Ketegasan ancaman Tantrianus itu membuat Jody ciut. Sarlita sangat merasa bersalah, dia tidak menyangka kalau Tantrianus —mertuanya memberikan ancaman begitu serius pada Jody. “Jody tidak sepenuhnya salah, Sarlita yang kurang inisiatif.” Sarlita mencoba untuk menetralisir keadaan. Sarlita berjalan menuruni tangga, dia tidak tega melihat Jody menjadi bulan-bulanan Tantrianus . “Nah! Papa dengar itu apa kata Sarlita, jangan langsung pojokin Jody dong!!” Mama Jody merasa mendapat angin dari penjelasan Sarlita. “Semakin Mama bela, anak ini semakin tidak dewasa. Dia ini harus diberikan shock therapy, supaya dia berpikir sebelum bertindak.”Sarlita merasa kalau Tantrianus benar, Jody memang harus diberikan pelajaran. Sarlita merasa kalau Tantrianus membelanya. Padahal, yang dilakukan Tantrianus itu semata untuk mengingatkan Jody agar menjaga perilakunya. Mama Jody khawatir kalau Sarlita mendengar semua pembicaraan mereka. Dia bertanya pada Sarlita, “Kamu dari tadi mendengar semua pembic
Keesokan harinya Sarlita yang sudah tidak punya beban berniat pergi ke mall. Saat itu rumah dalam kondisi sepi, kedua mertuanya sedang tidak di rumah. Dia pun tidak minta izin pada Jody, baginya perilaku Jody berani membawa Windi ke rumah sudah di luar batas. Pada awalnya Sarlita hanya ingin Window shopping, outpit yang ddikenakanya pun sangatlah biasa saja. Sarlita menuju ke sebuah Mall yang tidak jauh dari rumah mertuanya dengan taksi online. Di mall Sarlita hanya keliling-keliling tanpa tujuan, dia hanya ingin membuang kejenuhan di rumah. Namun, saat dia melihat gerai Body Shop dia masuk ke gerai tersebut. Dia mengambil berbagai kebutuhannya dan memasukkannya ke dalam kantong belanja. Saat di kasir ingin membayar seluruh yang dibelanjakannya, “Berapa semuanya, biar saya yang bayar.. “ Sarlita menoleh ke arah suara di belakangnya. Ternyata Kiano sudah menyodorkan kredit card-nya pada kasir. “Gak usah Kiano.. aku bawa uang kok!” Sarlita menatap Kiano yang ada di belakangnya. Pe
Jody keluar dari mobilnya dan mecegat Sarlita di jalan, “Ayo masuk ke mobil, kita bicarakan ini di luar rumah.” Jody mengajak Sarlita masuk ke mobil dan membukakan pintu untuk Sarlita. “Kita mau ke mana Jod?” tanya Sarlita heran“Nanti kamu akan tahu kita akan ke mana.” Jawab Jody sambil menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya. Saat berpapasan dengan mobil Kiano yang masih berada pada tempatnya, Jody memandang sinis pada Kiano. “Kok kamu sinis gitu pada Kiano? Dia salah apa? Aku ketemu dia secara tidak sengaja, Jod! Dan dia berbaik hati mau mengantar aku!!”“Nanti aja kamu menjelaskannya, aku gak mau konsentrasi aku buyar.” ucap Jody, pandangannya tetap lurus ke depan. Sarlita merasa tidak ada yang spesial dalam pertemuannya dengan Kiano, jadi dia pun tidak merasa sudah melakukan kesalahan. Dia hanya pasrah terhadap sikap dan keputusan Jody. Kiano memutar mobilnya dan membuntuti mobil Jody dari kejauhan, dia takut terjadi sesuatu pada Sarlita. Dia tahu kalau Jody sangat cemb
Di kamar, Jody dan Sarlita hanya diam membisu. Jody tidak ingin lagi menanggapi soal pertemuan Sarlita dan Kiano. Sementara Sarlita teringat kembali dengan ucapan Kiano di dalam mobil, saat mengantarnya pulang, “Sar.. aku tidak main-main dengan ucapanku, bisa saja aku nekad seperti Bung Karno saat melamar bu Inggit.”“Yang harus kamu ingat, aku bukan bu Inggit, Kiano.”“Aku tidak peduli, Sar.. “ Sarlita menganggap ucapan Kiano seperti ucapan lelaki pada umumnya, saat ada maunya. Saat Sarlita masih merenung, tiba-tiba Jody siap-siap mau pergi. Sarlita menanyakannya, “Kamu mau kemana, Jod? Kita belum selesai bicara.”“Aku mau latihan basket, setidaknya dengan begitu aku bisa melampiaskan amarahku dilapangan.” ucap Jody sembari ngeloyor keluar kamar. Sarlita tidak ingin melarang Jody, dia tidak ingin lagi ada pertengkaran. Sarlita kembali mengingat pertemuannya dengan Kiano, di matanya sikap dan perilaku Kiano terhadapnya sangat menggoda. Namun, sebagai seorang isteri dia tetap harus
Sarlita sangat risih dengan keberadaan Tantrianus di kamarnya. Terlebih lagi, tangan Tantrianus tidak lepas dari pundaknya, jarak Tantrianus dan Sarlita sangatlah dekat. Sehingga saat Sarlita ingin beranjak, dia tersandung kaki Tantrianus. Sarlita limbung hampir terjatuh, Tantrianus segera menahan tubuh Sarlita dan memeluknya. Bertepatan dengan situasi itu, Jody masuk ke kamarnya. Dia melihat Tantrianus memeluk Sarlita begitu dekat, “Papa!! Ngapain di kamar Jody!! Sentak Jody seketika Tantrianus segera melepaskan pelukannya dan menjelaskan pada Jody, “Maaf Jod! Kamu jangan salah faham, tadi Sarlita hampir jatuh, Papa berusaha menahan dengan memeluknya.” jelas Tantrianus Sarlita segera menimpali, “Apa yang terjadi tidak seperti dugaan kamu Jod! Papa tadi ke kamar cari kamu, aku jelaskan kalau kamu gak di rumah.” timpal SarlitaTantrianus menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Jody, namun sepertinya Jody menganggap keberadaan Tantrianus di kamarnya itu sulit dia terima. Terlebi
Seakan menghadapi jalan yang buntu, masalah yang dihadapi Sarlita tidak ada jalan keluarnya. Dari hari ke hari Sarlita hanya berdiam diri di kamar, hidup seperti burung di dalam Sangkar Emas. Hanya indah dilihat dari luar, perih di dalamnya. Yang lebih mencemaskan Sarlita, Tantrianus sering berada di rumah saat di rumah sepi. Sehingga membuatnya takut untuk keluar kamar. Situasi itu dirahasiakannya pada Jody. Dia tidak ingin hubungan Jody dan Papanya meruncing. Jody pun kalau di luar rumah sering tidak tenang, terkadang dia pulang hanya untuk sekadar melihat kondisi Sarlita. Hal ini jelas membuat Sarlita merasa diperhatikan Jody. Suatu siang hari Jody dan Sarlita dipanggil Tantrianus ke bawah untuk berbicara dengannya,“Jod! Papa sudah bicara dengan om Wempi, kamu akan bekerja di perusahaannya.”“Lho? Kuliah Jody gimana Pa?”“Kamu tetap diizinkan kuliah, kamu bisa kuliah sambil kerja. Kamu jangan tolak kesempatan ini, ingat! Kamu punya isteri!!” tegas Tantrianus “Ambil aja dulu, J
“Aku hanya ingin kita punya kehidupan sendiri,Jod! Tidak nyampur dengan orang tua.”“Kan aku sudah jelaskan, bahwa itu tidak mungkin! Kita tidak punya pilihan, Sar!”Inilah hal yang tidak terpikirkan oleh Sarlita saat akan menikah dengan Jody. Sebuah pernikahan yang sebetulnya tidak diharapkan, hanya karena sebuah ‘kecelakaan’ yang tidak dikehendaki.Di luar dugaan Sarlita kalau akibat dari peristiwa itu berbuntut panjang pada masa depannya. Kuliahnya mandeg, masa-masa menikmati sebagai mahasiswa terampas begitu saja.Memanglah penyesalan selalu datang belakangan, terasadar ketika sudah menemukan berbagai masalah. Namun, Sarlita tidak ingin hanya meratapi kesalahan tersbut.“Apa solusinya agar aku tidak bosan seharian di rumah,Jod! Aku benar-benar jenuh!”“Fokus aja pada kehamilan kamu, Sar, setelah melahirkan kamu mau cari aktivitas silahkan.”Sarlita bisa menerima apa yang disarankan Jody, memang tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini. Tapi, bukan berarti hanya menerima nas
Tidak lama setelah Jody pergi, saat Sarlita bangun dari tempat tidur dia kaget melihat ada darah di sprei. Sarlita memeriksa bagian bawahnya, ternyata dia mengalami pendarahan.Sarlita segera segera telpon Jody, “Hallo Jod! Aku pendarahan!”“Serius kamu!? Okey deh aku segera pulang!” Jody sangat kaget mendengar Sarlita pendarahan, dia segera pulang.Sarlita segera mengganti sprei tempat tidurnya dan bersih-bersih di kamar mandi. Tidak lama kemudian Jody datang,“Banyak gak Sar keluar darahnya?” tanya Jody panik dari luar kamar mandi“Lumayan sih, Jod!!” sahut Sarlita.Sarlita keluar dari kamar mandi, Jody mengajaknya segera ke rumah sakit,“Yuk kita ke rumah sakit, kamu bisa jalan kan?”“Bisa sih.. asal jangan buru-buru.”Jody sengaja tidak memberitahukan kedua orang tuanya saat ke rumah sakit, mereka keluar lewat garasi. Jody tidak ingin orang tuanya tahu kalau Sarlita pendarahan.Sarlita dibawa ke emergency room untuk segera ditangani. Jody sangat takut kalau sampai Sarlita kegugura
Kedua mahluk yang beda usia dan berlainan jenis itu berasyik-masyuk tanpa dibaluti sehelai benangpun, Windi memegang kendali. “Win.. ritmenya lebih lembut ya,” pinta Tantrianus yang di awal sudah menurun staminanya. Windi hanya menjawab dengan anggukan kepala sembari terus memacu laju gairahnya. Diantara dendam dan nafsu, Windi ingin melihat kebengalan ayah mantan kekasihnya. Belum sampai satu putaran Tantrianus sudah mencapai puncak pelepasan, Windi sangat kecewa. “Yah om.. kok nanggung gitu? Aku gimana dong?” gerutu Windi saat terpaksa menyelesaikan keintimanya. “Sorry Win, om memang sedang dalam stamina yang tidak bagus.” dalih Tantrianus ***“Maafkan Sarlita, Ma, situasinya memaksa Sarlita harus memilih cara itu.” Sarlita sadar apa yang dilakukannya adalah kesalahan. Mama Sarlita meminta agar Sarlita tetap memberitahukan Jody, walaupun hanya via telepon. “Izin suami itu penting Sar, tidak ada yang bisa kamu lakukan kalau suami kamu tidak izinkan!!” tegas Mama Sarlita“Aku
Kedatangan Sarlita yang tiba-tiba di Bali menjadi pertanyaan Mamanya. Sehingga Sarlita dicecar berbagai pertanyaan, “Kok kamu gak kasih tahu Mama mau pulang? Tadi malam kan Mama telepon kamu? Kamu ada masalah apa Sarlita?” cecar Mama Sarlita “Ntar Sarlita jelaskan, Ma, jangan sekarang ya.. Sarlita baru sampai Nih.. “Sarlita terlihat sangat lelah, dia berusaha menahan perasan kecewa, juga kesedihannya. Setelah cipika-cipiki dengan Mamanya, Sarlita duduk di ruang tamu. Mama Sarlita duduk menjajari disamping Sarlita, “Mama curiga, Sar, kamu lagi ada masalah dengan Jody, ya? Jangan ada yang kamu sembunyikan, Sar.” ucap Mama Sarlita dengan lembutSarlita ceritakan pada Mamanya, bahwa setelah menerima telepon dengan Mamanya tadi malam dia bertengkar dengan Jody. Sarlita jelaskan juga, Jody semenjak sudah bekerja sikapnya banyak berubah. “Sekarang kamu percaya gak dengan apa yang Mama katakan? Kan Mama sudah ingatkan kamu, Sar?”“Mama benar, Sarlita tidak mendengarkan nasehat Mama. Tap
Hubungan Sarlita dan Jody kembali menegang. Keesokan harinya selepas Jody berangkat kerja, Sarlita telepon seseorang. Sarlita pesan tiket ke Bali dan minta diantar ke airport. “Mas.. tolong aku dulu ya, carikan tiket ke Bali hari ini. Kalau udah dapat, tolong antar aku ke airport.”Setelah terlibat pembicaraan yang cukup panjang, Sarlita mengakhiri sambungan pembicaraannya. Sarlita segera mengemas barang-barangnya, pikirannya begitu kalut. Situasi di rumah Jody saat itu sangat sepi, kesempatan itu digunakan Sarlita untuk meninggalkan rumah Jody. Agaknya, Sarlita tidak lagi memikirkan apakah perbuatannya tersebut salah atau benar. ***Menjelang siang di sebuah Mall, Windi terlihat asyik jalan sendirian sembari window shopping. Di sebuah gerai tanpa sengaja dia melihat Tantrianus yang sedang memilih kemeja dan dasi. Windi menyapa Tantrianus dengan sok akrab,“Hai om.. Jody gimana kabarnya?” tanya WindiTantrianus memandang Windi dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya, “Baik sih..
“Emang kamu harus pulang malam setiap hari Jod? Kalau ada apa-apa dengan isteri kamu gimana?” Tantrianus tanyakan itu dengan baik-baik. “Ya.. habis gimana dong, Pa, kerja Jody memang seperti itu. Atau Jody fokus kuliah aja, gimana Pa?” Jody balik bertanya Tantrianus naik pitam mendengar jawaban Jody, “Terserah kamu Jod!! Silahkan kamu tentukan sendiri! Papa sudah capek nasehati kamu!!”Tantrianus tinggalkan Jody begitu saja, dia tidak peduli ada isterinya dan Sarlita di situ. Mama Jody membujuk Jody, “Jod.. kamu yang dewasa dong jawabannya, kok kamu selalu menjawab seperti itu dengan Papa kamu?”Sarlita tatap Jody yang sikapnya sangat cuek, Jody seperti tidak ingin disalahkan. Dia merasa bekerja itu bukanlah atas keinginannya. Sehingga merasa tidak punya beban. “Jody bingung, Ma, Papa selalu salahkan Jody. Sementara, Sarlita juga ingin Jody kerja.”“Kamu ini aneh ya.. Seakan-akan kamu gak punya beban hidup sama sekali! Kamu tahu gak kalau sekarang calon seorang ayah?”Jody hanya t
“Kalau aku diposisi Kiano, aku sudah buang kamu, Jod! Kecuali kalau kamu sebagai lelaki simpanan aku.”Jody katakan kalau Cathrine beda dengan Kiano, menurutnya Kiano mau melakukan itu karena punya kedekatan dengan Sarlita. “Gini Cathrine, Kiano mau lakukan itu semua, karena dia dekat dengan isteri aku. Dengan begitu dia bisa aman dekat dengan isteriku.”Diam-diam ternyata Jody sudah tahu apa tujuan Kiano mau menerimanya sebagai karyawan. Jody tahu kalau Kiano punya hati terhadap Sarlita. Cathrine malah aneh dengan sikap Jody, “Kok kamu bisa tidak mempermasalahkan kedekatan isteri kamu dengan Kiano? Kamu sengaja jual isteri kamu pada Kiano, Jod?”Apa yang dikatakan Cathrine itu seperti menampar wajah Jody, “Aku tahu kalau hubungan mereka biasa aja, Cathrine, gak mungkin Kiano berani lebih dari itu.”“Wah! Sok tahu kamu, Jod! Aku ini wanita, aku tahu seperti apa perasaan seorang wanita. Kamu aja gak peduli sama isteri sendiri!!”***Kiano ingin tahu apa rencana Sarlita ke depan, mes
Satu bulan kemudian Apa yang dikhawatirkan Tantrianus terhadap Jody benar-benar jadi kenyataan. Disamping bekerja dengan Kiano, Jody tetap menjalin hubungan dengan Cathrine. Jody rupanya sudah berubah selera, yang tadinya sangat terobsesi pada gadis perawan, sekarang malah takluk pada janda muda kinyis-kinyis. Sarlita kerap mengadu pada Kiano tentang rumah tangganya, “Dugaan aku gak salah Kiano, Jody semakin berubah sekarang. Padahal, kehamilanku sudah masuk pada bulan ke 6.”Cerita Sarlita pada Kiano ssat mereka bertemu di sebuah tempat, dipinggiran dermaga pada sebuah danau nan indah. “Sar.. biarin aja dia seperti itu, justeru itu yang akan menjadi alasan aku minta kamu dari dia nantinya.”Sarlita keberatan dengan cara Kiano itu, dia ingin situasi seperti itu tidak dijadikan alasan Kiano merebut Sarlita dari Jody. “Aku rasa jangan karena alasan itu, Kiano, aku tidak ingin Jody berpikir kita sengaja merencanakannya.”Kiano tetap berusaha menjaga sikapnya terhadap Sarlita, dia ti
Selepas bertemu Kiano, Jody menemui Tantrianus di kantornya. Tantrianus kaget Jody menemuinya di kantor bukan di rumah, “Urusan begini kan kamu bisa bicara di rumah, Jod!”“Kalau di rumah repot Pa, Mama suka ikut campur, Jody ingin bicara serius sama Papa.”Jody ceritakan pada Tantrianus kalau dia sudah bertemu dengan Kiano, dan Kiano bersedia menerimanya bekerja dengan posisi sebagai partner. Tantrianus hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jody, “Itu permintaan kamu atau memang Kiano sendiri yang tentukan? Kamu jangan coba-coba tekan Kiano, Jod!” ancam Tantrianus. “Itu Kiano sendiri yang tentukan Pa, bukan aku yang minta, kok?”Jody jelaskan kenapa Kiano menempatkannya sebagai partner. Menurut Jody, Kiano menganggapnya sebagai teman, bukan karyawan. Kiano tidak ingin Jody merasa sebagai karyawan, Kiano melakukan itu agar Jody bisa merasa memiliki. “Okey.. Papa mengerti, itu artinya Kiano ingin kamu nyaman bekerja di perusahaannya. Tapi, kamu jangan besar kepala, Jod! Ka
Keesokan harinya Setelah memikirkan kembali desakan Tantrianus dan Sarlita, akhirnya Jody bersedia menerima tawaran Kiano. Jody menemui Kiano di ruang kerjanya, “Bro.. kamu gak usah keberatan bekerja di perusahaan ini, aku yakin kamu bisa beradaptasi dengan kondisi di perusahaan ini.”Kiano berusaha meyakinkan Jody, dia sangat memikirkan nasib Sarlita. “Gini Kiano.. aku gak mau kamu mau menerima aku karena permintaan Papa aku, itu satu. Kedua, kamu juga jangan karena dipengaruhi Sarlita.” pinta Jody“Sama sekali enggak, Jod! Aku hanya menghargai potensi kamu, aku sangat yakin kalau kamu bisa diandalkan.”Bagi Kiano, dengan Jody bekerja diperusahaannya, dia akan mudah berkomunikasi dengan Jody. Dengan begitu misinya untuk meminta Sarlita pada Jody peluangnya terbuka. Kiano juga tidak menganggap Jody sebagai karyawan, dan itu dia sampaikan pada Jody, “Asal kamu tahu Jod, aku tidak anggap kamu karyawan, aku posisikan kamu sebagai partner kerja. Gimana Jod? Kamu bisa terima gak?”“Ok
Jody pulang ke rumah bersama Mamanya, ternyata Jody diminta menemani Mamanya ke salon. Saat Mamanya di salon, Jody manfaatkan untuk bertemu Cathrine, itulah makanya mobil Jody ada di rumah. Jody bertemu Tantrianus di ruang tamu, “Jod! Tadi Kiano ketemu Papa di rumah, dia bersedia menerima kamu kerja di perusahaannya.. gimana? Kamu bersedia gak?” tanya Tantrianus “Bukan gak bersedia Pa, Jody sudah dapat pekerjaan baru di perusahaan kosmetik.” jawab Jody“Kok perusahaan kosmetik sih, Jod?” Kerja dibagian apa kamu?” tanya Mama Jody“Ya sama aja, sebagai marketing, Ma, gak masalah kan? Di perusahaan yang kemarin juga sebagai marketing, Ma.”Tantrianus tetap meminta Jody menerima tawaran Kiano, tapi Jody tetap menolaknya, “Papa minta kamu terima tawaran Kiano, karena kamu bisa belajar banyak dari dia bagaimana memimpin perusahaan.”“Jody gak enak Pa, Kiano itu kenal sama Sarlita, dan juga relasi om Wiryawan. Jadi ketahuan banget kalau Jody jadi karyawan Kiano.”Tantrianus menjanjikan pr