berangkat!” Sayyidah beranjak seraya memegangi perutnya yang buncit.“Eh, tunggu dulu!” cegah Abbas, membuat langkah Sayyidah terhenti dan berbalik

  • Cinta Dalam Perjodohan   Akhir Bahagia ( tamat)

    *******Suasana pagi hari di warnai rasa kekhawatiran Abbas, saat sang istri mual muntah tanpa sebab pasti.“Wuuuek!”Sayyidah yang baru saja muncul dari pintu, kembali masuk ke dalam kamar mandi.“Umi! Umi kenapa?” Abbas menggedor-gedor pintu itu dengan cemas.Ceklek!Begitu nampak tubuh sang istri, Abbas langsung menyambarnya ke dalam pelukan.“Sayang, Umi kenapa? Umi sakitkah?” ujar Abbas seraya mengusap punggung istrinya.“Hmmm ... umi nggak papa Bi,” balas Sayyidah.Sejurus kemudian Abbas menuntunnya menuju sofa di samping ranjang.“Umi istirahat aja, ya?! Ayo!” ajak Abbas yang telah bersiap membopong tubuh istrinya ke atas kasur.“Nggak usah Bi, umi baik-baik aja,” tolak Sayyidah.“Umi kenapa sih? Apa yang di rasa? Umi habis makan apa? Semalem Umi minum j

  • Cinta Dalam Perjodohan   Membujuk

    Abbas memindai pandangannya kepada Sayyidah dan Kirani bergantian dengan ekspresi menuntut penjelesan. Sayyidah menghela nafas panjangnya, spontan ia menghamipiri sang suami dan meminta Ibrahim dari gendongannya. “Ibrahim akan punya Abi lagi, nanti main mobilnya juga nggak sendiri, ya?!” tutur Sayyidah mengajak Ibrahim bercengkrama. “Maksud Umi?!” Abbas semakin tak mengerti. Sayyidah bergeming, ia menatap wajah suaminya lekat. Namun, tak ada satupun kata yang bisa ia ucap. Sejurus kemudian ia mengibaskan pandangannya dari wajah sang suami. “Bi, jadilah abi baru untuk Ibrahim! Umi akan rela di madu dengan Kirani!” ungkap Sayyidah lantang, akan tetapi setelahnya ia harus menarik nafas panjang guna mengatur pola pernafasannya yang tidak beraturan. “Ada apa ini Sayang? Kenapa Umi berkata seperti ini?” tanya Abbas terlontar. Sayyidah menelan ludah sebelum ia membuka mulutnya untuk menyahuti pe

  • Cinta Dalam Perjodohan   Calon Abi Baru

    Sayyidah bergeming beberapa saat, akan tetapi bulir bening tak kunjung berhenti mengalir dari sudut matanya. Ia berjalan perlahan dengan langkah limbung, sesampainya di kursi tubuh Sayyidah runtuh di atasnya. “Wanita yang tak sempurna, aku wanita mandul yang nggak bisa punya anak, hiks ... hiks ... hiks ....” Sayyidah tergugu. “Memang lebih pantas kalau suamiku menikah lagi dengan wanita lain yang sempurna, tapi ... aku nggak rela!” Sayyidah meremas kepalanya yang mendongak seraya menyenderkan bahunya di sofa. “Apa aku begitu egois, ya, Allah?” gumam Sayyidah dengan menghiba. Sesaat kemudian ia mengatur pola nafas dengan menghela nafas panjangnya lalu menghembuskannya perlahan. ***** Beberapa waktu telah berlalu ... Sayyidah berhasil meredam gejolak emosinya, akan tetapi belenggu kecemasan masih melekat di hatinya. Di atas meja makan malam Abbas merasa terheran, biasanya walau

  • Cinta Dalam Perjodohan   Hadirnya Kirani Kembali

    Usai menemani acara majelis rutinan di sebuah masjid, Abbas mendampingi perjalanan gurunya menuju tempat pondok.Abuya duduk di samping kemudi, sedangkan Abbas bertugas mengendarai laju mobil yang ia tumpangi.Beberapa santri lain mengawal Abuya dengan kendaraan yang berbeda, sehingga di dalam mobil itu hanya Abuya dan Abbas saja.“Belum ada pejuang yang bisa Abuya kirim ke Batam, Bas,” tutur Abuya memulai percakapan.“Kenapa Abuya?” respon Abbas seraya menengok ke arah sang guru di sampingnya.“Mereka masih memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing di sini,” tandas Abuya.Abbas menganggukkan kepalanya pelan.“Mau pilih ente, tapi ente lagi lanjut kuliah, ya, Bas?!” sambung Abuya.“Na’am Abuya.”“Santri yang Abuya tawarin buat menikahi Kirani belum pada mau Bas, makanya Abuya belum punya kep

  • Cinta Dalam Perjodohan   Pengobatan

    Satu minggu telah berlalu ...Sayyidah tengah menjalani pengobatan herbal seperti yang ia dan suaminya rencanakan.Baginya yang terpenting adalah do’a dan berusaha, tidak ada lagi kalimat putus asa yang menghantuinya.Itu semua karena sugesti dari sang suami untuk terus yakin dengan kekuasaan Allah ta’ala.Sayyidah memandangi gelas berisi ramuan jamu yang terisi penuh, setiap hari kerongkongannya akan terus di lewati rasa pahit yang sangat sebanyak tiga kali.Sayyidah memasang wajah murung seraya menyangga dagunya dengan kedua tangan di atas meja.“Ayo Sayang di minum! Ini buat penawar rasa pahitnya.” Abbas menyodorkan beberapa butir kurma di atas piring kecil di hadapannya.“Sehat-sehat, ya?!” sambungnya, Abbas mengusap kepala Sayyidah dengan lembut.“Hari ini libur dulu dong Bi?!” keluh Sayyidah dengan wajah lesu.“Eh!

  • Cinta Dalam Perjodohan   Bayi Tabung

    Setelah menjalani beberapa rangkaian pemeriksaan, Abbas kembali mengajak Sayyidah berkonsultasi kepada dokter di rumah sakit seraya membawa hasil pemeriksaan.Dokter berhijab itu menghembuskan nafasnya kasar sembari memperhatikan hasil laboratorium atas nama Sayyidah Fatimah Zahra tersebut.“Selain kista sepertinya ada masalah lain di kandungan Ibu,” kata yang terucap dari mulutnya.“Ada apa Dok?” sergah Sayyidah segera.Laki-laki yang duduk di sampingnya meraih tangannya, lalu menggenggam erat ... membuat rasa takut serta kekhawatiran Sayyidah kembali mundur.“Saluran tuba falopi rahim Ibu Sayyidah mengalami penyumbatan, sehingga menyebabkan sperma Pak Abbas tidak bisa membuahi sel telur Ibu. Mohon maaf sekali ....” Dokter wanita itu menjeda ucapan, terdengar helaan nafas dari mulutnya.“Dalam penilaian medis Ibu Sayyidah tidak bisa hamil, adapun jika ingin menjalani pr

  • Cinta Dalam Perjodohan   Apa Kita Bisa Punya Anak?

    Sayyidah berjalan mendekati sang suami yang telah berdiri menyambutnya. Abbas menuntun langkah kakinya untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter. “Kistanya berukuran 6,7 senti. Maaf sudah berapa lama Bapak dan Ibu menikah?” tanyanya. “Hampir tiga tahun, Dok,” jawab Abbas. “Kista tersebut bisa saja menjadi penyebab Ibu sulit hamil, akan tetapi masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang menjadi penyebabnya.” “Maka dari itu saya akan memberikan surat rujukan agar Ibu Sayyidah menjalani HSG, yang bertujuan untuk mengevaluasi kondisi rahim dan saluran indung telur.” Ia menggoreskan tinta di atas lembaran kertas, lalu menyodorkannya kepada Abbas dan Sayyidah. ***** Suasana hening di dalam mobil, Abbas menatap lurus ke jalan tanpa sepatah katapun ucapan yang ia lontarkan sejak berada di rumah sakit, hingga sekarang. Sayyidah terus menatap wajah suaminya d

  • Cinta Dalam Perjodohan   Penyakit Sayyidah

    Menyadari sesuatu yang mungkin terjadi pada suaminya, Sayyidah beranjak ke dapur dan kembali dengan membawa segelas air putih.“Minum dulu Abi!” titah Sayyidah menyodorkan gelas sembari duduk di samping sang suami.Abbas meneguk air yang di berinya hingga tandas, lalu terdengar helaan nafas yang panjang keluar dari mulutnya."Alhamdulillah," ucap pelan Abbas seraya meletakkan gelas di atas meja.“Ada apa? Abi dari mana?” tanya Sayyidah seraya meraih kedua tangan sang suami dan menggenggamnya.Laki-laki yang ia tatap menghempaskan nafasnya kasar.“Karim sudah tiada, tadi abi menanti kedatangannya di pondok,” ucap Abbas pelan.“Innalillahi wa Inna ilaihi roji’un ... sejak kapan Bi? Berarti jenazahnya di bawa pulang dari Batam?” Sayyidah terbelakak.“Semalem salah satu pengurus mengabari abi. Iya, atas permintaan dari keluarga unt

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status