Matahari mulai menampakkan diri. Sepasang suami istri tersebut masih terlelap di ranjang dan selimut yang sama. Ken memeluk erat istrinya, hingga Lisa tidur nampak nyaman sekali.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Lisa baru saja menggeliat dari tidurnya, dia lupa apa tugasnya setiap paggi. Harus membangunkan Ken pukul enam.
"Astaga," lirihnya mendapati tidur dalam pelukan Ken. "Bukankah semalam aku tidur di sofa." Melirik ke arah sofa yang sudah rapih tanpa bantal dan selimut. "Kenapa aku bisa seranjang dengan si monster bertatto ini." Menatap sekilas Ken yang masih terlelap dengan wajahnya yang damai.
Memikirkan perpindahannya dari sofa ke ranjang membuatnya pusing. Ia memilih memilih melupakannya, lagipula kata Ken dia memang harus tidur seranjang. Perkara Ken tidur memeluknya dia juga akan segera melupakannya, seakan tidak terjadi apapun.
Pelan-pelan Lisa memindahkan tangan Ken dari perutnya. Karena cukup berat ia harus menggunakan tenaga y
Lisa keluar dengan bathdrobe putihnya. Dia berjalan menuju meja rias miliknya. Menatap lekat suaminya yang masih duduk bermalas-malasan di sofa.Ken hanya mengecek email yang masuk di ponselnya. Matanya tak sepenuhnya fokus pada gawai tersebut, ia membalas lirikan Lisa pada cermin rias tersebut.Merasa Ken juga memperhatikannya, Lisa bergegas berpaling. "Kenapa kau melirikku ?" Tanya Ken. Wajahnya seketika merona karena baru saja ketahuan oleh suaminya sendiri.Huh, alangkah malunya dirinya. Ia berpura-pura menyibukkan diri dengan deretan skincare yang tersusun rapih di atas meja riasnya. Ya, memang Lisa bukan Lisa yang dulu lagi. Dia sekarang lebih modis dan sudah mengenal yang namanya skincare dan make. Semua itu pemberian dari Ken.Tanpa sepengetahuan Lisa. Ken berjalan mendekati Lisa yang tengah sibuk memoles wajahnya dengan skincare. Ken memeluk Lisa dari belakang, tubuhnya seketika menegang dan wajahnya semakin memerah."Kalau ditanya suamimu, jaw
"Paman apa Tuan Ken marah ?" Tegur Lisa melihat Paman Li yang terburu-buru."Tidak Nona. Tuan hanya...." Nampak ragu-ragu Paman Li ingin mengatakan sejujurnya."Paman kenapa? Apa ada masalah besar?" Lisa semakin resah dibuatnya."Sebenarnya Tuan hanya ingin mencukur rambutnya karena malu dengan Nona yang terlihat lebih muda." Jawab paman Li.Lisa semakin tidak paham dibuatnya. Ia mengerutkan dahinya bingung. "Maksud Paman apa ?" Tanya Lisa lagi.Paman Li hanya tersenyum. "Kami permisi dulu Nona," pamit paman Li dan Bi Nar.Lisa semakin frustasi karena ulah suaminya. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa, tidak tahu akan jalan pikiran suaminya tersebut. Ia memilih tidak memikirkan hal tersebut dan menyalakan TV."Huh. Monster bertatto menyebalkan." Kesal Lisa.Siapa yang tidak akan kesal kalau pagi-pagi sud
Ken mengandeng tangan istrinya dengan erat. Banyak karyawan perempuan yang iri dengan kemesraan mereka. Bagaimana tidak, baru kali ini melihat sang CEO mengandeng seorang peremepuan. Begitupun dengan kaum adam yang tak kalah irinya dengan Ken karena bisa mengandeng wanita cantik.Untung saja kacamata hitam mereka menutupi tatapan kesal kepada karyawan. Sudah jelas Ken memberi tatapan tajam membunuh pada karyawan laki-lakinya yang menikmati pemadangan indah sang istri. Begitupun dengan Lisa yang menatap kesal para karyawan perempuan yang menatap Ken penuh kekaguman.Ken semakin mempererat genggaman tangannya kepada sang istri, Zae yang mengekor di belakang pasangan suami istri yang dimabuk asmara itu hanya bisa geleng-geleng kepala.Berkali-kali Zae memijat pelipisnya, pusing akan kelakuan sahabatnya tersebut. Mereka memasuki ruangan CEO dengan lift khusus. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa, berbeda dengan pasangan yang tengah dimabuk asmara tersebut.
Begitu melelahkannya hari ini. Bukan lelah karena bekerja, namun lelah karena separuh hari Lisa ia gunakan untuk belajar. Setelah tiba di mansion ia segera membersihkan dirinya dan turun ke dapur.Sementara Ken, setelah membersihkan dirinya kembali ke ruang kerja. Lisa dibuat geleng-geleng oleh Ken. Tidak kah ada rasa lelah setelah seharian bekerja dan sekarang masih melanjutkan pekerjaannya. Saking kesalnya Lisa ia sempat berucap, “kenapa kantormu tidak pindah kemari saja biar tidak harus repot-repot berangkat pulang sementara di mansion saja masih bekerja.”Tapi alangkah semakin kesalnya Lisa karena jawaban dari ken. “Ide bagus. Mungkin kedepannya akan ku atur agar kantorku pindah ke mansion.”Seharusnya Lisa ingin bersantai di balkon dengan suaminya sambil menunggu makan malam, tapi karena Ken lebih dulu ke ruangan kerjanya ia jadi enggan mengajak. Lisa memilih turun ke dapur berbaur bersama koki.“Selamat sore Nona, ada yang bisa kami bantu?” Tegur
Hari semakin gelap, perut juga semakin keroncongan. Ken keluar dari ruang kerjanya untuk segera mencari pujaan hatinya.“Ceklek..”“Sayang,” tegur Ken sambil melihat sekeliling kamarnya namun hasilnya nihil. Ia menuruni anak tangga sambil matanya mengelilingi setiap sudut ruangan mencari keberadaan Lisa. Tidak lah mungkin Lisa pergi jauh-jauh tanpa izin darinya.Langkah kakinya terhenti pada tangga yang menghubungkan ke lantai dasar. Matanya tertuju pada sosok gadis cantik yang sedang asyik di dapur. Rambut di ikat menggunakan dan kaos rumahan. Sungguh pemandangan yang tak boleh terlewatkan, pikirnya.Sementara Lisa sudah tidak fokus dengan pekerjaannya, dia tersenyum sendiri mendengarkanperdebatan mereka berdua. Hingga tanpa ia sadari yang seharusnya ia memotong sayuran tapi malah justru memotong tangannya sendiri.“Aw,” teriaknya kesakitan.“Lisa,” Ken yang tahu kejadian tersebut sama paniknya. Ia mempercepat langkah kakinya me
Hari cepat berlalu, tak terasa usia pernikahan Ken dan Lisa sudah memasuki bulan kedua. Lisa semakin hari juga semakin mengalami perubahannya sedikit demi sedikit. Perasaan cinta yang tumbuh perlahan tanpa ia sadari.Kini Lisa juga suah tak lagi dikawal oleh Jony, dia sudah memiliki pengawal sendiri. Bahkan Ken menyiapkan dua pengawal untuknya, Jesy dan Jane. Mereka tidak kembar hanya kebetulan saja namanya yang mirip.Untuk Jony sendiri, Ken selalu memberi alasan dimana keberadaannya. Ken sengaja mengirim Jony ke luar negeri bersama ibunya agar tak lagi mengganggu hubungannya.Kini Lisa sudah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik, melayani suaminya dari bangun tidur hingga tidur kembali. Ken pun juga sudah berubah, dia tak lagi bermain dengan wanita. Sebenarnya semenjak ia menikah ia tak pernah lagi bermain dengan wanita lain.Rahasia terbesarnya adalah, ia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan perempuan manapun. Perempuan-perempuan sewaannya ha
"Apa kau tahu? Karena ulahmu juniorku terbangun." Lisa tak menggubrisnya, ia malah justru semakin mengeratkan pelukannya."Biarkan saja, aku tak peduli. Aku hanya ingin seperti ini saja." Ucap Lisa.Ken semakin gemas dengan sang istri dengan tangan dan tubuhnya yang kekar ia menjatuhkan istrinya ke ranjang hingga Lisa sekarang ada di bawah kukungannya. "Kau menggodaku ya?" Ken dengan wajah yang menggebu.Kedua manik mereka saling bertemu, wajah Lisa pun sudah semerah tomat karena malu. "astaga apa yang ku katakana tadi, kenapa mulut ini ceroboh sekali." Sesalnya dalam hati."Apa aku boleh memintanya sekarang?" Tanya Ken, Lisa masih saja terdiam dan menatap kedua manik hitam Ken. Bagi Ken, arti tatapan tersebut adalah mengiyakan.Ia menciumi inci demi inci wajah sang istri, tentu saja Lisa kegelian karena rambut-rambut wajah Ken yang mulai menumbuh. Pandangannya dari tadi tak beralih dari bibir ranum milik Lisa, ia langsung melumattnya dengan rakus, meng
Seringai terukir di bibir manis milik Ken. "Batalkan semua meeting pagi ini, ada urusan yang lebih penting." Perintah Ken pada Zae.Perintah Ken membuat Zae terkejut. "Kau mau rugi ya?" Zae dengan suara tingginya.Tak mau kalah dengan Zae, Ken memberikan tatapan tajam. "Kau mau ku pecat ya?" Ken dengan suara tingginya."Kita ke restaurant X!" Perintah Ken pada sopirnya.Zae hanya bisa mendengus kesal, berulang kali memijat pelipisnya yang mulai pening itu. "Oh Dewi Cinta, Cinta yang Kau berikan terlalu tinggi dosisnya. Aku pusing menghadapi manusia yang terserang penyakit budak cinta itu." Keluh Zae dalam hatinya.Ken berdecak kesal, "sudah lah tak perlu mengeluh." Melirik sekilas pada Zae. "Hubungi manager sialan itu agar mengosongkan restaurant sekarang juga!"Assisten yang siap siaga hampir dua puluh empat jam segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Wily. Meskipun dengan berat hati, ia tetap mengerjakannya. Di pecat oleh Ken sama saja deng