Pada akhirnya aku kembali dan duduk di kedai ini. Wanita itu bernama Sona. Dia benar-benar mengacaukan semuanya! Wanita menyebalkan! Mengapa dia ikut campur dan menyebabkan kekacauan? Padahal aku sedang merindukan kasurku yang empuk itu. Aku benar-benar ingin tidur untuk sementara waktu sampai punggungku terasa membaik. Aku merengung mengingat apa yang sudah dikatakan wanita itu. Dia benar, lebih baik aku jujur kepada diriku sendiri. Aku berniat memberitahu Sang Raja dalam waktu dekat, bahwa aku sudah tidak ingin melanjutkan perintahnya. Memang terdengar egois karena aku mementingkan perasaanku sendiri. Namun, pada saat Williams dan gadis itu saling mengamati dari kejauhan, mereka tidak tertarik satu sama lain. Ini adalah kesempatan bagiku untuk bisa berjuang memilikinya. Sebaiknya aku pergi dari sini sekarang, sebelum cuaca memburuk. Aku tidak ingin menginap di rumah gadis itu lagi, aku benar-benar akan canggung di sana jika seluruh anggota keluarganya sedang berkumpul. Aku pasti a
Udara hari ini cukup dingin. Salju akan turun beberapa hari ke depan. Saat turun salju pertama, aku ingin bersamanya. Menikmati saat-saat itu. Aku akan mengajaknya menginap di kediamanku. Aku tidak akan tahu dengan respon ayah seperti apa? Maka dari itu, aku akan membujuknya pada saat malam hari tiba.Meskipun cuaca sedang buruk. Namun, perasaanku berbanding sebaliknya. Ya, aku sedang jatuh cinta. Aku mencintainya sejak pertama kali melihatnya. Dia adalah wanita yang berbeda. Aku menyesal jika aku telah membohongi diriku sendiri. Aku akan jujur kepadanya hari ini, dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ada sedikit keraguan menyelimuti diriku, jika dia akan mencampakkanku dan tetap memilih Williams. Namun, aku harus tetap berusaha, jika dia menolak untuk bersamaku. Aku akan mencoba merelakannya, aku ingin dia bahagia.Seseorang membuyarkan lamunanku."Sedang apa kau di sini?" Dia menuruni kuda yang sedang ditungganginya.Dia adalah laki-laki yang tinggal di kediamanku bernama Da
Gadis itu telah mengubahku. Dia memberikan kehidupan yang berwarna untukku. Namun, dalam sekejap dia menggelapkannya kembali. Ingin aku menemuinya segera, memastikan bahwa dia baik-baik saja. Aku tidak perlu berbicara dengannya. Cukup melihatnya dari kejauhan. Mungkin dengan ini bisa membuatku tenang. Setelah malam itu aku bisa tertidur dengan tenang, kini aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku kembali terjaga dan termenung. Beberapa kali sahabatku menghiburku tapi aku hanya mengabaikannya. Aku tidak bisa menjadi seperti biasanya. Seperti, aku sudah kehilangan sesuatu yang paling berharga. Aku mengalami hal serupa ketika ibuku meninggalkanku. Saat ini aku memang tidak menangis, tapi hatiku sangat teriris-iris.”Hei! Bangkitlah! gadis di dunia ini sangat banyak. Aku bisa mencarikannya untukmu!”Aku hanya mendengarkannya. Dia tidak paham, gadis yang aku maksud adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya dan aku jatuh cinta dengan gadis itu, tidak ada yang lain. Hanya dia yang bisa membua
Suatu hari ketika aku masih kecil. Ibu selalu mengajakku pergi ke tempat ramai. Paling tidak ke pusat kota. Karena dia senang melihat banyak orang. Aku tidak mengerti, mengapa ibu senang berada di tempat ramai? Berbeda sekali dengan ayah. Dia lebih menyukai tempat yang sepi. Kami selalu berpisah jika waktu sedang senggang. Ayah selalu mengajarkan kakakku banyak hal. Salah satunya adalah bertarung. Kadang aku ingin mengikutinya, tapi ibu melarang. Dia mengatakan jika wanita tidak pantas melakukan hal yang biasa laki-laki lakukan.Ibuku menyuruhku menunggu di taman, di tengah-tengah taman terdapat kursi. Hanya saja kursi itu sudah diduduki oleh anak laki-laki. Sepertinya dia lebih tua dariku. Kurasa dia sedang tersesat. Melihat tingkahnya yang sedang kebingungan. Lalu aku menghampirinya."Di mana ibumu? Apa kau tersesat?"Dia hanya terdiam melihatku."Baiklah, akan aku temani di sini sampai ibumu datang." Aku duduk di sampingnya.Ibuku selalu mengajarkanku untuk berbagi. Maka dari itu,
Setelah beberapa tahun kami lewati bersama. Aku merasa sangat senang mempunyai seorang kakak laki-laki. Ketika itu aku hampir digoda oleh seorang pria tua yang sedang mabuk berat. Kakakku langsung bertindak dengan cepat, dia melindungiku. Aku merasa sangat bergantung sekali kepadanya, aku tidak sanggup jika kehilangannya. Jika dia menikah, kuharap dia tidak pergi terlalu jauh, sehingga aku masih bisa menemuinya.Namun, pada suatu hari ketika itu membuat hidupku kembali suram. Aku masih ingat, hari itu memang tidak seperti biasanya. Biasanya kami selalu berpergian secara bersamaan. Namun, hari itu tidak. Kakakku pergi terlebih dahulu ke hutan. Kegiatan yang selalu kami lakukan adalah berlatih memanah. Karena hanya itu yang bisa kulakukan. Sebelum aku mengambil busur panahku di sebuah rumah kosong, aku mendapati kakakku sedang bersama beberapa orang. Mereka tampak seperti prajurit. Ketika aku akan mendekat, kakakku memergokiku dan memberi tanda bahwa tidak perlu menghampirinya. Aku bers
Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa, tapi tidak bisa dipungkiri. Aku benar-benar merasa ada yang hilang. Aku harus mencoba mengalihkan pikiranku, agar aku tidak terlalu memikirkan kepergian kakakku. Sejujurnya aku tidak bisa, setiap kali mengingatnya air mataku jatuh begitu saja. Aku sudah menyibukkan diri, tapi tetap saja tidak bisa. Setiap yang aku kerjakan, pasti ada kakakku yang selalu berada di sampingku. Meskipun dia menjengkelkan, tetap saja aku benar-benar merindukan sikapnya itu.Aku melihat ke arah luar, tampak seorang laki-laki yang sedang kebingungan. Lalu aku menghapus air mataku. Benar saja, takdir mempertemukanku kembali dengannya. Hanya saja, setiap aku menghampirinya, dia selalu pergi begitu saja. Sepertinya dia sedang terburu-buru. Beberapa hari aku melihatnya seperti itu. Namun, pada suatu hari dia duduk di kedai tempatku bekerja. Kini aku bisa menghampirinya. Aku tidak akan mengatakannya secara langsung, aku akan mendekatinya dengan perlahan-lahan.Dia sedan
Hari mulai menggelap, di sini sudah tampak ramai. Orang-orang mulai berdatangan. Api unggun sudah dinyalakan, aku bisa merasakan kehangatannya meskipun dari kejauhan. Kami tidak berbicara sama sekali. Aku hanya mengamati sekitar, begitu pun dengannya. Kami masih menduduki kursi taman. Mereka semua sedang berdansa, aku tidak bisa berdansa. Ada keinginan kecil untuk berdansa dengannya, tapi itu sangat mustahil. Mengingat bagaimana sikapnya terhadapku. Namun, jika dia tiba-tiba mengajakku berdansa, aku akan sangat malu sekali. Tidak ada yang mengajariku berdansa. Meskipun aku sering mengunjungi pesta rakyat bertiga, tapi kami hanya menikmati suasana keramaian yang begitu ceria. Tidak sampai berdansa, atau bahkan menari."Aku tidak bisa berdansa." Tiba-tiba dia berkata seperti itu, seolah-olah sedang membaca pikiranku."Aku pun sama, aku tidak pernah berdansa."Tiba-tiba dia dia mengajakku ke tempat yang lebih sunyi. Aku yakin jika dia tidak terlalu menyukai keramaian.Saat kami tiba di s
Hari ini aku mencoba untuk memakai pakaian wanita pada umumnya. Meskipun cuaca sangat dingin, aku memaksakan diri untuk memakai pakaian yang sedikit terbuka.Pria itu sedang duduk di depan kedai seperti sedang menunggu sesuatu, aku yakin jika dia sedang menungguku. Namun, dia tidak tahu jika aku sedang libur hari ini.Dia menatapku dengan tatapan aneh, aku pikir jika dia tidak menyukaiku karena penampilanku yang berlebihan ini.Aku menghela napas menghadapi sikapnya yang tidak peka. Pada akhirnya aku menagajaknya uantuk bergi ke sesuatu tempat. Tempat itu tidaklah jauh, dan letaknya berada di tengah-tengah antara rumahku dan tempatku bekerja.Suasana alam di sini memang tidak seindah saat di danau. Namun, setidaknya tempat ini bisa membuatnya merasakan ketenangan sejenak dengan suara kebisingan yang ditimbulkan oleh penduduk setempat."Mengapa kau memakai sepatu yang membuatmu tidak nyaman?" Tiba-tiba dia bertanya, dan menghentikan langkahku."Aku ingin belajar seperti wanita pada umu
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini