Beranda / CEO / Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku / 5. Pria yang Salah di Waktu yang Tepat

Share

5. Pria yang Salah di Waktu yang Tepat

Penulis: Nabila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 18:32:38

[Davina, berkali-kali aku mencoba memberitahumu bahwa Fathan dan Ghina bukan hanya partner kerja. Namun, kamu terlalu naif jika tidak mau aku bilang bodoh. Aku pikir kamu juga akan memaklumi ini demi persahabatan kita. Ghina butuh pengganti Omar. Ghina itu hanya casingnya yang dewasa seperti yang ditampilkan di hadapan kita. Hatinya mudah rapuh. Kamu juga turut andil dalam hal ini, berkali-kali kamu bilang supaya Ghina move on. Sekarang dia sudah move on dengan rekan kerjanya. Fathan membuat Ghina kembali bersemangat, seperti juga aku.]

*

Kondisi Nafasya mulai membaik keesokan harinya. Davina dan Fathan bisa bernapas lega. Setelah melalui banyak pemeriksaan, dokter menyimpulkan Nafasya mengalami gangguan pernafasan. Masih akan ada observasi lanjutan, jadi Nafasya belum diperbolahkan pulang.

"Aku berangkat kerja dulu, sayang." Fathan berpamitan kepada istrinya. Sikap Fathan tidak berubah. Hal itu membuat Davina serba salah.

"Hati-hati." Hanya itu yang terucap dari bibirnya. Fathan mencium kening Nafasya sebelum berlalu dari ruangan.

"Jangan lupa hari ini mereka juga mendapat panggilan polisi untuk memberikan keterangan." Fathan berhenti sejenak mendengarkan kata-kata Davina. Mereka yang dimaksud pasti ketiga sahabatnya. Fathan memilih tidak menyahut perkataan istrinya. Tangannya meraih handle pintu.

"Tidak usah bingung mendampingi siapa, mereka semua butuh kamu dampingi!" Davina sedikit berteriak kesal. Fathan tak menjawab. Dia memilih diam, karena tahu Davina butuh mengeluarkan emosinya. Davina mengusap wajahnya dengan kasar. Membaca catatan Lulu tentang Ghina yang juga menjalin hubungan dengan Fathan membuat amarahnya naik lagi.

*

“Morning, Beb!” Ghina tersenyum kepada Omar yang berbaring di sebelahnya. Pria blasteran Bahrain-Indonesia itu terlihat dua kali lebih menggoda di pagi hari, terutama saat dia baru saja membuka matanya. Bulu mata Omar panjang dan lentik dan caranya memandang Ghina … ah, precious! Ghina sanggup menjual jiwanya demi dipandangi seperti itu.

“Morning, Princess.” Omar mengecup dahi Ghina.

“Diam di sini. Aku akan membawakan sarapan untukmu,” kata Ghina.

Omar menahan tangannya. “No, Princess. Kamu yang diam. Breakfast in bed? Aku ahlinya.”

Ghina tersipu lalu mengganguk. Matanya mengawasi Omar yang turun dari ranjang lalu menghilang di balik pintu kamar.

Tak sampai sepuluh menit Omar sudah kembali. Ghina memandanginya terheran-heran. Waktu yang terlalu singkat untuk menyiapkan sarapan. Namun  Omar masuk membawa sebuah nampan perak dengan tutup saji diatasnya.

“Sarapanmu, Princess,” sahut Omar sambil meletakkan nampan di pangkuan Ghina.

Ghina membuka tutupnya dan terkejut menemukan nampan itu tidak berisikan makanan tetapi sebuah kotak kecil biru berlabel Tiffany. Matanya membulat. “Oh, Omar?” Dia menatap Omar lembut.

Omar meraih kotak biru itu lalu membukanya. Sebuah cincin berhias berlian yang besar dan berkilau dia persembahkan kepada Ghina. “Happy Anniversary, Dear!"

Setelah bertahun-tahun kemudian, cincin dengan berlian besar itu kini Ghina simpan baik-baik dalam deposit box. Dia merasa tak ingin lagi memakainya  karena  Omar, kekasihnya, suaminya, sudah tak lagi bersamanya. Sebuah pesawat komersil tujuan Jakarta-Qatar telah jatuh membawa serta separuh jiwanya, Omar.

“Ghina, Sayang, aku turut berduka cita.” Davina datang ke rumah duka. Dia memeluk erat Ghina.

Ghina balas memeluknya dan menumpahkan seluruh air mata kepada sahabatnya. “Omar ….”

“Sshhh, yang tabah, Sayang.” Davina mengelus-ngelus punggung Ghina.

Setelah Ghina mulai dapat mengendalikan diri. Davina memperkenalkannya kepada  Fathan. “Ini Fathan, suamiku. Kamu melihatnya di pernikahan kami. Saat itu kamu terburu-buru karena harus mengejar penerbangn ke Qatar."

Fathan menyalami Ghina. “Kami turut berduka cita.”

“Terima kasih,” sahut Ghina seraya tersenyum lemah.

Awalnya Ghina menganggap Fathan biasa saja, sekedar suami dari seorang sahabatnya, tidak ada yang terlalu menarik atau pun spesial. Hatinya masih dipenuhi duka oleh kehilangan Omar yang sangat mendadak. Pernikahan mereka baru seumur jagung. Percintaan yang dia bangun bersama Omar sedang hangat-hangatnya. Ghina nyaris depresi setelah Omar pergi selama-selamanya.

Ghina berusaha mengalihkan kesedihannya dengan bekerja siang dan malam. Dia menerima lebih banyak klien, mengambil alih pekerjaan yang semestinya tak perlu dia kerjakan. Ghina baru pulang ke rumah setelah lewat tengah malam, dengan begitu dia berharap dirinya terlalu lelah untuk menyadari ranjangnya kini  telah kosong, dingin. Dia sendirian tanpa Omar.

Pukul satu dini hari, Ghina merangkak naik ke tempat tidur. Selepas kepergian Omar, Ghina punya kebiasaan baru, meringkuk di dalam selimut sambil memeriksa ponselnya. Dia masuk ke akun instagramnya. Ada banyak foto Omar di sana. Foto saat mereka berbulan madu di Cayman Island atau sekedar jepretan asal saat Omar tampak serius dengan pekerjaannya.

Sebuah pemberitahuan masuk, seseorang mengomentari postingan terbarunya yang dia unggah tadi siang: foto  sofa merah besar bergaya Victorian yang dia ambil saat berburu perabot antik untuk kliennya.

[Fathan_Rav. Nice shot! I like your style.]

[Ghinadesign. Thank you, Bro.]

[Fathan_Rav. Kukira kau sudah tidur. Lembur?]

Ghina mengetikkan balasan. [Gak, kok, di rumah aja.]

[Ga bisa tidur?]

[Gitu, deh.]

Ghina bangkit lalu mengambil foto obat tidur yang diresepkan dokter kepadanya di atas nakas. Dia mengirimkannya kepada Fathan. Sebenarnya ini hanya sebagai bukti bahwa dia memang belum bisa tidur meski telah selarut ini.]

[Sleeping pills? Are you okay, Dear?] Tulis Fathan.

[Sudah minum satu tapi masih belum ngefek.]

[Mau aku telpon?]

[Buat apa?]

[Orang-orang, sih, sering bilang kalau suaraku ini bikin ngantuk.]

[Wkwkwk. Davina mana?]

[Sudah tidur dari tadi.]

[Oh, pasti gara-gara kamu terlalu banyak bersuara.]

[Lol.]

Panggilan masuk dari Fathan.

“Halo,” jawab Ghina.

“Hai. Aku beneran suka, loh, sama foto-foto kamu di I*. Ga nyangka ternyata kamu designer interior beneran, terkenal lagi.”

“Ha, ha, ha, kamu itu niatnya mau muji atau nyinyir, sih?”

“Muji, dong, jangan skeptis gitu, ah.”

“Oke. Thanks, again.”

“Cukup bicara soal kerjaan. Itu sama sekali bukan dongeng sebelum tidur yang menarik.”

“Hmm, oke. Aku menunggu pembuktian keahlianmu.”

“Soal pekerjaan lagi? Aku?”

Ghina tertawa. “Bukan. Pekerjaanmu pasti membosankan. Aku tidak mau dengar. Keahlianmu satunya, membuat orang tertidur.”

“Oh, soal itu. Eh, anu, soal meniduri orang ini, mungkin sedikit tidak etis dibicarakan. Kau tahu kan, ini melibatkan banyak teori, banyak gaya, dan sedikit soal rasa.”

Ghina kembali tergelak. Selanjutnya Fathan malah bercerita tentang resep nasi goreng kebanggaannya dan kekecewaannya akan restoran tempatnya makan tadi siang. Fathan membuatnya nyaman dengan gurauan dan cerita recehnya hingga tanpa sadar Ghina tertidur masih dengan ponsel dalam genggamannya.

*

“Ghina, tolong aku.” Clara, rekan kantor Ghina, tiba-tiba menghadang langkah Ghina yang baru saja mau duduk di mejanya.

“Ada apa?” tanya Ghina.

“Kau tahu klien kita, Paula?”

“Ya, yang penyanyi, itu, bukan?”

“Dia minta floor plan-nya siap hari ini dan laptopku … rusak! Padahal semua filenya ada di sana.” Clara hampir menangis. “Bagaimana ini Ghina? Ga akan keburu.”

“Kau ga punya cadangannya.”

Clara menggeleng lemah. “Hanya kau satu-satunya harapanku, Ghina, please bantu aku.”

Ghina mengembuskan napas panjang. Bukan pertama kalinya dia kebagian membereskan masalah-masalah yang diciptakan oleh rekannya. Dia melirik jam, semestinya kurang dari satu jam dia harus bersiap menemui klien barunya, tetapi masalah Clara tidak bisa dia biarkan.

“Oke. Aku kenal Paula, dia klien lama kita. Berikan semua materinya, kita harus segera memulai dari awal.” Ghina kemudian memanggil asistennya seorang pegawai magang yang baru saja lulus kuliah. “Hendra, tolong jadwalkan ulang meeting kita dengan klien hari ini.”

Ghina sebenarnya paling tidak suka mengubah janji yang sudah dia buat sendiri. Namun, kadang-kadang hal buruk terjadi. Dia hanya bisa pasrah jika klien barunya akhirnya mengundurkan diri. Padahal kliennya ini lumayan menjanjikan jika setuju memakai jasanya. Sebuah perusahaan property yang tengah membangun apartemen.

Satu jam berlalu, saat Ghina sedang sibuk-sibuknya, Hendra datang. “Bu Ghina, maaf, anu,”

“Apa? Cepat selesaikan bicaramu aku sibuk!” seru Ghina tak sabaran.

“Klien kita hari ini sudah datang dan ingin bertemu dengan Ibu.”

“Apa? Aku kan tadi sudah bilang untuk menjadwalkan ulang?”

“Iya, Bu, tetapi mereka memaksa. Malah direkturnya sendiri yang sekarang datang.”

Ghina panik. Ingin rasanya dia membelah dirinya menjadi dua. “Baiklah. Pertama, aku harus mendatanginya dan meminta maaf secara pribadi. Dia di mana?”

“Masih menunggu di ruang tamu, Bu.”

Dengan langkah panjang-panjang Ghina menuju ruang tamu. Sesampainya di sana, jantungnya seakan hendak berhenti. “Fathan?”

"Hai! Aku tahu kau sibuk, tapi aku pun sama sibuknya." Fathan tersenyum melihat Ghina yang wajahnya seperti orang habis kena sidak bos.

"Ma-maafkan aku." Ghina memandang Fathan dengan tatapan memelas.

"Ya, mau bagaimana lagi." Fathan mengangkat bahu. "Kita terpaksa meeting di luar jam kerja."

Ghina tersenyum penuh arti. "Kali ini, kau bosnya."

"Hubungi aku kalau kau sudah selesai. Aku akan menjemputmu," ujar Fathan.

Ghina mengangguk. Ada desir di dadanya yang dia salah artikan sebagai tantangan pekerjaan baru, kenyataannya lebih dari itu.

Bab terkait

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    6. Rekan Bisnis Saja?

    [Davina, apakah kau tahu saat ini kondisi perusahaan suamimu sedang tidak baik-baik saja? Kami harus memangkas banyak budget agar perusahaan tetap berjalan normal. Pasti kau tidak tahu karena Fathan melarangku memberitahumu. Begitulah caranya mencintaimu. Dia tidak ingin kau melihat kelemahannya. Dia begitu berhati-hati menjagamu. Kami semua akan menjagamu.]*Ghina tidak menyangka Fathan benar-benar menjemputnya di kantor seusai kerja. Pria itu menunggunya di lobi. Dia memakai setelan jas yang sama dengan tadi siang, tetapi baru saat itu Ghina menyadari betapa Fathan memperhatikan banyak soal penampilan karena segala yang dikenakannya terlihat serasi, berkelas, dan mahal. Davina pasti mengurusnya dengan baik. Saat menjadi istri Omar, Ghina juga melakukan hal yang sama. Ah, betapa singkat kebahagiaan itu harus dipeluknya.“Hai!” Ghina menyapa lebih dulu. “Kau menunggu lama? Kenapa tidak telepon?” Ghina mempercepat langkahnya.“Aku, kan, sudah bilang kalau aku akan menjemputmu. Aku ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    7. Dituduh Pelakor

    [Davina, kecurigaanmu saat itu benar. Tetapi kondisi perusahaan yang sedang sekarat membuatku harus menutupi hal itu darimu. Ghina sudah menghindari Fathan dan bekerja profesional. Kau tahu dia juga berjuang sekuat itu. Ghina kembali harus menelan pil tidurnya untuk bisa bekerja keesokan harinya. Aku masih menyimpan foto-foto mereka. Akan aku simpan dengan aman, supaya kau tidak perlu melihatnya.]*Fathan menemani Ghina mengunjungi workshop dan gudang si pengrajin. Lokasinya lumayan jauh sampai membutuhkan lima jam perjalanan berkendara. Namun pemandangan di sana sangat asri dan hijau, jauh berbeda dari perkotaan tempat biasa mereka tinggal. Setibanya di sana, Fathan tak dapat menahan diri untuk mencuri waktu menikmati kehijauannya.Ghina diam-diam mengambil foto Fathan yang tengah memandangi pegunungan dari belakang, lalu diuunggahnya di instastory. Enjoying the view, begitu caption yang dia tulis.“Gunungnya akan tetap di sana, tetapi workshop-nya sebentar lagi mungkin tutup,” kata

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    8. Dosa Sepasang Manusia

    [Davina, kau orang yang paling mengenal Fathan. Seharusnya kau tidak membiarkan Ghina terlalu dekat dengan suamimu. Aku melihat mereka sekarang sering bertemu di luar kantor. Sepertinya kau harus lebih belajar menjaga apa yang sudah engkau miliki. Bisakah kau menangkap percikan api unggun yang telah disapu angin?]*Ghina terkejut melihat foto-foto yang disodorkan Bripda Estu Saragih. Foto itu dia yang mengirimkan kepada Lulu. Foto biasa, saat Ghina dan Fathan sedang menikmati makan malam di pinggir pantai Ancol. Saat itu mereka datang sore sepulang bertemu Arumi untuk membahas masalah kantor. Mereka datang ke pantai bertiga. Saat menikmati sunset, Ghina dan Fathan berdiri di samping cottage dengan posisi bersebelahan. Keisengan Arumi memotret keduanya diam-diam membuat posisi Fathan seolah-olah sedang mencium Ghina. Lulu pasti mendapatkan foto itu dari Arumi. Saat melihat foto itu Ghina sudah memerintahkan Arumi untuk menghapusnya. Ternyata malah Lulu masih menyimpannya."Maaf saya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    9. Akhir Sebuah Kesalahan

    (Arumi, Kau tidak belajar dari kesalahan. Seharusnya Ghina memberimu pelajaran berharga. Kau baik, teramat baik sampai semua orang tidak ingin menyakitimu. Mungkin kau bisa menyingkirkan Ghina dari Fathan. Tetapi jangan lupa Fathan banyak berutang kepada Ghina. Kondisi perusahaan perlahan membaik, karena budget desain interior bisa ditekan. Tetapi Fathan punya masalah baru dengan perizinan lahan. Ah, kenapa justru kau curhat dengan orang yang salah. Kali ini kau harus menebusnya lebih mahal.)* Penyidik akhirnya mengakhiri penyidikan dengan dua puluh tiga pertanyaan yang cukup melelahkan bagi Ghina. Untung saja pengacara yang disiapkan dari kantor tempat Arumi bekerja cukup bagus. Dirinya tidak lagi perlu menjawab pertanyaan yang mengarah kepada hubungan personalnya dengan Fathan. Pria itu pasti masih menunggunya di ruang tunggu. Ghina tidak ingin lagi mencari masalah. "Pak Barus, maaf boleh saya keluar bersama Bapak? Saya sangat capek dengan penyidikan hari ini. Pak Fathan menung

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    10. Gelap Menyelimuti Kepala Arumi

    (Davina, sebenarnya aku ingin bercerita kepadamu tentang Arumi. Beberapa hari lalu seseorang datang ke kantor mencari dia. Aku menyimpan rekaman CCTV yang memperlihatkan sosok pemuda itu, tetapi Fathan melarangku. Saat ini Arumi sedang mengurus perizinan pembebasan tanah di daerah Serpong. Kabarnya situasi tidak menguntungkan untuk kantor kami. Aku bingung harus memberitahumu atau tidak.)*Arumi bukan orang yang buta hukum. Sekarang dia telah terpilih sebagai tim legal di Perusahaan milik Fathan yang mengurus legalitas serta semua hal yang terkait hukum di dalamnya. Arumi tahu, satu jawaban salah atas pertanyaan penyidik bisa berakibat fatal. "Apakah yang Anda maksud dengan 'gift' dan kenapa Anda memintanya kepada saudari Lulu?" Bripda Estu Saragih mengulangi pertanyaannya. "Saya yang mengurus semua perizinan proyek Fathan Corp. Anda tentu paham tentang dunia perizinan kita. Dari bawah sampai atas semua butuh kerja cepat. Kerja cepat hanya bisa dilakukan jika uang bensin cepat di

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    11. Mantra Sakti Bagi Arumi

    (Davina, hatiku seperti terbelah. Aku ingin memberitahu bahwa Arumi sekarang bekerja disini, di bagian legal. Fathan melarangku memberitahumu karena dia yang akan melakukannya. Aku harap itu benar. Kamu tahu, Davina, di saat aku ingin berada di pihakmu Fathan seperti tahu yang aku pikirkan. Jika Ghina sudah lebih dulu menjadi partner kerja Fathan, bukankah Arumi juga layak? Kamu tahu Arumi si jenius itu selalu tahu apa yang dilakukannya. Maafkan aku, Davina)* Arumi tesentak kaget mengingat video yang dilihat sekilas dan diputar Bripda Estu Saragih. Apakah video itu yang dikirimkan Lulu via email tetapi belum sempat dibukanya hingga sekarang? Ah, sungguh ceroboh! Arumi kembali berlari menuju ruangan penyidikan. Ruangan itu tertutup rapat. "Belum satu jam Anda sudah kembali Nona Arumi. Apakah Anda sudah merasa lebih baik?" tanya Bripda Estu Saragih yang tiba-tiba muncul di belakangnya."Saya ingin melihat video tadi ..." jawabnya lirih, "dengan lampu yang dinyalakan," imbuhnya. Bri

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    12. Pelangi untuk Arumi

    (Davina, kenapa kau tidak juga belajar mempertahankan semua yang menjadi milikmu? Aku tahu banyak yang terjadi di kantor ini. Kamu bilang sudah menegur Arumi karena dia masuk ke kantor ini tanpa memberitahumu. Yang aku lihat sekarang mereka berdua lebih sering berduaan di ruangan. Aku sudah bilang bahwa Arumi berbahaya, bukan? Davina, kau ini lugu atau bego, sih?) *Bripda Estu Saragih mengakhiri penyidikan setelah mendapat jawaban telak dari Arumi. Semua data memang harus ditelusuri karena kasus kematian Lulu termasuk kasus yang tidak mudah untuk dipecahkan. Kasus tersebut tidak meninggalkan barang bukti maupun sidik jari. Arumi meninggalkan kantor polisi dengan hati lega, meski dirinya tahu situasi belum sepenuhnya aman. Mengapa Lulu mengirimkan video itu kepadanya tanpa pesan? Lulu pergi membawa banyak rahasia tentang dirinya, juga tentang persahabatan mereka. Apa kabar Davina sekarang? Arumi ingin sekali menelepon untuk menanyakan kabarnya, hanya saja dia masih belum siap jika D

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    13. Seribu Satu Cara Arumi Menang

    (Davina, ini gawat! Fathan tiba-tiba memberi perintah untuk menyiapkan cek kosong. Kamu tahu cek itu untuk siapa? Untuk Arumi! Sejak awal aku sudah curiga gadis ini berbahaya. Setelah mereka menghabiskan malam bersama di ruang kerja Arumi, sekarang dengan mudahnya Fathan memberikan cek. Apakah kamu tidak melihat kejanggalan? Aku akan terus mengawasi mereka. Kamu lemah, Davina! Seharusnya kamu bilang jujur bahwa kamu keberatan karena kehadirannya yang tidak sopan dan tiba-tiba di kantor ini!)*Setelah bertemu Arumi batin Davina sedikit lega. Setidaknya dirinya tahu kenapa sikap Fathan akhir-akhir ini berubah. Di rumah seperti tidak tenang dan lebih banyak berada di ruangan kerjanya. "Mas, aku buatkan jahe susu panas. Kamu sudah berjam-jam di ruangan dingin ini." Davina meletakkan satu cangkir jahe susu yang masih mengepulkan asap. Fathan meliriknya sebentar lalu kembali asyik memandang layar laptopnya. "Makasih, Sayang," jawabnya pendek. Davina mendekati Fathan, berdiri di belakang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22

Bab terbaru

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    33. Akhir Perjalanan Arumi

    Viandra sedang mengamati layar laptopnya, memerhatikan satu persatu angka yang tertera di dalam rekening yayasan. Setelah acara lelang barang branded berakhir, tugasnya mencatat semua uang yang masuk di rekening. Dahinya berkerut saat mendapati satu berita pada bukti transfer. Segera ia mengambil kertas lalu mulai mencetak bukti uang masuk. Ada sepuluh halaman kertas yang kini berjejer di mejanya. Jarinya dengan cekatan melingkari nomor rekening yang namanya sama. Ada satu nama dan berita transfer yang membuatnya bertanya-tanya. "Kak, ada yang aneh dengan donatur ini, deh. dia mengirimkan donasi dalam jumlah yang sama selama enam bulan ini. Setiap tanggal dua puluh dia mengirimkan donasi seratus juta. Beritanya juga sama 'Geng Cokelat' ini maksudnya apa, ya?"Davina terkejut mendengar nama yang setahun ini tidak pernah dia dengar lagi, dan memang sudah dia hapus dari memorinya. "Pengirimnya atas nama siapa?" selidiknya. "Ghina Ulya. Kakak kenal?'Davina segera mendekati Viandra

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    32. Menerima Tanpa Membenci

    Udara pagi yang dingin menerpa wajah Fathan saat mama mematikan lampu dan membuka jendela kamarnya."Fathan bangun, ayo salat Subuh dulu. Sudah azan, segeralah pergi ke masjid!" Mama menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Fathan, lalu menepuk-nepuk punggung anak semata wayangnya."Hoam ... dingin sekali, Ma," keluh Fathan sambil menguap begitu menyadari hawa dingin menusuk tulangnya. Mereka sedang berada di villa. Sejak perceraiannya dengan Davina diketuk palu, Fathan tidak lagi punya gairah pada dunia bersenang-senang. Dia lebih memilih menemani mamanya yang sekarang sudah tidak lagi aktif berbisnis, hanya mengawasi dan sesekali menjadi penasehat. Mereka memutuskan rehat seminggu di villa."Ayolah bangun, jangan malas. Perkara nomor satu yang mesti kau perbaiki adalah hubunganmu dengan Tuhan." Suara mama masih saja yang lembut membuat Fathan mau tak mau membuka matanya."Allah mau kamu kembali, Fathan. Dari semua lika-liku perjalanan dan masalah yang kau lalui kemarin, sekarang

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    31. Tipu Daya Arumi

    Fathan tidak menyangka Arumi tega mengkhiantinya sejauh itu. Setelah dilakukan investigasi Arumi telah berbuat curang lebih jauh dengan memanfaatkan tanda tangan Fathan dan Davina. Dulu Fathan begitu mempercayainya hingga Arumi memegang semua dokumen asli yang dimilikinya. Habis sudah.Fathan Corp menanggung kerugian tidak sedikit hingga terancam kolaps. Arumi mengambil semuanya. Kontrak yang masih berjalan dialihkan, piutang berjalan juga sudah berhasil ditagih dan masuk ke rekening perusahaan yang dipegang Arumi. Gadis itu begitu lihai terencana melakukan semuanya. "Pa, Fathan minta maaf karena ternyata gagal memimpin perusahaan Papa. Sekarang kita terlilit utang cukup besar. Jika papa mengizinkan, Fathan akan menjual perusahaan kita yang kondisinya sekarat." Fathan duduk dengan muka mienunduk di dekat papanya yang terbaring lemah. Pria tua yang sudah kehilangan semuanya itu, hanya bisa terdiam mendengar laporan anaknya."Robby ... sudah ... lapor ... Elsye ...." Sambil terengah

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    30. Awal Petaka Farhan

    Fathan tak menyangka Elsye berani menelponnya. Dari mana wanita itu tahu nomor teleponnya. Pasti bukan hal sulit, karena Elsye bisa mencari tahu lewat Aina, sekretarisnya sebelum Lulu. Fathan bertemu Davina saat dirinya lulus kuliah di Kanada. Satu tahun setelah mereka berpacaran, Fathan kembali melanjutkan kuliah S2 di Kanada. "Aku dengar kamu sudah menikah sekarang. Congrats, Dear. Kamu sekarang pasti sudah jadi suami yang hebat.""Elsye, berani-beraninya kamu meneleponku." "Rileks, Than. Mami cuma kangen sama kamu. Masa kangen sama anak nggak boleh? Kamu, kan, anak kesayangan Mami." Suara Elsye mendesah membuat Fathan menjauhkan ponsel dari telinganya. "Ternyata kamu sudah merencanakan semuanya. Dasar wanita licik!""Oh, Dear. Kenapa bicara kasar sama Mami? Hidup memang harus direncanakan, Sayang. Lihat dirimu sekarang. Kamu masih muda, punya istri cantik, punya anak lucu, punya perusahaan besar. Ah, yang terakhir itu pasti kamu tidak pernah merencanakannya, bukan? Kamu hanya be

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    29. Terjerat Ibu Tiri

    Permainan asmara selalu menuntut penyelesaian. Dari mencoba menjadi ketagihan. Waktu sebulan mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Hampir setiap hari Fathan dan Elsye saling memuaskan. Bagi Fathan, ibu tirinya adalah sosok ibu peri yang memberinya pengalaman baru yang sangat menyenangkan.Berbagai macam gaya bercinta dari video yang mereka tonton akhirnya mereka praktekkan tanpa bosan, hingga Elsye memetik hasil didikannya kepada pemuda culun itu. Fathan berubah menjadi pemuda yang sangat tangguh di ranjang dan paham memuaskan wanita seperti dirinya. Fathan makin percaya diri ketika Elsye mendandaninya seperti pemuda gaul yang selama ini hanya dia lihat dari sosial media. Selama ini masalah terbesar Fathan adalah kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memedulikan penampilannya, cara berjalannya, juga gaya berbicaranya. Bersama Elsye, Fathan seperti menemukan guru privat sekolah kepribadian. Fathan menjelma menjadi pemuda tampan yang mampu memikat lawan jenis pada pertemuan pertama. Pesona

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    28. Masa Lalu Fathan 2

    "Ini keputusan sulit, tetapi mama dan papa tidak punya solusi lain," ucap Papa pasrah. Setali tiga uang. Ternyata papanya juga begitu enteng bicara tentang perceraian semudah pamit saat akan pergi ke luar kota."Sekarang mungkin kamu belum mengerti meskipun mama dan papa jelaskan. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa terjadi seperti keinginan kita. Nanti kalau kamu dewasa, kamu akan paham," imbuh papanya. "Kamu tidak perlu khawatir karena kami tetap orang tuamu. Kamu akan tinggal bersama Mama tetapi bebas datang ke rumah papa, kapanpun kamu mau." Fathan menoleh ke arah mamanya. Mama yang selama ini mendukungnya, malam ini terlihat berbeda. Ada gurat kesedihan yang tak ingin ditampakkan, meskipun begitu Fathan tetap melihat wajah keruh itu."Kamu bebas memilih sekolah yang kamu mau, mama dan papa akan menyekolahkan kamu setinggi-tingginya." Kali ini Fathan menoleh ke arah papanya. Lelaki yang mengajarinya tanggung jawab ini sekarang justru seperti sedang berusaha melepaskan tangg

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    27. Masa Kelam Fathan

    Fathan mengirimkan pesan kepada Davina. Lelaki itu tak mau menyerah meski Davina sudah memberi jawaban tegas bahwa dia tidak akan menarik gugatan cerainya di Pengadilan agama. Davina tidak sudi melanjutkan hubungan pernikahan mereka.Berkali-kali Fathan melihat ponselnya, menanti jawaban dari Davina tetapi Davina teguh pada pendirian, tak ingin lagi berkomunikasi dengannya. Minggu kemarin bahkan Davina memblokir nomornya di WhatsApp. Baru dua hari lalu Davina membuka blokiran setelah Fathan mengancam akan mendatangi apartemennya. Sebenarnya bukan hanya mengancam, karena Fathan memang mendatangi apartemennya dan marah ketika mendapati Davina sudah pulang ke Bogor.Fathan sudah mendapatkan kabar dari kepolisian bahwa pelaku pembunuhan Lulu telah ditangkap. Berita itu membuatnya lega. Setidaknya satu masalah dia anggap selesai. Kecurigaan Davina terhadapnya tidak terbukti. Tetapi untuk merebut kembali perhatian Davina, Fathan harus berusaha lebih keras. Fathan yang sedang galau meneka

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    26. Kembali ke Asal

    "Semoga bukti ini menjadi bisa menjadi petunjuk bagi pihak kepolisian untuk segera meringkus Rizal. Saya sangat yakin dia pelakunya. Rizal yang membunuh Lulu." Davina tak kuasa menahan kesedihannya di depan Bripda Estu Saragih. Dia menyerahkan file catatan Lulu yang sudah dicopy pada sebuah flashdish juga surat pengunduran diri yang belum sempat dia berikan kepada Fathan."Terima kasih Ibu Davina, informasi ini sangat berharga bagi kami. Kalau saya perhatikan pria di video yang dikirimkan korban kepada Faiza, ciri fisiknya memang mirip dengan Rizal. Ada beberapa foto Rizal di laptop korban. Kami akan mengabari Anda begitu kami bisa meringkus pelakunya.""Terima kasih Bu Estu. Saya permisi. Semoga pembunuh itu membusuk di penjara." Davina meluapkan amarahnya. Sekarang sudah jelas bahwa dia, Fathan dan sahabat-sahabatnya terbebas dari tuduhan sebagai pembunuh Lulu. Davina kembali ke apartemennya untuk mengemasi barang-barangnya. Keesokan harinya Davina mendapat telepon dari Bripda Es

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    25. Akhir Kisah Sekretaris

    (Davina, jika terjadi sesuatu padaku tolong jaga Keenan untukku. Bidan Danarsih bisa menjadi Ibu yang baik. Tetapi kau tetap harus mengawasi dan menjadi pelindung Keenan. Aku percaya padamu, Vi. Aku capek jadi sapi perahan Rizal. Do'akan kami baik-baik saja. Kamu masih ingat pantai tempat kita dulu sering bolos dan menghabiskan waktu di sana? Aku rindu pantai itu, aku rindu menghabiskan waktu berdua bersamamu.)*"Vi, secepatnya aku akan kasih kabar jika sampai di tempat baru. Makasih banyak karena kamu sudah bantuin aku sejauh ini. Kamu sahabat yang baik, sangat baik.""Hei, apa-apaan ini? Sepertinya kamu akan pergi jauh. No, tidak akan bisa. Di manapun kamu tinggal nanti, aku pasti akan mencarimu. Jangan pernah berharap lepas dari aku lagi."Davina memeluk Lulu sekali lagi. Lulu tak bisa lagi menahan butiran bening di sudut matanya. Sungguh perasaannya bercampur aduk. Dia sangat menyayangi Davina, hingga pengkhianatannya terasa mustahil untuk dimaafkan. Dekat dengan Davina membuatnya

DMCA.com Protection Status