Aku tersenyum dengan canggung dan berkata, "Ternyata begitu, ya. Kalau kakakku datang, aku akan memberitahunya kalau Kak Chris sangat baik padaku, agar dia mentraktirmu makan."Setelah berpikir sejenak, aku merasa bahwa orang seperti Chris sepertinya tidak cukup jika hanya ditraktir makan.Aku bergegas berkata, "Nggak, aku akan meminta kakakku untuk memberimu proyek yang bagus."Chris menatapku dengan tatapan mendalam dan bertanya, "Bagaimana kamu mau berterima kasih padaku?"Aku seketika tercengang.Chris tersenyum dan mengelus kepalaku.Dia seperti sedang menghibur seorang anak kecil. "Jangan terlalu sungkan padaku. Kalaupun aku bukan kakakmu, aku akan membantumu kalau kamu terkena masalah."Aku pun bertanya dengan terkejut, "Kenapa?"Chris mengedipkan matanya padaku dan berkata, "Kamu sudah lupa, ya? Karena aku Kak Woodie."Aku benar-benar kebingungan.Sedangkan Chris sepertinya tidak bermaksud untuk menjelaskan apa pun.Setelah basa-basi sebentar denganku, dia meninggalkan kamar in
Aku menganggukkan kepalaku.Ingatan tubuh ini berhenti di usia 18 tahun. Sedangkan saat aku berusia 18 tahun, Louis sudah mulai mengambil alih perusahaan ayahku.Sejak saat itu, kakakku yang selalu menemaniku menjadi sangat susah untuk ditemui.Aku menarik lengan baju Chris dan bertanya, "Kapan Kak Louis akan pulang?"Chris menatapku dengan tatapan rumit dan berkata, "Kamu ingin lebih cepat bertemu dengan kakakmu, ya?"Aku langsung mengangguk.Chris menatapku untuk sejenak, lalu mengalihkan tatapannya dan berkata, "Kata kakakmu, dia mungkin baru bisa pulang satu bulan kemudian. Perusahaan baru di luar negeri baru didirikan, jadi dia masih harus membahas soal akuisisinya."Dia berkata lagi, "Proses akuisisi di luar negeri sangat rumit dan memerlukan waktu panjang. Kamu harus mempersiapkan diri."Aku pun bertanya dengan cemas, "Dia lagi di mana? Kalau aku sudah sembuh, aku bisa pergi mencarinya."Chris tersenyum dengan lembut.Dia membujukku layaknya membujuk anak kecil. "Baiklah, setela
Setelah aku selesai makan, Chris bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?""Hah?"Aku menatapnya layaknya menatap orang bodoh.Chris menunjuk pergelangan tanganku yang masih tertusuk jarum sambil berkata, "Kata dokter, kamu bisa bergerak, tapi nggak boleh melakukan olahraga yang terlalu berat, nggak boleh kelelahan."Aku akhirnya mengerti.Chris secara khusus pulang cepat untuk menjagaku.Dia bukannya tidak ingin naik ke lantai atas untuk menonton televisi atau melakukan pekerjaannya, tetapi dia sedang diam-diam menemaniku dalam proses pemulihanku.Aku bergegas mengangguk.Chris meminta seseorang untuk mengeluarkan sepatu olahraga yang sudah disiapkan untukku, lalu berkata, "Ayo kita jalan-jalan di luar."Saat kami bersiap-siap untuk keluar, terdengar suara keributan dari luar.Aku mendengar seseorang berkata, "Nona Cherria, Pak Julian sedang sibuk."Dengan penuh amarah, Cherria berseru, "Sesibuk apa pun kakakku, dia tetap harus bertemu denganku. Berapa lama dia mau meninggal
Chris menatapnya dengan tatapan dingin dan berkata, "Terserah kamu kalau kamu nggak mau kembali ke hotel. Kamu nggak diterima di sini."Seusai berbicara, dia berbalik dan meninggalkan tempat itu.Cherria setengah diseret ke dalam mobil dengan kopernya, lalu dibawa pergi begitu saja.Aku bergegas kembali ke ruang tamu sambil berpura-pura tidak mendengar atau melihat apa pun.Saat Chris berjalan masuk ke ruang tamu, aku sedang duduk dengan patuh.Dia tersenyum dan berkata, "Ayo jalan, kebetulan di luar nggak dingin. Nanti, cuacanya akan makin dingin."Aku pun berjalan di sisinya dengan senang hati dan pergi jalan-jalan bersama.Perjalanan ini sangat menyenangkan.Angin malam sangat lembut dan orang di sebelahku membuatku merasa sangat nyaman.Aku mulai menjadi cerewet, sedangkan Chris tidak banyak bicara, dia hanya mendengarku berceloteh dalam diam.Namun, aku tidak menanyakan mengapa dia mengusir Cherria hanya untuk melindungiku.Aku menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak perlu dik
Aku kembali terdiam.Sekarang, aku bisa merasakan betapa liarnya aku sebelum aku kehilangan ingatanku.Untuk mendapatkan bukti perselingkuhan Julian, aku bahkan meminta Tania untuk membuat akun palsu.Kalau begitu, wajar saja aku dibenci oleh Julian dan orang-orang di sekitarnya.Aku mengernyit dengan perasaan tidak percaya dan berkata, "Aku menyuruhmu untuk membuat akun palsu? Nggak mungkin! Kalau aku memiliki tangkapan layar itu, kenapa Julian nggak percaya padaku?"Tania memelototiku lagi dan berkata, "Karena kamu nggak berani mengirimkan foto itu padanya. Awalnya, kamu pernah mengirimkan foto itu sekali padanya, tapi Chelsea memfitnahmu. Katanya, kamu mengedit foto itu. Julian nggak percaya padamu dan malah memercayainya."Aku bertanya dengan terkejut, "Hanya dengan begitu, aku kalah dari Chelsea? Julian bodoh, ya?"Tania membuang napas dan menjawab, "Dia bukan bodoh, dia hanya nggak mencintaimu.""Dia nggak mencintaimu, jadi apa pun yang kamu katakan, dia nggak akan memercayaimu.
Setelah mengucapkan kata-kata ini, aku mulai merasa pusing.Cahaya keemasan berkedip dengan kacau di hadapanku, aku pun tahu bahwa tekanan dalam kepalaku meningkat lagi.Aku menarik Tania dan berkata dengan suara rendah, "Cepat usir dia. Aku nggak ingin melihatnya."Sambil berbicara, tubuhku bergetar.Aku bisa merasakan refleks pertama yang dipancarkan tubuhku adalah amarah.Aku menyadari bahwa aku sama sekali tidak bisa mengabaikan perasaan ini sepenuhnya. Aku tetap merasa marah dan bahkan ingin menggila.Aku tidak tahu apakah hal ini terjadi karena ingatanku mulai kembali atau hanya karena gejala sisa dari gegar otak.Namun, aku tahu bahwa tubuhku sekarang merasa tidak nyaman.Asalkan ada hal yang melibatkan Julian atau Chelsea, aku tetap merasa sangat tidak nyaman. Aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini, seakan-akan perasaan ini sudah tertanam di kedalaman otakku.Tania menyadari keanehan pada diriku.Dia pun mulai mengusir Chelsea. "Chelsea, nggak ada yang ingin Luna bicarakan d
Dengan suara melengking, Julian berseru, "Kamu nggak keberatan? Sekarang, kamu baru mau pura-pura murah hati, ya?"Dia tersenyum dengan sangat sinis dan berkata, "Luna, kamu menang. Dia sudah pergi. Dia nggak akan mengganggu kita lagi. Jadi, sekarang, bisakah kamu pulang denganku?"Aku memegang dadaku sambil merasakan rasa sakit yang familier itu dalam hatiku.Aku memang bodoh.Tadi, untuk sesaat, aku mengira bahwa Julian akhirnya tersadarkan.Aku mengira bahwa dia akhirnya memilih untuk memercayaiku di antara aku dengan Chelsea. Aku mengira bahwa Luna yang belum kehilangan ingatannya akhirnya bisa menang.Aku tertawa sambil bertanya, "Aku sudah menang, ya?"Aku menatap matanya sambil bertanya, "Apakah aku benar-benar sudah menang?"Aku tersenyum sambil berkata, "Tadi, kamu hanya mengusirnya karena kamu mengira kalau aku lagi marah-marah. Kamu sama sekali nggak menghormatiku, juga nggak memercayai ucapanku."Julian menghindari tatapanku.Aku langsung menyadari bahwa aku sudah menebak i
Pada saat ini, terdengar suara lembut seorang pria. Suara ini sangat jernih dan merdu, membuat semua orang merasa sangat nyaman mendengarnya.Aku mengangkat kepalaku dengan terkejut. Chris sudah datang.Saat Julian melihat Chris, tatapannya seketika menggelap.Dia melangkah ke hadapan Chris dan memelototi Chris sambil berkata, "Pak Chris, apakah kamu mengatur agar istriku melakukan pemeriksaan?"Chris mengangguk sambil menjawab, "Ya, ada apa?"Julian berkata dengan sinis, "Pak Chris sangat baik hati, ya. Aku harus berterima kasih padamu."Chris berkata dengan tenang, "Sama-sama."Kemudian, dia berjalan memasuki ruangan dan berkata, "Semuanya sudah selesai, ayo jalan."Aku bergegas mengemasi barangku dan hendak meninggalkan rumah sakit dengannya.Julian lagi-lagi menghalangi jalanku.Dia bersikap sangat tangguh, seakan-akan dia tidak akan menyerah.Dia berkata dengan dingin, "Pak Chris, hentikan. Luna istriku, aku suaminya. Sekarang, aku akan membawanya pulang."Dia memelototi Chris sam
Dia mendekat padaku, sehingga aku samar-samar bisa mencium wangi bunga.Aku langsung memalingkan wajahku.Orang ini benar-benar memancarkan aura "menggoda" dari ujung kepala hingga ujung kakinya.Aku yakin, jika dia berusaha, akan ada banyak wanita yang luluh padanya.Aku menghindar sambil berkata, "Tuan Thomas, kamu salah paham. Aku bukan pacarnya kakakmu."Sambil mengucapkan kata-kata ini, wajahku memerah. Dalam ingatanku selama 18 tahun, ini pertama kalinya aku berbicara seperti ini.Selain itu, saat aku menghadapi pria tampan yang pandai berbicara dan genit seperti ini, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kulakukan.Thomas juga menyadari hal ini.Dia sengaja menunduk dan berbisik di telingaku, "Kalau kamu bukan pacar kakakku, bagaimana kalau kamu jadi pacarku saja?"Saat aku merasakan napasnya yang panas, tubuhku bergetar, aku pun bergegas bergerak mundur.Aku bisa merasakan wajahku memerah. "Tuan Thomas, tolong jaga sikapmu. Aku ... aku bukan datang untuk mencari partner sep
Aku benar-benar sudah muak mendengar celotehannya. Aku pun menoleh dan berkata dengan sinis, "Aku nggak layak, tapi kamu layak, ya? Kamu pasti ingin menikah ke Keluarga Kody, 'kan?"Ucapanku tepat sasaran, sehingga Cherria merasa marah karena malu.Dia berseru, "Luna, dasar wanita jalang! Kamu kira semua orang nggak tahu malu sepertimu, ya?"Kepalaku sakit sekali, jantungku juga sangat tidak nyaman. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdebat dengan Cherria.Aku pun berbalik.Namun, Cherria menangkapku sambil berkata, "Jangan pergi, katakan dengan jelas."Tubuhku terhuyung-huyung, kerah gaunku juga ditarik olehnya, sehingga bahuku terekspos.Bahuku yang putih terpapar sinar matahari, sehingga aku bergegas menarik kembali gaunku.Aku berseru dengan penuh amarah, "Kamu ngapain?!"Cherria seketika terkejut.Dia masih merasa takut. Sebelumnya, setelah dia mendorongku, dia diusir dari Kediaman Kody. Sekarang, dia menjadi jauh lebih sungkan padaku, dia juga tidak berani main tangan lagi."Wah,
Api amarah kembali meluap dalam hatiku. Dengan tatapan dingin, aku menatap mulut Chelsea yang dibalur lipstik dengan indah dibuka dan ditutup."Apa katamu?"Chelsea mendengus dan berkata, "Sekarang, kamu sudah bukan lagi nona muda dari Keluarga Winston. Lima tahun yang lalu, kamu sudah diusir dari Keluarga Winston secara terang-terangan."Seakan-akan sesuatu meledak dalam kepalaku, aku merasakan sakit kepala yang parah.Aku memegang kepalaku, napasku mulai terasa berat.Chelsea tidak menyadari ada yang aneh padaku, jadi dia berkata lagi dengan sinis, "Kamu nggak mendapatkan apa pun dari Keluarga Winston. Kamu hanya bisa bergantung pada pemberian Julian padamu. Jadi, Nona Luna, jangan begitu keras kepala.""Julian nggak mencintaimu. Dia nggak akan memberimu apa yang kamu mau, baik itu uang maupun cinta."Kepalaku terasa sangat sakit.Aku juga tidak bisa mendengar ucapan Chelsea dengan jelas lagi. Dalam pikiranku, hanya ada ucapan Chelsea yang mengatakan bahwa lima tahun yang lalu, aku s
Keesokan harinya, saat aku bangun, Willy sudah menunggu di depan pintu dengan seorang perawat.Melihat luka baruku, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau tahu begitu, aku nggak akan membiarkanmu keluar. Semalam, Pak Chris menegurku untuk sangat lama."Aku berkata dengan rasa bersalah, "Aku juga nggak menyangka kalau aku akan bertemu dengan Julian. Maaf sudah merepotkanmu."Willy menggeleng dan berkata, "Ya, aku hampir kehilangan pekerjaanku karena kamu. Kamu nggak bisa berkeliaran lagi."Aku pun mengangguk.Sebenarnya, aku juga tidak bisa berkeliaran karena kasus ini masih belum berakhir dan aku masih harus menjaga kondisiku.Kediaman Kody sangat luas. Terlebih lagi, terdapat sebuah taman bunga yang sangat indah. Selain itu, ada juga dinding bunga mawar.Hanya saja, saat aku sedang mengagumi dinding bunga itu, Cherria muncul dengan seseorang yang tidak ingin kulihat.Aku pun mengernyit sambil bertanya, "Nona Chelsea, kenapa kamu datang ke sini?"Cherria mengangkat dagunya dan
Sambil terus menangis, aku menceritakan apa yang terjadi hari ini.Ekspresi Chris menjadi sangat dingin, menunjukkan kebenciannya terhadap Julian.Aku berkata dengan penuh penyesalan, "Kenapa aku bisa melupakan peninggalan nenekku? Kenapa aku bisa lupa? Kenapa otakku bisa lupa?"Sambil mengucapkan kata-kata ini, aku hendak memukul kepalaku sendiri.Chris langsung menangkap tanganku sambil berkata, "Karena kamu hilang ingatan. Luna, kamu hanya mengingat hal-hal sebelum kamu berusia 18 tahun dan melupakan semua hal setelah itu."Aku menunduk sambil menangis dan berkata, "Tapi, aku nggak seharusnya melupakan hal itu. Kenapa aku menaruh barang sepenting itu di tempat Julian? Aku benar-benar menyesal."Dia berkata dengan lembut, "Luna, jangan bersedih lagi. Gelang yang sudah pecah ini bisa diperbaiki, begitu juga dengan fotonya.""Serius?" Mataku langsung berkilau.Chris tersenyum sambil menjawab, "Serius. Memangnya aku pernah membohongimu?"Aku pun tersenyum. "Terima kasih, Kak Chris."Chr
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku menariknya dan berlari ke luar.Kami berlari bersama ke jalanan dan naik ke mobil. Seluruh tubuhku bergetar. Aku memegang gelang itu erat-erat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Melihat keanehan pada diriku, Tania memukulku dengan kuat."Ada apa? Apa yang terjadi?"Aku menatap Tania dengan tercengang dan menangis sambil menunjukkan foto keluargaku yang sudah robek. "Julian merobek foto keluargaku. Dia merusak salah satu dari barang peninggalan Nenek."Ekspresi Tania seketika berubah.Dia terdiam sejenak, lalu berseru, "Dasar bajingan! Aku akan membunuhnya!"Dia mengambil tongkat golf itu, membuka pintu mobil dan menerjang kembali ke dalam vila.Mendengar suara benda dipecahkan, aku berusaha untuk menenangkan diri, lalu menghubungi seseorang dengan ponselnya Tania.Saat panggilannya terhubung, terdengar suara Chris yang sangat lembut."Halo? Ada apa, Nona Tania?" tanya Chris.Aku terisak tangis sambil berkata, "Kak Chris, ini aku. Bisakah kamu me
"Nggak mau lagi, ya?"Dia menggoyangkan gelang giok di tangannya.Hatiku seperti disayat secara perlahan dengan pisau yang tidak terlihat.Aku pun berlutut.Chelsea yang berada di satu sisi berkata dengan sinis, "Aduh, patuh sekali, ya."Dia berkata pada Julian, "Julian, lihatlah, demi bercerai denganmu, dia benar-benar ...."Namun, Julian tiba-tiba berteriak pada Chelsea, "Memangnya masih ada urusanmu di sini? Keluar!"Chelsea seketika terkejut.Dia ingin menangis, tetapi dia tidak berani menangis saat dia melihat ekspresi Julian yang aneh.Dia memelototiku dan mengamatiku dari atas ke bawah dengan tatapan curiga.Sedangkan aku hanya bergerak ke luar ruangan secara perlahan, seakan-akan aku tidak melihat atau mendengar apa pun.Aku berlutut di atas karpet wol yang lembut, seharga 40 juta per meter persegi. Namun, aku seperti merasakan pecahan kaca di bawah lututku.Sakit, rasanya sakit sekali.Namun, aku menginginkan barang peninggalan nenekku.Aku menginginkan agar barang nenekku men
Namun, saat aku berusia sekitar 10 tahun, Nenek meninggalkan dunia ini.Nenek pergi dengan sangat mendadak.Di rumah sakit, sebelum dia meninggal, dia memberiku gelang giok ini.Dia berbaring di ranjang sambil menatapku dengan tatapan tidak rela. "Nana, nggak ada yang bisa Nenek berikan padamu. Ini gelang yang sudah Nenek pakai sejak Nenek muda. Saat Nana menemukan pria yang Nana suka, pakailah gelang ini sebagai harta sesan Nana."Aku menangis hingga aku merasa sesak napas.Julian menindih tubuhku sambil berkata, "Luna, jangan pergi. Kita bisa baik-baik saja."Aku menamparnya dengan kuat dan memelototinya sambil berseru, "Nggak akan! Kamu sudah merobek foto Nenek!"Aku mengambil foto itu dengan tanganku yang gemetaran, air mataku terus mengalir.Pada saat ini, pintu kamar terbuka. Chelsea pun terkejut melihat kami di atas ranjang.Ekspresinya langsung berubah. "Julian, kamu ngapain?"Dengan kesempatan ini, aku merebut gelang giok itu dari tangan Julian.Aku langsung berlari ke luar, t
Aku melihat sepasang gelang giok berwarna hijau itu.Pola gelang itu sangat familier, tetapi aku tidak bisa mengingat siapa pemilik gelang itu. Firasatku mengatakan bahwa gelang itu pasti merupakan benda yang sangat penting bagiku.Melihatku kebingungan, Julian mengeluarkan selembar foto yang sudah menguning.Begitu aku melihatnya, aku langsung terkejut.Foto itu adalah sebuah foto keluarga.Itu foto keluargaku, dengan mendiang nenekku, ayahku, ibuku, kakakku dan aku di dalamnya.Usiaku sekitar 10 tahun. Di foto itu, aku mengenakan gaun berwarna merah muda.Nenekku yang duduk di paling tengah mengenakan pakaian tradisional, dengan seulas senyuman yang ramah di wajahnya.Dia menatap ke depan dalam diam, seakan-akan dia bisa melihatku melalui foto itu.Aku hanya merasakan kepalaku berdengung dan sebuah ingatan muncul dalam benakku."Nenek!"Kakiku melemas, sehingga aku langsung terjatuh ke lantai.Julian menatapku dari posisi yang lebih tinggi, tatapannya sangat dingin.Aku melihat gelan