Begitu mendengar kata "kamar gelap", bulu kuduk Peter langsung meremang. Dia menimpali, "Jangan dong, Kak. Aku sudah tahu kesalahanku. Kalau aku pergi, siapa yang jaga Bu Elvina?""Ada banyak pelayan di sini. Bu Elvina nggak butuh kamu," balas Owen.Ketika melihat Owen serius dengan perkataannya, Elvina segera membela, "Ini bukan salah Peter. Musuh terlalu licik. Marahi saja dia, nggak usah sampai dikurung."Jika Peter tidak meretas ponsel Yessi dan menemukan informasi-informasi itu, Elvina tidak mungkin berkesempatan membalas dendam hari ini. Bagaimanapun, dia harus berterima kasih pada Peter.Karena Elvina berbicara demikian, ekspresi Owen pun membaik. Dia memelototi Peter dan berujar, "Kenapa diam saja? Cepat berterima kasih pada Bu Elvina.""Bu, terima kasih sudah menolongku. Kalau nggak, kamu mungkin cuma bisa melihat jenazahku seminggu lagi." Peter menyeka keringatnya.Elvina tak kuasa tertawa melihatnya. Setelah mengobrol sesaat, Elvina menyuruh mereka istirahat karena sudah mal
Ekspresi Owen menjadi serius saat bertanya, "Gimana kamu bisa tahu soal Bu Daphney?"Peter mengedikkan bahu dan membalas, "Aku jarang ikut Kak Raiden, tapi bukan berarti aku nggak tahu apa-apa. Aku tahu masa lalu Kak Raiden dengan wanita itu. Sebenarnya target ledakan kali ini bukan Kak Raiden, 'kan?"Peter tiba-tiba melontarkan pertanyaan seperti itu. Ketika melihat Owen tidak menjawab, Peter pun meletakkan makanan di tangan dan meneruskan, "Bu Pamela ingin cucu. Dengan kemampuan Kak Raiden, dia bisa mencari ibu pengganti dengan mudah.""Selain itu, dua nona kaya sebelumnya cuma pura-pura menikah dengan Kak Raiden. Kenapa kali ini Kak Raiden benaran mengambil akta nikah dengan Bu Elvina? Apa karena Bu Daphney ...." Setelah mengatakan ini, Peter merasa keraguannya mulai terjawab."Sudah, tutup mulutmu!" bentak Owen. Di sisi kiri ruang tamu adalah kamar pelayan. Meskipun pelayan sudah tidur, Owen tetap harus berjaga-jaga tidak ada yang mendengarnya.Setelah dibentak kakaknya, Peter pun
Elvina mengembalikan ponsel kepada Peter. Ketika hendak meminum jus jeruknya, tiba-tiba layar ponselnya hidup. Masuk pesan dari seseorang.[ Aku Yessi. Aku punya bukti Dexton membunuh orang tuamu. Kalau mau, bayar aku 6 miliar! ]Begitu melihat pesan itu, mata Elvina sontak terbelalak. Ketika pergi ke hotel dengan Raiden hari itu, Yessi mengatakan dirinya yang membereskan kejanggalan dari kematian orang tuanya, yang bukan disebabkan oleh kecelakaan.Namun, Elvina tidak menemukan bukti apa pun saat Peter meretas ponsel Yessi. Kini, Yessi tiba-tiba berinisiatif menghubunginya.Elvina menahan ketidaksabarannya. Dia tidak percaya pada Yessi. Jika butuh uang, Yessi seharusnya mengancam Dexton dan meminta uang darinya. Dia membalas.[ Kamu yakin aku bisa mengeluarkan uang sebanyak itu? Dengan bukti semacam itu, kamu bisa saja memeras Dexton dan mendapat lebih banyak. ][ Aku tahu pria yang mengikutimu semalam bernama Peter. Dia bawahan Pak Raiden. Aku tahu kamu punya hubungan dengan Pak Raid
Peter tidak pernah bertemu Daphney, tetapi dia bisa menebak siapa wanita itu saat melihat perlakuan yang diberikan Raiden.Ketika mendengar seruan kaget Peter, Elvina mengernyit dan bertanya, "Benaran Kak Raiden, 'kan?"Namun, sepengetahuan Elvina, Raiden adalah pria yang dingin dan angkuh. Ekspresinya tidak pernah selembut ini."Wanita di sampingnya itu ...." Elvina menahan perasaan aneh yang dirasakannya, lalu bertanya, "Itu istri pertamanya?"Setelah mengambil akta nikah dengan Raiden, Elvina mempelajari latar belakang Keluarga Tjandra. Keluarga Tjandra berasal dari Negara Hondria dan merupakan salah satu dari empat keluarga terbesar di sana. Karena hukum di sana agak terbelakang, nenek moyang Keluarga Tjandra memperbolehkan poligami.Setelah generasi kakek Raiden, hukum Hondria melarang poligami. Namun, krisis keuangan global berdampak pada Keluarga Tjandra. Bisnis mereka merosot. Demi kepentingan keluarga, mantan pemimpin Keluarga Tjandra terpaksa menikahi tiga wanita.Ibu Raiden
Elvina mengira Yessi meneleponnya dengan nomor baru, jadi buru-buru menjawab panggilan. "Halo?""Bu Elvina ya?" tanya seseorang dengan sopan dari ujung telepon.Elvina lagi-lagi merasa kecewa karena bukan suara Yessi. Dia mengiakan, "Ya, siapa ini?""Aku dari departemen personalia Grup Polaris. Kami sangat tertarik dengan resume-mu. Apa kamu bisa datang wawancara Kamis jam 9 pagi?" tanya orang itu.Elvina telah mengirim resume-nya kepada Owen. Siapa sangka, dia akan dipanggil secepat ini. Dia menyahut, "Bisa. Apa ada dokumen yang harus kubawa?"Setelah kembali dari Negara Dava, Elvina belum pernah bekerja. Dia hanya sesekali keluar negeri membantu Dexton dan tidak pernah menghadiri wawancara perusahaan lain.Elvina mencatat apa-apa saja yang harus dibawa saat wawancara. Ketika panggilan berakhir, mereka juga tiba di vila.Begitu masuk, Elvina langsung melepas jaketnya dan hendak menggantungnya. Kebetulan sekali, dia melihat jaket hitam di gantungan. Ketika mendekat, dia samar-samar bis
Mati lampu? Elvina buru-buru menyalakan senter di ponsel. Melalui jendela di ujung koridor, dia bisa melihat lampu di luar masih menyala. Samar-samar, terdengar pula suara Owen, mengatakan terjadi korsleting.Setelah berpikir sesaat, Elvina memutuskan untuk memberikan jas yang dibelinya besok saja. Ketika Elvina hendak kembali, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar seperti ada yang terjatuh.Elvina khawatir Raiden menabrak sesuatu karena gelap gulita. Jika lukanya tertarik, bukankah akan sangat gawat? Dia pun mengetuk pintu dan memanggil, "Kak, kamu baik-baik saja?""Kak Raiden?" Elvina mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada respons. Ini membuatnya agak panik. Ketika hendak mendobrak pintu, tiba-tiba terdengar suara Raiden. "Pintunya nggak dikunci, masuk saja.""Oke." Elvina menghela napas lega. Dia berjalan masuk dengan menyalakan senter ponsel. Namun, setelah menyinari ke sekeliling, dia tidak melihat sosok Raiden.Tatapan Elvina tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup ra
Karena mati lampu, selain area sofa, area lain di kamar gelap gulita. Elvina merasa suasana di sini terlalu sunyi, sampai-sampai dia bisa mendengar suara napasnya sendiri. Hal ini membuatnya makin gugup saat mengobati Raiden.Demi meredakan kecanggungan dan memecahkan keheningan, Elvina berkata, "Terima kasih banyak, Kak. Aku berutang budi padamu."Raiden tahu alasan Elvina berterima kasih. Di tengah kegelapan, tatapannya terlihat suram. Setelah terdiam sesaat, Raiden berkata, "Kita sudah menikah. Sudah seharusnya aku melindungimu. Nggak ada utang budi seperti yang kamu katakan. Kalau kamu terluka malam itu, berarti aku nggak memenuhi tanggung jawabku."Elvina tahu status hubungan mereka. Namun, setelah mendengar kalimat terakhir Raiden, jantungnya tak kuasa berdebar-debar. Raiden membuatnya merasa terlindungi.Elvina mengiakan, lalu lanjut membalut luka Raiden dengan serius. Ketika berdiri di depan Raiden, dengan cahaya senter, Elvina bisa melihat sekuntum bunga seukuran koin di sisi
Pada hari Kamis, Elvina bangun pagi-pagi. Dia memakai jas hitam dan menguncir rambutnya. Penampilannya terlihat sangat cantik dan profesional.Karena kemunculan mendadak Peter malam itu, Elvina merasa sangat canggung. Beberapa hari ini, dia terus menghindari Raiden. Sementara itu, Raiden terlihat sangat sibuk. Dia pergi pagi pulang malam tidak punya waktu untuk meladeni Elvina.Elvina turun ke lantai bawah. Dia melihat Raiden sedang sarapan. Dasi yang dipakainya berwarna biru, sangat mirip dengan dasi yang dipilihnya untuk nenek yang ditemuinya di mal.Namun, Elvina tidak berpikir terlalu jauh. Lagi pula, dasi itu bukan dasi edisi terbatas. Wajar kalau Raiden punya dasi yang sama. Elvina menyapa, lalu duduk di seberang Raiden. Sambil makan, dia bertanya kepada Owen, "Hari ini aku ada wawancara kerja. Apa ada mobil yang boleh kubawa?"Sebelum Owen menjawab, Raiden menyahut dengan nada datar, "Semua mobil di garasi nggak cocok untukmu. Aku sudah suruh orang pesan mobil baru. Beberapa har