“Kalau dia lapor sama si bos gimana?” sahut Codet juga berbisik, dia mulai bimbang dan takut kalau sopir itu mengetahui ulah culas mereka.
“Sejak kenal tempo hari, pria ini tak pernah ngomong, jangan-jangan dia bisu dan gagu!”
“Bagus lagi kalau dia gagu, artinya dia tuli, kita bisa aman menyembunyikan satu tas ini!” keduanya terus berbisik dan mulai memikirkan serta menyusun rencana kemana mengamankan satu tas tersebut.
Mobil terus berjalan lumayan cepat, apalagi jalanan agak lenggang, sehingga perjalanan relative lancar.
Sopir itu berbadan kurus, selalu mengenakan jaket, kacamata hitam dan menggunakan masker serta topi di wajah dan kepalanya.
Setelah sampai dan Codet serta Jinggo masuk ke dalam sebuah gang lalu berjalan kaki menuju rumah tempat mereka menyekap Priscilla, si sopir tadi jalan lagi dan dia menghilang entah kemana bersama mobilnya.
Saat menculik Prsicilla, sopir ini juga bersikap begitu, dia
“Ratih…aku tak punya pesan apa-apa…kalau kamu ingin tembak, tembak saja sekarang, habis perkara!” sahut Radin tabah.Tiba-tiba pintu kamar di dobrak dan di tendang dari luar, lima polisi berpakaian preman sudah berdiri di ruangan itu dan mengokang senjata ke Ratih dan Pahlan.“Jangan bergerak, kalian sudah terkepung, lepaskan senjata itu atau kami tidak akan berlaku sungkan lagi!” Andre yang bersuara dan memimpin langsung kini menodongkan pistolnya ke Ratih. Andre sempat terkesiap melihat ada dua orang yang kepalanya berlumuran darah tak jauh dari Radin dan Ratin serta Pahlan, mayat Codet dan Jinggo.Saat itulah Radin menggerakan tangannya yang tadi sudah terlepas ikatannya dan Ratih yang terkaget-kaget dengan kedatangan Andre tak menyadari ketika lengannya di pukul Radin dengan keras dan akhirnya pistol itu terlepas.Pahlan yang melihat pistol terpelanting bergerak cepat, dia bermaksud mengambilnya dengan cara melomp
Bapak-bapak itu kaget bukan main melihat seorang wanita cantik sedang hamil tua menggapai-gapai dia di tengah jalan, tak jauh dari rumahnya.“Ya Allahhh, kamu kenapa neng…!” bapak setengah tua ini langsung mendatangi dengan langkah cepat dan membantu serta menuntun Priscilla berjalan, keringat terus membanjiri tubuh Priscilla, hingga baju hamilnya basah oleh keringat.“Saya mau melahirkan pa, aduhhhh ga kuattt lagi…tolong saya pa!” suara Priscilla terdengar memelas, mukanya sangat pucat.“Buu…ibuuu…ini ada yang melahirkan, cepat bantu!” si bapak ini memanggil seseorang yang langsung keluar tergopoh-gopoh dari dalam rumah, ternyata wanita yang juga setengah tua itu istrinya.“Lhoo ini siapa pa…suaminya mana, ayoo cepat masuk ke rumah, biar saya bantu proses persalinannya!” seru ibu itu dan kini berdua menuntun Priscilla yang benar-benar sudah lemas dan tak kuat lagi berjalan
Priscilla sendiri tetap berbaring di kasur sederhana tersebut, kain-kain bekas dia melahirkan sudah dirapikan dan dibersihkan Bik Umi.Saat pertama kali menyusui bayinya, Pricilla kadang meringis kegelian, Radin sampai menahan tawa ketika melihat tingkah istri keduanya ini.“Anak kamu belum di beri nama dan di azanin, ayoo lakukan dulu, kamu muslim kan, tapi kamu wudhu dulu sana, kalau wajah kamu perih karena luka, tayamum saja ga papa?” ucap pa Bador.Radin katakan tak apa perih sebentar, dia pun ditunjukan sebuah tempat wudhu sederhana dan usai wudhu lalu mengazanin anak lelaki keduanya ini.“Namanya Salman Durangga, panggilannya Aman!” Radin telah memberi nama anak keduanya dan Priscilla terlihat mengangguk tanda setuju.Setelah berbasa-basi bahkan Radin sampai dibuatkan kopi oleh Bik Umi, diapun mengontak pengawalnya agar datang, Radin memberikan lokasinya melalui hapenya.Beruntung hapenya bisa dia temukan, setel
Sebelumnya, Bador dan Bik Umi pangling dengan Priscilla, karena mantan menantunya ini berubah 180 derajat, lebih cantik dan tentu saja lebih stylish, apalagi saat itu Priscilla dalam kondisi hamil tua.Bik Umi baru sadar kalau itu adalah Priscilla, saat Priscilla terus terang siapa dia setelah lahirnya bayi dalam perutnya.Wanita tua ini tentu saja kaget begitu tahu orang yang ditolongnya adalah mantan menantunya sendiri.Arya lalu berdiri dan dia termenung di teras rumah orang tuanya, tak dia sangka kini Priscilla sudah memiliki seorang suami yang sangat tajir dan baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki di rumah orang tuanya. Arya sendiri berprofesi sebagai karyawan di sebuah mini market.Lamunan Arya melambung ke masa lalu, saat dia dan Priscilla masih berpacaran. Lumayan lama mereka berpacaran sejak semester 5 di sebuah Universitas.Priscilla mengambil jurusan Akutansi dan Bisnis, sedangkan Arya mengambil jurusan Administrasi. Baik Priscilla
Dua bulan setengah setelah Priscilla melahirkan, Sherin pun juga melahirkan, kali ini seorang bayi perempuan cantik yang tak kalah dengan kedua kakaknya, Baby Rey dan Baby Salman.Radin menamakan bayi perempuannya dengan nama Sabella Durangga, panggilan kesayangan Baby Bella.Kini ketiga bayi ini benar-benar menjadi kesayangan semua orang rumah, Tante Desta sampai sebulan lebih tinggal di rumah Radin saking bahagianya bergaul dengan cucu-cucunya ini.Termasuk Nenek Murni yang malah ingin pindah ke rumah Radin, karena gemes melihat tiga cicitnya yang makin hari makin montok ini.Sedangkan Darmo dan Purnama, orang tua Sherin hanya setengah bulan berada di rumah besar itu pasca Sherin melahirkan, keduanya kembali ke Banjarmasin.Dengan alasan pekerjaan di sana tak bisa di tinggal lama-lama. Baby Bella otomatis paling di sayang, selain dia bungsu juga merupakan satu-satunya anak cewek.Makin hari, makin terlihat cepatnya perkembangan ketiga bayi
Saat aseek berbincang, seorang pria berbadan tegap mendekati keduanya.“Maaf nyonyah, pembayaran belanja sudah selesai, apa langsung pulang sekarang!” kata pria yang ternyata pengawal pribadinya Priscilla.“Sorry ya Arya, aku harus pulang, salam buat bapak dan ibu serta istri kamu yaa..!” Arya langsung mengangguk.“Tuan Muda mana…kok ga keliatan!” Priscilla bertanya pada Asang, kepala pengawalnya karena tak melihat baby Salman.“Tadi sudah di bawa mas Partan!”“Iya udah, bawa belanjaan, kita langsung ke mobil!” pengawal itu langsung bilang siap dan Priscilla pun berjalan meninggalkan tempat itu setelah bersalaman dengan Arya.Pria ini hanya bisa menatap dengan iri keadaan mantan istrinya yang makin stylish dan cantik sekaligus tajir sekali ini.Arya pun sudah tahu, kalau Priscilla merupakan istri kedua dari pengusaha muda Radin Durangga yang memiliki tiga istri.
“Kalian kan selalu menemani Nyonyah ke kedua, siapa saja yang sering dia temui?” kata Radin pada Asang, sang kepala pengawal Priscilla.“Paling sering teman-teman arisan pa!”“Pernah ga kamu melihat dia bertemu seorang pria yang dulu pernah dia temui di mall, saat ngajak Baby Salman?” Radin kembali menatap tajam Asang.“Selama ini tak pernah bertemu lagi pa, setelah pertemuan di mall tersebut!” “Yakin…kamu ga bohong kan?”“Siapp…tidak pak!” Radin kemudian mengangguk-angguk paham, lalu meminta Asang kembali pos jaganya. Cynthia mulai mencium ada hal yang disembunyikan suaminya ini terkait Priscilla, intinya suaminya curiga Priscilla diam-diam bertemu mantan suami pertamanya. Suatu hari, karena rasa penasarannya yang tinggi, Cynthia pun ngobrol dan mulai bertanya pada Priscilla, kalau jalan keluar selain ke mall, kemana saja.“Kamu kaka liat akhir-akhir ini sering banget keluar rumah, kemana saja sihhh?” Cynthia mulai jalankan siasatnya.“Aku ke rumah adikku, sekalian jenguk kemenakank
“Hanya gejala typus, untuk lebih cepat penyembuhannya, opname saja dulu di sini, sehari atau dua hari, setelah sehat boleh pulang!” kata dokter Ella, sang dokter spesialis anak ini.Priscilla mengangguk dan diapun meminta Acan mengurus kamar VVIP untuk Shania. Untung Shania tak rewel dan bawel, gadis cilik ini agaknya memang tidak pernah mau menyusahkan tante-tantenya.Setelah kini Shania masuk kamar perawatan VVIP dan bisa tidur dengan nyenyak, Priscilla akhirnya bisa bernafas lega dan diapun pelan-pelan keluar kamar bermaksud cari udara segar, sekaligus ingin menelpon Radin, suaminya.“Priscilla, kamu di sini juga, siapa yang sakit?” Priscilla kaget, dan saat melihat yang menegurnya seorang pria dengan kumis tipis dan tubuh tinggi sedikit gemuk, Priscilla langsung tersenyum, karena pria itu Arya, mantan suami pertamanya.“Anakku yang sakit!”“Yang laki-laki ganteng itu ya yang sakit?” Arya ingat dengan baby Salman, anak Priscilla yang dulu dia lihat di mall.“Bukan, yang cewek…kakan
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, waktu tiga bulan sangat cepat, tapi bagi Ryan dan Reni sangat lama. Pernikahan lanjut resepsi keduanya di gelar di sebuah hotel berbintang 5.Tamu-tamu VVIP dari Presiden, Wapres, para Menteri Kabinet, hingga ratusan pengusaha kakap ikut hadir, termasuk para petinggi Polri mengucapkan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia ini.Radin Durangga yang sudah sepuh senang sekali bisa bertemu rekan-rekan pengusahanya yang juga sepuh-sepuh dan bisa hadir di resepsi Ryan dan Reni, mereka bak reuni saja dan rame bersenda gurau di usia yang masing-masing sudah senja ini.Radin Durangga juga selalu hadir kalau ada anak atau cucu rekan pengusaha atau sahabatnya menggelar pesta perkawinan.Julian datang dengan menggandeng dua wanita cantik sekaligus. Namun saat bertemu ketiga ortunya, Julian tentu saja ngacir ga berani memperlihatkan kenakalannya, dia paling takut dengan kedua Maminya tersebut.Yang lucu adik-adik Julian yang mulai beranjak abe
Wisuda S2 Reni berlangsung sangat khidmad dan sakral, 2.500 mahasiswa di wisuda hari ini, bukan hanya lokal Inggris tapi juga dari berbagai negara.Sejak awal Reni yang berpakaian sangat cantik ini selalu di gandeng Ryan yang bertubuh tinggi besar dan memakai baju yang sangat fashionable dan pastinya sangat mahal, badan Ryan tak kalah dengan tubuh para bule yang juga tinggi-tinggi.Reni menggunakan heel hingga 10 centimeter, sehingga kini tubuhnya makin menjulang dan saat berjalan dia sangat serasi sekali di samping Ryan, banyak yang iri melihat kebahagian pasangan muda ini.Tante Shania dan Om Darma khusus datang dari Jakarta, ikut mendampingi putri kesayangannya ini.Saat menjemput di Bandara bersama Ryan, Shania sudah maklum keduanya pasti sudah memiliki hubungan khusus, terlihat dari genggaman tangan Ryan dan Reni yang sangat erat dan seakan enggan melepas satu sama lain.Dan apa yang dia duga benar adanya, saat dalam mobil Jaguar, Ryan yang saat itu lagi memegang setiran, apa ada
“Aku bobo di kamar sebelah yaa!” “Disini saja sama-sama, ranjang ini sangat luas kok!” Ryan tersenyum, dia langsung menganggukan kepala. Reni menyandarkan kepalanya di dada berotot Ryan sambil bersandar di ujung ranjang dan kaki di selonjorkan, keduanya kadang tertawa bersama menyaksikan acara TV yang menyajikan komedi. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, padahal sampai detik ini, Reni belum menyatakan dia mau jadi kekasih Ryan, dia tahu dari sikap dan perbuatan pemuda ini, rasa cinta Ryan makin hari makin besar. “Musim semi agaknya bakal tiba yaa…cuaca juga sudah mulai hangat!” kata Reni, setelah acara komedi di TV yang tertempel di dinding kamar Ryan berakhir. “Iyahh…sayangnya kamu bulan depan wisuda dan langsung pulang ke Jakarta…aku ga ada teman menikmati musim semi itu!” sungut Ryan pelan. Reni tertawa dan dia malah memancing, Ryan tinggal pilih, sangat banyak teman-temannya yang masih jomblo dan tak kalah cantik
Empat bulan sudah Ryan tinggal di London, dia benar-benar tekun kuliah, semangatnya terus saja naik berlipat-lipat, karena Reni selalu setia menemaninya kemanapun dia jalan sepulang kuliah atau pas waktu lowong.Ryan juga benar-benar tak mau mendekati wanita manapun, bahkan saat Reni mengenalkan dengan teman-teman wanitanya, baik dari Asia, bahkan bule, semuanya hanya di tanggapi biasa-biasa saja oleh Ryan, tidak ada yang istimewa di matanya.Padahal rata-rata teman-teman Reni cantik-cantik dan orang tua mereka pun kaya raya, mereka juga menunjukan ketertarikan ke Ryan, tapi pemuda ini tetap beranggapan tak ada yang seperti Reni.Suatu hari, Ryan bingung telpon dan sms nya tak di balas Reni, padahal mereka sudah janji akan jalan-jalan, sekalian Ryan ada yang di cari ke Kota Manchester. Mereka berencana akan naik kereta api cepat saja ke kota itu.Ryan kemudian berniat mendatangi Reni ke apartemennya, lalu diapun naik ke lantai 15. Dia sudah siap dengan ba
Tengah malam Reni terbangun, dia kaget saat melihat posisi tidurnya malah sedang memeluk tubuh Ryan, cuaca makin dingin karena London memang sedang musim dingin, Reni lalu ke kamar dan mengambil mengambil selimut tebal.Dia kemudian menyelimuti tubuh Ryan, saat itulah matanya memandang wajah pemuda ini. Reni tersenyum saat meraba bibir Ryan yang tadi sore dia gigit, Reni lalu kembali melanjutkan tidurnya di samping pemuda ini.Paginya, bukan Reni yang duluan terbangun, tapi Ryan, dia kaget saat melihat Reni sangat erat memeluk tubuhnya, gadis ini agaknya kedinginan, Ryan memeriksa jam tangannya, sudah hampir jam 6.30 waktu setempat.Ryan lalu pelan-pelan melepas pelukan Reni dan merapikan selimut sehingga gadis ini tidak merasa kedinginan.Ryan lalu ke kamar mandi dan mencuci muka, lalu ambil wudhu dengan air hangat, Ryan pun melakukan kewajibannya, sholat subuh.Ryan sudah terbiasa bangun pagi, dia kemudian menghidupkan pemanas ruangan, karena cuaca benar-benar sangat dingin.Setelah
Sambil memperbaiki syal yang melilit lehernya, pria muda dengan tinggi badan yang menjulang hampir 185 centimeter, serta badan yang kokoh berotot ini keluar dari Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris.Walaupun dulu waktu kecil dia beberapa kali ke negara kerajaan ini, namun kali ini dia agak pangling juga melihat perubahan-perubahan salah satu bandara terbesar di negeri yang kental dengan dunia sepakbola ini.Wajah pria ini terlihat sangat tampan dengan kumis dan cambang yang tipis, wajahnya lebih banyak cool serta cuek dengan keadaan sekeliling.Setelah keluar dari bandara, dengan menarik tas bagasinya yang tak terlalu besar, diapun menunggu taksi yang terlihat antre secara tertib menjemput para penumpang di area kedatangan.Setelah duduk dalam taksi dan menyebutkan alamatnya, taksi ini pun lalu meluncur menuju alamat yang di maksud.Satu jam setengah kemudian, dia tiba di alamat yang di tuju, kini dia mengamati kondisi bangunan tinggi dengan gaya khas Eropa bertingkat hing
Ryan kemudian sempat ingat pepatah, kalau batin seorang wanita itu tajam serta tebakannya tepat, tandanya mereka akan segera berjodoh.“Ga…ga adaa…nih aku lagi balkon apartemen, lagi mandang kota Manado malam ini!”“Berani ga pindah ke vidcal!” tantang Reni.“Beraniiiii….ayooo…!” dan tiba-tiba saja panggilan pun berubah ke vidcal, Reni tertawa melihat wajah Ryan, Reni terlihat sedang makan malam, berupa buah salad, terlihat ada seorang ART di sampingnya yang ikut makan bersama.Tapi hati Ryan sebetulnya deg-degan juga, moga saja Flora tak bangun, batinnya lagi.Ryan sendiri akhir-akhir ini entah mengapa tak berani lagi bicara terbuka terkait sepak terjangnya dengan wanita pada Reni.Kalau dulu dia selalu terbuka, bahkan pernah saat mandi berdua dengan Tiara, dia enteng saja memvidcal sepupunya, Reni sambil tertawa bilang awasss jangan sampai anak orang bunting.“Kapan kuliah kamu selesai Ren?”“Masih lama…kenapa emankk?” kata Reni sambil terus makan buah.“Lama amattt sihh, emank kuli
Usai bertarung, pelatihnya Mang Dino mengajaknya santai di sebuah kafe di bilangan Kota Manado, Ryan oke-oke saja dan ikut bersama beberapa atlet tarung bebasnya lainnya.Kafe itu termasuk sangat eksklusif karena berada di bibir pantai, seperti biasa yang namanya kafe mereka pun tentu saja suka minum-minuman beralkohol, Ryan mengetahui hal itu langsung geleng-geleng kepala.Dia sejak dulu memang tak begitu suka dengan minuman keras dan selalu menghindari, kali inipun sama. Inilah yang membuat pelatihnya sangat salut, karena Ryan benar-benar tak suak minuman beraalkohol.Begitu melihat mereka mulai minum, termasuk Mang Dino, Ryan pun pindah ke kursi yang ada di bibir pantai. Tak ada yang berani memaksanya minum, sebab semua tahu siapa Ryan yang merupakan polisi aktif dan memiliki jabatan tinggi di sebuah Mapolres.Ryan termenung, pikiran ternyata jauh melayang ke London, siapa lagi kalau bukan sosok sepupunya, Reni.“Mengejar cintanya…baiklah…aku tak akan menyerah, tunggu saja!” batin
“Hahahaha…lucuuuu…Reni sama Ryan itu belum pernah pacaran Mami…kalau tiba-tiba kami menikah…waduhhh…gimana, jangan-jangan tiap hari kamu bertengkar mulu…pusinggg pala birbieee…!” Shania dan Om Darma langsung saling pandang kaget dengan jawaban Reni.“Lantas…apa sekarang maunya kamu Ren?” Om Darma, ayahnya yang kini menyela.“Hmmm…gini dehhh…papi dan mami bilangin ke maminya Ryan…Reni mau jadi istrinya Ryan…tapiiiii….dengan syarat…Reni mencintai Ryan…!”“Cara mencintai kamu gimana!” sahut Shania belagak pilon.“Ihhh mami, kayak ga pernah mude ajahh, tanya donk sama papi, gimana dulu papi ngejar mami, masa tanya ke Reni sih, udah yaaa….Reni mau istirahat, capeee dyehhh!” Reni pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang hanya saling pandang dan geleng-geleng kepala.“Gimana ini pih…masa si Reni gitu jawabannya?”“Ya udah, mami bilang ajah gitu sama Brigitta…cape dyehhhh!” sahut Om Darma dan diapun ikutan tertawa dan jalan kayak Reni.Shania langsung jengkel dan melempar bantal ke suami