Home / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 38. Mencari Petunjuk

Share

Bab 38. Mencari Petunjuk

last update Last Updated: 2024-11-30 11:00:52

Zayyan sedih, kecewa, marah saat mengetahui ternyata Rana tidak pulang bahkan di hari pernikahan Arga. Dan yang lebih membuatnya kecewa adalah karena keluarga Rana masih menolak untuk memberitahunya soal keberadaan Rana.

“Wisuda,” gumam Zayyan tiba-tiba. Ia sedang duduk bersandar di sofa ruang tengah apartemennya, menyelami perasaan dan pikirannya sendiri.

“Benar. Aku mungkin bisa bertemu dengannya saat dia wisuda.” Sebuah senyum tipis terbit di bibir Zayyan, begitu juga dengan harapan baru.

“Rana tidak akan pulang minimal sampai tahun depan.”

Kalimat Ambar kembali terngiang di telinga Zayyan. Pria itu menggeleng keras kepala.

“Nggak mungkin dia nggak datang wisuda. Wisuda it

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 39. Kabar Duka

    Zayyan membuat tracer study palsu dan menyebarkannya ke angkatan Rana. Tidak ada yang curiga sama sekali karena hal tersebut memang lumrah terjadi.Hanya saja, seharusnya tracer study baru disebarkan setelah beberapa bulan sampai setahun mahasiswa angkatan tertentu lulus dari kampus.Tapi siapa peduli? Mereka hanya diminta mengisi survey. Dan jika survey itu datang dari seorang dosen, mahasiswa pasti akan patuh mengisi meski mereka sudah menjadi alumni.Akhir pekan, satu minggu setelah Zayyan menyebarkan survey tracer study, ia duduk di kafe tempat ia bertemu

    Last Updated : 2024-12-01
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 40. Bertemu Kembali

    “Selamat datang!” Rana menyambut Gavin yang hari ini tiba di Rotterdam.Gavin tersenyum lebar kemudian berhambur memeluk Rana. “Ah, akhirnya ketemu kamu lagi, Ran.”Rana membalas pelukan itu tak kalah erat, tersenyum lebar. “Tiya gimana?” tanyanya setelah melepas pelukan.“Dia pengen ikut, tapi jelas nggak bisa kan dia belum selesai skripsinya. Kayaknya dia ikut wisuda bulan Juni deh.”Rana mengangguk-angguk. “Kasihan juga dia dapet dosen pembimbing yang super sibuk.”“Hei, kalian, jangan pacaran melulu. Ayo sini!” Suara seorang wanita tiba-tiba menginterupsi mereka.Wajah keduanya memerah saat mendengar ditud

    Last Updated : 2024-12-02
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 41. Selamat Pagi, Ran

    “Rana, tunggu!” Zayyan berlari mengejar Rana yang berjalan cepat meninggalkan rumah Ara.Rana pura-pura tak mendengar suara Zayyan dan terus berjalan.Tak mau menyerah, Zayyan terus berlari hingga ia berjalan di samping Rana. Sungguh, ia ingin menggenggam tangannya. Tapi ia tahu mungkin Rana tidak akan suka. Jadi sementara ini ia hanya akan berjalan di sampingnya saja.“Kamu tinggal di mana?” tanya Zayyan sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Rana.Satu detik, dua detik, tiga detik setelah pertanyaan Zayyan mengudara, barulah Rana menghela nafas.“Nggak jauh dari sini,” jawab Rana tanpa menoleh.“Ini sudah malem, aku antar sampai ke

    Last Updated : 2024-12-03
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 42. Sarapan Bersama

    “Ini buat kamu,” ucap Zayyan sambil menyodorkan buket bunga mawar merah.Rana tertegun. Tapi ia reflek menerima buket itu. “Makasih. Padahal nggak perlu repot-repot kayak gini.”“Nggak apa-apa. Aku yang mau, Ran.” Zayyan tersenyum melihat Rana mengendus buket bunga yang ia berikan. “Kamu udah siap?”“Eh, siap apa?”“Kita kan mau sarapan bareng. Kamu lupa?”“Jadi … itu betulan?”Zayyan mengangguk mantap. “Ayo. Aku tadi lihat ada kafe yang sudah buka.”“Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu.”

    Last Updated : 2024-12-04
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 43. Ajakan Kencan Gavin

    Kalimat Zayyan terus terngiang di benak Rana. Seluruh pengakuan Zayyan, penipuan Asha yang membuat Zayyan terpuruk, hingga harapan Zayyan yang ingin Rana kembali, terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.Ia bahkan tak bisa konsentrasi belajar sama sekali. Wajah Zayyan yang marah ketika menceritakan soal Asha, sedih ketika mengingat perpisahan mereka, dan bahkan penuh harap ketika Zayyan mengatakan ingin Rana kembali, terus memenuhi kepala Rana.“Nggak bisa gini,” gumam Rana sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. “Dia di sini seminggu dan aku nggak tahu harus ngadepin dia gimana.”Ya, Zayyan sudah mengatakan pada Rana bahwa ia sengaja menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya untuk bertemu Rana. Hanya untuk menjelaskan semua kesalahpahaman dan mengatakan niatnya untuk mengejar Rana.

    Last Updated : 2024-12-05
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 44. Zayyan Bucin?

    “Bukan urusanmu.” Gavin menyahut ketus.Zayyan tampak semakin mengetatkan rahangnya. “Baru pindah ke Rotterdam sehari kamu sudah nggak sopan, Gavin?”Sebelah alis Gavin terangkat, menantang. “Kalau di kampus aku menghormatimu sebagai dosen, tapi sekarang kita sama-sama warga sipil. Jadi kedudukan kita setara.”Rana tak menyangka bahwa Gavin akan menanggapi Zayyan seperti itu. Karena Zayyan jelas tak suka dengan cara Gavin bicara padanya.Zayyan terlihat maju selangkah, berdiri menjulang di hadapan Gavin. Tatapannya berubah tajam dan dingin.“Kedudukan kita memang setara, tapi bukan berarti kamu boleh menanggalkan sopan santunmu pada orang yang lebih tua.”

    Last Updated : 2024-12-06
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 45. Karena Aku Mencintaimu

    Sekuat apapun Rana berusaha melupakannya, kalimat Zayyan terus terngiang-ngiang di benaknya.“Aku nggak akan pernah menyentuh perempuan lain selain kamu, itu pun kalau kamu izinkan.”Wajah Rana memerah seketika.“Kamu kenapa, Ran?” tanya Gavin saat melihat Rana memeluk tubuhnya sendiri. “Kedinginan?”“Eh, enggak.” Rana buru-buru menggeleng, tapi ia mendekap tubuhnya semakin erat.Gavin tersenyum dan mengambil tangan Rana, menggenggamnya erat. “Tanganku hangat kan?”Rana menatap tangan Gavin yang menyelimuti tangannya, kemudian mengangguk. “Iya, hangat.”Tapi jauh di lubuk hati Rana, ia penasaran bagaimana rasanya jika Zayyan yang menggenggam tangannya. Sejak Zayyan mengalami amnesia setahun lalu, mereka tak pernah melakukan kontak fisik romantis apalagi intim.Gavin menarik tangan Rana, membuat lamunan Rana buyar seketika.“Kita mau ke mana?” tanya Rana bingung.“Ayo kita lihat pake teropong it

    Last Updated : 2024-12-07
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 46. Ketika Zayyan Cemburu

    Sebelum bibir mereka bersentuhan, tubuh Rana tiba-tiba ditarik ke belakang oleh seseorang. Membuat Rana memekik kaget saat punggungnya membentur dada bidang seseorang.Ia mendongak, mendapati Zayyan sudah menatap Gavin tajam dan mencengkram bahu Rana erat.“Lepaskan dia,” desis Gavin kesal.“Kalau aku nggak mau?” tantang Zayyan. Kali ini tangan Zayyan yang di pundak Rana berpindah ke pinggang, memeluknya erat.Nafas Rana tertahan seketika. Ia bisa merasakan kupu-kupu yang semakin banyak menggelitik perutnya. Membuat wajahnya merona dan ia kesulitan berkata-kata.“Lepaskan!” Gavin tampak semakin tak sabar.“Kamu pacarnya?” Zayyan masih memasang tampang tak acuh, tapi tatapannya jelas menyiratkan kecemburuan. “Bukan kan? Jadi kamu nggak berhak menyuruhku melepaskan tanganku darinya.”“Tapi kamu juga bukan siapa-siapa Rana.”Rahang Zayyan mengetat. Ia benci mengetahui fakta bahwa Rana bukan miliknya. Dan hal itu justru membuat Zayyan semakin mengeratkan

    Last Updated : 2024-12-08

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 100. Persekongkolan

    Gavin berjalan menyusuri pusat perbelanjaan dengan pikiran masih dipenuhi kemarahan. Insiden di taman beberapa hari lalu membuatnya semakin terobsesi dengan Rana. Ia tidak bisa terima kenyataan bahwa perempuan yang dulu hampir ia miliki sekarang hidup bahagia bersama pria lain—dan bahkan sedang mengandung anaknya.Tanpa sadar, langkah kaki Gavin membawanya ke sebuah kafe. Saat ia hendak memesan kopi, seseorang yang tak asing baginya berdiri di antrean yang sama."Asha?" panggilnya dengan ragu.Wanita berambut panjang dengan gaun elegan itu menoleh. Mata cokelatnya membesar saat melihat siapa yang baru saja menyebut namanya."Gavin?" Asha mengerutkan kening. "Kamu ngapain di sini?"Gavin menyeringai. "Aku tinggal di Jakarta sekarang. Jadi... ya, menikmati hidup. Sambil cari pekerjaan yang cocok."Asha menatap pria itu dengan penuh selidik. "Aku dengar kamu baru keluar dari penjara."Gavin tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di baliknya. "Berita menyebar cepat, ya?"Asha menyilangkan t

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 99. Pindah Rumah

    Keesokan harinya, Zayyan tidak menunda lebih lama lagi. Setelah insiden semalam, ia tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di apartemen itu lebih lama. Keamanan apartemen pun tidak cukup untuk melindungi Rana dan bayi mereka dari Gavin yang jelas semakin nekat.“Kita pindah ke rumah orang tuaku,” kata Zayyan tegas saat mereka bersiap untuk berkemas.Rana menatap suaminya dengan ragu. “Tapi rumah itu kan sudah lama kosong, Mas. Apa nggak terlalu berisiko?”“Aku sudah menghubungi orang untuk membersihkannya sejak tadi pagi. Kita bisa langsung pindah besok.” Zayyan meraih tangan Rana dan menggenggamnya erat. “Di sana lebih aman, Sayang. Lingkungannya lebih tenang, lebih privat, dan nggak ada orang asing yang bisa masuk begitu saja.”Rana menggigit bibirnya. Jujur, ia memang masih merasa trauma. Gavin semakin gila, dan ia tak ingin terus hidup dalam ketakutan. “Baiklah… Kita pindah.”Maka pagi itu, setelah sarapan bersama, Rana dan Zayyan mulai membereskan barang-barang mereka untuk pindaha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 98. Teror Mengerikan

    Keesokan paginya, Rana dan Zayyan duduk di ruang tamu dengan secangkir kopi yang sudah mendingin. Mata mereka sembab karena kurang tidur. Petugas keamanan apartemen datang setelah Zayyan melapor, tapi seperti dugaan, Gavin sudah kabur sebelum bisa tertangkap. Tidak ada CCTV yang mengarah langsung ke balkon mereka, jadi tidak ada bukti konkret yang bisa diberikan ke polisi.“Aku nggak akan biarkan dia terus-terusan mengancammu.” Zayyan mengusap wajahnya dengan frustasi. “Aku akan urus ini. Kita harus keluar dari apartemen ini.”Rana menatap suaminya, hatinya berdebar. “Kita pindah?”Zayyan mengangguk. “Aku nggak bisa tidur dengan tenang kalau tahu bajingan itu ada di dekat kita.”Rana menghela napas panjang, lalu mengangguk setuju. “Baiklah. Aku juga nggak mau terus-terusan merasa takut.”Namun, sebelum mereka sempat membahas lebih lanjut, suara ketukan keras di pintu mengejutkan mereka. Zayyan segera bangkit dan berjalan ke arah pintu. Ia mengintip melalui lubang pintu dan wajahnya la

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 97. Ancaman Serius

    Rana masih duduk di meja makan, mencoba menenangkan perutnya yang masih sedikit mual. Ia tak menyadari bahwa seseorang tadi menguping dari luar.Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Zayyan masuk dengan kantong belanja di tangannya."Kamu baik-baik aja?" tanyanya begitu melihat wajah pucat Rana.Rana tersenyum lemah. "Barusan mual lagi, tapi sekarang udah mendingan."Zayyan langsung mendekat, menaruh belanjaannya sembarangan di atas meja, lalu berjongkok di depan Rana. Tangannya terulur, mengusap perut istrinya dengan penuh kasih. "Harusnya aku nggak ninggalin kamu sendirian tadi."Rana terkekeh. "Hei, aku baik-baik aja, kok. Jangan terlalu khawatir."Tapi Zayyan tetap menatapnya dengan serius. "Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, langsung kasih tahu aku, ya?"Rana mengangguk dan menenangkan suaminya dengan kecupan di pipi. Mereka berdua tidak menyadari bahwa di unit apartemen seberang, seseorang sedang tersenyum miring sambil mengaduk kopi di hadapannya.***Beberapa Ha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 96. Perkelahian di Taman

    Hari Minggu. Rana menikmati udara pagi yang segar sambil berjalan santai di taman dekat apartemen mereka. Sesekali ia memperhatikan Zayyan yang sedang joging, bergerak semakin jauh meninggalkannya. Sesekali juga, Zayyan menoleh ke belakang, memastikan sang istri baik-baik saja. Ia melambaikan tangan, yang dibalas lambaian tangan pula oleh Rana. Plus senyum manis terbaik. Rana terus berjalan santai, hatinya terasa hangat dan penuh. Dan tepat ketika ia hendak berbelok menuju jalur yang lebih teduh, suara yang sangat tidak ingin ia dengar tiba-tiba menyapa. "Pagi yang indah, kan?" Rana menegang seketika. Ia menoleh dan mendapati Gavin berjalan santai di sampingnya, senyuman licik tersungging di wajahnya. "Apa maumu, Gavin?" Rana mempercepat langkah, berharap bisa segera menyusul Zayyan. "Tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol. Masa nggak boleh? Kita dulu pernah dekat, kan?" Gavin tetap mengikuti langkahnya, membuat Rana semakin gelisah. "Kita nggak pernah dekat," sahut Rana tajam. "T

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 95. Rana Pingsan

    Satu bulan kemudian. Rana sedang menjelaskan materi di depan kelas ketika kepalanya tiba-tiba terasa berat. Pandangannya sedikit berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Ia berusaha tetap fokus, tetapi rasa pusing yang semakin menjadi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. "Baik, untuk pertemuan hari ini cukup sampai di sini dulu. Saya ingin kalian membuat ringkasan dari materi kita hari ini dan dikumpulkan minggu depan," ucapnya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyamannya. Mahasiswa tampak bingung karena kelas berakhir lebih cepat dari biasanya, tetapi mereka tidak banyak bertanya dan mulai merapikan barang mereka. Rana menghela napas, berharap rasa pusingnya berkurang setelah ia duduk sebentar di kursinya. Namun, baru saja ia melangkah keluar dari ruang kelas, tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Dunia di sekelilingnya terasa berputar, dan dalam hitungan detik, semuanya menjadi gelap. "Bu Rana!" Beberapa mahasiswa yang masih berada di dekatnya langsung bergegas mena

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 94. Aku Mau Punya Anak

    Sesampainya di rumah sakit, Rana dan Zayyan langsung disambut dengan senyuman lelah tapi bahagia dari Anya yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit, menggendong bayi kecilnya yang tertidur pulas. Sementara itu, Arga berdiri di sampingnya, tampak siap siaga meskipun wajahnya terlihat kurang tidur."Selamat ya, Kak!" Rana langsung menghampiri kakak dan kakak iparnya, menatap keponakannya dengan tatapan penuh kagum. "Ya ampun, dia kecil banget... tapi gemesin!"Zayyan ikut mencondongkan tubuhnya untuk melihat bayi itu lebih dekat. "Wah, calon atlet nih, lihat tuh tangannya, kuat banget!"Arga tertawa sambil mengusap kepala putranya. "Iya, pas lahir langsung menggenggam jari aku erat banget. Mungkin dia bakal jadi petinju."Mereka semua tertawa. Rana kemudian duduk di tepi ranjang, mendekati Anya. "Gimana rasanya jadi ibu, Kak?"Anya mendesah lelah, tapi senyum di wajahnya tak pernah pudar. "Luar biasa, capek banget, tapi saat lihat bayi kecil ini, rasanya semua terbayar."Ambar juga

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 93. Kebetulan Tak Terduga

    Setelah memastikan bahwa Anya mendapatkan perawatan yang baik di rumah sakit, Rana dan Zayyan akhirnya berpamitan kepada keluarga. Mereka masih lelah setelah perjalanan panjang dari Lombok, dan tubuh mereka menuntut istirahat.Dalam perjalanan pulang, Rana menyandarkan kepalanya di bahu Zayyan. “Hari yang panjang, ya, Mas?” gumamnya lelah.Zayyan tersenyum kecil, mengusap punggungnya dengan lembut. “Banget. Tapi senang juga, sih. Nggak nyangka kita pulang-pulang langsung ada kejadian besar kayak gini.”Begitu sampai di apartemen, mereka langsung berganti pakaian dan bersiap tidur. Rana mengenakan piyama tipis, sementara Zayyan hanya mengenakan celana tidur tanpa kaus. Mereka merebahkan diri di ranjang dengan tubuh yang terasa remuk, tapi hati mereka terasa penuh.Rana menatap langit-langit sambil menghela napas lega. “Kira-kira kita kapan ya, kayak Kak Anya?”Zayyan yang tadinya hampir terlelap langsung membuka mata dan menoleh ke Rana. “Maksudnya?”Rana memutar tubuhnya, berbaring mi

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 92. Pulang

    Malam harinya, Zayyan sengaja mengajak Rana untuk makan malam di luar agar suasana hati Rana membaik setelah kejadian saat snorkeling tadi.Sepasang pengantin baru itu berjalan beriringan menuju restoran tepi pantai yang dipesan Zayyan. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma laut dan suara deburan ombak yang menenangkan. Rana menggenggam tangan Zayyan erat, merasa lebih tenang setelah kejadian tadi siang.Namun, ketenangan itu langsung buyar ketika mereka baru saja memasuki restoran.Di sudut ruangan, duduk seorang pria yang tak asing lagi—Gavin.Mata Rana dan Gavin bertemu sejenak. Senyum licik tersungging di wajah pria itu, seolah kejadian siang tadi tidak pernah terjadi.Zayyan langsung menggenggam tangan Rana lebih erat. “Kita pergi dari sini,” bisiknya, sudah bersiap untuk membatalkan reservasi.Rana menelan ludah, menatap wajah suaminya yang terlihat penuh kekhawatiran. Ia tahu Zayyan hanya ingin melindunginya, tapi kali ini… ia tidak ingin lari.“Tidak.” Rana menarik napas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status