Beranda / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 49. Berlutut Dan Minta Maaf

Share

Bab 49. Berlutut Dan Minta Maaf

Penulis: hasfindafmufid
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 11:00:11

Satu bulan kemudian.

Rana keluar dari apartemennya, mengambil bunga mawar ke-36 dari Zayyan yang tergeletak di depan pintu lalu meletakkannya di atas meja. Baru kemudian ia keluar pintu dan bergegas berangkat ke kampus.

Ya, Zayyan masih mengirimkan bunga mawar setiap hari pada Rana. Entah bagaimana caranya, tapi setiap pagi Rana selalu mendapati setangkai bunga mawar sudah tergeletak di depan pintu apartemennya.

Ia penasaran bagaimana Zayyan bisa tetap mengirimnya bunga. Apa ia sengaja memesan bunga pada toko bunga terdekat dan meminta mereka mengirimnya ke alamat Rana setiap hari?

Jika iya, berapa uang yang Zayyan habiskan untuk itu?

Atau mungkin saja Zayyan meminta bantuan Ara?

Tapi jika iya, kasihan Ara yang harus meluangkan waktu setiap hari untuk membeli bunga dan mengantarnya ke apartemen Rana.

Saat awal-awal Zayyan meninggalkan Rotterdam, pertanyaan-pertanyaan itu terus menggema di kepala Rana. Berkali-kali Rana tergoda untuk mengirim pesan pada Za
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 50. Zayyan Atau Gavin?

    Rana jadi tak tega untuk tidak memaafkan Gavin. Lagi pula, pria itu kelihatannya memang sangat menyesal.Maka hari ini, sebagai permintaan maaf, Gavin mengajak Rana untuk bersepeda melewati jembatan Erasmus.“Kita lihat sunset terus makan malam di kafe deket pelabuhan, mau nggak?” tanya Gavin sumringah sambil terus mengayuh sepedanya.“Oke, boleh.” Rana mengangguk setuju, mengayuh sepedanya sejajar dengan Gavin.Mereka menikmati pemandangan Rotterdam di senja hari sambil terus mengayuh sepeda. Saat mereka melewati jembatan Erasmus, matahari sudah berada di kaki langit.“Wah, indah banget.” Rana menghentikan sepedanya, menatap pemandangan mengagumkan itu.Gavin juga melakukan hal yang sama. Bedanya, ia tidak menatap pemandangan matahari terbenam itu. Melainkan mengunci tatapannya pada wajah Rana yang berbinar keemasan diterpa oleh cahaya senja.“Iya, cantik banget,” gumam Gavin tanpa mengalihkan tatapannya sama sekali dari Rana.Rana bisa merasakan tat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 51. Ulang Tahun Rana

    Rana kira, kencan di hari ulang tahunnya ini akan sangat spesial. Tapi rupanya Gavin hanya membawanya jalan-jalan di taman sambil mengobrol.Jujur saja, Rana merasa sedikit kecewa. Tapi ia tak mau menunjukkannya karena Gavin terlihat menikmati kencan ini.“Kamu suka bunga apa, Ran?” tanya Gavin saat mereka berjalan-jalan sambil bergandengan tangan.Gavin memasukkan tautan tangan mereka ke saku jaketnya, membuat tubuh mereka jadi saling menempel.“Hm, mawar kayaknya.” Rana tak bisa memikirkan bunga lain. Karena selama dua bulan terakhir ia hanya dikirimi mawar merah oleh Zayyan.Dan selama dua bulan ini, Zayyan sama sekali tidak pernah absen mengiriminya bunga. Meski sampai sekarang Rana belum tahu baga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 52. Pernyataan Cinta Gavin

    “Terima, terima, terima!” Seluruh orang di ruangan itu berseru-seru heboh.“Terima, Ran! Coba lihat usahanya nih, masa nggak diterima?” Faisal mengompori.“Jangan nyari bule, Ran. Cintai produk lokal.” Ini Vivi yang berseru.Wajah Rana semakin memerah tak karuan mendengar sorakan teman-temannya. Namun sudut mata Rana menangkap Ara tiba-tiba pergi ke belakang sambil terburu-buru.Tapi seru-seruan orang-orang di sekitarnya kembali menarik perhatiannya.“Ran?” panggil Gavin lembut. “Kamu butuh waktu?”“Nggak usah banyak mikir lah, Ran, udah dikasih waktu sebulan juga.” Faisal benar-benar menjadi tim sukses Gavin sekarang.Rana berdehem pelan, menatap Gavin dan kalung di dalam kotak yang ia pegang bergantian.Seketika, acara kencan mereka yang hampir mereka lakukan tiap minggu dalam sebulan terakhir berkelebat cepat di benak Rana.Gavin sudah menunjukkan bagaimana ia akan bersikap jika menjadi seorang kekasih nantinya. Dan Rana sama sekali tidak masal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 53. Hadiah Dari Zayyan

    Setelah makan malam, semua orang akhirnya membereskan bekas acara kejutan ulang tahun di ruang tamu rumah Ara itu.“Maaf ya, Zay. Aku nggak tahu kalau ternyata Gavin bakal nembak Rana hari ini,” ucap Ara pada Zayyan. “Dan yang lebih nggak disangka, ternyata Rana nerima. Aku pikir Rana punya perasaan sama kamu.”Zayyan tersenyum pahit, kemudian menggeleng. “Nggak usah minta maaf, Ra. Aku nggak apa-apa kok.”“Tapi kamu udah buang uang banyak buat ke sini.” Ara benar-benar tak enak hati. Ia dan Zayyan merencanakan kejutan ini, tapi malah dirinya dan Zayyan yang terkejut.“Nggak masalah. Aku ke sini juga ada urusan.” Zayyan meneguk air mineral, ekor matanya terus melirik ke arah Rana yang sedang melipat tikar.“Oh ya? Urusan apa?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 54. Fakta Tersembunyi

    “Kamu jadian sama dia?” Suara seorang wanita terdengar di ujung telepon.Gavin tertawa senang, menghempaskan tubuhnya ke kasur. “Iya dong. Hebat kan?”“Apanya yang hebat? Masa berbulan-bulan baru bisa jadian. Mana yang katanya jago gombal?” Suara wanita itu terdengar mengejek.Gavin mendengus kasar. “Beda kasus nih yang ini. Susah ternyata deketin cewek yang pernah trauma berumah tangga. Aku hampir mau nyerah aja, tapi aku inget hadiah dari Kakak kalau aku berhasil macarin dia. Kamu nggak lupa kan, Kak?”“Enggak kok.” Wanita di seberang telepon tertawa. “Tapi Kakak transfer awal bulan aja, ya? Kakak kan habis cuti. Baru aktif kerja lagi bulan lalu.”“Santai aja, Kak. Pokoknya kamu nggak lupa.”“Oh ya, Zayyan masih di sana?” Wanita itu bertanya lagi.“Masih. Tapi kayaknya ini hari terakhir. Besok dia balik ke Indonesia.” Gavin bicara sambil menatap langit-langit apartemennya.“Dia tahu kan kalau kalian jadian?”“Tahu kok. Malah dia dateng pas Rana

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 55. Ciuman Pertama

    “Ke mana kita hari ini?” tanya Rana ketika Gavin menggenggam tangannya dan mereka berjalan beriringan melewati jembatan kecil di depan kampus.Gavin memasukkan tangan mereka yang bertaut ke dalam saku jaketnya, kemudian berjalan menyusuri trotoar bersama. “Ke jembatan Erasmus, lihat sunset terus kita makan malam di kafe dekat sana. Setelah itu baru aku anter pulang sekalian kita ngerjain tugas yang tadi, gimana?”“Oh, oke boleh. Aku juga tadi yang nggak aku ngerti mau aku tanyain ke kamu.”“Oke.”Mereka berjalan bersisian sambil terus mengobrol, membicarakan hal-hal remeh. Sepanjang perjalanan, Gavin terus menatap Rana saat Rana bicara.“Kenapa dilihatin terus sih?” tanya Rana dengan pipi memerah.“Kamu cantik kalau lagi ngomong,” ucap Gavin tanpa canggung.Kalimat itu jelas membuat pipi Rana semakin memerah. “Apanya sih yang cantik? Sama aja.”“Cantik, beneran.” Gavin mengulurkan tangannya yang bebas, menyingkirkan rambut Rana ke belakang telinga. “Mata kamu tuh berbinar-binar kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 56. Ketahuan

    “Mas Zayyan!” Rana berseru marah, melotot pada Zayyan yang kini terengah.Rana melangkah ke hadapan Gavin, melindungi tubuh kekasihnya sebelum Zayyan melayangkan tinju lain.“Apa-apaan kamu, Mas?!” Rana menghardik galak.“Minggir, Ran.” Zayyan mendesis tajam, tatapannya terkunci pada Gavin yang mengusap pipi.“Enggak!” Rana bersikeras. “Apa maksud kamu mukul orang sembarangan begitu? Salah apa Gavin sama kamu, Mas?!”Tatapan Zayyan akhirnya beralih pada wajah Rana, dan sorot tajam itu langsung melunak. “Kamu tanya apa salah Gavin?”“Iya. Nggak ada orang yang berhak dipukul begitu, Mas!”Zayyan mengambil satu langkah mendekati Rana. Tatapannya turun ke bibir Rana yang tadi dicium oleh Gavin.Tangan Zayyan menyentuh pipi Rana lembut, jempolnya membelai bibir ranum itu. “Kesalahannya adalah karena dia menciummu, Ran,” lirihnya dengan suara serak.Rana bisa melihat sorot terluka dan amarah yang bercampur menjadi satu dalam manik mata Zayyan. Tapi ia tak mau peduli lagi dengan hal itu. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 57. Apa Kamu Masih Mencintainya?

    “Mas Zayyan.” Akhirnya nama itu keluar dari bibir Rana.“Zayyan?” Gavin mendesis marah.Rana menelan ludah, mengangguk patah-patah. “Dia sudah rutin mengirim bunga itu sejak sebelum kita pacaran, Vin. Ini bukan aku selingkuh dari kamu, tapi dia sudah terlanjur melakukannya sejak sebelum kita pacaran.”“Tapi kamu kan bisa menghentikannya, Ran? Kenapa nggak kamu hentikan, hah?!” Gavin terlihat mengetatkan rahang. Ia marah sekali.“Aku cuma belum nemu waktu yang tepat buat bilang sama dia.”“Waktu dia ke sini, kenapa kamu nggak bilang apa-apa? Kamu bisa mengatakan padanya buat berhenti mengirim bunga waktu itu. Waktunya juga tepat banget, kita baru jadian, jadi harusnya kamu bilang waktu itu sama dia. Kenapa kamu nggak bilang, Rana?!” Gavin memukul tembok di samping kepala Rana, membuat Rana berjengit kaget dan menatap Gavin ketakutan.Wajah Gavin memerah karena amarah, tatapannya menggelap dengan aura menyeramkan.Rana jadi menciut takut. “Waktu itu … aku nggak kepikiran itu karena aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 78. Lamaran

    Setelah kejadian pelecehan itu, Rana merasa terguncang. Meski Zayyan sudah datang tepat waktu untuk menghentikan Bagus, bayangan kejadian itu masih menghantuinya. Sejak mereka kembali ke Jakarta, Rana menjadi lebih pendiam. Ia tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang berubah.Zayyan menyadari itu. Ia tahu Rana adalah perempuan yang kuat, tapi kali ini, ia ingin memastikan Rana tidak perlu menghadapi segalanya sendirian.Malam itu, mereka duduk di balkon apartemen Zayyan seperti biasa. Angin malam berembus lembut, tapi keheningan di antara mereka terasa berat.“Rana...” Zayyan membuka percakapan, suaranya lembut tapi serius.Rana menoleh, menatapnya dengan mata lelah. “Ya?”Zayyan menggenggam tangannya, mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya. “Aku tahu kamu bilang kamu baik-baik saja, tapi aku bisa lihat kalau kamu masih kepikiran soal Pak Bagus.”Rana menghela napas panjang. “Aku berusaha untuk nggak memikirkannya, Mas. Tapi jujur... aku

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 77. Pelecehan

    “Akhirnya kamu ikut, Ran?” Bagus menyapa Rana saat sesi pertama workshop yang dilaksanakan Fakultas Bisnis dan Ekonomi UGN baru saja selesai.“Iya, Pak.” Rana tersenyum pada Bagus. “Nggak enak masa anak baru kayak saya udah nggak ikut workshop aja.”Bagus mengangguk-angguk dan mendekati Rana ketika para dosen beranjak keluar ruangan untuk menikmati kopi dan camilan yang sudah disediakan. Rana masih berdiri di dekat mejanya di dalam hall tempat sesi pertama workshop berlangsung tadi.Bagus berdiri sangat dekat, membuat Rana merasa agak tidak nyaman. “Betul sekali, sebaiknya jangan mengabaikan acara fakultas. Dan saya juga ingin mengapresiasi, presentasi Anda tadi itu luar biasa. Anda benar-benar membuat fakultas kita bangga.”Rana tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak. Itu hasil kerja tim, kok.”Bagus tertawa kecil. “Jangan terlalu rendah hati. Saya yakin, kalau Anda terus seperti ini, Anda akan melangkah jauh di dunia akademik.”“Terima kasih, Pak,” jawab Rana singkat, mencoba mengakhir

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 76. Ciuman Pertama Zayyan-Rana

    Aula kecil di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGN dipenuhi oleh mahasiswa yang antusias. Seminar hari itu bertajuk "Mewujudkan Mimpi dengan Beasiswa: Tips Menjadi Awardee LPDP dan Erasmus Mundus". Di panel pembicara ada Rana sebagai awardee Erasmus Mundus, duduk berdampingan dengan Zayyan yang pernah menjadi awardee LPDP.Ya, Rana akhirnya menerima undangan itu. Ia senang berbagi pengalamannya menjadi penerima beasiswa Erasmus Mundus, salah satu beasiswa paling bergengsi bagi calon mahasiswa magister khususnya di perguruan tinggi yang ada di Eropa.Rana terlihat anggun dengan blazer biru, menatap audiens dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Zayyan menyambut mahasiswa dengan gaya santai namun berwibawa.“Semua orang punya mimpi besar.” Zayyan membuka seminar dengan suara lantang. “Dan beasiswa seperti LPDP dan Erasmus adalah salah satu jembatan untuk mewujudkan mimpi itu. Hari ini, saya dan Bu Rana akan berbagi pengalaman kami agar kalian juga bisa meraihnya.”Giliran pertama adalah

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 75. Fitnah

    “Asha?” Rana mengernyit. “Jadi ini gara-gara laporan Bu Asha?”“Jangan bicara seolah-olah Asha memfitnah kamu, Rana.” Lia menegur dengan nada tajam.Rana menarik nafas dalam. Ia tak boleh gegabah menjawab karena sebagai orang baru di lingkungan kerja ini, pasti orang-orang akan lebih mendukung Asha daripada dirinya.“Baik. Karena Bu Lia sudah mendengar cerita itu dari sudut pandang Bu Asha, sekarang biar saya menceritakan dari sudut pandang saya.”Lia menatap Rana skeptis, tapi ia mengangguk dan mempersilakan. “Coba ceritakan versi kamu.”Rana menarik nafas dalam dan mulai menceritakan kejadian siang itu. “Waktu itu memang Bu Asha meminta bergabung ke meja saya. Saya memang meninggalkan beliau sendiri dan memilih untuk makan di kantor saja. Tapi apa Bu Lia tahu apa alasan saya melakukan itu?”Lia mengernyit dan menggeleng. “Memangnya kenapa?”“Pertama, pasti Bu Lia pernah dengan soal perceraian Pak Zayyan dengan seorang mahasiswi di sini. Mahasiswi itu adalah saya.”Lia terkesiap mend

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 74. Hanya Kamu dan Aku

    “Kenapa nggak jadi makan di kantin?” tanya Zayyan sambil menjajari langkah Rana yang keluar dari kantin. Ia sudah meminta pada salah satu pekerja di kantin untuk membawakan makanan mereka ke kantor.“Kamu nggak lihat, Asha duduk sama kita tuh.” Rana menyahut ketus.Zayyan melirik meja tempat mereka duduk tadi dan merengut kesal mendapati Asha masih di sana. “Dia kenapa nggak kapok, ya? Masa nggak malu sama statusnya sebagai dosen?”Rana menghela nafas kasar. “Aku nggak pengen jahat sama dia, tapi dia bikin aku pengen berbuat jahat.”Zayyan bisa merasakan kekesalan di hati Rana, maka ia menggenggam tangan Rana setelah memastikan tak ada yang melihat mereka. “Kalau dia udah kelewat batas, aku nggak akan menghalangi kamu kalau kamu mau balas dendam sama dia. Aku aja heran kamu nggak memproses rekaman audio yang aku kirim ke kamu.”“Soal itu ….” Rana membalas genggaman tangan Zayyan. “Sebenarnya setelah urusan sama Gavin beres, aku udah mau memprosesnya. Tapi setelah aku tahu dari kamu ka

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 73. Hari Pertama Jadi Dosen

    Rana berjalan ke ruang kelas besar dengan deretan kursi yang sudah dipenuhi mahasiswa. Beberapa mahasiswa menoleh penasaran, mungkin terkejut melihat dosen yang masih muda.Rana berdiri di depan podium, mengatur napas, lalu memulai dengan senyuman.“Selamat pagi, semuanya. Saya Rana Rafika, dosen baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini kita akan membahas Global Economic Trends. Sebelum itu, saya ingin kita saling mengenal lebih dulu. Bagaimana kalau kalian perkenalkan diri satu per satu?”Mahasiswa mulai memperkenalkan diri, dan suasana perlahan mencair. Rana mulai merasa lebih percaya diri. Ia kemudian memaparkan materi menggunakan slide presentasi yang sudah ia siapkan semalaman.“Kalian pasti pernah mendengar istilah digital economy, bukan? Bisa seseorang beri contoh nyata yang kalian lihat di kehidupan sehari-hari?” tanyanya memancing diskusi.Seorang mahasiswa mengangkat tangan. “Fintech, Bu, seperti Gopay atau OVO.”“Bagus! Itu contoh yang tepat,” Rana menjawab dengan antu

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 72. Menjadi Pemeran Antagonis

    Rana benar-benar mengajukan lamaran sebagai dosen di Universitas Global Nusantara, universitas tempat kuliahnya dulu. Dan hari ini, adalah hari pertamanya bekerja.“Sudah siap ngajar hari pertama?” goda Zayyan saat mereka berjalan beriringan menuju ruang dosen.“Siap dong.” Rana menyengir. Ia senang karena hubungannya dengan Zayyan sejauh ini baik-baik saja.Tapi dengan melamar sebagai dosen di UGN, Rana pasti akan bertemu dengan Asha lagi. Dan ia lebih berdebar akan pertemuan pertama mereka itu daripada hari pertamanya mengajar.“Soal kita gimana, Ran?” tanya Zayyan tiba-tiba. Mereka sudah semakin dekat dengan ruang dosen.“Maksudnya?” Rana mengernyit bingung.“Kita mau terang-terangan soal hubungan kita di depan dosen lain atau backstreet?”“Ah, itu ….” Rana terdiam. Sesungguhnya ia tidak memikirkan soal itu. “Menurut kamu gimana, Mas?”“Nggak ada aturan tertentu soal itu sih di kampus kita, jadi menurutku nggak masalah. Tapi aku bakal berusaha nggak terlalu PDA kalau di kampus.” Za

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 71. Melamar Jadi Dosen?

    “Tiya!” Rana berseru riang saat melihat sahabat yang sudah dua tahun tidak ia temui itu masuk ke dalam kafe.Hari ketiga Rana kembali ke Indonesia, ia segera menghubungi Tiya untuk bertemu. Hari pertama dan kedua Rana habiskan untuk keluarga.“Rana!” Tiya balas berseru, berlari kecil ke arah meja Rana dan mereka berpelukan. “Duh, kangen banget!”“Kangen juga.” Rana membalas pelukan itu tak kalah erat. “Kamu apa kabar?” tanyanya setelah pelukan mereka terlepas.Tiya duduk di hadapan Rana, tersenyum lebar. Setelah dua tahun, gadis itu masih terlihat sama seperti sebelumnya. Hanya saja ia tampak sedikit lebih kurus.“Baik dong. Coba tebak sekarang aku kerja di mana?” Kedua mata Tiya berbinar jahil.Rana tertawa, ia rindu dengan ekspresi Tiya itu. Melihat langsung seperti ini rasanya jelas berbeda dengan melihat lewat layar ponsel.“Di mana?” Rana balas bertanya.“Di kampus kita dulu.” Tiya menjawab dengan wajah berbinar senang. “Aku jadi staf aja sih, belum jadi dosen. Lagi ambil S2 di f

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 70. Restu Jagat

    Rana dan Zayyan akhirnya tiba di rumah orang tua Rana satu jam kemudian. Ambar langsung menyambut dengan sumringah.“Selamat datang, Nak! Akhirnya sampai juga. Ayo masuk,” kata Ambar, memeluk Rana erat sebelum mengalihkan pandangan pada Zayyan. “Oh, Zayyan juga. Ayo masuk.”Zayyan membungkuk hormat dan tersenyum. “Terima kasih, Tante.”“Rana!” Anya, istri Arga keluar dari ruang tengah dengan perut membuncit hamil.“Kak, kamu hamil?” Kedua mata Rana membulat dan segera menyambut pelukan kakak iparnya itu.Anya tertawa dan mengangguk. “Iya, udah tujuh bulan.”“Aduh, aku mau punya ponakan.” Rana mengelus perut kakak iparnya penuh haru. “Kak Arga mana?” tanyanya setelah tak mendapati kakaknya di mana pun.“Lagi di belakang. Ayo ke belakang,” ajak Ambar kemudian. “Kopermu taruh di ruang tengah aja dulu.”Rana mengangguk dan meletakkan kopernya di ruang tengah. Lalu mereka segera menuju halaman belakang rumah.Begitu tiba di sana, rupanya Arga dan Jagat sedang menyiapkan pesta barbeque untu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status