Ken mengandeng tangan istrinya dengan erat. Banyak karyawan perempuan yang iri dengan kemesraan mereka. Bagaimana tidak, baru kali ini melihat sang CEO mengandeng seorang peremepuan. Begitupun dengan kaum adam yang tak kalah irinya dengan Ken karena bisa mengandeng wanita cantik.
Untung saja kacamata hitam mereka menutupi tatapan kesal kepada karyawan. Sudah jelas Ken memberi tatapan tajam membunuh pada karyawan laki-lakinya yang menikmati pemadangan indah sang istri. Begitupun dengan Lisa yang menatap kesal para karyawan perempuan yang menatap Ken penuh kekaguman.
Ken semakin mempererat genggaman tangannya kepada sang istri, Zae yang mengekor di belakang pasangan suami istri yang dimabuk asmara itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
Berkali-kali Zae memijat pelipisnya, pusing akan kelakuan sahabatnya tersebut. Mereka memasuki ruangan CEO dengan lift khusus. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa, berbeda dengan pasangan yang tengah dimabuk asmara tersebut.
Begitu melelahkannya hari ini. Bukan lelah karena bekerja, namun lelah karena separuh hari Lisa ia gunakan untuk belajar. Setelah tiba di mansion ia segera membersihkan dirinya dan turun ke dapur.Sementara Ken, setelah membersihkan dirinya kembali ke ruang kerja. Lisa dibuat geleng-geleng oleh Ken. Tidak kah ada rasa lelah setelah seharian bekerja dan sekarang masih melanjutkan pekerjaannya. Saking kesalnya Lisa ia sempat berucap, “kenapa kantormu tidak pindah kemari saja biar tidak harus repot-repot berangkat pulang sementara di mansion saja masih bekerja.”Tapi alangkah semakin kesalnya Lisa karena jawaban dari ken. “Ide bagus. Mungkin kedepannya akan ku atur agar kantorku pindah ke mansion.”Seharusnya Lisa ingin bersantai di balkon dengan suaminya sambil menunggu makan malam, tapi karena Ken lebih dulu ke ruangan kerjanya ia jadi enggan mengajak. Lisa memilih turun ke dapur berbaur bersama koki.“Selamat sore Nona, ada yang bisa kami bantu?” Tegur
Hari semakin gelap, perut juga semakin keroncongan. Ken keluar dari ruang kerjanya untuk segera mencari pujaan hatinya.“Ceklek..”“Sayang,” tegur Ken sambil melihat sekeliling kamarnya namun hasilnya nihil. Ia menuruni anak tangga sambil matanya mengelilingi setiap sudut ruangan mencari keberadaan Lisa. Tidak lah mungkin Lisa pergi jauh-jauh tanpa izin darinya.Langkah kakinya terhenti pada tangga yang menghubungkan ke lantai dasar. Matanya tertuju pada sosok gadis cantik yang sedang asyik di dapur. Rambut di ikat menggunakan dan kaos rumahan. Sungguh pemandangan yang tak boleh terlewatkan, pikirnya.Sementara Lisa sudah tidak fokus dengan pekerjaannya, dia tersenyum sendiri mendengarkanperdebatan mereka berdua. Hingga tanpa ia sadari yang seharusnya ia memotong sayuran tapi malah justru memotong tangannya sendiri.“Aw,” teriaknya kesakitan.“Lisa,” Ken yang tahu kejadian tersebut sama paniknya. Ia mempercepat langkah kakinya me
Hari cepat berlalu, tak terasa usia pernikahan Ken dan Lisa sudah memasuki bulan kedua. Lisa semakin hari juga semakin mengalami perubahannya sedikit demi sedikit. Perasaan cinta yang tumbuh perlahan tanpa ia sadari.Kini Lisa juga suah tak lagi dikawal oleh Jony, dia sudah memiliki pengawal sendiri. Bahkan Ken menyiapkan dua pengawal untuknya, Jesy dan Jane. Mereka tidak kembar hanya kebetulan saja namanya yang mirip.Untuk Jony sendiri, Ken selalu memberi alasan dimana keberadaannya. Ken sengaja mengirim Jony ke luar negeri bersama ibunya agar tak lagi mengganggu hubungannya.Kini Lisa sudah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik, melayani suaminya dari bangun tidur hingga tidur kembali. Ken pun juga sudah berubah, dia tak lagi bermain dengan wanita. Sebenarnya semenjak ia menikah ia tak pernah lagi bermain dengan wanita lain.Rahasia terbesarnya adalah, ia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan perempuan manapun. Perempuan-perempuan sewaannya ha
"Apa kau tahu? Karena ulahmu juniorku terbangun." Lisa tak menggubrisnya, ia malah justru semakin mengeratkan pelukannya."Biarkan saja, aku tak peduli. Aku hanya ingin seperti ini saja." Ucap Lisa.Ken semakin gemas dengan sang istri dengan tangan dan tubuhnya yang kekar ia menjatuhkan istrinya ke ranjang hingga Lisa sekarang ada di bawah kukungannya. "Kau menggodaku ya?" Ken dengan wajah yang menggebu.Kedua manik mereka saling bertemu, wajah Lisa pun sudah semerah tomat karena malu. "astaga apa yang ku katakana tadi, kenapa mulut ini ceroboh sekali." Sesalnya dalam hati."Apa aku boleh memintanya sekarang?" Tanya Ken, Lisa masih saja terdiam dan menatap kedua manik hitam Ken. Bagi Ken, arti tatapan tersebut adalah mengiyakan.Ia menciumi inci demi inci wajah sang istri, tentu saja Lisa kegelian karena rambut-rambut wajah Ken yang mulai menumbuh. Pandangannya dari tadi tak beralih dari bibir ranum milik Lisa, ia langsung melumattnya dengan rakus, meng
Seringai terukir di bibir manis milik Ken. "Batalkan semua meeting pagi ini, ada urusan yang lebih penting." Perintah Ken pada Zae.Perintah Ken membuat Zae terkejut. "Kau mau rugi ya?" Zae dengan suara tingginya.Tak mau kalah dengan Zae, Ken memberikan tatapan tajam. "Kau mau ku pecat ya?" Ken dengan suara tingginya."Kita ke restaurant X!" Perintah Ken pada sopirnya.Zae hanya bisa mendengus kesal, berulang kali memijat pelipisnya yang mulai pening itu. "Oh Dewi Cinta, Cinta yang Kau berikan terlalu tinggi dosisnya. Aku pusing menghadapi manusia yang terserang penyakit budak cinta itu." Keluh Zae dalam hatinya.Ken berdecak kesal, "sudah lah tak perlu mengeluh." Melirik sekilas pada Zae. "Hubungi manager sialan itu agar mengosongkan restaurant sekarang juga!"Assisten yang siap siaga hampir dua puluh empat jam segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Wily. Meskipun dengan berat hati, ia tetap mengerjakannya. Di pecat oleh Ken sama saja deng
.Ken menarik paksa Lisa ke ruangan VIP yang sudah dipesannya tadi. Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di restaurant tersebut. Termasuk Wily, ia nampak cemas. Berusaha meminta agar tidak menghukum Lisa namun apalah daya, kini ia tidak bisa apa-apa.Ken menyuruh Lisa duduk di hadapannya. Lisa hanya diam, mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di atas perut. Pandangannya ia lempar ke arah samping, sementara Zae hanya diam berdiri di dekat pintu.Ken berdecak kesal pada Lisa yang sedang merajuk. "Kenapa kau merajuk?" Ken dengan suara dinginnya."Pikir saja sendiri," jawab Lisa tanpa menatap Ken sedikit pun."Drama apalagi ini," batin sosok manusia yang berdiri di dekat pintu."Diam atau keluar!" Bentak Ken pada Zae. Seakan bisa membaca pikiran Zae. Zae memilih diam menyaksikan drama tersebut meskipun dalam hatinya sudah amat muak.Ken menarik kursi mendekati Lisa, mengambil dagu Lisa agar menghadap ke arahnya. "Harusnya aku ya
Buru-buru Lisa melepaskannya. "Kau benar-benar gila Ken." Kembali mendorong Ken dan bibirnya sudah mengerucut menggemaskan.Lisa merajuk berusaha pergi dari hadapan Ken, namun Ken buru-buru menarik tangannya hingga Lisa kembali dalam pelukan Ken. Ken membenamkan wajah Lisa pada dada bidangnya, amarahnya kini mereda."Kenapa aku menjadi lemah," batin Ken. Padahal niatnya di sepanjang perjalanan tadi ia ingin memberi pelajaran pada Lisa yang berani meninggalkannya. Namun melihat Lisa merajuk ia tidak tega. Rasanya ingin selalu melihat dirinya bahagia."Jangan pergi, begini lebih nyaman." Ucap Ken. Lisa hanya mendengus kesal, Ken membelai lembut rambut lurusnya agar Lisa lebih tenang."Kau menyebalkan," lirih Lisa.Meraih wajah Lisa agar menghadap ke arahnya. "Ya aku memang menyebalkan, maafkan aku." Lisa kembali mengerucutkan bibirnya. "Maaf, aku janji tak akan menghukum mu lagi."Lisa tersenyum penuh kemenangan, namun ia berusaha sekuat tenaga untu
Hari yang cukup melelahkan, akhirnya pekerjaan Lisa seharian ini telah usai. Ia segera mempersiapkan diri untuk pulang, mengacuhkan setiap perkataan teman-temannya yang kurang mengenakkan.Seperti biasa Wily selalu memperhatikan gerak-gerik Lisa, wajar saja kalau dia sampai hafal jam pulang Lisa. Setelah Lisa keluar, Wily ikut keluar dari restaurant tersebut. Semuanya ia telah serahkan kepada Mira, sebab Mira sebagai kepala waiters ia juga memiliki tanggung jawab lebih di restaurant tersebut.Jane dan Jessy telah menunggu Lisa di pinggir jalan, lebih tepatnya dengan jarak kurang lebih seratus meter. Sesuai dengan permintaan Lisa. Mengingat bila mereka menampakkan diri akan terjadi kehebohan yang lebih lagi di dalam nanti."Lisa tunggu," tegur Wily. Tanpa sepengetahuan Lisa, Wily sudah mengekor dengannya sejak tadi. Mengikuti Lisa dengan mobilnya bukan keputusan yang tepat. Lisa pasti akan berjalan cepat jika dan Wily akan kehilangan jejaknya.Deg!Lisa