Hari ini aku mencoba untuk memakai pakaian wanita pada umumnya. Meskipun cuaca sangat dingin, aku memaksakan diri untuk memakai pakaian yang sedikit terbuka.Pria itu sedang duduk di depan kedai seperti sedang menunggu sesuatu, aku yakin jika dia sedang menungguku. Namun, dia tidak tahu jika aku sedang libur hari ini.Dia menatapku dengan tatapan aneh, aku pikir jika dia tidak menyukaiku karena penampilanku yang berlebihan ini.Aku menghela napas menghadapi sikapnya yang tidak peka. Pada akhirnya aku menagajaknya uantuk bergi ke sesuatu tempat. Tempat itu tidaklah jauh, dan letaknya berada di tengah-tengah antara rumahku dan tempatku bekerja.Suasana alam di sini memang tidak seindah saat di danau. Namun, setidaknya tempat ini bisa membuatnya merasakan ketenangan sejenak dengan suara kebisingan yang ditimbulkan oleh penduduk setempat."Mengapa kau memakai sepatu yang membuatmu tidak nyaman?" Tiba-tiba dia bertanya, dan menghentikan langkahku."Aku ingin belajar seperti wanita pada umu
Aku mengkhawatirkannya. Aku tidak ingin jika dia sampai terkena penyakit hanya karena tidak terbiasa dengan air hujan.Aku memberikan pakaian kakaku, agar dia tidak sampai terkena flu. Kami menghangatkan badan di dekat perapian. Aku menyajikan sup dan teh hangat untuknya. Tidak hanya luar badannya saja yang terasa hangat, tapi dari dalam tubuh juga.Saat aku memberikan pakaian kakakku, wajahnya tampak bersedih. Padahal seharusnya aku yang seperti itu. Namun, aku ingin memberi sesuatu yang bisa dia ingat suatu hari. Meskipun itu bukan pakaianku, setidaknya kakakku cukup terhubung denganku."Kau tampak sedih telah kehilangan kakakmu. Sebaiknya aku tidak mengambil sesuatu yang berharga dari kakakmu.""Itu hanya pakaian, tidak ada yang berharga." Memang benar, karena aku ingin memberikannya sebuah kenangan dari pakaian ini.Dia pergi ke salah ruangan di rumahku untuk mengganti pakaiannya. Maksudku, rumah orangtua angkatku.Setelah dia mengganti pakaiannya, tatapan matanya hanya tertuju ke
Aku berjalan menuju ke tempat kerjaku bersamanya. Tanganku memeluk lengannya dan tidak akan aku lepas. Karena aku ingin semua orang di sini tahu jika aku mempunyai seseorang yang aku sedang banggakan.Sisa dari hujan semalaman masih berbekas. Genangan air di mana-mana, sehingga membuatku harus melepaskan tanganku kepadanya dan mencari jalan agar aku tidak terkena air lumpur dari genangan itu.Tiba-tiba dia menarikku dan memelukku. Kereta kuda melewati kami dengan laju yang cepat sehingga menyipratkan air dari genangan itu. Air itu mengenai punggungnya, dia berhasil melindungiku dari air kotor yang hampir menodai pakaian kerjaku."Pa-pakaianmu basah dan kotor, kan?""Aku tidak masalah, karena setelah ini aku akan kembali ke rumahku." Dia melepaskan mantel, kemudian menepuk-nepuknya mungkin karena dia berharap jika noda itu tidak akan terlalu menempel di mantelnya."Rumah?"Apakah dia memiliki rumah? Aku penasaran di mana rumahnya berada? Apa aku boleh mengunjunginya suatu hari?"Pengin
Aku melihat sosoknya yang sedang berbicara dengan pemilik kedai, dia tampak seperti sedang kebingungan. Aku melihat sesuatu di balik punggungnya. Sebuah bunga? Aku mulai menghampirinya. Aku berdiam diri di balik punggungnya, dan menatap apa yang sedang ia genggam. Kepada siapakah dia akan memberikan bunga ini?Dia membalik badannya, dan aku kaget dibuatnya. Apa dia tahu jika aku sudah berdiam diri di sini dari tadi? Mataku masih tertuju dengan bunga yang ia genggam."Untukmu." Dia memberikannya kepadaku.Untukku? Apa dia benar-benar memberikannya untukku, dan mengapa dia memberikanku bunga myrtle?"Aku tidak tahu seleramu. Namun, kuharap kau menyukainya."Sepertinya dia tidak tahu cerita di balik bunga ini. Biasanya bunga ini diberikan jika seorang laki-laki berniat untuk menikahi seorang wanita. Jika dia mengetahui cerita di balik bunga ini, apa secepat inikah dia mempersuntingku? Ah, mengapa aku berpikir sejauh itu?! Hentikan, dan lupakan!"Terima kasih." Aku tersenyum.Aku benar-be
Aku melihat sosok pria itu di luar sana dan rupanya dia baru saja datang. Aku harus bergegas untuk menemuinya. Namun, tampaknya dia sedang berbicara dengan seseorang. Seharusnya aku tidak menganggunya dan menunggunya di sini.Aku sangat atunsias menunggu kedatangannya.Aku melakukan pekerjaanku sembari sesekali melihatnya di luar sana melalui jendela.Meskipun dia tidak menghadap ke arahku, hanya saja aku tahu pakaian yang ia kenakan dan bagaimana bentuk tubuhnya. Aku tidak bisa melihat seseorang itu, hanya saja aku yakin seseorang itu adalah sosok laki-laki.Sosok laki-laki itu memakai mantel besar, dan tudung di kepalanya. Aku tidak perlu mengkhawatirkan, karena dia sedang berbicara dengan laki-laki. Namun, sosok itu terlihat sedikit mencurigakan. Apa mungkin karena dia memakai tudung di kepalanya? Aku tidak boleh berburuk sangka, itu tidak baik.Ketika aku akan melanjutkan pekerjaanku, laki-laki itu hendak meninggalkannya dan kembali menaiki kudanya. Aku melihat dia melambaikan tan
Aku terbangun karena matahari baru saja memunculkan dirinya. Meskipun matahari tidak sepenuhnya muncul, karena awan yang sangat tebal. Sinarnya berhasil memaksaku untuk membukakkan mataku.Saat aku tersadarkan diri, tubuhku telah terbaluti sebuah mantel untuk menghangantkanku semalaman. Siapa yang sudah melakukan ini? Apakah seseorang sedang menguntitku? Namun, siapa dia? Perasaanku masih tertuju kepada pria itu. Aku sedikit berharap jika pria itulah yang sudah melakukan ini semua, meskipun ini mustahil.Aku tidak peduli jika hidupku dalam bahaya, hanya saja aku tidak ingin jika orang-orang di sekitarku yang menyayangiku terkena dampaknya. Aku sudah memutuskan untuk tidak berinteraksi lagi dengan mereka.Yang aku lakukan mungkin sudah benar, aku mengkhawatirkan keselamatannya. Jika dia tetap bersamaku, bisa saja dia dalam bahaya sama seperti keluargaku.Aku memutuskan untuk tidak kembali bekerja di sana.Hatiku terasa sangat sakit sekali telah mencampakkannya, hanya saja saat ini untu
Musim dingin sudah di mulai, tanah yang subur sudah tertutupi oleh salju yang menumpuk. Bunga-bunga sudah berguguran menyisakan batang pohong yang mengering karena terhambatnya pertumbuhan karena cahaya matahari sudah tidak ditemuinya.Aku mengenakan mantel tebal dan mengikatnya agar aku bisa merasakan kehangatan dari dalam tubuhku.Entah mengapa hatiku tergerak untuk mendatangi rumah yang berada di dalam hutan ini. Meskipun rumah ini tanpa pemilik. Namun, hatiku berkata jika gadis itu selalu datang ke sini. Aku merindukannya dan berharap bisa menemuinya di sini.Aku menduduki sebuah kursi yang menghadap ke hutan. Tidak ada yang istimewa di sini. Mungkin gadis itu akan berpikir demikian. Hanya saja rumah ini memiliki kenangan yang indah saat bersama dengan kakaknya.Pikiranku berlarut kepada gadis itu. Aku ingat bagaimana pertama kali melihatnya, dia memiliki senyuman yang indah dan wajahnya yang selalu bersinar. Meskipun pada saat itu hatinya menyembunyikan kesedihannya. Namun, aku s
Aku menemui keluarga itu di sebuah kedai tempat di mana dia bekerja dulu. Langit sudah mulai menggelap. Pemilik kedai itu sengaja menutup kedai miliknya. Aku berjalan memasukinya, hanya ada beberapa cahaya yang meneranginya. Aku yakin dia melakukan ini agar semua orang tahu jika kedai ini sudah tutup."Tuan!" Pemilik itu membungkukkan badannya.Aku mengangguk dan mengusap bahunya. "Terima kasih sudah membantuku.""Tuan, um. Maksud saya Yang Mulia—""Tidak apa, panggil saja aku 'Tuan'"Dia memberikanku sebuah kotak. Aku tahu ini, karena gadis itu pernah menunjukkannya kepadaku. Aku membukanya.Busur panah, dan bunga Myrtle. Sepertinya dia menyimpannya untukku. Mengapa dia melakukan ini? Sedangkan dia pergi meninggalkanku."Lebih baik kau menyimpannya.""Tidak, Tuan. Aku ingin kau yang menyimpannya. Itu lebih baik.""Baiklah. Sesuai rencanaku, hari ini kau dan anakmu akan mulai bekerja di kediamanku. Sedangkan istrimu akan bekerja di tempat temanku. Dia adalah seorang Pangeran dari Kast