Aku mengkhawatirkannya. Aku tidak ingin jika dia sampai terkena penyakit hanya karena tidak terbiasa dengan air hujan.Aku memberikan pakaian kakaku, agar dia tidak sampai terkena flu. Kami menghangatkan badan di dekat perapian. Aku menyajikan sup dan teh hangat untuknya. Tidak hanya luar badannya saja yang terasa hangat, tapi dari dalam tubuh juga.Saat aku memberikan pakaian kakakku, wajahnya tampak bersedih. Padahal seharusnya aku yang seperti itu. Namun, aku ingin memberi sesuatu yang bisa dia ingat suatu hari. Meskipun itu bukan pakaianku, setidaknya kakakku cukup terhubung denganku."Kau tampak sedih telah kehilangan kakakmu. Sebaiknya aku tidak mengambil sesuatu yang berharga dari kakakmu.""Itu hanya pakaian, tidak ada yang berharga." Memang benar, karena aku ingin memberikannya sebuah kenangan dari pakaian ini.Dia pergi ke salah ruangan di rumahku untuk mengganti pakaiannya. Maksudku, rumah orangtua angkatku.Setelah dia mengganti pakaiannya, tatapan matanya hanya tertuju ke
Aku berjalan menuju ke tempat kerjaku bersamanya. Tanganku memeluk lengannya dan tidak akan aku lepas. Karena aku ingin semua orang di sini tahu jika aku mempunyai seseorang yang aku sedang banggakan.Sisa dari hujan semalaman masih berbekas. Genangan air di mana-mana, sehingga membuatku harus melepaskan tanganku kepadanya dan mencari jalan agar aku tidak terkena air lumpur dari genangan itu.Tiba-tiba dia menarikku dan memelukku. Kereta kuda melewati kami dengan laju yang cepat sehingga menyipratkan air dari genangan itu. Air itu mengenai punggungnya, dia berhasil melindungiku dari air kotor yang hampir menodai pakaian kerjaku."Pa-pakaianmu basah dan kotor, kan?""Aku tidak masalah, karena setelah ini aku akan kembali ke rumahku." Dia melepaskan mantel, kemudian menepuk-nepuknya mungkin karena dia berharap jika noda itu tidak akan terlalu menempel di mantelnya."Rumah?"Apakah dia memiliki rumah? Aku penasaran di mana rumahnya berada? Apa aku boleh mengunjunginya suatu hari?"Pengin
Aku melihat sosoknya yang sedang berbicara dengan pemilik kedai, dia tampak seperti sedang kebingungan. Aku melihat sesuatu di balik punggungnya. Sebuah bunga? Aku mulai menghampirinya. Aku berdiam diri di balik punggungnya, dan menatap apa yang sedang ia genggam. Kepada siapakah dia akan memberikan bunga ini?Dia membalik badannya, dan aku kaget dibuatnya. Apa dia tahu jika aku sudah berdiam diri di sini dari tadi? Mataku masih tertuju dengan bunga yang ia genggam."Untukmu." Dia memberikannya kepadaku.Untukku? Apa dia benar-benar memberikannya untukku, dan mengapa dia memberikanku bunga myrtle?"Aku tidak tahu seleramu. Namun, kuharap kau menyukainya."Sepertinya dia tidak tahu cerita di balik bunga ini. Biasanya bunga ini diberikan jika seorang laki-laki berniat untuk menikahi seorang wanita. Jika dia mengetahui cerita di balik bunga ini, apa secepat inikah dia mempersuntingku? Ah, mengapa aku berpikir sejauh itu?! Hentikan, dan lupakan!"Terima kasih." Aku tersenyum.Aku benar-be
Aku melihat sosok pria itu di luar sana dan rupanya dia baru saja datang. Aku harus bergegas untuk menemuinya. Namun, tampaknya dia sedang berbicara dengan seseorang. Seharusnya aku tidak menganggunya dan menunggunya di sini.Aku sangat atunsias menunggu kedatangannya.Aku melakukan pekerjaanku sembari sesekali melihatnya di luar sana melalui jendela.Meskipun dia tidak menghadap ke arahku, hanya saja aku tahu pakaian yang ia kenakan dan bagaimana bentuk tubuhnya. Aku tidak bisa melihat seseorang itu, hanya saja aku yakin seseorang itu adalah sosok laki-laki.Sosok laki-laki itu memakai mantel besar, dan tudung di kepalanya. Aku tidak perlu mengkhawatirkan, karena dia sedang berbicara dengan laki-laki. Namun, sosok itu terlihat sedikit mencurigakan. Apa mungkin karena dia memakai tudung di kepalanya? Aku tidak boleh berburuk sangka, itu tidak baik.Ketika aku akan melanjutkan pekerjaanku, laki-laki itu hendak meninggalkannya dan kembali menaiki kudanya. Aku melihat dia melambaikan tan
Aku terbangun karena matahari baru saja memunculkan dirinya. Meskipun matahari tidak sepenuhnya muncul, karena awan yang sangat tebal. Sinarnya berhasil memaksaku untuk membukakkan mataku.Saat aku tersadarkan diri, tubuhku telah terbaluti sebuah mantel untuk menghangantkanku semalaman. Siapa yang sudah melakukan ini? Apakah seseorang sedang menguntitku? Namun, siapa dia? Perasaanku masih tertuju kepada pria itu. Aku sedikit berharap jika pria itulah yang sudah melakukan ini semua, meskipun ini mustahil.Aku tidak peduli jika hidupku dalam bahaya, hanya saja aku tidak ingin jika orang-orang di sekitarku yang menyayangiku terkena dampaknya. Aku sudah memutuskan untuk tidak berinteraksi lagi dengan mereka.Yang aku lakukan mungkin sudah benar, aku mengkhawatirkan keselamatannya. Jika dia tetap bersamaku, bisa saja dia dalam bahaya sama seperti keluargaku.Aku memutuskan untuk tidak kembali bekerja di sana.Hatiku terasa sangat sakit sekali telah mencampakkannya, hanya saja saat ini untu
Musim dingin sudah di mulai, tanah yang subur sudah tertutupi oleh salju yang menumpuk. Bunga-bunga sudah berguguran menyisakan batang pohong yang mengering karena terhambatnya pertumbuhan karena cahaya matahari sudah tidak ditemuinya.Aku mengenakan mantel tebal dan mengikatnya agar aku bisa merasakan kehangatan dari dalam tubuhku.Entah mengapa hatiku tergerak untuk mendatangi rumah yang berada di dalam hutan ini. Meskipun rumah ini tanpa pemilik. Namun, hatiku berkata jika gadis itu selalu datang ke sini. Aku merindukannya dan berharap bisa menemuinya di sini.Aku menduduki sebuah kursi yang menghadap ke hutan. Tidak ada yang istimewa di sini. Mungkin gadis itu akan berpikir demikian. Hanya saja rumah ini memiliki kenangan yang indah saat bersama dengan kakaknya.Pikiranku berlarut kepada gadis itu. Aku ingat bagaimana pertama kali melihatnya, dia memiliki senyuman yang indah dan wajahnya yang selalu bersinar. Meskipun pada saat itu hatinya menyembunyikan kesedihannya. Namun, aku s
Aku menemui keluarga itu di sebuah kedai tempat di mana dia bekerja dulu. Langit sudah mulai menggelap. Pemilik kedai itu sengaja menutup kedai miliknya. Aku berjalan memasukinya, hanya ada beberapa cahaya yang meneranginya. Aku yakin dia melakukan ini agar semua orang tahu jika kedai ini sudah tutup."Tuan!" Pemilik itu membungkukkan badannya.Aku mengangguk dan mengusap bahunya. "Terima kasih sudah membantuku.""Tuan, um. Maksud saya Yang Mulia—""Tidak apa, panggil saja aku 'Tuan'"Dia memberikanku sebuah kotak. Aku tahu ini, karena gadis itu pernah menunjukkannya kepadaku. Aku membukanya.Busur panah, dan bunga Myrtle. Sepertinya dia menyimpannya untukku. Mengapa dia melakukan ini? Sedangkan dia pergi meninggalkanku."Lebih baik kau menyimpannya.""Tidak, Tuan. Aku ingin kau yang menyimpannya. Itu lebih baik.""Baiklah. Sesuai rencanaku, hari ini kau dan anakmu akan mulai bekerja di kediamanku. Sedangkan istrimu akan bekerja di tempat temanku. Dia adalah seorang Pangeran dari Kast
"Apa tidurmu nyenyak sekali?"Aku membuka mataku, dan temanku sedang berada di depanku.Memang benar, ini pertama kalinya kau bisa tertidur tanpa memikirkan apa pun. Aku mulai menggosokkan mataku."Aku tahu ini terdengar gila, tapi bisakah kau membantuku? Aku mendapati seorang gadis tergeletak begitu saja di tanah. Sepertinya dia sudah terjatuh. Aku meminta tolong kepada salah satu pelayanmu untuk membantu, kebetulan hari itu aku bertemu dengannya."Aku tidak tahu harus berbuat apa? Sebenarnya aku tidak mau melakukan hal apa pun untuk saat ini. Hanya saja ada sesuatu yang mendorongku untuk memeriksanya.Kami bergegas pergi.Musim semi sudah di mulai, aku melihat pepohonan yang mulai tumbuh bersama bunga.Pada waktu ini, para petani juga sibuk mengolah ladang mereka. Mereka menabur benih di tanah yang subur, mempersiapkan pertanian untuk masa panen mendatang. Musim semi memberikan harapan baru bagi mereka, karena mereka melihat pertumbuhan tumbuh-tumbuhan yang baru muncul dan menjanjik
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini