Beranda / Fantasi / Chain of Destiny / Ch. 3: Threads of Shadows

Share

Ch. 3: Threads of Shadows

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-17 22:04:52

Aku pingsan saat kejadian itu. Ayahku datang tepat waktu untuk menyelamatkan aku dengan dibantu keluarga van Kelley yang langsung sigap mengantar ibuku ke sanatarium. Layaknya sebagian besar Murni, ayahku dan ayah Wolfram adalah dokter. Orang Murni kebanyakan menjadi dokter, guru, peneliti, penasehat pemerintah, orang hukum, dan jenis-jenis pekerjaan lainnya yang memerlukan penyerapan informasi yang tinggi.

Ayahku dan Robert kenal siapa yang akan merawat ibu dan bagaimana ibuku akan ditangani setelah kejadian malam itu.

Rasanya pingsan kadang-kadang seperti tidur. Saat kesadaranku kembali, aku tidak semerta-merta kembali. Semuanya kembali satu-persatu. Suara percakapan yang panik, hembusan AC mobil yang dingin, kekuatan untuk membuka mata, warna dan bentuk yang muncul di sekeliling jangkauan pandang.

Ternyata kami berdua berada di ambulans bersama Robert. Ibuku nampak tertidur di atas brankar di sebelahku. Meskipun wajahnya lelah dan pucat, ini pertama kalinya setelah berbulan-bulan ia nampak tertidur dengan nyenyak. 

Ayahku menoleh ke arahku ketika menyadari aku sudah sadar.

"Oh, Katrina!" serunya dengan lelah sambil menggapai bahuku untuk memelukku. "Maafkan ayah, Sayang." katanya sambil mengusap wajahku dengan pelan dan hati-hati. Aku merasakan nyeri bekas cekikan di leherku lalu reflek batuk dan menarik udara banyak-banyak.

Aku tidak berkata apa-apa. Hanya menerima semua upaya ayahku untuk menenangkanku. Aku belum bisa berkata-kata. Aku rasa tidak semua orang bisa bicara setelah ibunya sendiri berusaha membunuhnya.

"Joanne... sudah lama sekali sakit. Bukan.. dia pernah sakit tapi tidak lama." Ayahku mulai bercerita. Aku tahu cerita ini akan jadi cerita tentang masa lalu, karena rasanya seolah-olah ayahku sedang menghentikan waktu dan mengajakku ke tempat dan masa yang lain.

"Ibumu adalah perempuan yang lembut. Ia tidak akan menyakitimu seperti hari ini. Tidak akan pernah. Dia... bukan dirinya sendiri. Dia seperti itu karena kondisinya tidak baik. Kau tahu kan?"

Aku mengangguk. Tentu saja aku tahu. Ibuku seperti seseorang yang membawa awan hitam di atas kepala. Satu waktu, awan hitam itu akan menumpahkan badai dari tinta dan arang, dan serta-merta ibuku akan menghilang. Tertutup lapisan hitam, menjadi sosok lain yang bisa melakukan hal-hal yang tak akan ia lakukan sebelumnya. Lalu setelahnya, lapisan hitam itu akan tercuci, bersih dan ibuku akan kembali seperti sediakala.

"Ia sangat menatikan kehamilan dan kelahiranmu. Ia sangat senang membeli perlengkapan bayi dan sangat suka mendandanimu. Hewan-hewan lucu seperti kucing, anjing, dan burung-burung dengan suara merdu seperti robin dan kenari akan datang menjagamu bergantian jika ibumu sedang ke kamar kecil atau memasak. Mereka akan membantu menenangkanmu jika kau mulai menangis.

"Tetapi terkadang, ibumu bisa menangis atau marah tanpa sebab. Ia sempat seperti itu sampai kau 3 tahun... dan karenanya, ia pernah sekali mencoba menenggelamkanmu." ayahku tercekat. Air mata mengalir tanpa bisa ia cegah, ayahku nampak sangat emosional dan Robert membantu menenangkannya sambil nepuk-nepuk bahunya. Aku menerima informasi itu selayaknya aku bukan anak tanggung berusia dua belas tahun. "Ini bukan salahmu, Kat. Ingat itu."

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku memeluk ayahku erat-erat.

"Aku yakin sekali dia sudah jauh lebih baik. Bahwa kejadian saat itu cuma karena ia baru melalui tahap hidup baru. Ada banyak studi soal itu, baby blues atau post-partum. Aku menyesal sekali, Bob. Seharusnya aku bisa lebih jeli melihat tanda-tandanya. Istriku butuh bantuan."

Robert masih dengan sabar menepuk-nepuk bahu ayahku. "Tidak, kau sudah melakukan yang terbaik untuk anak dan istrimu, Celeste. Semua orang tahu kau sangat menyayangi dan melindungi mereka. Ini di luar kendalimu."

Mendengar itu, aku memeluk ayahku semakin erat. Tidak mau ayahku berlarut-larut menyalahkan dirinya sendiri.

"Keluarga kami akan mencoba membantu kalian sebisa kami."

Dalam hati aku berterima kasih ada teman keluarga seperti van Kelley ketika Robert ikut kami dengan ambulans. Stacey dan Wolfram mengiringi kami dengan mobil di belakang. Stacey pun karib dengan ibuku dan mereka sering berkumpul dengan ibu-ibu di lingkungan kami dan melakukan kegiatan seperti minum teh, merajut, mengulas buku atau film baru, merangkai bunga, atau mengadakan potluck.

Melihat keakraban mereka, pikiranku seringkali berkelana. Bagaimana hubungan keluarga kami jika seandainya kami tidak tinggal di bumi baru yang didirikan Lord Gunther? Bagaimana jika kami tinggal di ratusan tahun yang lalu, dituduh lalu melarikan diri. Memagari diri dari ancaman hukuman mati dengan sihir yang akhirnya juga melukai orang tak berdosa? Bagaimana kalau kami ditangkap lalu dibakar hidup-hidup oleh keluarga seperti van Kelley? Tentu saja, itu adalah pikiran bengis yang mampir tanpa kuundang.

Malam itu, aku berpamitan dengan ibuku di sanatarium. Tetapi karena obat penenang, ia tidak menghiraukan aku. Ayahku memutuskan untuk menginap disana malam itu, bahkan walau ia tidak bisa seruangan dengan ibuku. Tentu, aku bisa memahami bahwa ayahku adalah orang yang paling terpukul karena kejadian malam ini. Sejak itu, kami terpaksa tinggal terpisah. Karena bahkan jika ada masa-masa ibu membaik, halusinasinya seringkali terpancing saat melihatku.

Maka dari itu, kunjungan rutin ke sanatorium adalah hal menjadi keseharian aku dan ayahku.

Bab terkait

  • Chain of Destiny   Ch. 4: House of Chains

    Tanpa Ibu di rumah, kami berdua menjadi lebih murung. Ayahku berusaha keras mencairkan suasana dengandaddy jokesyang garing dan basi jika kami bersama, tapi seringkali ia seperti menyesapi rasa sepi dan kerinduannya terhadap ibu. Akupun menjadi lebih diam di sekolah sementara teman-temanku sudah beranjak puber dan mulai menikmati berdandan, jalan-jalan di akhir pekan, dan menggoda lawan jenis.Sebentar lagi para Pemburu muda akan memamerkan kelihaian mereka di lapangan olahraga atau diindoor hall.Biasanya para laki-laki akan adu jago dan bertaruh. Para Penyihir muda akan berbisik, menceritakan karu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Chain of Destiny   Ch. 5: Lady in the Shadows

    Ketika suasana mulai tenang dan Stacey selesai membereskan makan malam yang ia bawa untukku, aku berterima kasih dan ia kembali ke rumahnya. Karena takut, aku menyalakan lampu di setiap ruangan. Entah kenapa sudut gelap membuatku grogi seakan-akan ada sepasang mata tak kasat mata yang memerhatikanku dari ketiadaan. Aku sudah memeriksa tempat-tempat yang kira-kira bisa menjadi tempat ular atau laba-laba bersembunyi. Tidak ada jejak hewan sama sekali. Meskipun aku cemas, aku tidak ingin menelepon Ayah karena takut mendistraksi beliau dan menambah beban pikiran. Dengan perasaan campur aduk, aku mondar-mandir di depan ruang tamu. Kusetel TV, tapi tak benar-benar kuperhatikan. Volumenya kubesarkan sebagai suara di belakang layar. Aku lapar tetapi tidak berselera, jadi aku menyumpal roti tawar ke mulutku dan mengunyahnya asal-asalan. Sekitar pukul sepuluh malam, suara mobil ayah terdengar dari depan halaman rumah. Perasaan lega membanjiriku dan aku segera berlari m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Chain of Destiny   Ch. 6: Trip to the Sanatorium

    Musim gugur datang seperti semilir angin yang tiba-tiba merubah warna daun-daun perlahan-lahan jadi jingga dan kecoklatan. Rasa gerah dan keringat yang bercucuran hanya karena bernapas diganti dengan baju hangat. Beberapa gerai kopi mulai menjual kopi dan kue-kue dengan rasa dan hiasan labu kuning dan rempah kayu manis dan kapulaga. Akhirnya ayahku mengetahui dari Stacey kalau hari itu rumahku hampir kebakaran. Ayahku jadi lebih jarang mampir ke sanatorium di hari kerja dan memilih kesana hari Jumat dan akhir pekan bersamaku meski seringkali aku hanya menunggu. Rasanya merindukan seseorang tetapi sulit bertemu mereka adalah nyeri yang tidak bisa diungkapkan. Seperti lebam yang tidak selalu berdenyut ngilu hingga kau lupa ada luka disitu. Suatu saat luka itu akan terantuk dan membuatmu menjerit, dan tahu-tahu lebam itu menjadi ungu lagi. Begitulah rasanya. Suatu hari saat mengunjungi Ibu, seperti biasa aku duduk di satu sudut taman. Dari sini aku bisa melihat air manc

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Chain of Destiny   Ch. 7: Birthday Gift

    Ulang tahunku datang berbarengan dengan perayaan Halloween. Semakin dekat dengan hari itu, tanda di atas nadiku semakin pedih meskipun belum benar-benar nyata. Hantu perempuan itu masih membuntutiku, seperti bayangan di sudut mata. Terkadang ia nampak di cermin, membuatku terkejut dengan wajahnya yang rusak.Pada malam hari di kamarku, kadang aku bisa mendengarnya bernapas. Menghidu baunya yang seperti dupa dan arang. Melihatnya duduk di ujung ranjangku dan mengamatiku. Anehnya, semakin lama aku bersamanya ia kelihatan semakin pudar. Mimpi buruk tetap ada sekali-kali, tetapi setidaknya aku tidak lagi merasakan jari-jemarinya yang bernoda hitam merayap naik ke leherku, atau bagaimana ia membuatku nyaris celaka di rumahku sendiri.Besok adalah hari ulang tahunku dan Ayah berjanji akan mengambil pesanan kuenya ke toko kue langganan kami. K

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Chain of Destiny   Ch. 8: Burn Your Birthday Candles, Witch.

    Tanganku bergetar. Keheningan yang sinis seakan menyelimutiku dan aku ingin melangkah keluar, tetapi seluruh tubuhku tertahan sebuah kekuatan tak kasat mata."Oh, anak malang. Jahat benar kau, Stacey. Dia sampai menangis." ejek Newt."Cepat bunuh dia atau ambil darahnya. Perasaanku tidak enak." gumam laki-laki yang satu lagi."Tahan sebentar, Grimm." kata Stacey. "Kita harus berhati-hati karena kita tidak tahu bentuk sihir anak ini." ucapannya membuat Pemburu di belakangnya bergumam setuju dan bergerak tidak nyaman.Saat itu juga, Stacey melakukan hal yang janggal. Ia mengambil pisau dari dapur lalu menorehkan telapak tangannya. Darah merembes keluar dari lukanya lalu dengan darah itu ia membuat lingkaran di bawah tubuhku dengan tulis

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Chain of Destiny   Ch. 9: The Sleepy Town

    Kraztavh adalah tempat yang dikenal sebagaisleepy townatau kota yang terlampau tenang tanpa atraksi atau kegiatan menarik. Kota yang muram, membosankan, tapi istimewa. Berbeda dengan Ibukota Ogham yang sibuk atau Uruz, dataran tinggi tempat Sanatorium terletak yang dikelilingi desa-desa kecil, peternakan, dan perkebunan. Kraztavh adalah tempat yang dikelilingi hutan lebat dengan hujan hampir sepanjang tahun. Penghuninya biasanya pasangan usia pasca-produktif yang mencari ketenangan atau pasangan dan keluarga yang ingin memiliki rumah liburan di tengah cuaca yang cocok untuk berselimut.Aku memasuki gerbong kereta. Lama perjalanan dari jalan setapak di belakang rumah itu hanya memakan kurang dari 15 menit berjalan kaki hingga ke stasiun yang sibuk. Tetapi sesuai dugaan, penumpang ke arah Kraztavh tidak banyak. Koridor-koridor kosong melompong, ada banyak kursi kosong.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Chain of Destiny   Prolog

    Sinar matahari yang sudah lama tak kurasakan datang menerobos kamarku – kamar rumah sakit tepatnya. Entah sudah berapa lama aku terbaring disini. Aku tidak dapat mengingat banyak hal. Aku berusaha menggali kejadian-kejadian sebelum aku berakhir disini. Tiba-tiba bahuku terasa panas, segera kuintip gaun pasienku dan cuma ada luka yang sudah berubah menjadi abu-abu disitu.Seketika, rentetan ingatanku melimpah keluar seperti isian botol toples yang berserakan. Kepalaku sakit. Sekujur tubuhku sakit. Yah, setidaknya aku masih bisa merasakan nikmatnya disinari matahari dari jendela bangsal ini. Setelah bisa mengendalikan diri, kuulurkan tanganku ke arah cahaya. Akibat terlalu lama di dalam ruangan, kulitku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Chain of Destiny   Ch. 1: Good Mourning, Kat

    Kata dokter, aku tertidur selama hampir 2 bulan. Katanya trauma psikologisku mungkin sangat besar sampai aku sempatshut downbegitu saja. Aku tetap terbangun pada pagi hari dengan teratur tetapi tidak responsif terhadap apapun, lalu malamnya aku akan tidur seperti biasa. Tetapi karena kondisi vitalku baik dan perlahan-lahan aku menunjukkan respons sosial, maka mereka membiarkan aku pulih dengan sendirinya.Kudengar respons traumatisku itu sah-sah saja mengingat kota kami sedang berantakan. Para Pemburu dan Secondary sedang membuat kerusuhan sebagai upaya pemberontakan. Mereka membencistatus quoyang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • Chain of Destiny   Ch. 9: The Sleepy Town

    Kraztavh adalah tempat yang dikenal sebagaisleepy townatau kota yang terlampau tenang tanpa atraksi atau kegiatan menarik. Kota yang muram, membosankan, tapi istimewa. Berbeda dengan Ibukota Ogham yang sibuk atau Uruz, dataran tinggi tempat Sanatorium terletak yang dikelilingi desa-desa kecil, peternakan, dan perkebunan. Kraztavh adalah tempat yang dikelilingi hutan lebat dengan hujan hampir sepanjang tahun. Penghuninya biasanya pasangan usia pasca-produktif yang mencari ketenangan atau pasangan dan keluarga yang ingin memiliki rumah liburan di tengah cuaca yang cocok untuk berselimut.Aku memasuki gerbong kereta. Lama perjalanan dari jalan setapak di belakang rumah itu hanya memakan kurang dari 15 menit berjalan kaki hingga ke stasiun yang sibuk. Tetapi sesuai dugaan, penumpang ke arah Kraztavh tidak banyak. Koridor-koridor kosong melompong, ada banyak kursi kosong.

  • Chain of Destiny   Ch. 8: Burn Your Birthday Candles, Witch.

    Tanganku bergetar. Keheningan yang sinis seakan menyelimutiku dan aku ingin melangkah keluar, tetapi seluruh tubuhku tertahan sebuah kekuatan tak kasat mata."Oh, anak malang. Jahat benar kau, Stacey. Dia sampai menangis." ejek Newt."Cepat bunuh dia atau ambil darahnya. Perasaanku tidak enak." gumam laki-laki yang satu lagi."Tahan sebentar, Grimm." kata Stacey. "Kita harus berhati-hati karena kita tidak tahu bentuk sihir anak ini." ucapannya membuat Pemburu di belakangnya bergumam setuju dan bergerak tidak nyaman.Saat itu juga, Stacey melakukan hal yang janggal. Ia mengambil pisau dari dapur lalu menorehkan telapak tangannya. Darah merembes keluar dari lukanya lalu dengan darah itu ia membuat lingkaran di bawah tubuhku dengan tulis

  • Chain of Destiny   Ch. 7: Birthday Gift

    Ulang tahunku datang berbarengan dengan perayaan Halloween. Semakin dekat dengan hari itu, tanda di atas nadiku semakin pedih meskipun belum benar-benar nyata. Hantu perempuan itu masih membuntutiku, seperti bayangan di sudut mata. Terkadang ia nampak di cermin, membuatku terkejut dengan wajahnya yang rusak.Pada malam hari di kamarku, kadang aku bisa mendengarnya bernapas. Menghidu baunya yang seperti dupa dan arang. Melihatnya duduk di ujung ranjangku dan mengamatiku. Anehnya, semakin lama aku bersamanya ia kelihatan semakin pudar. Mimpi buruk tetap ada sekali-kali, tetapi setidaknya aku tidak lagi merasakan jari-jemarinya yang bernoda hitam merayap naik ke leherku, atau bagaimana ia membuatku nyaris celaka di rumahku sendiri.Besok adalah hari ulang tahunku dan Ayah berjanji akan mengambil pesanan kuenya ke toko kue langganan kami. K

  • Chain of Destiny   Ch. 6: Trip to the Sanatorium

    Musim gugur datang seperti semilir angin yang tiba-tiba merubah warna daun-daun perlahan-lahan jadi jingga dan kecoklatan. Rasa gerah dan keringat yang bercucuran hanya karena bernapas diganti dengan baju hangat. Beberapa gerai kopi mulai menjual kopi dan kue-kue dengan rasa dan hiasan labu kuning dan rempah kayu manis dan kapulaga. Akhirnya ayahku mengetahui dari Stacey kalau hari itu rumahku hampir kebakaran. Ayahku jadi lebih jarang mampir ke sanatorium di hari kerja dan memilih kesana hari Jumat dan akhir pekan bersamaku meski seringkali aku hanya menunggu. Rasanya merindukan seseorang tetapi sulit bertemu mereka adalah nyeri yang tidak bisa diungkapkan. Seperti lebam yang tidak selalu berdenyut ngilu hingga kau lupa ada luka disitu. Suatu saat luka itu akan terantuk dan membuatmu menjerit, dan tahu-tahu lebam itu menjadi ungu lagi. Begitulah rasanya. Suatu hari saat mengunjungi Ibu, seperti biasa aku duduk di satu sudut taman. Dari sini aku bisa melihat air manc

  • Chain of Destiny   Ch. 5: Lady in the Shadows

    Ketika suasana mulai tenang dan Stacey selesai membereskan makan malam yang ia bawa untukku, aku berterima kasih dan ia kembali ke rumahnya. Karena takut, aku menyalakan lampu di setiap ruangan. Entah kenapa sudut gelap membuatku grogi seakan-akan ada sepasang mata tak kasat mata yang memerhatikanku dari ketiadaan. Aku sudah memeriksa tempat-tempat yang kira-kira bisa menjadi tempat ular atau laba-laba bersembunyi. Tidak ada jejak hewan sama sekali. Meskipun aku cemas, aku tidak ingin menelepon Ayah karena takut mendistraksi beliau dan menambah beban pikiran. Dengan perasaan campur aduk, aku mondar-mandir di depan ruang tamu. Kusetel TV, tapi tak benar-benar kuperhatikan. Volumenya kubesarkan sebagai suara di belakang layar. Aku lapar tetapi tidak berselera, jadi aku menyumpal roti tawar ke mulutku dan mengunyahnya asal-asalan. Sekitar pukul sepuluh malam, suara mobil ayah terdengar dari depan halaman rumah. Perasaan lega membanjiriku dan aku segera berlari m

  • Chain of Destiny   Ch. 4: House of Chains

    Tanpa Ibu di rumah, kami berdua menjadi lebih murung. Ayahku berusaha keras mencairkan suasana dengandaddy jokesyang garing dan basi jika kami bersama, tapi seringkali ia seperti menyesapi rasa sepi dan kerinduannya terhadap ibu. Akupun menjadi lebih diam di sekolah sementara teman-temanku sudah beranjak puber dan mulai menikmati berdandan, jalan-jalan di akhir pekan, dan menggoda lawan jenis.Sebentar lagi para Pemburu muda akan memamerkan kelihaian mereka di lapangan olahraga atau diindoor hall.Biasanya para laki-laki akan adu jago dan bertaruh. Para Penyihir muda akan berbisik, menceritakan karu

  • Chain of Destiny   Ch. 3: Threads of Shadows

    Aku pingsan saat kejadian itu. Ayahku datang tepat waktu untuk menyelamatkan aku dengan dibantu keluarga van Kelley yang langsung sigap mengantar ibuku ke sanatarium. Layaknya sebagian besar Murni, ayahku dan ayah Wolfram adalah dokter. Orang Murni kebanyakan menjadi dokter, guru, peneliti, penasehat pemerintah, orang hukum, dan jenis-jenis pekerjaan lainnya yang memerlukan penyerapan informasi yang tinggi.Ayahku dan Robert kenal siapa yang akan merawat ibu dan bagaimana ibuku akan ditangani setelah kejadian malam itu.

  • Chain of Destiny   Ch. 2: Good Mourning, Kat! Part 2

    Tanda yang diwariskan di atas nadi kami sama halnya dengan keturunan yang bersifat genetik. Jika kedua orangtuamu memiliki warna mata berbeda, misalnya. Ia cenderung akan mengikuti orangtua yang lebih dominan atau pada kasus tertentu, seperti lotre. Tanda peran yang akan kami jalani sepanjang hidup biasanya muncul saat kami beranjak remaja, diiringi ciri-ciri pubertas pada umumnya.Seorang dengan keturunan campur dengan ibu seorang Penyihir dan ayah seorang Murni, biasanya akan menjadi Secondary. Tetapi saat ulang tahunku yang ke-15 kemarin, gurat hangus yang mulai nampak di atas nadiku adalah tanda seorang Penyihir. Alih-alih merasa senan

  • Chain of Destiny   Ch. 1: Good Mourning, Kat

    Kata dokter, aku tertidur selama hampir 2 bulan. Katanya trauma psikologisku mungkin sangat besar sampai aku sempatshut downbegitu saja. Aku tetap terbangun pada pagi hari dengan teratur tetapi tidak responsif terhadap apapun, lalu malamnya aku akan tidur seperti biasa. Tetapi karena kondisi vitalku baik dan perlahan-lahan aku menunjukkan respons sosial, maka mereka membiarkan aku pulih dengan sendirinya.Kudengar respons traumatisku itu sah-sah saja mengingat kota kami sedang berantakan. Para Pemburu dan Secondary sedang membuat kerusuhan sebagai upaya pemberontakan. Mereka membencistatus quoyang

DMCA.com Protection Status