Ken semakin gusar melihat senyum termanis Lisa yang sengaja diberikan kepada Jony. Ia semakin mengamuk karena terbakar akan api cemburu. Ia hampir membanting dan merusak seluruh property kamar hotel tersebut.
Bukan sesuatu yang sulit untuk mengganti property yang telah ia rusak di kamar hotel ini, bahkan dia akan dengan mudah menghancurkan atau mengalihkan hotel tersebut menjadi kepemilikannya.
Ken merogoh ponsel dalam sakunya untuk menghubungi seseorang. "Ikuti kemanapun mereka pergi dan laporkan apa saja yang mereka lakukan hari ini!" Begitulah kalimat untuk memerintahkan seseorang melalui ponselnya.
Kesal, marah dan kecewa menjadi satu. Bagaimana mungkin orang yang selalu ia banggakan dan yang paling ia percayai berkhianat. Diam-diam memiliki hubungan dengan istri kecilnya. Jony benar-benar lupa apa yang ia lakukan sekarang, ia bahkan lupa bagaimana Ken ketika menghadapi orang yang sudah berkhianat. Ia tak akan segan-segan membunuh orang tersebut, sekalipun itu
Sikap perhatian Lisa sungguh membuat Jony lupa diri. Dia lupa siapa yang tengah membuatnya menghangat dan berbunga-bunga tersebut. Sikap dinginnya perlahan menghilang. Bahkan tak seperti biasanya Lisa duduk di samping kemudi. Sepanjang perjalanan mereka tak segan bersendau gurau melepas kerinduan beberapa tahun ini."Aku sangat bahagia sekali kak." Ucap Lisa dengan wajahnya yang berbinar, tak segan ia mencuri tatapan pada Jony.Tanpa mereka ketahui, mobil yang sedang mereka kendarai sudah lengkap dengan kamera serta perekam canggih yang diletakkan di tempat tersembunyi. Entah apa yang dipikirkan oleh Jony, padahal dia tak hanya sehari dua hari bersama dengan Ken. Harusnya dia paham betul bagaimana dengan Ken, banyak pengamanan ketat yang ia sediakan. Begitupun dengan hukuman yang akan siap menanti jika seseorang bermain-main dengannya. Jony sudah benar-benar lupa diri."Kenapa bahagia ?" Goda Jony dengan wajah datarnya.Lisa mengangguk. "Ya, karena aku tidak
Ken tahu kepulangan Jony dan Lisa. Dia segera merapikan dirinya, serta meredamkan amarah dan gejolak api cemburunya yang sudah membara."Tenang Ken, bersikaplah biasa dan sewajarnya." Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri sambil tersenyum masam.Ken berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan sikap yang tenang. Menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai dasar, ya tentu untuk menyambut kedatangan istri kecilnya. Zae bernafas lega karena akhirnya ia mau mendengarkan sarannya."Kerja yang baik Ken," Zae tersenyum sambil menepuk pelan bahu milik Ken saat mereka berjalan bersimpangan. "Ingat, control emosimu. Lisa tidak suka dengan sikapmu yang pemarah itu." Zae kembali mengingatkan dan segera berlalu dari hadapan Ken.Ken hanya menghela nafasnya. "Lupakan kontrak Ken," Batin Ken. Kontrak yang dibuat oleh Ken sama sekali tidak diperlakukan, bahkan ia terang-terang melupakannya. Hanya akan menggunakan ketika Lisa bertolak belakang dengan kemauannya."Selamat
Semua rencananya sudah dipersiapkan dengan matang. Alurnya pun sudah dipastikan berjalan sesuai dengan rencana. Bahagia sangat Zae melangkahkan kakinya di ruang CEO milik Ken membawa sebuah berkas penting yang sudah dinanti-nantikan oleh Ken.Sudah menjadi kebiasaannya, Zae membuka pintu ruangan Ken tanpa mengetuk pintu. Sahabat ya tetaplah sahabat, embel-embel seorang atasan pun selalu terlupakan untuk Ken."Ceklek.""Bugh."Sebuah pena yang sejak tadi dimainkan oleh Ken melayang hampir mengenai wajah Zae. Tapi dengan sigap menangkapnya. Kalau saja bukan Ken yang dilempari pena berlapiskan emas tersebut, sudahlah pasti akan menancap di bola mata. Bagaimana pun juga Zae tidak hanya setahun dua tahun bersama Ken. Sudah sejak kecil mereka bersama, tak heran kalau tingkat kepekaan dan kemampuan bela diri Zae makin bertambah."Tidak bisakah kau masuk ke ruanganku dengan mengetuk pintu ?" Celetuk Ken. Tanpa menatap ke arah pintu pun, Ken tahu betul siapa yan
Jony kembali ke tempat ia biasa menunggu Lisa bekerja. Tak ada kehangatan di wajahnya saat ini, semenjak ia pulang dari perusahaan Ken sikapnya kembali dingin. Perasaannya pun juga nampak gelisah, namun tertutup dengan wajah dinginnya. Menunggu Lisa bebrapa jam, sama halnya dengan menunggu seabad.Lisa masih sama, wajahnya berbinar mendekati mobil yang dinaiki olehnya tadi pagi. Buru-buru Jony keluar dan membukakan pintu belakang mobil untuk Lisa. "Silahkan Nona," ucapnya sambil tersenyum.Lisa mematung sejenak melihat perubahan sikap Jony, nampak kaku kembali seperti sebelumnya. "Kau kenapa kak ?" Lisa mendorong pintu yang dibukakan oleh Jony. "Aku tidak mau duduk di belakang, aku mau duduk di belakang saja.""Tapi Nona," cegah Jony namun sudah kalah cepat dengan Lisa yang berlari masuk ke bangku samping kemudi.Jony kamu harus sabar, begitulah menghadapi perempuan yang masih labil seperti Lisa. Jalan satu-satunya agar Ken cepat membebaskan ibunya hanyalah m
Sangat mudah membebaskan ibunya Jony, semudah membalikkan telapak tangan. Sudah dipastikan sore ini Ken akan pulang bersama dengan ibunya Jony.Bagaimana cara Ken membebaskan ibunya Jony ? tentu sangat mudah sekali. Deny memang terkenal di negeri ini, tapi terkenal saja tidak cukup. Lihatlah Ken yang terkenal dan tentunya berkuasa di Negeri ini. Hanya dengan menjentikkan ujung kukunya, Ken bisa dengan mudahnya menghancurkan bisnis milik Deny. Harta atau wanita ? Ya jelas saja, Deny tetap memilih mempertahankan harta daripada wanitanya.Ken dan Zae sudah tiba beriring-iringan dengan para mobil pengawalnya. Para maid, Lisa dan Jony sudah menyambutnya di depan mansion. Lisa masih sama seperti biasanya, menunjukkan senyum palsunya pada Ken. Tapi itu bukanlah suatu masalah untuk Ken, membuktikan pada Jony kalau dia adalah wanitanya saja sudah cukup puas.Senyum tulus dan manisnya beralih pada seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik dan modis, semua yang
Matahari mulai menampakkan diri. Sepasang suami istri tersebut masih terlelap di ranjang dan selimut yang sama. Ken memeluk erat istrinya, hingga Lisa tidur nampak nyaman sekali.Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Lisa baru saja menggeliat dari tidurnya, dia lupa apa tugasnya setiap paggi. Harus membangunkan Ken pukul enam."Astaga," lirihnya mendapati tidur dalam pelukan Ken. "Bukankah semalam aku tidur di sofa." Melirik ke arah sofa yang sudah rapih tanpa bantal dan selimut. "Kenapa aku bisa seranjang dengan si monster bertatto ini." Menatap sekilas Ken yang masih terlelap dengan wajahnya yang damai.Memikirkan perpindahannya dari sofa ke ranjang membuatnya pusing. Ia memilih memilih melupakannya, lagipula kata Ken dia memang harus tidur seranjang. Perkara Ken tidur memeluknya dia juga akan segera melupakannya, seakan tidak terjadi apapun.Pelan-pelan Lisa memindahkan tangan Ken dari perutnya. Karena cukup berat ia harus menggunakan tenaga y
Lisa keluar dengan bathdrobe putihnya. Dia berjalan menuju meja rias miliknya. Menatap lekat suaminya yang masih duduk bermalas-malasan di sofa.Ken hanya mengecek email yang masuk di ponselnya. Matanya tak sepenuhnya fokus pada gawai tersebut, ia membalas lirikan Lisa pada cermin rias tersebut.Merasa Ken juga memperhatikannya, Lisa bergegas berpaling. "Kenapa kau melirikku ?" Tanya Ken. Wajahnya seketika merona karena baru saja ketahuan oleh suaminya sendiri.Huh, alangkah malunya dirinya. Ia berpura-pura menyibukkan diri dengan deretan skincare yang tersusun rapih di atas meja riasnya. Ya, memang Lisa bukan Lisa yang dulu lagi. Dia sekarang lebih modis dan sudah mengenal yang namanya skincare dan make. Semua itu pemberian dari Ken.Tanpa sepengetahuan Lisa. Ken berjalan mendekati Lisa yang tengah sibuk memoles wajahnya dengan skincare. Ken memeluk Lisa dari belakang, tubuhnya seketika menegang dan wajahnya semakin memerah."Kalau ditanya suamimu, jaw
"Paman apa Tuan Ken marah ?" Tegur Lisa melihat Paman Li yang terburu-buru."Tidak Nona. Tuan hanya...." Nampak ragu-ragu Paman Li ingin mengatakan sejujurnya."Paman kenapa? Apa ada masalah besar?" Lisa semakin resah dibuatnya."Sebenarnya Tuan hanya ingin mencukur rambutnya karena malu dengan Nona yang terlihat lebih muda." Jawab paman Li.Lisa semakin tidak paham dibuatnya. Ia mengerutkan dahinya bingung. "Maksud Paman apa ?" Tanya Lisa lagi.Paman Li hanya tersenyum. "Kami permisi dulu Nona," pamit paman Li dan Bi Nar.Lisa semakin frustasi karena ulah suaminya. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa, tidak tahu akan jalan pikiran suaminya tersebut. Ia memilih tidak memikirkan hal tersebut dan menyalakan TV."Huh. Monster bertatto menyebalkan." Kesal Lisa.Siapa yang tidak akan kesal kalau pagi-pagi sud