Lisa menguyur tubuhnya yang sudah setengah basah itu menggunakan air dingin. Sejenak ia bersandar di dinding kamar mandi, merenungkan penderitaannya sekarang.
"Ayah, ibu… Aku rindu kalian," lirih Lisa.
Seutas ucapan kata rindu sudah cukup membuat Lisa menjadi lebih tegar. Dia segera beranjak keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Lisa harus menyetorkan nasi uduk ke beberapa warung langganannya. Menyisakan sedikit untuk diberikannya kepada para pengemis. Sebab baginya mustahil harus menjual seratus porsi penuh dengan berkeliling.
Lisa tidak akan pernah menyesal jika harus membagikan dagangannya kepada para pengemis, meskipun hampir setengahnya sekalipun. Sedikit meringankan beban orang lain, setidaknya membuatnya cukup senang.
Yang namanya berjualan Lisa paham betul resiko akan merugi, tidak ada rasa penyesalan sedikit pun jika ia harus pulang membawa kembali dagangannya yang tidak laku.
Hari ini Lisa berencana untuk datang ke kantor tempat biasanya ia berjualan. Di sana memang banyak pelanggannya, meskipun itu hanya para pegawai cleaning service.
Rambut yang diikat tak mengurangi keanggunannya. Lisa begitu cantik meskipun tanpa riasan sedikitpun.
Lisa mulai melangkahkan kakinya hendak mendekati gerbang kantor tersebut. Sebenarnya Lisa sedikit ragu karena mengetahui perusahaan tersebut adalah milik Kendra tukang mesum. Namun karena dia benar-benar membutuhkan uang, egonya akhirnya terkalahkan.
Sementara itu mobil Zae melaju hendak masuk melewati gerbang yang sama dengan Lisa. Zae juga melihat Lisa yang sedang membawa keranjang dagangannya kala itu. Ia pun segera memarkirkan mobilnya.
Zae turun dari mobil, mengamati Lisa lebih dalam lagi. Setelah memastikan bahwa itu benar-benar Lisa, Zae tak segan-segan melambaikan tangannya ke arah Lisa. "Alyssa !"
Lisa celingukan mencari sumber suara. "Siapa yang memanggilku?" lirih Lisa. Tatapan Lisa terhenti karena ternyata yang memanggilnya berada di parkiran, dengan segera Lisa membalas lambaian tangan dari Zae.
Zae memberi kode dengan tangannya agar Lisa menemuinya. Tanpa ragu – ragu Lisa menemui Zae yang sedang berdiri di depan sebuah mobil sedan mewah.
"Sepertinya aku pernah melihat mobil Zae," gumam Lisa.
Sambil berjalan mendekati Zae, Lisa mengingat-ingat mobil siapa yang ditumpangi oleh Zae.
"Ah, bodoh sekali aku. Mobil seperti itu banyak yang mempunyainya." Batin Lisa lagi.
Lisa berhenti memikirkan tentang mobil, ia segera mendekati Zae. "Selamat siang Tuan," tegur Lisa balik.
Zae sungguh tertawa karena Lisa memanggilnya dengan sebutan Tuan. "Sudah hentikan. Harus ku bilang jangan panggil aku Tuan. Lagi pula aku bukan seorang bos, aku hanyalah seorang pesuruh." Kira-kira seperti itu penjelasan Zae pada Lisa.
Lisa membalasnya dengan tersenyum. "Baiklah."
Mata Zae sebenarnya tertuju pada sebuah keranjang yang dibawa oleh Lisa. Sedari tadi memang Lisa terlihat sedang keberatan membawa keranjang tersebut sehingga memikat perhatiannya kepada keranjang.
Zae menatap keranjang yang dibawa Lisa. "Hei apa itu ?"
"Oh ini?" Lisa tersenyum sambil menatap keranjangnya sendiri. "Aku menjual nasi uduk, apa kau ingin membelinya?"
"Bukankah kau ini seorang pelajar ya ? Ini kan seharusnya masih jam sekolah." Terselip rasa penasaran dalam benak Zae.
"Tenang saja, aku sudah hampir menyelesaikan studyku. Doakan saja sebentar lagi lulus." Di sela-sela jawabannya, Lisa tersenyum.
"Sungguh kau wanita hebat," batin Zae kagum.
Tiba – tiba muncul ide dari Zae, entah apa yang merasukinya namun rasa iba telah menjalar ke tubuhnya. "Bolehkah aku membeli semuanya?" tanya Zae.
Lisa tersenyum, "maaf Zae." Lisa kemudian menundukkan kepalanya bentuk rasa hormatnya kepada Zae. "Kalau kamu mau membeli semua daganganku hanya karena rasa iba. Mohon maaf, aku tidak bisa menjualnya kepadamu Zae."
"Deg…."
Jantung Zae terasa hampir copot. Tidak menyangka bahwa Lisa berbicara seperti apa yang dipikirkan. "Tidak, tidak.." Zae berkilah.
Tiba – tiba ide lain muncul dalam otak Zae. "Aku ingin membelinya karena aku sudah janji dengan teman – temanku untuk menraktir mereka. Memangnya aku tidak boleh menraktir mereka dengan daganganmu ??"
"Astaga, mengapa aku berpikir sejauh itu," batin Lisa sedikit merasa bersalah.
Untuk meyakinkan kepada Lisa, Zae sengaja memanggil para cleaning service agar menemuinya. Mereka sedikit bingung karena Zae tiba-tiba saja memanggilnya. Mereka bahkan tidak merasa bahwa sedang melakukan kesalahan.
"Maaf ada apa Tuan, memanggil kami kemari?" tanya salah seorang cleaning service.
"Ah tidak, seperti janjiku kemarin. Aku akan membelikan kalian makanan." Ucap Zae sambil tersenyum.
Para cleaning service nampak kebingungan dan saling bertatapan. Zae tidak pernah menjanjikan apa-apa.
Melihat hal tersebut, Zae segera mengambil tindakan. "Kalian pasti lupa ya, aku kemarin sudah bilang memang kalian tidak terlalu mendengarkannya. Tapi aku tetap mematuhi janjiku."
Zae langsung mengambil dompet dari sakunya. "Ayo, segera ambillah!" perintah Zae pada para bawahannya.
Tadinya mereka sangat kebingungan. Tapi karena Zae berucap dengan mantap, ditambah lagi sudah mengeluarkan dompetnya. Mereka segera dengan sigapnya mengambil makanan yang dijual oleh Lisa.
"Terimakasih Tuan."
"Sering-seringlah menraktir kami Tuan."
"Huft, dasar tidak tahu diri." Batin kesal Zae.
Lisa masih tertegun menatap Zae. "Hei kau kenapa?" tanya Zae membangunkan lamunan Lisa. Lisa hanya menggelengkan kepalanya saja. "Sudahkah kau hitung mereka ambil berapa bungkus?" tanya Zae.
"Ternyata dia orang yang baik," batin Lisa sambil menyembunyikan senyumnya.
Dalam keranjang tersebut masih tersisa dua bungkus. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Zae juga mengambilnya. "Berapa semuanya ?" tanya Zae.
Lisa sambil mengingat-ingat berapa bungkus yang dia bawa kemari. Jari jemarinya yang lentik digunakannya untuk berhitung. "Zae, sepertinya aku tadi membawa dua puluh bungkus. Semuanya jadinya dua ratus ribu."
Segera Zae memberi uang pas kepada Lisa. Dia tidak ingin uang lebihnya jika diberikan kepada Lisa akan membuat Lisa tersengging.
Lisa segera beranjak pamit dari hadapan Zae karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Tunggu Lis," cegah Zae. Lisa yang sudah beberapa langkah menjauhi Zae kembali menoleh. "Apa aku boleh meminta nomor ponselmu?"
"Untuk apa?" tanya Lisa.
"Aku sungguh ingin berteman denganmu, aku hanya ingin lebih dekat denganmu."
Lisa tersenyum mendengarnya. "Aku juga ingin berteman denganmu. Tapi maaf Zae, aku tidak memiliki ponsel."
Zae sedikit kaget mendengarnya. Hampir tidak percaya, manusia hidup di zaman modern ini tidak memiliki sebuah ponsel. "Lalu bagaimana aku bisa menghubungimu?" tanya Zae lagi.
"Aku akan ke sini setiap dua hari sekali. Jadi meskipun aku tidak memiliki ponsel, tapi aku janji kalau aku bertemu denganmu aku akan menyapa." Janji Lisa.
"Baiklah." Pasrah Zae.
"Sungguh aku tidak percaya, mengapa masih ada manusia sesedarhana itu. Bekerja keras dan bisa hidup tanpa ponsel. Apa dia manusia yang hidup di zaman purbakala?" batin Zae yang sungguh tidak bermutu itu.
Bersambung...
Zae masih terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Sampai sekarang dia tidak habis pikir dengan Lisa dan ponsel.Dalam hatinya masih memperdebatkan mengenai ponsel. Memang terdengar konyol, tapi begitulah Zae."Apa mungkin dia tidak mau memberikanku nomor ponselnya ya?" tanya Zae pada dirinya sendiri."Ah tidak.. tidak.." Zae membantah isi hatinya sendiri. "Sudah jelas-jelas dari sorotan matanya tidak ada tanda-tanda kebohongan."Zae berjalan masuk ke ruangannya. Tangan kirinya masih menggenggam dua bungkus nasi uduk yang dibeli dari Lisa tadi. Sementara pikirannya masih sedang berdebat mengenai ponsel dengan lubuk hatinya.Dia sampai tidak sadar kalau karyawan lain sedang membicarakan Zae dan menahan tawa mereka. Seorang Zae masuk ke kantor membawa nasi uduk yang dibungkus dengan kertas nasi. Sungguh pemandangan yang tidak biasa dan tidak pernah terjadi."Sepertinya sekarang Tuan Zae sedang susah. Buktinya dia sekarang sudah tidak ma
Semenjak pertemuan terakhir Lisa dengan Ken. Kini tanpa sepengetahuan Lisa, dia selalu diikuti oleh para pengawal bayangan. Mereka sengaja di tugaskan oleh Ken untuk menjaga dan mengawasi gerak-gerik Lisa.Terlihat konyol bukan? Tapi apapun yang sudah dikehendaki oleh Ken, dia harus tetap mendapatkannya termasuk yang menjadi incarannya adalah Lisa.Ken hanya ingin mengetahui aktifitas Lisa dan kesehariannya saja. Dan tujuan lainnya adalah mencari celah untuk membawa Lisa ke hadapannya.Tugas para pengawal bayangan itu sangat rapih, tak satupun yang mengetahuinya. Jelas saja kalau sampai mengetahuinya pasti Ken akan marah besar, sebab dia sudah membayar mereka dengan harga yang mahal.Orang kaya seperti Ken akan sangat mudah mendapatkan yang diinginkan. Oleh sebab itu para orang suruhan Ken haru selalu melaporkan aktivitas Lisa padanya.Seperti biasanya Lisa pergi bekerja ke rumah majikannya, Risa. Dia hari ini hanya ke rumah Risa saja karena di tem
Bi Lin tersenyum licik melihat kepergian Lisa. Ia segera keluar menghampiri beberapa laki-laki yang berbadan besar dan kekar mengenakan pakaian serba hitam itu.Beberapa laki-laki tersebut juga sama tersenyum liciknya membalas senyum dari Bi Lin. "Bagaimana? Apa semua berjalan dengan baik?" tanya salah satu laki-laki tersebut.Bi Lin mengangguk sambil tersenyum. "Apa kau tidak lupa dengan janjimu Tuan?" tanya Bi Lin."Tentu saja tidak Nyonya, Tuan kami tidak akan pernah ingkar." Jawab salah satu laki-laki di antara mereka.Bi Lin diberi sebuah amplop cokelat dari mereka, sebagai imbalan telah menjalankan tugas dengan baik. "terimakasih Tuan-Tuan, " ucap Bi Lin sambil menciumi amplop-amplop tersebut.Beberapa laki-laki tersebut mengikuti langkah Lisa yang sudah kehilangan arah tersebut. Mereka adalah pengawal bayangan yang ditugaskan oleh Ken mengawasi gerak gerik keseharian Lisa.Flashback OnPagi itu pengawal bayangan suruh
Pengawal Jony segera melaporkan pekerjaannya yang selesai sempurna kepada Tuanya."Tuan, semua sudah berjalan dengan lancar. Lisa sudah dipecat dari pekerjaanya sekarang," lapor Jony pada Ken di dalam telpon.Di kantor Ken terlihat sangat bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Lebih tepatnya usaha Joni sih, karena lebih tepatnya Ken hanya memberi perintah."Bagus, ikuti terus. Pastikan dia tidak punya pekerjaan lain dan kita susun rencana selanjutnya," balas Ken dengan senyum liciknya.Telpon Tuannya segera Jony matikan. Sedikit merenungkan atas apa tadi yang telah ia perbuat kepada Lisa, namun dia tidak berani membantah perintah dari sang Tuan."Kasihan sekali kamu, tapi aku berjanji akan melindungi jika kamu disakiti oleh dia." Batin Jony.Segera Jony melanjutkan langkahnya mengikuti kemana langkah kaki Lisa. Dia dan anak buahnya memang harus siap siaga mengikuti Lisa dua puluh empat jam.Sang Tuan tidak menginginkan sehelai rambut
Lisa duduk termenung di sebuah halte. Meratapi nasibnya karena baru saja kehilangan pekerjaan yang selama ini sangat membantu hidupnya.Dalam pikirannya sudah tidak karuan. Dia tidak berani pulang dengan tangan hampa apalagi langit masih cerah seperti ini. Yang ada dia bisa ditendang oleh ibu tirinya."Kenapa nasih tidak berpihak baik padaku. Apa Tuhan tidak sayang denganku. Oh Ayah dan Ibu tolong bawa Lisa saja. Lisa sudah tidak sanggup lagi hidup sendiri. Lisa mau ikut kalian." Batin Lisa.Meskipun tatapan Lisa kosong, embun Kristal tetap keluar dari kedua matanya. Sungguh malang sekali nasibnya harus mengalami hal seperti ini.Dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan lama – lama mata makin menciut. Sekarang Lisa tertidur pulas, memejamkan matanya.Sementara pengawal Jony masih setia di sekitar Lisa. Dia sudah menjalankan pekerjaannya dengan baik dan sekarang tugasnya adalah menjaga Lisa. Bagaimana mungkin Jony dan Ken akan membiarkan perempuan
Lisa yang tadinya menunduk sedikit menatap Wily dengan kedua sudut bibirnya yang ditarik lebar. "Benarkah Tuan?" tanya Lisa.Wily mengangguk dan tersenyum." Tentu. Dan ingat jangan sampai telat," ucap Wily lagi."Tentu Tuan, saya tidak akan pernah mengecewakan Tuan." Lisa meraih tangan kanan Wily dan menundukkan kepalanya. Punggung tangan Wily ia letakkan ke dahinya, "terimakasih Tuan Muda, sungguh Tuan sangat baik."Wily mengelus rambut Lisa dengan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Lisa. "Sudah lepaskan, sekarang pulanglah dan lekas beristirahat. Aku tidak ingin kau besok datang kemari dengan keadaan yang kurang sehat karena sungguh aku tidak menyukainya."Lisa segera berpamitan kepada Wily meninggalkan tempat tersebut. Senyumnya terus ia tunjukkan kepada Wily, sementara Wily yang dari tadi hanya menunjukkan senyum tipisnya yang cool."Sampai sekarangpun kamu belum mengenalku Lis," batin Wily sambil mengelengkan kepalanya.Flashback On
Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Pagi yang sangat ditunggu-tunggu oleh Ken. Dimana dia akan segera menjalankan rencananya.Semua rencananya telah disusun bersama Zae, di sudah merencanakannya dengan matang-matang. Pikirnya lebih cepat lebih baik untuk menjemput Lisa, sebab ia ingin segera menjadikan Lisa sebagai istrinya. Nyonya Alyssa Wilson.Kekayaan Ken memang tidak dapat diragukan lagi, dia hampir menguasai seluruh perekonomian negeri ini. Bahkan hukum baginya sudah tidak berlaku lagi. Hukum hanya sebagai alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena- mena.Pagi ini sesuai dengan perintah Ken, Zae dan Jony segera ke rumah Lisa sesuai dengan rencana Ken. Jony memegang kemudi, sementara Zae duduk di samping Jony dan Ken duduk di belakang sendirian. Di tambah lagi dua mobil pengawal lainya yang berjalan di depan dan belakang mobil yang di naiki Ken, luar biasa bukan?Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Ken me
Di restaurant X.Hari ini adalah hari pertama Lisa bekerja. Wajahnya berseri penuh semangat. Begitupun dengan Wily yang sengaja datang pagi-pagi untuk menyambut kedatangan Lisa.Kau ini memang pandai sekali ya Wil, bisa – bisanya mencari perhatian kepada anak baru. Tidak kah kau ingat, setiap hari pasti berangkat ke restaurant agak siangan hohoho.Tak lupa Lisa menyempatkan dirinya untuk membalas sang penjaga yang kurang berkenan dari hatinya kemarin. "Selamat pagi Paman," tegur Lisa kepada sang penjaga dengan senyumnya licik, namun si penjaga hanya memutar malas kan matanya.Tak diambil hati, Lisa segera masuk ke dalam resto tersebut. Menemui Wily sang manager yang sedari tadi sudah menunggu. Ayolah Lisa percepat langkahmu, Wily sudah menatapmu dari monitor CCTV menyambut kedatangan kamu."Tok.. Tok... Tok..."Pintu ruangan Wily sudah terketuk. Wily merapikan kerah kemejanya serta merapikan jasnya. Tak lupa menyisir rambutnya dengan jari je