(Davina, ini gawat! Fathan tiba-tiba memberi perintah untuk menyiapkan cek kosong. Kamu tahu cek itu untuk siapa? Untuk Arumi! Sejak awal aku sudah curiga gadis ini berbahaya. Setelah mereka menghabiskan malam bersama di ruang kerja Arumi, sekarang dengan mudahnya Fathan memberikan cek. Apakah kamu tidak melihat kejanggalan? Aku akan terus mengawasi mereka. Kamu lemah, Davina! Seharusnya kamu bilang jujur bahwa kamu keberatan karena kehadirannya yang tidak sopan dan tiba-tiba di kantor ini!)*Setelah bertemu Arumi batin Davina sedikit lega. Setidaknya dirinya tahu kenapa sikap Fathan akhir-akhir ini berubah. Di rumah seperti tidak tenang dan lebih banyak berada di ruangan kerjanya. "Mas, aku buatkan jahe susu panas. Kamu sudah berjam-jam di ruangan dingin ini." Davina meletakkan satu cangkir jahe susu yang masih mengepulkan asap. Fathan meliriknya sebentar lalu kembali asyik memandang layar laptopnya. "Makasih, Sayang," jawabnya pendek. Davina mendekati Fathan, berdiri di belakang
(Davina, kau harus menerima ini. Aku berhasil mendapatkan bukti Fathan dan Arumi bersama-sama. Mereka berdua berhasil mengecohmu. Sudah aku bilang Arumi itu berbahaya. Aku tidak tahu bagaimana Fathan akan memperbaiki semua ini. Kabar baiknya apartemen di Serpong akan dimulai pembangunannya bulan ini. Siapkan dirimu untuk kejutan lain! Ah ... aku gemas sekali ingin memberitahumu, tapi aku rasa sekarang bukan waktu yang tepat.)*Arumi perempuan yang tahu betul apa yang diinginkan dan bagaimana cara meraihnya. Tidak butuh waktu lama Boris Jayusman menyetujui proses jual beli tanah warisan yang masih dalam proses sengketa. Statusnya sekarang sudah bukan tanah sengketa lagi, karena Arumi juga telah membayar paman Boris Jayusman dengan angka yang tidak kecil. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah ambisi. Uang bukan masalah besar untuk Fathan."Sudah aku bilang kamu pasti berhasil mendapatkan lahan emas itu, Arumi. Mari kita rayakan." Fathan mengangkat gelasnya. Arumi malam itu
(Davina, sebenarnya kantor udah aman beberapa bulan ini. Proyek apartemen juga berjalan lancar. Ghina jarang datang ke kantor. Arumi juga lebih anteng di ruangannya. Hanya saja si tengil mulai mengganggu kenyamanan hidupku. Itu artis gagal, lagi ada urusan duit sama Fathan. Nilainya gede, loh. Enam puluh milyar katanya. Ih, itu duit apaan? Emang biaya iklan di TV mahal, ya?)*Arumi mencebik kesal mendengar tuduhan Bripda Estu Saragih. Pasti polisi wanita itu sengaja mengintimidasinya karena merasa putus asa kasus pembunuhan Lulu tidak juga menemui titik terang. "Anda masih harus berusaha lebih keras. Kalau hanya dari bukti itu, saya pikir Anda tidak bisa langsung menuduh saya pelakunya. Seandainya saya memang ada hubungan khusus dengan Pak Fathan, saya memilih mengumumkannya. Jadi buat apa saya repot-repot membunuh Lulu." "Saya tidak yakin Anda berani mengambil risiko itu, Nona Arumi." "Apakah Anda tidak tahu bahwa Davina sudah mengetahui hubungan suaminya dengan kami? Iya, kami
(Davina, seharusnya kamu masih kerja bareng Si Tengil itu biar dia ada yang mengendalikan. Makin hari kelakuannya makin nyebelin. Sejak kamu memutuskan fokus ngurus Nafasya, Faiza makin semena-mena. Untung tadi aku kasih dia pelajaran biar makin pintar. Fathan juga ribet, invoice KrisMedia belum terbayar sampai sekarang. Proyek apartemen La Bamba Serpong kapan kelarnya, sih?)* Perbincangan di dalam rekaman yang diputar Bripda Estu Saragih terjadi sesaat setelah Faiza dimarahi oleh papanya karena tunggakan perusahaan Fathan Corp sudah melebihi enam puluh miliyar."Fai, gue juga udah coba bantu dengan ngomong ke Fathan. Ya, lo, sabarlah." Lulu mulai kesal mendengar desakan Faiza. Lulu merasa diteror."Aku bisa sabar, Lu, tapi papaku enggak. Dia baru aja periksa keuangan perusahaan dan nemuin tagihan Fathan Corp. Gue udah habis-habisan kena maki papa. Kalau dia yang urus bisa kelar semuanya, termasuk hidup gue.""Ya, lo, bilang, dong, ke Fathan. Masa ke gue, sih! Kan, bukan gue yang a
(Davina, sebenarnya aku ingin membuat pengakuan dosa. Aku memang sahabat tak tahu diri. Aku tersiksa selama ini. Si Tengil itu benar ketika dia bilang aku sahabat tak tahu diri. Maafkan aku, ya, Davina. Sekarang aku sudah mengakhiri semuanya. Aku janji akan mengawasi Fathan seperti yang kamu inginkan dulu. Betewe, aku masih kesal sama Faiza. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu.)*"Jadi bagaimana Faiza? Anda masih mau menyangkal punya hubungan khusus dengan Pak Fathan?" Bripda Estu Saragih terus mengejar Faiza dengan pertanyaan yang menjurus. "Apakah ini ada hubungannya dengan kematian Lulu?" tanya Faiza. "Tugas Anda menjawab, bukan balik bertanya," teriak Bripda Estu Saragih. Mendapat bentakan seperti itu nyali Faiza makin ciut. Dia teringat Fathan dan Lulu memang pernah berada pada situasi yang tidak mengenakkan, dan itu karena dirinya.* Mas Fathan, beneran, nih, gak pengen peluk kita?" Faiza tersenyum menggoda Fathan.Lulu segera melepaskan diri dari pelukan Faiza. D
(Davina, kantor sedang merayakan pencapaian besar. Faiza berhasil menjadi top seller ratusan unit apartemen La Bamba Premium maupun La Bamba Classy. Si Tengil itu memang hasil kerjanya bagus. Sekarang aku bingung harus menceritakan ini atau tidak. Kata kuncinya Kanada. Apakah kamu mengingatnya?)*"Hai, Vi! Lo kok ada di sini?" jerit Faiza saat melihat kehadiran Davina. Dia sangat terkejut sekaligus panik melihat kehadiran Davina yang tiba-tiba. "Gue kangen, lo, mau ngasih surprise. Tapi gue malah dapat surprise. Lo sama Mas Fathan, kayaknya kalian sering pergi bareng, ya?" tanya Davina gelisah. Dia tahu Fathan dan Faiza memang masih bekerjasama. Sebenarnya ini hal biasa, tetapi entah kenapa ada sesuatu yang mengusik hatinya. Ada ketidaknyamanan yang sulit dijelaskan. Fathan yang melihat kehadiran Davina segera memarkir mobilnya di depan kantor KrisMedia dan bergegas turun dari mobil. "Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Fathan mencoba bersikap tenang. Davina termangu sesaat sebe
(Davina, dengan apa aku harus menebus perasaan bersalah ini? Aku berada di ujung kebimbangan. Faiza dan Fathan sedang menghabiskan waktu di Kanada tanpa kamu tahu. Faiza sudah menyukai Fathan sejak kalian berdua bertemu. Dia mengakui itu kepadaku tapi mulutku terpaksa bungkam. Ghina, Arumi, Faiza. Mereka bertiga sama saja! Davina, terkadang aku ingin mengakhiri hidup seperti dulu.)* "Faiza, Anda belum menjawab pertanyaan saya. Apakah Anda yang mengusulkan kepada Pak Fathan agar menyingkirkan Lulu karena terlalu banyak tahu rahasia kalian, terutama saat kalian liburan ke Kanada?"Faiza mendengkus. Pertanyaan Bripda Estu Saragih terasa sangat memojokkan dirinya. Iya memang Lulu tahu semuanya, karena dirinya juga tidak berkelit tentang hubungannya dengan Fathan. Dia justru marah kenapa Fathan bisa nekat dan ceroboh mempercayai Lulu, teman yang sengaja dikirim Davina ke Fathan Corp untuk menjadi mata-mata.* Air Terjun Niagara menjadi tujuan mereka berdua sebelum mereka kembali ke tana
(Davina, saat ini aku benar-benar malu. Kamu sudah sangat baik padaku, tapi apa yang kulakukan padamu membuatku tak ingin menatap dunia lagi. Ingin rasanya aku mengakhiri hidup seperti dulu saat laki-laki bajingan itu menghancurkan hidupku. Tidak. Hidupku sudah hancur dari sebelum itu. Aku sudah menceritakan semuanya kepadamu, bukan? Davina, aku harus bagaimana?)* "Buang bayi itu atau aku bunuh dia!" teriak Lulu kepada Bidan Danarsih.Bidan Danarsih segera memberikan isyarat kepada asistennya untuk menjauhkan bayi laki-laki yang baru lahir. Butuh waktu tujuh bulan bagi Bidan Danarsih meyakinkan Lulu agar dia tetap melanjutkan kehamilannya. Kondisi kejiwaan gadis delapan belas tahun itu belum siap untuk punya anak. Namun, Bidan Danarsih sudah terbiasa menghadapi para ibu muda yang syok menyambut kehadiran bayi yang tak diinginkan.Lulu masih terbaring di ranjang seusai melahirkan. Rasa nyeri di perutnya menghebat setelah proses melahirkan yang panjang. Tadinya dia berpikir rasa saki
Viandra sedang mengamati layar laptopnya, memerhatikan satu persatu angka yang tertera di dalam rekening yayasan. Setelah acara lelang barang branded berakhir, tugasnya mencatat semua uang yang masuk di rekening. Dahinya berkerut saat mendapati satu berita pada bukti transfer. Segera ia mengambil kertas lalu mulai mencetak bukti uang masuk. Ada sepuluh halaman kertas yang kini berjejer di mejanya. Jarinya dengan cekatan melingkari nomor rekening yang namanya sama. Ada satu nama dan berita transfer yang membuatnya bertanya-tanya. "Kak, ada yang aneh dengan donatur ini, deh. dia mengirimkan donasi dalam jumlah yang sama selama enam bulan ini. Setiap tanggal dua puluh dia mengirimkan donasi seratus juta. Beritanya juga sama 'Geng Cokelat' ini maksudnya apa, ya?"Davina terkejut mendengar nama yang setahun ini tidak pernah dia dengar lagi, dan memang sudah dia hapus dari memorinya. "Pengirimnya atas nama siapa?" selidiknya. "Ghina Ulya. Kakak kenal?'Davina segera mendekati Viandra
Udara pagi yang dingin menerpa wajah Fathan saat mama mematikan lampu dan membuka jendela kamarnya."Fathan bangun, ayo salat Subuh dulu. Sudah azan, segeralah pergi ke masjid!" Mama menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Fathan, lalu menepuk-nepuk punggung anak semata wayangnya."Hoam ... dingin sekali, Ma," keluh Fathan sambil menguap begitu menyadari hawa dingin menusuk tulangnya. Mereka sedang berada di villa. Sejak perceraiannya dengan Davina diketuk palu, Fathan tidak lagi punya gairah pada dunia bersenang-senang. Dia lebih memilih menemani mamanya yang sekarang sudah tidak lagi aktif berbisnis, hanya mengawasi dan sesekali menjadi penasehat. Mereka memutuskan rehat seminggu di villa."Ayolah bangun, jangan malas. Perkara nomor satu yang mesti kau perbaiki adalah hubunganmu dengan Tuhan." Suara mama masih saja yang lembut membuat Fathan mau tak mau membuka matanya."Allah mau kamu kembali, Fathan. Dari semua lika-liku perjalanan dan masalah yang kau lalui kemarin, sekarang
Fathan tidak menyangka Arumi tega mengkhiantinya sejauh itu. Setelah dilakukan investigasi Arumi telah berbuat curang lebih jauh dengan memanfaatkan tanda tangan Fathan dan Davina. Dulu Fathan begitu mempercayainya hingga Arumi memegang semua dokumen asli yang dimilikinya. Habis sudah.Fathan Corp menanggung kerugian tidak sedikit hingga terancam kolaps. Arumi mengambil semuanya. Kontrak yang masih berjalan dialihkan, piutang berjalan juga sudah berhasil ditagih dan masuk ke rekening perusahaan yang dipegang Arumi. Gadis itu begitu lihai terencana melakukan semuanya. "Pa, Fathan minta maaf karena ternyata gagal memimpin perusahaan Papa. Sekarang kita terlilit utang cukup besar. Jika papa mengizinkan, Fathan akan menjual perusahaan kita yang kondisinya sekarat." Fathan duduk dengan muka mienunduk di dekat papanya yang terbaring lemah. Pria tua yang sudah kehilangan semuanya itu, hanya bisa terdiam mendengar laporan anaknya."Robby ... sudah ... lapor ... Elsye ...." Sambil terengah
Fathan tak menyangka Elsye berani menelponnya. Dari mana wanita itu tahu nomor teleponnya. Pasti bukan hal sulit, karena Elsye bisa mencari tahu lewat Aina, sekretarisnya sebelum Lulu. Fathan bertemu Davina saat dirinya lulus kuliah di Kanada. Satu tahun setelah mereka berpacaran, Fathan kembali melanjutkan kuliah S2 di Kanada. "Aku dengar kamu sudah menikah sekarang. Congrats, Dear. Kamu sekarang pasti sudah jadi suami yang hebat.""Elsye, berani-beraninya kamu meneleponku." "Rileks, Than. Mami cuma kangen sama kamu. Masa kangen sama anak nggak boleh? Kamu, kan, anak kesayangan Mami." Suara Elsye mendesah membuat Fathan menjauhkan ponsel dari telinganya. "Ternyata kamu sudah merencanakan semuanya. Dasar wanita licik!""Oh, Dear. Kenapa bicara kasar sama Mami? Hidup memang harus direncanakan, Sayang. Lihat dirimu sekarang. Kamu masih muda, punya istri cantik, punya anak lucu, punya perusahaan besar. Ah, yang terakhir itu pasti kamu tidak pernah merencanakannya, bukan? Kamu hanya be
Permainan asmara selalu menuntut penyelesaian. Dari mencoba menjadi ketagihan. Waktu sebulan mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Hampir setiap hari Fathan dan Elsye saling memuaskan. Bagi Fathan, ibu tirinya adalah sosok ibu peri yang memberinya pengalaman baru yang sangat menyenangkan.Berbagai macam gaya bercinta dari video yang mereka tonton akhirnya mereka praktekkan tanpa bosan, hingga Elsye memetik hasil didikannya kepada pemuda culun itu. Fathan berubah menjadi pemuda yang sangat tangguh di ranjang dan paham memuaskan wanita seperti dirinya. Fathan makin percaya diri ketika Elsye mendandaninya seperti pemuda gaul yang selama ini hanya dia lihat dari sosial media. Selama ini masalah terbesar Fathan adalah kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memedulikan penampilannya, cara berjalannya, juga gaya berbicaranya. Bersama Elsye, Fathan seperti menemukan guru privat sekolah kepribadian. Fathan menjelma menjadi pemuda tampan yang mampu memikat lawan jenis pada pertemuan pertama. Pesona
"Ini keputusan sulit, tetapi mama dan papa tidak punya solusi lain," ucap Papa pasrah. Setali tiga uang. Ternyata papanya juga begitu enteng bicara tentang perceraian semudah pamit saat akan pergi ke luar kota."Sekarang mungkin kamu belum mengerti meskipun mama dan papa jelaskan. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa terjadi seperti keinginan kita. Nanti kalau kamu dewasa, kamu akan paham," imbuh papanya. "Kamu tidak perlu khawatir karena kami tetap orang tuamu. Kamu akan tinggal bersama Mama tetapi bebas datang ke rumah papa, kapanpun kamu mau." Fathan menoleh ke arah mamanya. Mama yang selama ini mendukungnya, malam ini terlihat berbeda. Ada gurat kesedihan yang tak ingin ditampakkan, meskipun begitu Fathan tetap melihat wajah keruh itu."Kamu bebas memilih sekolah yang kamu mau, mama dan papa akan menyekolahkan kamu setinggi-tingginya." Kali ini Fathan menoleh ke arah papanya. Lelaki yang mengajarinya tanggung jawab ini sekarang justru seperti sedang berusaha melepaskan tangg
Fathan mengirimkan pesan kepada Davina. Lelaki itu tak mau menyerah meski Davina sudah memberi jawaban tegas bahwa dia tidak akan menarik gugatan cerainya di Pengadilan agama. Davina tidak sudi melanjutkan hubungan pernikahan mereka.Berkali-kali Fathan melihat ponselnya, menanti jawaban dari Davina tetapi Davina teguh pada pendirian, tak ingin lagi berkomunikasi dengannya. Minggu kemarin bahkan Davina memblokir nomornya di WhatsApp. Baru dua hari lalu Davina membuka blokiran setelah Fathan mengancam akan mendatangi apartemennya. Sebenarnya bukan hanya mengancam, karena Fathan memang mendatangi apartemennya dan marah ketika mendapati Davina sudah pulang ke Bogor.Fathan sudah mendapatkan kabar dari kepolisian bahwa pelaku pembunuhan Lulu telah ditangkap. Berita itu membuatnya lega. Setidaknya satu masalah dia anggap selesai. Kecurigaan Davina terhadapnya tidak terbukti. Tetapi untuk merebut kembali perhatian Davina, Fathan harus berusaha lebih keras. Fathan yang sedang galau meneka
"Semoga bukti ini menjadi bisa menjadi petunjuk bagi pihak kepolisian untuk segera meringkus Rizal. Saya sangat yakin dia pelakunya. Rizal yang membunuh Lulu." Davina tak kuasa menahan kesedihannya di depan Bripda Estu Saragih. Dia menyerahkan file catatan Lulu yang sudah dicopy pada sebuah flashdish juga surat pengunduran diri yang belum sempat dia berikan kepada Fathan."Terima kasih Ibu Davina, informasi ini sangat berharga bagi kami. Kalau saya perhatikan pria di video yang dikirimkan korban kepada Faiza, ciri fisiknya memang mirip dengan Rizal. Ada beberapa foto Rizal di laptop korban. Kami akan mengabari Anda begitu kami bisa meringkus pelakunya.""Terima kasih Bu Estu. Saya permisi. Semoga pembunuh itu membusuk di penjara." Davina meluapkan amarahnya. Sekarang sudah jelas bahwa dia, Fathan dan sahabat-sahabatnya terbebas dari tuduhan sebagai pembunuh Lulu. Davina kembali ke apartemennya untuk mengemasi barang-barangnya. Keesokan harinya Davina mendapat telepon dari Bripda Es
(Davina, jika terjadi sesuatu padaku tolong jaga Keenan untukku. Bidan Danarsih bisa menjadi Ibu yang baik. Tetapi kau tetap harus mengawasi dan menjadi pelindung Keenan. Aku percaya padamu, Vi. Aku capek jadi sapi perahan Rizal. Do'akan kami baik-baik saja. Kamu masih ingat pantai tempat kita dulu sering bolos dan menghabiskan waktu di sana? Aku rindu pantai itu, aku rindu menghabiskan waktu berdua bersamamu.)*"Vi, secepatnya aku akan kasih kabar jika sampai di tempat baru. Makasih banyak karena kamu sudah bantuin aku sejauh ini. Kamu sahabat yang baik, sangat baik.""Hei, apa-apaan ini? Sepertinya kamu akan pergi jauh. No, tidak akan bisa. Di manapun kamu tinggal nanti, aku pasti akan mencarimu. Jangan pernah berharap lepas dari aku lagi."Davina memeluk Lulu sekali lagi. Lulu tak bisa lagi menahan butiran bening di sudut matanya. Sungguh perasaannya bercampur aduk. Dia sangat menyayangi Davina, hingga pengkhianatannya terasa mustahil untuk dimaafkan. Dekat dengan Davina membuatnya