Share

Bab 2

Author: Tarasari Thalia
Belum lama berselang, suara Mita terdengar dari arah pintu. "Apa dia sudah tidur?"

Doni diam saja, langsung menggendong orang itu.

Mita tersipu dan memukul lembut bahu Doni.

"Kalau dia belum tidur bagaimana? Kenapa buru-buru sekali."

"Nggak usah khawatir, dosis obatnya cukup kuat. Kalaupun belum tidur, dia pasti mengira sedang bermimpi."

Aku semula mengira itu adalah susu yang melambangkan kebahagiaan dan perhatian, tetapi ternyata hanya penutup aib bagi pasangan jahat itu.

Mita mulai mendesah.

"Dengar-dengar, anak sulung Keluarga Barata yang vegetatif itu mau bertunangan. Mereka mengundangku ke pesta pertunangannya. Sungguh konyol, siapa yang mau mengambil risiko menikah dan hidup menderita dengan orang seperti itu?"

Doni menambah kekuatannya.

"Orang yang pikirannya sempit, mendapat gelar menantu Keluarga Barata saja sudah begitu berharga. Entah siapa yang beruntung bisa mendapatkan itu."

"Apa kamu mau ajak aku ke acara pertunangannya?"

"Jangan bermimpi, orang-orang yang ada di acara seperti itu pasti dari kalangan orang kaya atau berpengaruh. Coba pikirkan baik-baik, aku cuma bisa ajak sepupumu."

Mita berbalik, tidak membiarkannya mencium.

"Kamu bawa orang buta saja nggak malu. Bawa orang buta ke acara yang begitu penting untuk kenalan orang-orang berpengaruh, malah menghambatmu."

"Lagi pula, katanya wanita yang dilirik Keluarga Barata itu berasal dari Kota Saroja. Aku juga besar di sana. Siapa tahu kita punya banyak kesamaan, sekaligus bisa bantu kamu menjalin koneksi."

Doni memutar bola matanya, merasa apa yang dia katakan masuk akal, lalu mengangguk setuju.

"Oke, oke, aku akan membawamu."

Ketika Doni mengeluarkan erangan pelan terakhir dan mendongak, dia langsung bertemu pandang dengan aku yang ada di dalam kamar.

Namun, dalam sekejap, aku langsung menutup mataku.

Doni pun terkejut.

"Aku sudah pastikan pintunya tertutup rapat saat keluar, kok bisa pintu itu terbuka lagi?"

"Mau ditutup atau nggak, nggak masalah. Dia sedang tidur nyenyak sekali sekarang."

"Sudah, jangan pedulikan dia. Temani aku sebentar lagi."

Tak lama kemudian, terdengar lagi suara dua tubuh yang bertabrakan di ruang tamu.

Hingga fajar menyingsing, akhirnya semuanya sunyi.

Aku tidak bisa tidur sepanjang malam, bantalku basah karena air mata.

Doni, ternyata kamu selama ini menggunakan cara rendah seperti ini untuk merendahkan aku. Baiklah, aku tidak perlu lagi memberikanmu kesempatan.

Hanya setelah mendengar dua orang di luar itu terbangun, aku baru turun dari tempat tidur.

Saat aku hampir sampai di pintu, aku tersandung sesuatu. Aku pura-pura mencari tahu apa itu. Tiba-tiba Doni melompat dari sofa dan berlari menghampiriku.

"Amel, kamu nggak apa-apa? Kamu bangun kok nggak panggil aku?"

Terdengar sahutan suara Mita dengan nada cemburu.

"Cuma terpeleset. Lagi pula ..."

"Diam! Ini gara-gara kamu yang taruh barang sembarangan!"

"Aku ..."

Tatapan dingin Doni langsung membuat Mita bungkam.

Yang membuatku tersandung bukan barang lain, melainkan pakaian dalam Mita, yang semalam dilepas Doni sendiri.

Doni khawatir aku akan bangun, jadi dia langsung menggendongku dan menempatkanku di kursi makan, lalu dengan lembut menyuapiku sarapan.

Akan tetapi, setiap sentuhannya membuatku merasa sangat jijik hingga ingin muntah. Aku hanya bisa menahannya.

"Doni, apa undangan acara pertunangan Keluarga Barata sudah diterima?"

"Kamu mau datang?"

Nada suara Doni terdengar agak terkejut.

"Amel, pernikahan kita tinggal lima hari lagi. Apa kamu bisa tetap di rumah saja supaya nggak terluka? Kalau sampai ada apa-apa, bagaimana kamu bisa jadi pengantinku yang tercantik?"

Kata-katanya terdengar manis, tetapi ekspresi wajahnya penuh rasa kesal dan benci yang nyata.

Perbedaan itu sangat mencolok, membuatku merasa merinding.

Padahal awalnya dia begitu lembut dan penuh perhatian padaku.

Aku menunduk, memakan roti sambil berpura-pura bertanya dengan nada penasaran.

"Aku penasaran, siapa yang akan dipilih Keluarga Barata sebagai menantu."

"Nggak peduli siapa pun itu, asal menyandang gelar menantu Keluarga Barata, langsung bisa naik kelas. Wah, benar-benar beruntung."

"Menurutmu, kalau aku bersedia menikah dengan Keluarga Barata, mereka mungkin bisa menyembuhkan mataku, ‘kan?"

"Haha, meskipun Devan sudah jadi vegetatif, dia juga nggak mungkin menikahi orang buta, ‘kan?"

Doni langsung sadar kalau dia salah bicara.

Dia segera meminta maaf. "Maaf, Amel. Aku akan tetap mencoba menemukan dokter untukmu."

Ternyata, itulah yang ada di pikirannya.

Setelah dia pergi dengan tergesa-gesa, Mita menghampiriku.

Related chapters

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 3

    Dia memakai baju dan perhiasanku. Kalau dilihat sekilas, memang ada sedikit kemiripan denganku.Toh, ibu kami adalah saudara kandung.Dia memandangku dengan sinis, sorot matanya dipenuhi dengan kecemburuan dan keangkuhan."Kak, kamu sudah sangat baik padaku. Kasih aku uang, hadiah, bahkan rumah. Tapi, boleh nggak kasih aku satu hal lagi?"Aku menjawab dengan nada datar."Apa yang kamu inginkan?""Bagaimana kalau Kak Doni? Kamu tahu nggak? Aku hamil anaknya. Dia senang sekali. Setiap hari nggak sabar nunggu anak kami lahir. Nanti kami akan jadi keluarga kecil yang bahagia. Kamu mestinya sudah nggak cocok lagi buat dia.""Tahu nggak, selama ini dia sering diejek orang gara-gara kamu yang nggak bisa lihat.""Kalau kamu benaran sayang dia, lepaskan dia buat kami. Biar dia bisa dengan bangga bilang ke orang-orang kalau dia punya istri yang sehat, bukan yang nggak bisa diajak ke mana-mana."Aku langsung melemparkan makanan di meja ke arahnya. Dia pun naik pitam, lalu mencengkeram daguku."Me

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 4

    Tampilan Devan yang penuh keangkuhan dengan mudah membuat dua orang yang memegang tanganku sontak mundur.Pesona kebangsawanan yang ada padanya pun menarik perhatian semua orang yang ada di tempat itu."Setelah bertahun-tahun dalam keadaan koma, Devan masih saja tampan seperti ini.""Seandainya aku tahu, pasti aku juga akan berusaha untuk menikahinya. Sekarang, aku jadi sangat menyesal.""Nggak ada yang pernah membayangkan, dia akan terbangun suatu hari nanti."Mita terlihat kaget. Sorot matanya dipenuhi rasa kagum dan malu saat menatap Devan.Namun, Devan yang tengah menjadi pusat perhatian tidak tampak peduli. Dia menarikku ke pelukannya, begitu dekat hingga mata kami hanya tertuju pada satu sama lain.Sebenarnya, kami sudah saling kenal sejak lama, bahkan sebelum Devan koma. Kami berada di sekolah yang sama saat SMA. Devan dikenal sebagai pria paling tampan dengan banyak penggemar. Setiap kali bertemu, aku selalu melihatnya dikelilingi oleh para gadis yang menyatakan cinta padanya.

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 5

    Doni baru sadar dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia menatap tangan Devan yang ada di pinggangku dengan rasa cemburu, tetapi dia tidak berani melawan Devan. Sorot matanya penuh amarah menuju ke arahku. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, ibuku datang mendekat.Devan merangkul pinggangku dan menghampiri ibuku dengan penuh rasa hormat."Terima kasih sudah menerimaku sebagai calon suami Amel. Aku akan menjaganya dengan baik."Ibuku terlihat meneteskan air mata."Selama ada kamu yang menyayangi Amel, aku merasa tenang karena dia dulu buta dan sempat salah memilih."Pandangan matanya melayang ke arah Doni yang sedang terdiam di dekat situ. Baru setelah itu, Doni tersadar dan langsung berlari menghampiriku. Dia mengguncang bahuku."Bukan seperti itu, Sayang. Apa kamu marah karena aku belakangan ini mengabaikanmu, jadi kamu sengaja membawa seseorang untuk membuatku kesal?""Kita sebentar lagi mau menikah. Jadi, ini cuma bercanda, ‘kan?"Tak lama setelah itu, orang tua Devan muncu

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 6

    Mungkin karena rasa sakit yang terlihat jelas di mataku, membuat Doni merasa bersalah. Dia segera berlutut di hadapanku dan menampar wajahnya sendiri beberapa kali."Amel, kamu tahu betapa aku sangat mencintaimu dan hatiku sangat sakit melihatmu seperti ini. Semua ini terjadi karena dia yang menggodaku. Dia cuma wanita yang nggak tahu malu yang memaksaku untuk bersamanya.""Tapi, hatiku cuma untukmu, bahkan dia nggak sebanding dengan sehelai rambutmu. Aku bisa langsung mengusirnya jauh-jauh agar dia nggak muncul lagi di hidup kita."Dia tampak penuh penyesalan, tetapi yang paling terluka adalah Mita. Dengan wajah yang basah oleh air mata, Mita melangkah maju."Doni, jelas-jelas kamu yang membujukku untuk memberikan malam pertama, bagaimana bisa kamu perlakukan aku seperti ini? Kamu bilang Kak Amel itu buta, kamu bahkan nggak tertarik padanya."Belum selesai dia bicara, Doni sudah menamparnya hingga terjatuh."Perempuan jalang! Kalau bukan karena Amel, kamu masih akan hidup susah di Kot

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 7

    Sekelompok orang keluar.Aku langsung melihat Doni memukuli Mita dengan brutal, menendang perut Mita tanpa ampun."Berani-beraninya kamu mengancamku dengan anak itu. Kalau bukan karena kamu menggodaku, Amel nggak akan mau menikah dengan orang lain. Padahal dia dulu sangat mencintaiku."Melihatku datang, Doni menatapku dan matanya bersinar dengan kebahagiaan."Amel, dengar, aku benar-benar nggak suka sama dia. Kalau kamu bilang, aku bisa langsung menghabisinya."Aku melihat sisi Doni yang sangat marah dan tertekan, sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Rasanya lega aku sudah pergi darinya.Mita mendadak memegang perutnya, merintih kesakitan. Wajahnya tampak pucat dan gaun putihnya sudah dipenuhi darah. Keringat mulai membasahi wajahnya. Akhirnya, dia tidak lagi seperti dulu yang hanya berpura-pura kesakitan."Doni, kamu sudah membunuh anakku, bahkan setelah mati pun aku akan mengejarmu."Dia merangkak perlahan mendekat dan berusaha menyentuh sepatuku."Kak Amel, kebutaanmu itu

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 8

    Doni pada akhirnya tidak masuk penjara karena dia menderita gangguan jiwa dan ditempatkan di rumah sakit jiwa.Namun, ini juga bukan solusi yang baik karena seumur hidupnya dia akan menjalani hari-hari yang penuh kehancuran.Devan bersumpah tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Jadi, dia menempatkan orang di rumah sakit untuk mengawasi Doni.Bahkan jika suatu saat Doni sembuh, dia tetap harus tinggal di sana untuk menebus dosanya.Devan memperlakukanku dengan sangat baik. Dia selalu ada di sisiku setiap saat, siang dan malam. Katanya, ini untuk menggantikan waktu yang hilang selama dia koma.Tidak lama setelah itu, aku dinyatakan hamil. Dokter memberitahuku jika aku sedang mengandung bayi kembar, seorang bayi laki-laki dan perempuan.Devan merasa begitu emosional. Dia tertawa bahagia karena kami akan memiliki buah hati.Dia juga sedih memikirkan betapa beratnya perjuanganku selama hamil.Dia pun segera mulai menyiapkan pernikahan yang megah. Devan berkata, dia ingin kebahagiaan k

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 1

    Ketika suasana di luar mulai tenang.Doni berseru dari luar."Amel, aku ada urusan mendadak di kantor. Aku harus pergi sebentar."Sepupuku, Mita, juga berkata dia perlu keluar untuk membeli roti agar bisa membuatkan roti lapis untukku.Karena aku tidak menjawab, mereka sadar aku sudah tertidur.Akhirnya, mereka pun pergi dengan saling bergandengan tangan.Aku mengikuti mereka dengan hati-hati. Ternyata mereka menuju vila orang tua Doni yang terletak tak jauh dari sini.Saat pintu terbuka, terlihat adik laki-laki dan perempuan Doni berdiri di sana sambil membawa hadiah."Selamat, ya, Kak Mita, atas kehamilannya! Kakak, selamat karena akan menjadi ayah!"Aku menahan tangisku dengan menutup mulutku.Lalu, ibunya Doni keluar dari rumah dan menuntun Mita masuk dengan lembut."Syukurlah kalau kamu hamil anak Doni. Aku sampai cemas kalau cucu kami nanti mewarisi gen cacat dari si buta itu.""Akhirnya Keluarga Halim bisa punya cucu yang benar-benar sehat.""Benar! Kalau bukan karena kakakku pr

Latest chapter

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 8

    Doni pada akhirnya tidak masuk penjara karena dia menderita gangguan jiwa dan ditempatkan di rumah sakit jiwa.Namun, ini juga bukan solusi yang baik karena seumur hidupnya dia akan menjalani hari-hari yang penuh kehancuran.Devan bersumpah tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Jadi, dia menempatkan orang di rumah sakit untuk mengawasi Doni.Bahkan jika suatu saat Doni sembuh, dia tetap harus tinggal di sana untuk menebus dosanya.Devan memperlakukanku dengan sangat baik. Dia selalu ada di sisiku setiap saat, siang dan malam. Katanya, ini untuk menggantikan waktu yang hilang selama dia koma.Tidak lama setelah itu, aku dinyatakan hamil. Dokter memberitahuku jika aku sedang mengandung bayi kembar, seorang bayi laki-laki dan perempuan.Devan merasa begitu emosional. Dia tertawa bahagia karena kami akan memiliki buah hati.Dia juga sedih memikirkan betapa beratnya perjuanganku selama hamil.Dia pun segera mulai menyiapkan pernikahan yang megah. Devan berkata, dia ingin kebahagiaan k

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 7

    Sekelompok orang keluar.Aku langsung melihat Doni memukuli Mita dengan brutal, menendang perut Mita tanpa ampun."Berani-beraninya kamu mengancamku dengan anak itu. Kalau bukan karena kamu menggodaku, Amel nggak akan mau menikah dengan orang lain. Padahal dia dulu sangat mencintaiku."Melihatku datang, Doni menatapku dan matanya bersinar dengan kebahagiaan."Amel, dengar, aku benar-benar nggak suka sama dia. Kalau kamu bilang, aku bisa langsung menghabisinya."Aku melihat sisi Doni yang sangat marah dan tertekan, sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Rasanya lega aku sudah pergi darinya.Mita mendadak memegang perutnya, merintih kesakitan. Wajahnya tampak pucat dan gaun putihnya sudah dipenuhi darah. Keringat mulai membasahi wajahnya. Akhirnya, dia tidak lagi seperti dulu yang hanya berpura-pura kesakitan."Doni, kamu sudah membunuh anakku, bahkan setelah mati pun aku akan mengejarmu."Dia merangkak perlahan mendekat dan berusaha menyentuh sepatuku."Kak Amel, kebutaanmu itu

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 6

    Mungkin karena rasa sakit yang terlihat jelas di mataku, membuat Doni merasa bersalah. Dia segera berlutut di hadapanku dan menampar wajahnya sendiri beberapa kali."Amel, kamu tahu betapa aku sangat mencintaimu dan hatiku sangat sakit melihatmu seperti ini. Semua ini terjadi karena dia yang menggodaku. Dia cuma wanita yang nggak tahu malu yang memaksaku untuk bersamanya.""Tapi, hatiku cuma untukmu, bahkan dia nggak sebanding dengan sehelai rambutmu. Aku bisa langsung mengusirnya jauh-jauh agar dia nggak muncul lagi di hidup kita."Dia tampak penuh penyesalan, tetapi yang paling terluka adalah Mita. Dengan wajah yang basah oleh air mata, Mita melangkah maju."Doni, jelas-jelas kamu yang membujukku untuk memberikan malam pertama, bagaimana bisa kamu perlakukan aku seperti ini? Kamu bilang Kak Amel itu buta, kamu bahkan nggak tertarik padanya."Belum selesai dia bicara, Doni sudah menamparnya hingga terjatuh."Perempuan jalang! Kalau bukan karena Amel, kamu masih akan hidup susah di Kot

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 5

    Doni baru sadar dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia menatap tangan Devan yang ada di pinggangku dengan rasa cemburu, tetapi dia tidak berani melawan Devan. Sorot matanya penuh amarah menuju ke arahku. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, ibuku datang mendekat.Devan merangkul pinggangku dan menghampiri ibuku dengan penuh rasa hormat."Terima kasih sudah menerimaku sebagai calon suami Amel. Aku akan menjaganya dengan baik."Ibuku terlihat meneteskan air mata."Selama ada kamu yang menyayangi Amel, aku merasa tenang karena dia dulu buta dan sempat salah memilih."Pandangan matanya melayang ke arah Doni yang sedang terdiam di dekat situ. Baru setelah itu, Doni tersadar dan langsung berlari menghampiriku. Dia mengguncang bahuku."Bukan seperti itu, Sayang. Apa kamu marah karena aku belakangan ini mengabaikanmu, jadi kamu sengaja membawa seseorang untuk membuatku kesal?""Kita sebentar lagi mau menikah. Jadi, ini cuma bercanda, ‘kan?"Tak lama setelah itu, orang tua Devan muncu

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 4

    Tampilan Devan yang penuh keangkuhan dengan mudah membuat dua orang yang memegang tanganku sontak mundur.Pesona kebangsawanan yang ada padanya pun menarik perhatian semua orang yang ada di tempat itu."Setelah bertahun-tahun dalam keadaan koma, Devan masih saja tampan seperti ini.""Seandainya aku tahu, pasti aku juga akan berusaha untuk menikahinya. Sekarang, aku jadi sangat menyesal.""Nggak ada yang pernah membayangkan, dia akan terbangun suatu hari nanti."Mita terlihat kaget. Sorot matanya dipenuhi rasa kagum dan malu saat menatap Devan.Namun, Devan yang tengah menjadi pusat perhatian tidak tampak peduli. Dia menarikku ke pelukannya, begitu dekat hingga mata kami hanya tertuju pada satu sama lain.Sebenarnya, kami sudah saling kenal sejak lama, bahkan sebelum Devan koma. Kami berada di sekolah yang sama saat SMA. Devan dikenal sebagai pria paling tampan dengan banyak penggemar. Setiap kali bertemu, aku selalu melihatnya dikelilingi oleh para gadis yang menyatakan cinta padanya.

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 3

    Dia memakai baju dan perhiasanku. Kalau dilihat sekilas, memang ada sedikit kemiripan denganku.Toh, ibu kami adalah saudara kandung.Dia memandangku dengan sinis, sorot matanya dipenuhi dengan kecemburuan dan keangkuhan."Kak, kamu sudah sangat baik padaku. Kasih aku uang, hadiah, bahkan rumah. Tapi, boleh nggak kasih aku satu hal lagi?"Aku menjawab dengan nada datar."Apa yang kamu inginkan?""Bagaimana kalau Kak Doni? Kamu tahu nggak? Aku hamil anaknya. Dia senang sekali. Setiap hari nggak sabar nunggu anak kami lahir. Nanti kami akan jadi keluarga kecil yang bahagia. Kamu mestinya sudah nggak cocok lagi buat dia.""Tahu nggak, selama ini dia sering diejek orang gara-gara kamu yang nggak bisa lihat.""Kalau kamu benaran sayang dia, lepaskan dia buat kami. Biar dia bisa dengan bangga bilang ke orang-orang kalau dia punya istri yang sehat, bukan yang nggak bisa diajak ke mana-mana."Aku langsung melemparkan makanan di meja ke arahnya. Dia pun naik pitam, lalu mencengkeram daguku."Me

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 2

    Belum lama berselang, suara Mita terdengar dari arah pintu. "Apa dia sudah tidur?"Doni diam saja, langsung menggendong orang itu.Mita tersipu dan memukul lembut bahu Doni."Kalau dia belum tidur bagaimana? Kenapa buru-buru sekali.""Nggak usah khawatir, dosis obatnya cukup kuat. Kalaupun belum tidur, dia pasti mengira sedang bermimpi."Aku semula mengira itu adalah susu yang melambangkan kebahagiaan dan perhatian, tetapi ternyata hanya penutup aib bagi pasangan jahat itu.Mita mulai mendesah."Dengar-dengar, anak sulung Keluarga Barata yang vegetatif itu mau bertunangan. Mereka mengundangku ke pesta pertunangannya. Sungguh konyol, siapa yang mau mengambil risiko menikah dan hidup menderita dengan orang seperti itu?"Doni menambah kekuatannya."Orang yang pikirannya sempit, mendapat gelar menantu Keluarga Barata saja sudah begitu berharga. Entah siapa yang beruntung bisa mendapatkan itu.""Apa kamu mau ajak aku ke acara pertunangannya?""Jangan bermimpi, orang-orang yang ada di acara

  • Cinta Bisa Tumbuh Lagi   Bab 1

    Ketika suasana di luar mulai tenang.Doni berseru dari luar."Amel, aku ada urusan mendadak di kantor. Aku harus pergi sebentar."Sepupuku, Mita, juga berkata dia perlu keluar untuk membeli roti agar bisa membuatkan roti lapis untukku.Karena aku tidak menjawab, mereka sadar aku sudah tertidur.Akhirnya, mereka pun pergi dengan saling bergandengan tangan.Aku mengikuti mereka dengan hati-hati. Ternyata mereka menuju vila orang tua Doni yang terletak tak jauh dari sini.Saat pintu terbuka, terlihat adik laki-laki dan perempuan Doni berdiri di sana sambil membawa hadiah."Selamat, ya, Kak Mita, atas kehamilannya! Kakak, selamat karena akan menjadi ayah!"Aku menahan tangisku dengan menutup mulutku.Lalu, ibunya Doni keluar dari rumah dan menuntun Mita masuk dengan lembut."Syukurlah kalau kamu hamil anak Doni. Aku sampai cemas kalau cucu kami nanti mewarisi gen cacat dari si buta itu.""Akhirnya Keluarga Halim bisa punya cucu yang benar-benar sehat.""Benar! Kalau bukan karena kakakku pr

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status