Buru-buru Lisa melepaskannya. "Kau benar-benar gila Ken." Kembali mendorong Ken dan bibirnya sudah mengerucut menggemaskan.
Lisa merajuk berusaha pergi dari hadapan Ken, namun Ken buru-buru menarik tangannya hingga Lisa kembali dalam pelukan Ken. Ken membenamkan wajah Lisa pada dada bidangnya, amarahnya kini mereda.
"Kenapa aku menjadi lemah," batin Ken. Padahal niatnya di sepanjang perjalanan tadi ia ingin memberi pelajaran pada Lisa yang berani meninggalkannya. Namun melihat Lisa merajuk ia tidak tega. Rasanya ingin selalu melihat dirinya bahagia.
"Jangan pergi, begini lebih nyaman." Ucap Ken. Lisa hanya mendengus kesal, Ken membelai lembut rambut lurusnya agar Lisa lebih tenang.
"Kau menyebalkan," lirih Lisa.
Meraih wajah Lisa agar menghadap ke arahnya. "Ya aku memang menyebalkan, maafkan aku." Lisa kembali mengerucutkan bibirnya. "Maaf, aku janji tak akan menghukum mu lagi."
Lisa tersenyum penuh kemenangan, namun ia berusaha sekuat tenaga untu
Hari yang cukup melelahkan, akhirnya pekerjaan Lisa seharian ini telah usai. Ia segera mempersiapkan diri untuk pulang, mengacuhkan setiap perkataan teman-temannya yang kurang mengenakkan.Seperti biasa Wily selalu memperhatikan gerak-gerik Lisa, wajar saja kalau dia sampai hafal jam pulang Lisa. Setelah Lisa keluar, Wily ikut keluar dari restaurant tersebut. Semuanya ia telah serahkan kepada Mira, sebab Mira sebagai kepala waiters ia juga memiliki tanggung jawab lebih di restaurant tersebut.Jane dan Jessy telah menunggu Lisa di pinggir jalan, lebih tepatnya dengan jarak kurang lebih seratus meter. Sesuai dengan permintaan Lisa. Mengingat bila mereka menampakkan diri akan terjadi kehebohan yang lebih lagi di dalam nanti."Lisa tunggu," tegur Wily. Tanpa sepengetahuan Lisa, Wily sudah mengekor dengannya sejak tadi. Mengikuti Lisa dengan mobilnya bukan keputusan yang tepat. Lisa pasti akan berjalan cepat jika dan Wily akan kehilangan jejaknya.Deg!Lisa
Di sepanjang perjalanan Lisa hanya diam merajuk, kalau saja dia berada dalam satu mobil bersama Ken. Sudah pasti akan ada seribu satu drama Ken membuat Lisa tak lagi merajuk, tapi bersama kedua kembar tak sedarah itu justru membuat Lisa semakin kesal. Tidak ada yang tahu akan keadaan Lisa sekarang, memendam terlalu lama hanya akan membuat Lisa naik darah.Di tambah lagi jika Ken tahu kejadian tadi, jangan ditanyakan lagi. Pasti nanti ada adegan drama kemarahan Ken. Tahu sendiri Dewi Cinta terlalu banyak memberi dosis cinta pada Ken, sehingga kini Ken menjadi manusia dengan perbucinan tingkat dewa."Semoga dia tak menghukum ku." Lisa berharap dalam hatinya. "Apa perlu aku mengeluarkan jurus rayuan maut ku agar Ken tidak marah." Pikir Lisa lagi.Setibanya di mansion, Lisa segera naik ke kamarnya di lantai tiga. Menghiraukan beberapa pelayan yang menyapa Lisa, sudah cukup Ken membuatnya pusing. Tidak mau mendengarkan ocehan paman Li yang akan menceramahi nya.
Lisa menggeliat dari tidur panjangnya. Merasakan sakit di sekujur tubuh terutama bagian intimnya. Perlahan Lisa membuka kedua bola matanya, mengedarkan pandangannya. Ternyata Tuan suami masih terlelap dengan tangan yang melingkar di pinggang ramping Lisa. Tidak sesuai dengan yang oleh Ken. Rencananya untuk membuat Lisa tidak berangkat bekerja sepertinya akan gagal. Seperti biasanya Lisa bangun jam 6 pagi.......Memandangi dan mengagumi sejenak tubuh suaminya, wajahnya nampak damai dan meneduhkan. "Kau memang tampan, tapi sayang kau sangat menyebalkan Ken." Gumam Lisa.Lisa dengan cepat menepisnya, terlalu lama memandangi Ken hanya akan membuatnya terbangun dan dia pasti akan terlambat untuk pergi bekerja.Ia segera turun dari ranjang. Langkah kaki pertamanya membuatnya meringis kesakitan di bagian intimnya. Perih karena semalaman Ken menggempurnya, begitu pun dengan mata yang masih sangat merasakan kantuk."Dasar tukang mesum," gerutu Lisa
Lisa berlari memasuki restaurant X. Ia membawa sebuah map cokelat. Tanpa menghiraukan orang-orang yang menatapnya dengan sinis, ia segera masuk ke ruangan Wily.Brak!Wily yang tengah merapikan meja kerjanya terkejut karena kedatangan Lisa tanpa mengetuk pintu. Saking terburu-buru dan tergesa-gesanya ia melupakan bahwa ia sedang memasuki ruangan atasannya."Lisa," Wily dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak. Ia tiba-tiba menghambur pelukan kepada Lisa, namun dengan segera Lisa melepaskannya."Maaf Tuan," Lisa tersenyum kaku. "Saya ingin berbicara penting." Lanjutnya lagi.Wily mengerutkan dahinya. "Apa kau baik-baik saja?" Wajah tampan tersebut menatap lekat kepada Lisa, ada setitik kecemasan pada raut wajah Wily.Lisa menghela nafasnya dan mengekor pada Wily. Mereka kini duduk berhadapan, hanya terhalang oleh meja kerja Wily. Lisa meletakkan map cokelat yang ia bawa di atas meja. "Maaf Tuan, mulai hari ini saya akan mengundurkan diri sebagai wa
"Kau boleh mencintai orang lain, tapi jangan menyuruhku untuk berhenti mencintaimu. Aku sungguh tidak bisa melakukan itu."Tanpa memperdulikan ucapan Wily, Lisa segera berlalu dari ruangan tersebut. Ia ingin cepat-cepat kembali ke mansion menemui suaminya."Semoha keputusan yang ku ambil adalah keputusan yang tepat dan semoga memang Ken memang benar mencintaiku." Batin Lisa menemani langkahnya keluar dari ruangan Wily.Salah satu waiters restaurant tersebut menyeret tangan Lisa. "Kau ini, enak-enakan mengobrol dengan Tuan Wily." Ucap waiters tersebut dengan ketus. "Lihat lah, ada pelanggan yang ingin dilayani dirimu."Belum sempat Lisa menjawab, mereka telah tiba di sebuah meja. Seseorang yang katanya ingin dilayani oleh Lisa."Kak Elga," lirih Lisa."Halo jalangg?" Tegur balik Elga dengan suara yang lantang dan tersenyum licik. "Apa kabar kau jalangg? Apa hidupmu sebagai simpanan lelaki hidung belang kekurangan sehingga kau beke
"Mengapa Nona hanya diam?" Celetuk Jane. Setelahnya ia mendapat tatapan tajam dari Jesy,Lisa mengigit bibir bagian bawahnya dan meremas ujung kemejanya. Tatapannya lurus ke depan, ke arah dua pengawalnya yang kembar tapi tak sedarah itu. "Apa kalian akan membunuhku jika aku tak menurut pada Ken?"Jane tergelak karena pertanyaan dari Lisa. Namun seketika ia terdiam melihat tatapan tajam yang diberikan oleh Jessy. Wajar saja marah, Jane berani sekali dengan Nonanya."Jangan dengarkan Jane Nona," Jessy menyambung. "Kita tidak akan pernah berani melukai Nona seujung kuku pun karena Tuan pasti akan menghukum kami berkali-kali lipat. Apalagi untuk membunuh, kami akan berpikir ribuan kali untuk hal itu. Karena Tuan juga pasti akan membalasnya dengan yang lebih menyakitkan." Jelas Jessy.Akhirnya Lisa bisa bernafas dengan lega. Sekarang ia sekarang tinggal berdoa. Semoga Ken belum bangun, sehingga Ken tak akan menghukumnya.Sementara itu tanpa sepengetahuan me
Lisa mengendap-endap masuk ke kamarnya. Ia mengganti pakaiannya dengan dress rumahan. Warna biru selutut dengan lengan panjang dan rambut yang diurai.Ia menatap suaminya yang masih terlelap memunggungi pintu kamar. Ia akhirnya bernafas lega, akhirnya Ken belum bangun. Dia akan selamat karena tidak akan mendapatkan hukuman dari Ken nantinya.Karena hari sudah siang dan tubuhnya juga sudah merasa lumayan lelah, akhirnya Lisa membaringkan tubuhnya di samping Ken. Ia membenamkan wajah cantiknya di dada bidang milik Ken."Tempat ternyaman," batin Lisa tersenyum tipis. Ia memejamkan kedua bola matanya dan tak lama kemudian terdengar dengkuran halus.Sebegitu lelahnya hingga ia mudah tertidur. Ken yang berpura-pura tidur membuka matanya, menghujani kecupan di pucuk kepala istrinya yang kini menjadi tempat bersandarnya yang mendamaikan.Tadinya Ken ingin marah dan menghukum Lisa karena diam-diam pergi dari mansion dan pergi ke restaurant. Ia piki
Ken terkekeh. "Kau memang sangat cantik Lisa, bahkan menggunakan pakaian tertutup seperti ini saja kau terlihat cantik. Aku jadi merasa tidak rela kau di lihat oleh laki-laki lain. Sepertinya aku malam ini tidak jadi mengajakmu pergi."Lisa mengangguk antusias. "Ya, ya, ya. Aku mau pergi."Ken mengerutkan dahinya. "Memangnya siapa yang akan mengajakmu pergi? Aku tidak jadi mengajakmu pergi." Ucap Ken.Lisa bergelayut manja di lengan kekar milik suaminya. "Memangnya kau tega melihatku sudah berpakaian rapih seperti ini tapi gagal pergi?"Ken berusaha menahan senyumnya. Ia memang sengaja menggoda Lisa, mengatakan bahwa tidak jadi pergi. Hanya ingin tahu bagaimana reaksi Lisa setelahnya. Ternyata Lisa sangat menggemaskan. Susuatu di bawah sana menegang tapi bukan situasi."Ya sudah kita pergi sekarang," akhirnya Ken menyerah. Membuat Lisa terus menggodanya bukan lah sesuatu yang tepat.Ken melonggarkan lengannya memberi akses agar Lisa mengandengnya.