Beranda / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 15. Beri Aku Kesempatan

Share

Bab 15. Beri Aku Kesempatan

Penulis: hasfindafmufid
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 11:00:19

“Rana?” Zayyan mematung di tempatnya berdiri begitu melihat Rana ada di apartemennya.

Ia nyaris tak bisa berkata-kata saking bahagianya. Namun begitu menyadari apa yang Rana lakukan, dada Zayyan mendadak terasa seperti ditusuk sembilu.

Rana sedang mengemasi barang-barangnya. Ada dua pria yang keluar masuk apartemen Zayyan sejak tadi. Mereka adalah dari agen pindah rumah yang dipanggil Rana untuk membantunya.

“Rana, apa-apaan ini?” Zayyan berusaha menghentikan Rana yang sedang mengangkat kardus.

Rana tak menggubris dan terus berjalan. Bahkan sama sekali tak melihat ke arah Zayyan.

“Rana, tunggu!” Zayyan meraih pergelangan tangan Rana, yang justru membuat kardus di tangan Rana jatuh dan barang-barang di dalamnya berserakan.

Rana melemparkan tatapan tajam, kemudian menunduk dan memungut barang-barangnya sendiri tanpa bicara.

Melihat itu, Zayyan jadi merasa bersalah dan membantu Rana.

Namun baru saja Zayyan ingin me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 16. Ini Semua Salahmu!

    “Kenapa Rana tidak datang?” Zayyan mencegah kuasa hukum Rana setelah sidang ditutup. “Karena klien kami sudah mantap bercerai.” Pria itu menjawab mantap. “Tapi… kenapa?” Zayyan masih terlihat kebingungan. Ia tak menyangka Rana benar-benar mantap bercerai dengannya. Kuasa hukum Rana menatap Zayyan lekat, tatapannya seolah merendahkan. “Harusnya Anda tanyakan itu pada diri Anda sendiri. Saya sebagai laki-laki saja tidak habis pikir dengan kelakukan Anda.” Kernyitan di dahi Zayyan tampak semakin kentara. “Apa maksudnya?” Pria itu mengeluarkan sebuah dokumen yang berisi foto-foto Zayyan dan Asha di kamar penginapan itu. “Ini yang membuat Rana mantap bercerai.” Zayyan membeku di tempat, tangannya bergetar menerima dokumen itu. “Dari mana kamu mendapatkan ini?” “Itu tidak penting. Tapi keaslian foto-foto ini sudah dikonfirmasi, Anda tidak bisa mengelak,” kata sang kuasa hukum dingin. “Saya permisi.” Tanpa menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 17. Resmi Bercerai

    Berminggu-minggu penuh Zayyan habiskan untuk berusaha berbicara pada Rana. Tapi hasilnya nihil. Bahkan meski Zayyan berusaha menemui Rana setelah mengajar di kampus, Rana seperti langsung menghilang ditelan bumi.Rana menutup seluruh akses, seolah benar-benar ingin menghapus Zayyan dari hidupnya.Zayyan frustasi dibuatnya. Tubuhnya semakin kurus dan kusut, ia seperti kehilangan separuh jiwanya.Dan penampilan pria itu semakin berantakan saat surat pemanggilan untuk sidang perceraian lanjutan tiba di mejanya. Meski begitu, di sisi lain ia berharap sidang ini bisa mempertemukan Zayyan dengan Rana. Setidaknya ia bisa membujuk Rana di sidang terakhir ini.Namun sayang seribu sayang, Rana tetap tidak hadir pada sidang lanjutan dan mengirim kuasa hukumnya untuk mewakili dirinya.“Kenapa Rana tidak datang?” tanya Zayyan lesu, nyaris memelas saat kuasa hukum Rana masuk ruang sidang seorang diri.“Dia sudah mantap bercerai. Semua bukti ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 18. Hancur

    Hidup Zayyan rasanya hancur berkeping-keping. Dulu ia mengira bahwa Rana yang menghancurkan hidupnya yang sempurna, tapi ternyata justru Asha-lah yang telah menghancurkan hidup yang ia tata dengan begitu baik.“Nggak mungkin. Kamu pasti bohong!” Zayyan berdiri, mundur beberapa langkah, menatap Asha ngeri.“Mas, buat apa aku bohong?” Air mata Asha membanjir sudah. “Kamu pikir aku mau begini? Kamu pikir aku mau hamil di luar nikah begini? Aku juga nggak mau, Mas. Jadi tolong, jangan tuduh aku berbohong. Karena aku nggak bohong.”“Ya Tuhan.” Zayyan terduduk di lantai, menutup wajahnya dengan kedua tangan.Asha segera menghampiri Zayyan, berjongkok di hadapan pria itu. “Mas, tolong jangan kelihatan tertekan begini. Ayo kita hadapi sama-sama, Mas.”Zayyan menggeleng. “Kenapa bisa jadi begini?” keluhnya frustasi. Hidupnya benar-benar berantakan sekarang.“Mas, jangan bingung. Semuanya sudah terjadi, kita hanya perlu segera menikah kare

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 19. Aku Harus Pergi

    “Sudah selesai, Mas.” Asha memberitahu saat Zayyan datang ke rumah sakit. “Kamu terlambat. Aku sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu.”“Apa?” Zayyan tampak tak terima.“Aku sudah bilang, jam periksanya jam sebelas, kamu malah baru datang jam 12. Ya jelas terlambat.” Asha berdiri, menghela nafas pelan. “Tapi aku sudah tanya soal tes DNA, katanya baru bisa dilakukan setelah anaknya lahir.”“Masa sih?” Zayyan mengernyit.“Iya. Minimal sampe anaknya umur tujuh tahun.” Asha berkata tegas. “Sekarang ayo pulang.”“Hasil USG-nya mana?” tanya Zayyan.“Nanti dikirim. Tadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 20. Cinta Pertama

    “Sibuk banget, Ran?” Arga bersandar di ambang pintu kamar adiknya, menatap Rana yang terlihat sibuk dengan sesuatu di laptop.“Iya, Kak. Ngerjain skripsi nih biar bisa cepet lulus.” Rana menoleh pada Arga sekilas.Arga masuk kamar Rana, duduk di tepi ranjang. “Kenapa pengen cepet-cepet lulus?”“Mau lanjut S2.”“Emang kalau lanjut S2 harus cepet-cepet lulus? Kan lulus kapanpun tetep bisa lanjut S2?”Rana terdiam sejenak, kemudian lanjut mengetik di atas keyboard laptopnya. “Tapi kan lebih cepat lebih baik, Kak.”“Supaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 21. Gavin

    Apartemen Zayyan sudah terlihat jauh lebih rapi sekarang. Si pemilik baru saja keluar dari kamar setelah mandi. Aroma masakan segera memenuhi ruangan.Lagi-lagi, Zayyan tak bisa menahan pikirannya untuk tidak terbang pada masa-masa saat Rana dengan begitu sabar memasak tiap hari untuk Zayyan meski ia tak pernah makan masakan Rana.“Sudah lapar, Mas?” tanya Asha dengan senyum lebar. “Aku masak nasi goreng doang sih, tapi semoga kamu suka, ya?”Zayyan duduk di meja makan, menatap Asha, tapi pikirannya melayang.“Jangan dilihatin begitu dong, Mas,” kata Asha sambil tersenyum malu-malu.Zayyan tertegun, tak sadar bahwa ia sedang menatap Asha. Ia buru-buru mengalihkan tatapannya dan bermain pons

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 22. Cemburu

    Zayyan melambatkan langkah kakinya saat melewati jalan setapak yang memisahkan dua taman. Tatapannya terpaku pada gazebo yang ada di sisi luar taman.Di sana, Rana terlihat sedang mengobrol serius dengan Gavin. Posisi duduk mereka sangat dekat, bahkan wajah mereka hanya terpisah beberapa puluh senti saja.Pemandangan itu membuat dada Zayyan memanas.“Akhir-akhir ini kayaknya mereka makin deket?” gumamnya, sama sekali tak melepaskan tatapannya dari dua manusia itu.Tanpa sadar Zayyan mencengkram tasnya kuat-kuat.“Mas Zayyan!” Asha tiba-tiba sudah datang dan merangkul lengan Zayyan erat.Zayyan tersentak, menoleh pada Asha. “Eh, kamu baru datang?&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 23. Rebutan Rana

    Mungkin Zayyan sudah gila, tapi ia tak bisa menahan diri lagi.Setelah melihat Rana dan Gavin berangkat ke kafe Cerita Sore, Zayyan juga melajukan mobilnya menuju kafe yang sama.Awalnya ia hanya memarkir mobilnya dan menatap ke arah kafe, mengawasi Rana dan Gavin dari jauh.Namun ia terus merasa gelisah karena posisi keduanya tak terlalu terlihat jelas dari posisi mobilnya diparkir. Maka dengan nekat, Zayyan masuk ke dalam kafe. Ia bahkan tak repot-repot menyamar dengan menggunakan topi atau berganti pakaian.Namun karena pengunjung kafe cukup ramai saat sore begini, sepertinya Rana dan Gavin tak memperhatikan kedatangannya.Zayyan mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka karena memang hanya sedikit meja yang kosong. Ia mengeluarkan laptop dari tasnya, berpura-pura sibuk dengan laptopnya sambil sesekali melirik ke arah Gavin dan Rana yang juga sibuk dengan laptop masing-masing.Zayyan menajamkan telinga, tapi ia tetap tak bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 77. Pelecehan

    “Akhirnya kamu ikut, Ran?” Bagus menyapa Rana saat sesi pertama workshop yang dilaksanakan Fakultas Bisnis dan Ekonomi UGN baru saja selesai.“Iya, Pak.” Rana tersenyum pada Bagus. “Nggak enak masa anak baru kayak saya udah nggak ikut workshop aja.”Bagus mengangguk-angguk dan mendekati Rana ketika para dosen beranjak keluar ruangan untuk menikmati kopi dan camilan yang sudah disediakan. Rana masih berdiri di dekat mejanya di dalam hall tempat sesi pertama workshop berlangsung tadi.Bagus berdiri sangat dekat, membuat Rana merasa agak tidak nyaman. “Betul sekali, sebaiknya jangan mengabaikan acara fakultas. Dan saya juga ingin mengapresiasi, presentasi Anda tadi itu luar biasa. Anda benar-benar membuat fakultas kita bangga.”Rana tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak. Itu hasil kerja tim, kok.”Bagus tertawa kecil. “Jangan terlalu rendah hati. Saya yakin, kalau Anda terus seperti ini, Anda akan melangkah jauh di dunia akademik.”“Terima kasih, Pak,” jawab Rana singkat, mencoba mengakhir

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 76. Ciuman Pertama Zayyan-Rana

    Aula kecil di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGN dipenuhi oleh mahasiswa yang antusias. Seminar hari itu bertajuk "Mewujudkan Mimpi dengan Beasiswa: Tips Menjadi Awardee LPDP dan Erasmus Mundus". Di panel pembicara ada Rana sebagai awardee Erasmus Mundus, duduk berdampingan dengan Zayyan yang pernah menjadi awardee LPDP.Ya, Rana akhirnya menerima undangan itu. Ia senang berbagi pengalamannya menjadi penerima beasiswa Erasmus Mundus, salah satu beasiswa paling bergengsi bagi calon mahasiswa magister khususnya di perguruan tinggi yang ada di Eropa.Rana terlihat anggun dengan blazer biru, menatap audiens dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Zayyan menyambut mahasiswa dengan gaya santai namun berwibawa.“Semua orang punya mimpi besar.” Zayyan membuka seminar dengan suara lantang. “Dan beasiswa seperti LPDP dan Erasmus adalah salah satu jembatan untuk mewujudkan mimpi itu. Hari ini, saya dan Bu Rana akan berbagi pengalaman kami agar kalian juga bisa meraihnya.”Giliran pertama adalah

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 75. Fitnah

    “Asha?” Rana mengernyit. “Jadi ini gara-gara laporan Bu Asha?”“Jangan bicara seolah-olah Asha memfitnah kamu, Rana.” Lia menegur dengan nada tajam.Rana menarik nafas dalam. Ia tak boleh gegabah menjawab karena sebagai orang baru di lingkungan kerja ini, pasti orang-orang akan lebih mendukung Asha daripada dirinya.“Baik. Karena Bu Lia sudah mendengar cerita itu dari sudut pandang Bu Asha, sekarang biar saya menceritakan dari sudut pandang saya.”Lia menatap Rana skeptis, tapi ia mengangguk dan mempersilakan. “Coba ceritakan versi kamu.”Rana menarik nafas dalam dan mulai menceritakan kejadian siang itu. “Waktu itu memang Bu Asha meminta bergabung ke meja saya. Saya memang meninggalkan beliau sendiri dan memilih untuk makan di kantor saja. Tapi apa Bu Lia tahu apa alasan saya melakukan itu?”Lia mengernyit dan menggeleng. “Memangnya kenapa?”“Pertama, pasti Bu Lia pernah dengan soal perceraian Pak Zayyan dengan seorang mahasiswi di sini. Mahasiswi itu adalah saya.”Lia terkesiap mend

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 74. Hanya Kamu dan Aku

    “Kenapa nggak jadi makan di kantin?” tanya Zayyan sambil menjajari langkah Rana yang keluar dari kantin. Ia sudah meminta pada salah satu pekerja di kantin untuk membawakan makanan mereka ke kantor.“Kamu nggak lihat, Asha duduk sama kita tuh.” Rana menyahut ketus.Zayyan melirik meja tempat mereka duduk tadi dan merengut kesal mendapati Asha masih di sana. “Dia kenapa nggak kapok, ya? Masa nggak malu sama statusnya sebagai dosen?”Rana menghela nafas kasar. “Aku nggak pengen jahat sama dia, tapi dia bikin aku pengen berbuat jahat.”Zayyan bisa merasakan kekesalan di hati Rana, maka ia menggenggam tangan Rana setelah memastikan tak ada yang melihat mereka. “Kalau dia udah kelewat batas, aku nggak akan menghalangi kamu kalau kamu mau balas dendam sama dia. Aku aja heran kamu nggak memproses rekaman audio yang aku kirim ke kamu.”“Soal itu ….” Rana membalas genggaman tangan Zayyan. “Sebenarnya setelah urusan sama Gavin beres, aku udah mau memprosesnya. Tapi setelah aku tahu dari kamu ka

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 73. Hari Pertama Jadi Dosen

    Rana berjalan ke ruang kelas besar dengan deretan kursi yang sudah dipenuhi mahasiswa. Beberapa mahasiswa menoleh penasaran, mungkin terkejut melihat dosen yang masih muda.Rana berdiri di depan podium, mengatur napas, lalu memulai dengan senyuman.“Selamat pagi, semuanya. Saya Rana Rafika, dosen baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini kita akan membahas Global Economic Trends. Sebelum itu, saya ingin kita saling mengenal lebih dulu. Bagaimana kalau kalian perkenalkan diri satu per satu?”Mahasiswa mulai memperkenalkan diri, dan suasana perlahan mencair. Rana mulai merasa lebih percaya diri. Ia kemudian memaparkan materi menggunakan slide presentasi yang sudah ia siapkan semalaman.“Kalian pasti pernah mendengar istilah digital economy, bukan? Bisa seseorang beri contoh nyata yang kalian lihat di kehidupan sehari-hari?” tanyanya memancing diskusi.Seorang mahasiswa mengangkat tangan. “Fintech, Bu, seperti Gopay atau OVO.”“Bagus! Itu contoh yang tepat,” Rana menjawab dengan antu

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 72. Menjadi Pemeran Antagonis

    Rana benar-benar mengajukan lamaran sebagai dosen di Universitas Global Nusantara, universitas tempat kuliahnya dulu. Dan hari ini, adalah hari pertamanya bekerja.“Sudah siap ngajar hari pertama?” goda Zayyan saat mereka berjalan beriringan menuju ruang dosen.“Siap dong.” Rana menyengir. Ia senang karena hubungannya dengan Zayyan sejauh ini baik-baik saja.Tapi dengan melamar sebagai dosen di UGN, Rana pasti akan bertemu dengan Asha lagi. Dan ia lebih berdebar akan pertemuan pertama mereka itu daripada hari pertamanya mengajar.“Soal kita gimana, Ran?” tanya Zayyan tiba-tiba. Mereka sudah semakin dekat dengan ruang dosen.“Maksudnya?” Rana mengernyit bingung.“Kita mau terang-terangan soal hubungan kita di depan dosen lain atau backstreet?”“Ah, itu ….” Rana terdiam. Sesungguhnya ia tidak memikirkan soal itu. “Menurut kamu gimana, Mas?”“Nggak ada aturan tertentu soal itu sih di kampus kita, jadi menurutku nggak masalah. Tapi aku bakal berusaha nggak terlalu PDA kalau di kampus.” Za

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 71. Melamar Jadi Dosen?

    “Tiya!” Rana berseru riang saat melihat sahabat yang sudah dua tahun tidak ia temui itu masuk ke dalam kafe.Hari ketiga Rana kembali ke Indonesia, ia segera menghubungi Tiya untuk bertemu. Hari pertama dan kedua Rana habiskan untuk keluarga.“Rana!” Tiya balas berseru, berlari kecil ke arah meja Rana dan mereka berpelukan. “Duh, kangen banget!”“Kangen juga.” Rana membalas pelukan itu tak kalah erat. “Kamu apa kabar?” tanyanya setelah pelukan mereka terlepas.Tiya duduk di hadapan Rana, tersenyum lebar. Setelah dua tahun, gadis itu masih terlihat sama seperti sebelumnya. Hanya saja ia tampak sedikit lebih kurus.“Baik dong. Coba tebak sekarang aku kerja di mana?” Kedua mata Tiya berbinar jahil.Rana tertawa, ia rindu dengan ekspresi Tiya itu. Melihat langsung seperti ini rasanya jelas berbeda dengan melihat lewat layar ponsel.“Di mana?” Rana balas bertanya.“Di kampus kita dulu.” Tiya menjawab dengan wajah berbinar senang. “Aku jadi staf aja sih, belum jadi dosen. Lagi ambil S2 di f

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 70. Restu Jagat

    Rana dan Zayyan akhirnya tiba di rumah orang tua Rana satu jam kemudian. Ambar langsung menyambut dengan sumringah.“Selamat datang, Nak! Akhirnya sampai juga. Ayo masuk,” kata Ambar, memeluk Rana erat sebelum mengalihkan pandangan pada Zayyan. “Oh, Zayyan juga. Ayo masuk.”Zayyan membungkuk hormat dan tersenyum. “Terima kasih, Tante.”“Rana!” Anya, istri Arga keluar dari ruang tengah dengan perut membuncit hamil.“Kak, kamu hamil?” Kedua mata Rana membulat dan segera menyambut pelukan kakak iparnya itu.Anya tertawa dan mengangguk. “Iya, udah tujuh bulan.”“Aduh, aku mau punya ponakan.” Rana mengelus perut kakak iparnya penuh haru. “Kak Arga mana?” tanyanya setelah tak mendapati kakaknya di mana pun.“Lagi di belakang. Ayo ke belakang,” ajak Ambar kemudian. “Kopermu taruh di ruang tengah aja dulu.”Rana mengangguk dan meletakkan kopernya di ruang tengah. Lalu mereka segera menuju halaman belakang rumah.Begitu tiba di sana, rupanya Arga dan Jagat sedang menyiapkan pesta barbeque untu

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 69. Bunga Mawar Ke-547

    Satu setengah tahun kemudian.Gedung besar di Rotterdam itu dipenuhi oleh suasana meriah. Para wisudawan dan keluarga mereka tampak bersemangat, dengan senyum dan tawa yang menghiasi wajah-wajah mereka.Rana berdiri di tengah kerumunan, mengenakan toga hitam dengan selempang biru tua, warna kebanggaan universitasnya. Rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai rapi, sedikit terjepit oleh topi wisudanya.Ya, Rana memotong rambutnya sependek bahu sekarang. Membuatnya terlihat segar dan cantik.Di barisan kursi tamu, orang tua Rana duduk berdampingan dengan Arga. Mereka memandang ke depan dengan bangga, sesekali berbicara pelan satu sama lain.Saat nama Rana dipanggil, seluruh keluarga berdiri, bertepuk tangan dengan penuh semangat. Rana melangkah ke panggung, menerima gulungan sertifikat dari rektor universitas. Senyum di wajahnya adalah perpaduan antara rasa bangga dan haru.Saat ia menoleh ke arah penonton, matanya bertemu dengan ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status