Share

6. Cowwo ilang

Penulis: Esteifa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-11 15:34:42

--

Setelah cuma diam setelah menerima perlakuan tidak mengenakan yang diterimanya beberapa detik lalu, Dante Andromeda masih harus melawan keterkejutannya sendiri saat tanpa aba-aba Aurora Jasmeen menarik dasi abu-abu yang ia pakai.

Menarik. Secara harfiah. Ditarik sambil dibawa bergerak jalan.

Percayalah. Dante tidak pernah diperlakukan demikian. Membayangkannya saja tidak sekalipun. Serius? Diseret-seret sepanjang koridor sekolah.

Dante melepas jemari lentik berkutek biru milik Aurora yang dari tadi berhasrat sekali mencengkram dasinya. Wajah cowok berkacamata itu super duper datar. Dia bercanda atau memang sebal saja? Tetapi Dante pikir sepertinya mereka tidak sedekat itu untuk bercanda dan tidak semusuh itu untuk beraksi terlampau memalukan seperti ini.

Gadis manis berseragam putih itu sontak berhenti melangkah, yang cantik bermata kucing khas itu sekilas menyirit tak suka. Berbalik menatap laki-laki tinggi yang berdiri di belakangnya dengan muka dingin.

"Jangan tarik-tarik dasi gue," jelas Dante dengan nada suara pelan yang tegas seraya membenarkan letak dasinya kembali.

Aurora mendecih sensi. Sok sekali dia ini.

Namun bukannya takut setelah mendengar peringatan dari Dante, Aurora malah beralih meraih tangan Dante. Tidak boleh dasi? Tangan boleh, kan?

Belum juga genap dua detik tangan besar cowok itu Aurora genggam, Dante lebih dulu menepis jemari Aurora dan menarik mundur tangannya. Aurora sampai tercengang.

Dante mendelik tak terima. "Jangan pegang tangan juga—"

"Terus gue harus pegang apa?!" selak Aurora sebal.

"Ya nggak usah pegang-pegang!"

Aurora terlihat lebih tak terima. "Lo boleh seenaknya pegang-pegang gue, sementara gue nggak boleh pegang-pegang Lo, gitu?"

Astaga.

Bukannya beberapa menit yang lalu Aurora menyuruh Dante untuk tidak melakukan hal itu lagi karena dia merasa tidak nyaman? Lalu kenapa Aurora malah melakukan hal yang sama pada Dante padahal tau rasanya setidak nyaman apa.

Ish! Dante menghela napas pelan.

Memangnya permasalahan utama yang sedang terjadi di sini adalah tentang itu, hah? Tentang pegang-pegang tidak jelas itu?

Jelas bukan. Aurora menyeret-nyeret Dante seperti debcolector begini harusnya karena hal yang lebih penting.

"Lo mau ajak gue ke mana?" tanya Dante kemudian. "Aturan dasarnya itu, ijin sebelum ajak orang lain pergi."

"Ambil Coco," sahut Aurora. "Lo yang tinggalin Coco di halaman belakang, jadi Lo juga harus ambil dia."

Manusia ini sebenarnya segabut apa sih, sampai perkara menelantarkan tas saja repotnya sudah seperti penelantaran anak.

Dante menarik napas dalam sebelum kemudian membuangnya, cowok itu menaikan tangan guna membenarkan letak kacamatanya. Apa Dante benar-benar harus meladeni manusia merepotkan ini sepagian?

"Gue nggak bisa ikutin Lo, jam pelajaran—"

Tentu saja.

Sebelum kata-kata Dante berakhir, Aurora lebih dulu menarik tangan Dante, bukan hanya untuk digenggam, kali ini langsung diseret berjalan menuju halaman belakang.

"Gue nggak peduli ya sama pelajaran yang Lo agung-agungkan itu," celetuk Aurora penuh kekesalan. "Bodo amat! Intinya sekarang ikut gue! Ini adalah konsekuensi karena Lo ninggalin Coco sendirian! Mending Lo titipin ke Bu Lasmi sekalian daripada ditinggal! Seenggaknya BK lebih layak dari keramik halaman belakang, tau nggak!"

Sambil terus berjalan dengan tempo langkah yang cepat, Aurora tak henti-hentinya berbicara, dia bahkan tidak memberi jeda agar Dante tak bisa menyela. Dante pun tidak punya kemampuan untuk melawan si cerewet, dia biasanya tidak banyak bicara. Jadi tidak bisa.

Dante juga tak punya keinginan serta kekuatan untuk menolak. Akankah lebih baik ia menurut? Biar permasalahan ini cepat selesai, biar dendam tak jelas yang dimiliki Aurora pada dirinya impas hari ini juga dan cewek itu tak akan lagi mengganggu Dante kedepannya. Benar. Sepertinya begitu saja.

Kendati Dante masih berpikir kalau meninggalkan tas di halaman belakang bukanlah perkara besar. Jelas bukan hal besar! Dan ingat apa yang Aurora katakan pada Dante bersama teriakan beberapa saat lalu? Katanya tas itu lebih mahal dari dua ginjalnya. Huft, dasar perempuan.

Oke.

Dante sudah memutuskan untuk mengikuti ke mana langkah Aurora membawanya. Benar. Turuti saja biar cepat selesai.

Mengabaikan beberapa pasang mata yang melihat terang-terangan pemandangan langka antara Ketua OSIS tegas dan Troublemaker langganan BK bergandengan tangan, akhirnya sampailah mereka di tempat yang dituju. Tepatnya pada lorong yang ada tepat sebelum halaman belakang sekolah.

Aurora melepaskan tangan Dante yang semula ia genggam. Cewek itu melirik Dante dengan raut wajah dramatis sebelum kemudian menunjuk tas hitam miliknya.

"Liat! Coco gue!"

Dante menatap datar. Kenapa cewek ini lebay sekali. Memangnya apa yang parah? Dante bahkan meletakkan tas itu di atas kursi rusak yang tak terpakai. Bukan di atas keramik atau bahkan tanah langsung.

Tiba-tiba saja delikan dramatis di mata Aurora seketika raib. Wajah itu beralih datar dalam satu sekon. Aurora mengedip polos, lalu dengan santainya dia menabok lengan atas Dante.

"Bilang dong, kalo nggak di tanah," celetuk Aurora sambil nyengir kecil. "Bikin orang panik aja. Kalo tau Coco tidur di kursi kan gue bisa tenang. Dan nggak akan pake nyulik Lo ke sini, Ketos."

Dante hanya mendengarkan sembari membalas cengir tanpa dosa itu dengan tatapan dingin.

Memangnya Aurora memberi Dante kesempatan untuk bicara?

Tetapi daripada mendebat cewek yang sudah jelas tidak akan mau kalah ini Dante lebih tertarik untuk kembali ke kelas karena jam belajar sudah di mulai.

Tanpa berniat membuat perkara lain atau mengatakan apapun, Dante membalikan badan, dia membuang napas sembari mengangkat satu buku di tangan. Berniat membaca buku sambil berjalan, namun belum juga genap lima langkahnya tertunaikan. Tiba-tiba saja suara Aurora terdengar kembali memanggil namanya.

"Dante!"

Langkah Dante berhenti. Cowok berkacamata itu memejamkan mata sabar.

Niat untuk melunaskan masalah hari ini harus dipenuhi. Dante tak ingin berurusan dengan Aurora besok atau seterusnya.

Dante kembali, mendekati Aurora.

"Mana?" kata Aurora dengan nada panik. Cewek berpipi tembam itu sibuk merogoh isi tasnya sambil terus bertanya lagi. "Cowwo mana?"

Dante diam saja.

"Cowwo mana, ih?" tanya Aurora, sesekali mendongak melirik pada Dante, alisnya bahkan terlihat bertaut khawatir yang jelas tidak dibuat-buat. "Cowwo gue mana?!"

Dante benar-benar tidak mengerti apa maksudnya.

"Cowwo siapa lagi, sih?" balas Dante frustrasi.

Aurora benar-benar tidak bisa menemukan Cowwo di manapun. Cewek itu pun berhenti mencari di dalam tas, dia beralih mendongak sepenuhnya, menghadapi Dante.

"Anjing ucul yang gelantungan di sini!" jawab Aurora sambil menunjuk resleting tasnya. Gantungan boneka anjingnya hilang.

Mungkin, membuat nama yang sedikit unik adalah ciri khas Aurora Jasmeen.

Dante memejamkan mata sabar. "Ya mana gue tau anjing Lo itu ada di mana."

Dan Aurora hanya berdiri diam dengan mata yang terlihat berkaca.

"Udah, kan?" tanya Dante memastikan. "Tas Lo udah balik, normal no minus, barang Lo nggak ada yang ilang—"

Eh.

Lah kok nangis!

Frustasi yang semula merayap di dalam otak Dante dalam sekejap berubah menjadi rasa panik yang parah.

Aurora menangis. Pipi tembam gadis itu mulai digenangi air mata, hidungnya memerah lengkap dengan mata sembab yang sepertinya akan masih terus memproduksi air.

"C-cowwo il-ang!" kata Aurora diantara isakan. "Cowwo gue nggak boleh ilang, Dante, lu harus cariin."

Dante mengedip ragu. Pun dirinya agak gelagapan. Ia tidak pernah dihadapkan dengan tangisan seorang gadis, jadi Dante tak tau harus berbuat apa.

"E-eh, jangan nangis dong. Besok gue ganti deh bonekanya. Boneka anjing yang lucu kan? Mau berapa? Dua? Lima?"

Bukannya tenang. Tangisan Aurora malah menjadi tambah keras.

"G-ak bisa, Cowwo itu reinkarnasi K-uma. Nggak ada lagi pengganti di dunia."

Dante melipat bibir tebalnya ke dalam mulut.

Kuma siapa lagi itu? Merek pakaian olahraga?

Diantara kebingungan serta rasa gemas yang dirasakan Dante, Aurora masih setia menangis, tiba-tiba dirinya bernostalgia. Dulu sekali, saat anjing rumahnya mati Aurora tidak berhenti menangis tiga hari lamanya, hingga kemudian Papa membawa satu box besar berisi boneka anjing yang mirip dengan Kuma untuk menghiburnya.

Setelah waktu berjalan. Boneka-boneka di box besar yang semula penuh itu pun kian berkurang. Hingga sedewasa ini, tinggal satu boneka yang tersisa dan itu adalah Cowwo!

Mengingat Kuma lagi, raung tangis yang dikeluarkan Aurora bertambah keras.

"Kenapa malah tambah nangis, sih?" beo Dante panik, tangannya bergerak-gerak antara hendak memegang Aurora berupaya menenangkan atau tidak.

Sebelumnya Aurora menyuruh Dante untuk tidak menyentuhnya lagi, dan Dante juga tidak ingin dituduh mengambil kesempatan di dalam kesempitan, jadi daripada luput akhirnya ia memilih diam.

Dante memandang wajah Aurora yang basah. Tiba-tiba terpaku. Para gadis kalau menangis selalu lucu begini, ya? Mata berkaca-kaca, hidung memerah, beberapa butir air mata menggantung di ujung bulu mata, bahkan Aurora menangis tanpa rikuh sambil terus memeluk tas kesayangannya.

Dante membuang napas pelan. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku seragamnya.

"Udah jangan nangis," ujar Dante lembut. Mengulurkan sapu tangan yang ia bawa pada Aurora. "Gue harus gimana? Ngomong aja gak apa-apa, tapi jangan nangis."

Mendengarnya tangisan Aurora perlahan berhenti. Cewek berponi depan itu mendongak bersama sisa isak yang masih ada. Menatap bergantian antara Dante dan sapu tangan yang disodorkannya.

"Belum dipake," ujar Dante, merujuk pada sapu tangan itu. Barangkali Aurora curiga kalau sapu tangannya ini merupakan sapu tangan habis pakai.

Aurora menarik ingusnya sesekali. Dia pun menerima sapu tangan dari Dante kendati dalam tasnya ada tisyu yang belum dibuka.

Tetapi... ini pertama kalinya Aurora menangis di depan orang asing. Dan orang asing itu menawarinya kain kecil untuk mengusap air mata.

"Cariin. Cowwo. Sekarang. Juga."

Dante mengedip. Simpatinya perlahan mengikis.

"Jujur, Lo cuma mau ngerjain gue, kan?"

"Ih, enggak," sahut Aurora tidak terima dituduh demikian. Suaranya sengau, khas manusia selesai menangis. "Lo barusan bilang gue boleh minta apa aja yang penting nggak nangis!"

"Mana ada cewek segede ini nangis gara-gara boneka anjing ilang."

"Gak melek Lo? Ini ada, gue buktinya!"

Dante mengangkat jemari menekan pangkal hidungnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pening bukan main.

"Ini abad dua puluh satu! Lo lahir tahun apa sih, masih ada orang pake sapu tangan," protes Aurora sehabis membuang ingus di sapu tangan yang Dante pinjamkan. "Jangan ngarep gue balikin ini sapu tangan dalam keadaan wangi dan terlipat rapih kayak di drama-drama ya. Kalo mau modus tuh pake cara yang trendi dikit."

Harus sekali ya meroasting di saat seperti ini? Lagian... Dante tidak berniat modus! Dante hanya sedikit panik karena ini pertama kalinya ia disandingi gadis menangis.

Nyatanya. Pribadi tenang yang tak banyak bicara seperti Dante bisa hilang kontrol begini bila dihadapkan dengan Aurora.

Dante menghembuskan napas dalam-dalam. Tanpa mengatakan apapun ia perlahan berjalan mengendap-endap seraya mencari bilamana ada boneka anjing di sana. Dari sudut ke sudut, dibalik kardus bekas, di bawah meja tak terpakai. Tidak ada.

"Itu di sana tuh coba cari!" titah Aurora terdengar, suara tangisnya juga terdengar mereda.

Dante mengabaikan, namun tak urung ia menuruti perintah Aurora, melangkah ke tempat yang gadis itu tunjuk. Dan nihil. Tidak ada.

"Udah gue bantu cari, meski gue nggak punya kewajiban buat ngelakuin itu." Dengan hela napas Dante bicara. "Dan nggak ketemu, gue ganti aja, gue beliin boneka anjing yang sama—"

"Gak mau! Gue maunya cowwo! Dia gak bisa digantiin! Lo cari yang bener dong, mata udah empat masih aja—"

Oke.

Kesabaran Dante sudah habis.

"Gue balik! Bodo amat sama Cowwo Lo itu! Nangis juga bodo amat gak peduli gue! Cari aja sendiri!"

"Dante!"

"Stop panggil-panggil nama gue seolah kita itu kenal deket."

"Nggak bisa gitu dong! Lo harus tanggung jawab! Gimanapun juga ini semua nggak akan terjadi kalo Lo nggak ninggalin—"

Saat itu, tanpa diduga ada siswi yang mendengar kalimat terakhir Aurora. Jika kalimat Aurora dan mata sembabnya digabungkan menjadi satu, tanpa bisa dicegah situasi itu menciptakan sebuah prasangka.

Siswi sekolah yang tak sengaja mendengar itu mengedip canggung sebelum kemudian mengambil langkah mundur beberapa saat kemudian.

Aurora membeku satu detik setelah sadar dengan apa yang ia katakan. Kenapa lu ngomong kalimat idiot begitu sih, Ra?! Kalo nanti ada rumor buruk nyebar gimana! Aurora sibuk dengan pikirannya sendiri sampai ia lupa bahwa ada korban lain juga.

Iya. Dante.

Dante bagaimana? Dante... selesai.

Bab terkait

  • Chasing the Sexy Nerd   7. Remaja penasaran

    "Kali ini lu mau polah apa lagi, Orora?"Selak frustasi terdengar menggelegar dari mulut cewek blasteran yang masih berdiri di ambang pintu kamar Aurora bersama dua gelas air es di tangan.Aurora terperanjat saking kagetnya. Gadis cantik yang sedang sibuk mencari posisi aman untuk menjemur sapu tangan itu menoleh dengan mata membola, Aurora buru-buru menyelampirkan sapu tangan basah itu ke punggung kursi dan setelah itu ia langsung berpindah dari teras kamarnya menuju ranjang.Aurora bersumpah ia tidak pernah keberatan Alda atau Cassy berteriak sembarangan di rumahnya yang tidak ada orang ini. Tetapi baiknya pakai aba-aba dulu, dong! Kalau Aurora mati jantungan dia mau kuburkan?"Lo kalo teriak lagi gue usir ya!" ancam Aurora kosong.Sebagai tuan rumah yang baik, Aurora menyuruh Alda serta Cassy mengambil minum dan cemilan sendiri di dapur. Dan seperti yang diduga Cassy muncul dari belakang tubuh tinggi Alda membawa satu keranjang besar cemilan ringan.Alda mendekat dengan wajah gemas

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   8. Simulasi pacaran

    -"Dante?" tanya Cassy balik, matanya menyipit sementara bibir penuhnya bergerak seakan siap mencibir. "Maksudnya Andante, kakel yang fakboy itu?"Sejujurnya Aurora sangsi, apakah bercerita mengenai Dante pada teman-temannya merupakan hal yang benar atau tidak.Sepertinya dunia belum tau, tapi Cassy itu alergi dengan cowok cupu. Cowok yang terlalu benar dan tidak tertarik untuk berbuat nakal, dan cowok yang suka mematuhi peraturan, itu arti cupu dalam kamus hidup Cassy. Dan agaknya Dante masuk ke dalam kategori cowok cupu yang dibenci oleh Cassy tersebut.Maka tidak heran, saat Aurora menyebutkan nama Dante, Cassy lebih dulu memikirkan Dante yang lain."Simulasi sih simulasi, tapi jangan pake pro juga. Bisa langsung mobrak-mabrik kalo sama dia, Rora," lanjut Cassy lagi dengan nada suara menggurui. "Gak ketulungan, ntar Lo susah dipuasin kalo perawan diambil suhu—"Aurora mengangkat tangan, matanya memejam."Cassy," potong Aurora.Aurora bahkan tidak tau kalau ada manusia lain yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   9. lampu hijau

    Setelah PROLOG--"Ditolak."Sayup suara burung gagak terdengar di telinga.Setelah mengatakan satu kata buruk tersebut laki-laki berkacamata yang tengah duduk di bangku taman itu dengan santainya membuka kembali buku yang tadi sedang ia baca, telunjuknya yang panjang terangkat sekilas untuk menaikan bingkai kacamata sebelum kemudian turun kembali, membaca dengan begitu tenang.Sesantai itu. Wajahnya juga seperti manusia yang tidak punya dosa. Seolah menolak perasaan anak gadis orang bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.Aurora berhasil dibuat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya perempuan cantik itu menaikan satu alisnya tinggi-tinggi. "Ha?"Angin menerbangkan dedaunan kering, menemani hening dan rasa tak percaya seorang gadis tentang sesuatu yang baru didengarnya dua detik lalu.Ini merupakan kali pertama Aurora meminta seseorang untuk menjadi pacarnya.Dan orang itu adalah Dante Andromeda.Ares? Oh, Aurora selalu mengajak Ares menikah, bukan untuk jadi pacar, jadi jika dibilan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   10. anak kost

    --Aurora diledek habis-habisan!Sampai ingin pindah ke Pluto saking malunya.Aurora lupa memberitahumu ini tetapi kemarin waktu ia melakukan proses pengakuan pada Dante, Alda dan juga Cassy memantau dari kejauhan, di tempat yang cukup jauh untuk dilihat tetapi dari jarak itu mereka juga masih mampu mendengar suara percakapan yang Aurora dan Dante ciptakan.Mulai dari Bandung Bondowoso sampai Raden Wijaya. Karena hal itu pula Aurora yang dipanggil Rora Jonggrang oleh kedua teman laknatnya.Sayang sekali Cassy dan Alda pergi saat semua belum selesai, mereka melewatkan adegan di mana Dante ditembak kaum pelangi dan berlanjut mencubit pipi Aurora dengan kedua tangan. Padahal itu best part-nya. Dan saat Aurora menceritakannya, tidak ada yang percaya, mereka hanya percaya bahwa Aurora sudah ditolak, dan dengan cara yang tidak terhormat pula.Cassy mengingatkan satu kali lagi bahwa Dante mengatakan dengan sadis; Aurora bukanlah tipenya.Tetapi coba pikirkan. Kalau cowok itu tidak berpikir b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   11. Move on

    --Aurora tidak gila.Barangkali ada beberapa dari kalian yang ingin mengatakan hal itu pada Aurora setelah melihat beberapa bukti nyata betapa kendurnya saraf otak gadis itu.Berkunjung ke rumah Alda setelah menciptakan masalah bukanlah hal besar, kan?Ya masa cuma karena Aurora yang ditolak terang-terangan dan menyebabkan kekesalan Ares, hubungan Aurora dengan keluarga Onty Maria ikut karam. Aurora tidak menginginkan hal itu, karena berpikiran terbuka merupakan salah satu hal yang ada dalam proses pendewasaan diri, Aurora pun hanya pasrah saat Alda menyeretnya untuk bermain ke rumah. Tidak seorang diri, Cassy juga ikut. Lagipula sudah lama.Lebih-lebih... Alda bilang kalau Ares akan segera kembali ke Australia. Tidak lebih lama dari dua hari lelaki itu di rumah, dia bahkan belum bertemu Samuel dan sudah mau pergi lagi. Teman masa kecil memang bukan prioritas, dengan hal itu Aurora mengerti betapa kesibukan dan hidup amatlah berubah setelah orang beranjak dewasa. Namun daripada menye

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Chasing the Sexy Nerd   12. Kamu jual aku beli

    "Minggu depan ulangan akhir semester, Dante."Siang itu bel tanda istirahat pertama di sekolah baru saja berbunyi. Di ruang guru yang memiliki personil lengkap pada tiap kubikelnya itu, seorang guru perempuan duduk sembari memberi pengertian pada siswa berkacamata yang berdiri mendengarkan kalimatnya. Sebagaimana percakapan dan diskusi yang sudah guru itu bicarakan dengan wali murid, hingga sebuah keputusan telah didapatkan.Dante sendiri hanya diam mendengarkan, menyangkal pun tidak bisa, percuma juga, permohonan pindah yang ia buat satu bulan yang lalu itu agaknya masih saja didiskusikan. Padahal Dante sudah sangat ingin pergi, dengan keinginannya sendiri, tapi agaknya dunia masih ingin Dante menjadi bagian dari tanah yang ia pijak sekarang.Guru perempuan berambut pendek itu terdengar menarik napas. "Ibu sudah bicara dengan Ayah kamu dan beliau juga setuju kepindahan ditunda sampai kamu resmi kelas tiga.""Kamu boleh hubungi ayahmu dulu, diskusikan kembali," lanjut wali kelas Dante

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Chasing the Sexy Nerd   12B. Official

    Aurora tidak bohong saat ia bilang kalau dirinya bersedia lahir dan batin menjadi parasit bagi Dante sampai cowok itu menerima permintaan pendekataan darinya.Aurora dikenal baik sebagai pribadi yang tidak mau mengalah. Dan oleh karena itu saat ada proses 'Lo jual gue beli, lo jual lagi gue beli lagi' Aurora tidak keberatan untuk menuruti, sekalipun ia enggan dan kesal tetapi ego Aurora tidak membiarkan dirinya kalah.Saat Dante berkata bahwa dia memperbolehkan Aurora menempel padanya, Aurora tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia pikir Aurora tidak berani? Dia pikir Aurora cuma ngomong doang?Enak saja! Lihat nanti, Aurora akan buat Dante menyesal karena tidak menerima tawaran PDKT darinya sejak awal.Memang untuk beberapa jam pertama Dante tidak terlihat keberatan Aurora mengikutinya melangkah, mengikuti ke perpustakaan, duduk sambil mengamati Dante membaca buku, mengikuti Dante saat cowok itu berkeliling rak untuk mencari bacaan, menunggu Dante keluar dari toilet pria dan bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Chasing the Sexy Nerd   13. Kaget tidak settingan

    "Beneran diterima?" seruan tak percaya itu terdengar hingga telinga Aurora mau meledak rasanya, namun karena perasaan Aurora juga sedang baik dan tidak ingin mengajukan komplen hanya karena suara Alda mengganggu telinga Aurora pun hanya berdehem dan mengangguk jumawa. Aurora menggumam mengiyakan pertanyaan temannya itu. Alda langsung meneruskan. "Ini nggak prank? Masa sih si ketos mau sama lo.""Bentar lagi juga lepas jabatan," balas Aurora sembari mendecak pelan. "Dan gue pastiin satu kali lagi. Beneran nggak lagi tinggi. Iya seratus persen. Gue beneran taken!"Aurora sendiri sedang berjalan masuk ke dalam gedung apartmen yang ditinggalinya selama beberapa hari terakhir. Dengan dua tangan menggenggam bawaan untuk keperluan yang kurang, tidak banyak, Aurora hanya membawa sandal rumah dan lilin aromaterapi dengan wangi yang berbeda. Ia masih menggunakan seragam sekolah, rambutnya dikuncir separuh dan tak lupa earphone berkabel menghiasi telinganya.Aurora menyapa satpam di depan sebelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12

Bab terbaru

  • Chasing the Sexy Nerd   49. Rujuk part 2

    “Jelek.” Cewek berkaos hitam yang semula cemberut menatap pot bunga sembari bersidakep tanpa berniat menggubris cowok tinggi yang ada di depannya itu langsung mendongak. Dia memicing dan membuat kelopak matanya yang bengkak terasa sakit, tetapi dia tidak peduli. Satu-satunya yang dia pedulikan adalah fakta bahwa cowok ini dengan tidak tahu dirinya mengomentari penampilannya yang sedang tidak baik-baik saja saat ini. Memangnya salah siapa Aurora jadi berantakan begini? Salah Dante lah! Siapa pun orang di dunia ini, hanya Dante seorang yang tidak boleh mengomentari Aurora tentang penampilannya. “Mau ke mana?” tanya Dante sembari mencekal pergelangan tangan Aurora saat cewek itu berniat masuk kembali ke dalam rumah dengan langkah yang sengaja dihentakkan. Lekas-lekas Aurora melepaskan cekalan tangan Dante darinya, mendesis risih. “Ya ngapain Lo mau ngomong sama cewek jelek! Pergi sana yang jauh gak usah balik, sialan!” umpatnya kesal. “Ra,” panggil Dante lembut. “Bercand

  • Chasing the Sexy Nerd   48. Ketahuan

    “Stop!!!” Napasnya tersengal. Dia yang habis berlari menuruni tangga dengan dua kaki yang tidak pernah digunakan untuk olahraga itu merentangkan tangannya selebar mungkin, berusaha menyembunyikan si cowok gede tinggi yang sedang diinterogasi oleh seluruh member keluarganya. Aurora mengerjapkan matanya cepat-cepat, dia menelan ludah alot ketika menyadari bahwa sikapnya yang bagai wonder woman kesiangan ini akan sangat merugikan dirinya sendiri. “Ngapain kamu?” ujar Samuel dengan kernyit kesal. “Minggir!” “Jangan anarkis, Abang!” jerit Aurora kencang. Dia mendorong dada Samuel dan kemudian memeluknya erat-erat. “Dante gak salah apa-apa kok, ini semuanya kejadian karena aku yang paksa.” Sementara itu, di samping Mama Janela, Ares yang dari tadi slengean pun menyeringai tengil. “Kebanyakan drama! Udah onty gak usah gubris Rora, bawa itu cowok ke kentor polisi aja!” Kompor telah dinyalakan, dan agaknya, panci berisi air panas yang tadinya masih hangat dan masih cukup tenang se

  • Chasing the Sexy Nerd   47. Lah

    “Terus elo pulang gitu aja waktu Dante selesai jelasin?” pertanyaan itu terdengar, Aurora yang semula sibuk membenamkan wajah ke bantal pun mengangkat wajahnya.Memperlihatkan muka pucat berpadu rona merah di sekitar mata, hidung dan bibirnya, habis menangis meraung-raung seperti anak kecil.Sesi curhat dengan teman-temannya dilakukan, penggilan grup berisi tiga orang itu terdengar berisik karena Alda dan Cassy bicara saling menyahut menanggapi kisah pilu percintaan Rora Jonggrang yang ogah ditinggal merantau.“Gue punya manner kali,” sahut Aurora sengau, dia menangis sampai hidungnya mampet. “Gue tetep di sana buat ngehargain bunda Wilo, tapi gua enggak ngomong sama sekali ke si kampret mata empat, kesel banget!”“Cinta emang serem ya, enggak bisa ditebak. Padahal kemarin elo masih excited banget waktu lihat Dante, sekarang ngatain kampret.”Alda menyindir Aurora.“Ntar Alda, tungguin aja, kalo sampe nanti elo jatuh cinta dan patah hati, Lo juga bakal tahu rasanya.”“Takut,” balas Al

  • Chasing the Sexy Nerd   46. surprise LDR

    -Kaki berbalut sepatu bertali itu menginjak rem dengan hati-hati, sementara cowok berkacamata itu melirik ke samping, lalu saat polisi tidur itu terlewati dia menekan gas dengan sangat pelan pula.Sementara Aurora sibuk meneliti riasan wajahnya di pantulan cermin, memeriksa bahwa dandanan yang dia pakai tidak berlebihan untuk menyapa bunda Wilona, semula dia menggunakan riasan viral ala si seksi Madison Beer— baru membuat video tutorial untuk di upload karena kemarin video make up tutorial Adriana Lima lumayan ramai. Tapi berhubung Dante tiba-tiba mendatanginya dan berniat membawanya bertemu bunda, Aurora berpikir kalau dandanan yang minim akan meninggalkan kesan pertama yang lebih mantap.Jadi dia menghapus riasannya dan memulai melukis wajahnya dari awal.“Ini pipinya kemerahan enggak?”Dante menoleh, menatap pipi gembul Aurora di antara wajah ayu yang tenteram itu.Dia berkedip beberapa kali, mengulum bibir sendiri dan akhirnya menggeleng.“Enggak.”Dia sama sekali tidak

  • Chasing the Sexy Nerd   45. Cardigan

    “Alda, kok kayaknya gue agresif banget ya ke Dante.” Alda melirik sekilas. “Lah, baru sadar?” “Ish!” selak Aurora kesal. Dia cemberut, menempelkan dagunya ke tangan yang terlipat di atas meja kafe. “Padahal yang gue lakuin wajar tahu, kita cuma terlalu beda sifat aja. Kalo misal cowok lain punya pacar kayak gue— bukan maen hoki dia, lah Dante malah takut sama gue.” “Emang Lo ngapain aja?” tanya Alda kemudian, masih agak ogah menatap Aurora, sibuk scroll ponsel yang sudah pasti isinya oppa-oppa. “Gue sering touch-touch dia, hampir nggak pernah lepas, gandengan tangan, ngelendot, kadang juga peluk kalo berdua.” “Kemarin gue lihat Lo peluk dia di depan umum,” sahut Alda tak terima, ada apa dengan imbuhan berdua itu? Di depan umum juga dia tidak rikuh peluk-pelukan. Aurora mengibaskan tangan tak peduli. “Ya pokoknya gitu doang, kok. Nih ya. Dia tub— enggak pernah cemburu sama gue, jadi gue ngerasa kayak cinta sendirian.” Suara Aurora terdengar sedih, merasa kalau curhatan cewek temb

  • Chasing the Sexy Nerd   44. Debat pertama

    -Setelah mereka selesai makan siang, Aurora benar-benar langsung mengeluarkan kamera dan menata rambutnya untuk membuat video unboxing seperti yang dia rencanakan sebelumnya.Dia bahkan mengganti pakaian santainya jadi dress putih bunga-bunga dengan gaya off shoulder.Niat sekali. Cantik sekali.Dante hanya melihatnya dari jarak di mana kamera tidak akan menangkap keberadaannya, tanpa mengeluarkan suara sama sekali, membaca buku di sofa sambil sesekali melirik ke arah Aurora yang sudah beralih membuat video tutorial make up.Mengikuti tipe kit make up yang Diatala cosmetics keluarkan kali ini, sepertinya dia membuat look make up kebarat-baratan.“Cantik, kan?” tanya Aurora setelah beberapa saat.Dante mendongak, mengalihkan pandangannya dari buku. Lalu mengangguk setuju.Dia tidak tahu menahu apa pun tentang make up atau dunia perempuan, namun dia setuju kalau Aurora sangat cantik.Aurora nyengir puas melihat anggukan kepala Dante.“Berhasil ya? Mirip Adriana Lima nggak?” ta

  • Chasing the Sexy Nerd   43. love language

    Pacaran itu menyenangkan.Setidaknya Aurora sudah bisa pamer tentang hal itu sekarang. Dijemput pacar ganteng dengan senyum dan pelukan, dipanggil sayang dengan suara lembut, dimanja-manja sampai burung-burung pun iri padanya. Anjay.Lihat saja muka ngeri Cassy dan Alda. Mereka ngiri dan cuma bisa mupeng.Tidak sia-sia usaha Aurora untuk meruntuhkan dinding pertahanan Dante yang kokoh, dia tidak menyesal bisa jadi pacar Dante pakai jalur menggoda ugal-ugalan layaknya cabe-cabean.Setelah dijemput, Dante bertanya apakah Aurora sudah makan siang dan Aurora menjawab kalau dia belum makan; beberapa potong cake dan minuman manis tidak bisa dihitung sebagai makan siang— baginya, kenyang sih, tapi pokoknya Aurora masih ingin dan harus makan siang bersama Dante.Karena Aurora tidak ingin makan di luar, akhirnya Dante membawa Aurora ke apartemen, dia bisa memasak menu sederhana.Cowok kalau sudah pintar, tampan, tinggi, sexy, dan jago masak, memangnya masih bisa dikategorikan sebagai

  • Chasing the Sexy Nerd   42. Teman bucin

    Satu hal baru yang Aurora tahu dari pacarnya, Dante Andromeda bukan cowok yang suka berbalas pesan singkat, setiap kali Aurora mengirim chat Dante tidak membalas dan malah akan langsung meneleponnya.Padahal kemarin Aurora hanya ingin berterima kasih soal boneka-boneka yang Dante kirim, lalu besoknya Aurora PAP foto saat dia date dengan Papa, dan Dante juga merespons dengan telepon.Aurora menyukainya, tentu saja, meski dari satu jam sambungan telepon itu didominasi oleh celotehnya sendiri tapi mendengar suara Dante secara singkat juga terasa menyenangkan.Hari ini lagi, Aurora mengirim pesan singkat pada Dante, mengatakan kalau dia sedang nongki di cafe bersama Alda dan Cassy. Seperti biasa, Dante tidak langsung membalas, karena dia memang bukan tipe orang yang selalu membawa ponsel ke mana-mana, biasanya butuh waktu sekitar 30 menit atau beberapa jam kemudian baru dia akan menelepon Aurora.Setelah mengirim pesan pada Dante, Aurora menyimpan ponselnya. Dia mengambil smoothies di gel

  • Chasing the Sexy Nerd   41. Rumah

    Aurora berjalan memasuki rumah dengan ponsel di tangannya, melihat-lihat foto paling bagus yang dia ambil beberapa saat lalu, niatnya yang akan dia upload ke sosial media, bagaimana pun dia tidak bisa membiarkan hari ini berlalu jadi hari yang menyebalkan hanya karena kencannya diganggu Ares. Kebetulan Aurora sempat memotret, ralat— dia memotret banyak hal, termasuk dirinya dan Dante. Foto berdua. Dante tidak begitu suka difoto, namun dia tersenyum cukup tulus saat Aurora tanpa izin memotretnya. Tampan. Akhirnya Aurora memutuskan untuk menempatkan foto berdua itu di slide paling akhir. Saat langkah kaki Aurora baru melewatkan pintu besar paling depan rumahnya, dia mendongak karena keributan kecil yang terdengar, ada beberapa orang asing di sana, tampak sibuk karena sedang instalasi sesuatu di pojok langit-langit. “Paman Ali,” panggil Aurora riang, dia berjingkat dan berlari memeluk sekretaris ayahnya itu. “Long time no see, how are you, Paman!” “Baik-baik,” jawab paman A

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status