"Kau sungguh menyebalkan kak, kau berubah!" Tukas Lisa. "Kemana janji-janjimu selama ini. Kau," wajahnya sudah melas. "Aku membencimu kak," lirihnya.
Jony menghela nafasnya dan menunjukkan senyumnya yang paling manis pada Lisa. "Maaf Nona. Tapi sumpah dan janji setia saya hanya kepada Tuan Ken." Ucapnya dengan Tegas. "Maafkan aku Lisa, kau harus terjebak disituasi ini," batinnya.
"Enyah lah!" Kesal Lisa.
"Batasi diri Anda Nona. Sekarang Anda adalah istri Tuan Ken. Saya akan tetap menjaga dan mengawasi Nona dan saya akan memastikan anda pulang dengan keadaan yang utuh."
Ucapan-ucapan Jony hanya membuat kedua telinga memanas. Ia segera berlalu dari mobil mewah tersebut. Meskipun harus berjalan sekitar seratus meter tapi itu setidaknya lebih baik, daripada harus mendapatkan cibiran dari teman-temannya nanti.
Flashback ON
Sekilas tentang kisah Lisa dan Jony.
Denny Wijaya adalah pemuda yang tidak memiliki tempat tinggal, bisa dikatakan hanyalah s
Hari-hari berlalu, Lisa sudah membiasakan dirinya kepada Jony meskipun ada rasa sedikit kecewa, rindu dan marah. Lisa masih berperang dingin kepada Jony, tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua selain hal penting.Sudah beberapa hari ini Lisa juga jarang berinteraksi langsung dengan Ken. Sebab Ken sedang sibuk dengan pekerjaannya, sering pulang larut saat Lisa sudah terlelap. Bukan karena pergi atau berkencan dengan perempuan-perempuan bayarannya melainkan karena sedang ada proyek besar yang mengharuskan dirinya bekerja dengan extra.Tiga hari ini kebetulan sekali Ken harus pergi ke luar kota untuk meninjau proyeknya yang lain. Lisa kali ini terbebas dari sofa nyamannya, sebab Ken berpesan agar Lisa menempati ranjangnya selama ia tinggal pergi. Bukan suatu masalah, sebab kapan lagi Lisa bisa menikmati fasilitas tersebut dan ditambah lagi hidupnya cukup tenang tanpa gangguan dari Ken.Hari-harinya ia nikmati. Seperti hari ini, dia menuruni anak tangga dengan w
Ken semakin gusar melihat senyum termanis Lisa yang sengaja diberikan kepada Jony. Ia semakin mengamuk karena terbakar akan api cemburu. Ia hampir membanting dan merusak seluruh property kamar hotel tersebut.Bukan sesuatu yang sulit untuk mengganti property yang telah ia rusak di kamar hotel ini, bahkan dia akan dengan mudah menghancurkan atau mengalihkan hotel tersebut menjadi kepemilikannya.Ken merogoh ponsel dalam sakunya untuk menghubungi seseorang. "Ikuti kemanapun mereka pergi dan laporkan apa saja yang mereka lakukan hari ini!" Begitulah kalimat untuk memerintahkan seseorang melalui ponselnya.Kesal, marah dan kecewa menjadi satu. Bagaimana mungkin orang yang selalu ia banggakan dan yang paling ia percayai berkhianat. Diam-diam memiliki hubungan dengan istri kecilnya. Jony benar-benar lupa apa yang ia lakukan sekarang, ia bahkan lupa bagaimana Ken ketika menghadapi orang yang sudah berkhianat. Ia tak akan segan-segan membunuh orang tersebut, sekalipun itu
Sikap perhatian Lisa sungguh membuat Jony lupa diri. Dia lupa siapa yang tengah membuatnya menghangat dan berbunga-bunga tersebut. Sikap dinginnya perlahan menghilang. Bahkan tak seperti biasanya Lisa duduk di samping kemudi. Sepanjang perjalanan mereka tak segan bersendau gurau melepas kerinduan beberapa tahun ini."Aku sangat bahagia sekali kak." Ucap Lisa dengan wajahnya yang berbinar, tak segan ia mencuri tatapan pada Jony.Tanpa mereka ketahui, mobil yang sedang mereka kendarai sudah lengkap dengan kamera serta perekam canggih yang diletakkan di tempat tersembunyi. Entah apa yang dipikirkan oleh Jony, padahal dia tak hanya sehari dua hari bersama dengan Ken. Harusnya dia paham betul bagaimana dengan Ken, banyak pengamanan ketat yang ia sediakan. Begitupun dengan hukuman yang akan siap menanti jika seseorang bermain-main dengannya. Jony sudah benar-benar lupa diri."Kenapa bahagia ?" Goda Jony dengan wajah datarnya.Lisa mengangguk. "Ya, karena aku tidak
Ken tahu kepulangan Jony dan Lisa. Dia segera merapikan dirinya, serta meredamkan amarah dan gejolak api cemburunya yang sudah membara."Tenang Ken, bersikaplah biasa dan sewajarnya." Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri sambil tersenyum masam.Ken berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan sikap yang tenang. Menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai dasar, ya tentu untuk menyambut kedatangan istri kecilnya. Zae bernafas lega karena akhirnya ia mau mendengarkan sarannya."Kerja yang baik Ken," Zae tersenyum sambil menepuk pelan bahu milik Ken saat mereka berjalan bersimpangan. "Ingat, control emosimu. Lisa tidak suka dengan sikapmu yang pemarah itu." Zae kembali mengingatkan dan segera berlalu dari hadapan Ken.Ken hanya menghela nafasnya. "Lupakan kontrak Ken," Batin Ken. Kontrak yang dibuat oleh Ken sama sekali tidak diperlakukan, bahkan ia terang-terang melupakannya. Hanya akan menggunakan ketika Lisa bertolak belakang dengan kemauannya."Selamat
Semua rencananya sudah dipersiapkan dengan matang. Alurnya pun sudah dipastikan berjalan sesuai dengan rencana. Bahagia sangat Zae melangkahkan kakinya di ruang CEO milik Ken membawa sebuah berkas penting yang sudah dinanti-nantikan oleh Ken.Sudah menjadi kebiasaannya, Zae membuka pintu ruangan Ken tanpa mengetuk pintu. Sahabat ya tetaplah sahabat, embel-embel seorang atasan pun selalu terlupakan untuk Ken."Ceklek.""Bugh."Sebuah pena yang sejak tadi dimainkan oleh Ken melayang hampir mengenai wajah Zae. Tapi dengan sigap menangkapnya. Kalau saja bukan Ken yang dilempari pena berlapiskan emas tersebut, sudahlah pasti akan menancap di bola mata. Bagaimana pun juga Zae tidak hanya setahun dua tahun bersama Ken. Sudah sejak kecil mereka bersama, tak heran kalau tingkat kepekaan dan kemampuan bela diri Zae makin bertambah."Tidak bisakah kau masuk ke ruanganku dengan mengetuk pintu ?" Celetuk Ken. Tanpa menatap ke arah pintu pun, Ken tahu betul siapa yan
Jony kembali ke tempat ia biasa menunggu Lisa bekerja. Tak ada kehangatan di wajahnya saat ini, semenjak ia pulang dari perusahaan Ken sikapnya kembali dingin. Perasaannya pun juga nampak gelisah, namun tertutup dengan wajah dinginnya. Menunggu Lisa bebrapa jam, sama halnya dengan menunggu seabad.Lisa masih sama, wajahnya berbinar mendekati mobil yang dinaiki olehnya tadi pagi. Buru-buru Jony keluar dan membukakan pintu belakang mobil untuk Lisa. "Silahkan Nona," ucapnya sambil tersenyum.Lisa mematung sejenak melihat perubahan sikap Jony, nampak kaku kembali seperti sebelumnya. "Kau kenapa kak ?" Lisa mendorong pintu yang dibukakan oleh Jony. "Aku tidak mau duduk di belakang, aku mau duduk di belakang saja.""Tapi Nona," cegah Jony namun sudah kalah cepat dengan Lisa yang berlari masuk ke bangku samping kemudi.Jony kamu harus sabar, begitulah menghadapi perempuan yang masih labil seperti Lisa. Jalan satu-satunya agar Ken cepat membebaskan ibunya hanyalah m
Sangat mudah membebaskan ibunya Jony, semudah membalikkan telapak tangan. Sudah dipastikan sore ini Ken akan pulang bersama dengan ibunya Jony.Bagaimana cara Ken membebaskan ibunya Jony ? tentu sangat mudah sekali. Deny memang terkenal di negeri ini, tapi terkenal saja tidak cukup. Lihatlah Ken yang terkenal dan tentunya berkuasa di Negeri ini. Hanya dengan menjentikkan ujung kukunya, Ken bisa dengan mudahnya menghancurkan bisnis milik Deny. Harta atau wanita ? Ya jelas saja, Deny tetap memilih mempertahankan harta daripada wanitanya.Ken dan Zae sudah tiba beriring-iringan dengan para mobil pengawalnya. Para maid, Lisa dan Jony sudah menyambutnya di depan mansion. Lisa masih sama seperti biasanya, menunjukkan senyum palsunya pada Ken. Tapi itu bukanlah suatu masalah untuk Ken, membuktikan pada Jony kalau dia adalah wanitanya saja sudah cukup puas.Senyum tulus dan manisnya beralih pada seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan modis, semua yang
Matahari mulai menampakkan diri. Sepasang suami istri tersebut masih terlelap di ranjang dan selimut yang sama. Ken memeluk erat istrinya, hingga Lisa tidur nampak nyaman sekali.Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Lisa baru saja menggeliat dari tidurnya, dia lupa apa tugasnya setiap paggi. Harus membangunkan Ken pukul enam."Astaga," lirihnya mendapati tidur dalam pelukan Ken. "Bukankah semalam aku tidur di sofa." Melirik ke arah sofa yang sudah rapih tanpa bantal dan selimut. "Kenapa aku bisa seranjang dengan si monster bertatto ini." Menatap sekilas Ken yang masih terlelap dengan wajahnya yang damai.Memikirkan perpindahannya dari sofa ke ranjang membuatnya pusing. Ia memilih memilih melupakannya, lagipula kata Ken dia memang harus tidur seranjang. Perkara Ken tidur memeluknya dia juga akan segera melupakannya, seakan tidak terjadi apapun.Pelan-pelan Lisa memindahkan tangan Ken dari perutnya. Karena cukup berat ia harus menggunakan tenaga y