"Saya baru mendapatkan info jika Mrs. Ellard melakukan penerbangan ke Las Vegas" ucap salah satu tangan kanannya ketika Axton tengah bersiap untuk ikut mencari Ara.
Beberapa orang suruhannya sudah mencari sampai ke sudut London. Tetapi tidak menemukan istrinya itu. Axton sudah menduga jika Ara tentu saja akan bersembunyi darinya.Dengan di bantu oleh sosok yang dilihatnya di dalam mobil itu. Sosok yang mencium Ara. Sialan! Mengingat hal itu Axton ingin sekali menghancurkan sahabat Ara itu. Ya ya kalian bisa menyalakan karena sikap brengseknya. Tetapi... Ah sudahlah. Tidak ada gunanya menyesal bukan. Saat ini yang terpenting adalah membawa Aranya kembali.Bagaimanapun Axton tidak ingin kehilangan Ara. Bukan karena Ara tengah mengandung anaknya. Tetapi karena Axton baru menyadari satu hal.Dirinya sudah tidak mencintai Delion. Perasaan yang dimilikinya untuk sahabatnya itu telah hilang. Entah dari kapan tetapi Axton tau pasti jika saat ini dirAxton menghela nafas menyandarkan tubuhnya di kursi di perusahannya yang berada di Las Vegas. Pikirannya berkecamuk kemana-mana.Tetapi fokus utamanya saat ini adalah Ara. Kepergian perempuan itu sukses membuat Axton seperti kehilangan arah tujuannya.Hal ini tak pernah dirasakannya. Bahkan ketika Delion memutuskan untuk pergi dari hidupnya Axton tidak pernah merasa segila ini.Damn! Ara sudah berhasil memporak-porandakan kehidupannya dan pikirannya.Ingin sekali Axton menghukum semua anak buahnya yang tidak becus. Bagaimana bisa kekuatan anak buahnya tidak bisa menemukan sosok Ara hingga kini.Sudah seminggu sejak kedatangan surat gugat cerai itu. Sialan perempuan itu! Bagaimana bisa Ara berpikiran untuk menceraikannya.Perempuan itu belum menerima semua penjelasannya. Belum mendengarkan segala hal yang bisa menyakinkan Ara untuk tidak salah pahamTetapi demi tuhan! Bagaimana Ara bisa berpikiran untuk menceraikannya. Bahkan kata itu tak pernah ter
"Dia tidak ingin bertemu denganmu" ucap Nial ketika pria itu memasuki mobil.Axton yang berada di kursi belakang langsung mendengus kesal. Bagaimana tidak. Axton sudah memikirkan semuanya dan memilih untuk datang ke rumah Frank.Tetapi pria itu menolaknya mentah-mentah. Begitu menyebalkan."Pria brengsek!" Gumam Axton dan terlihat Nial memutar matanya kesal."Kau sama brengseknya" ucap Nial santai sambil memacu mobilnya untuk meninggalkan rumah tersebut."Lalu apa yang harus kulakukan ? Apa lebih baik aku kembali ke Las Vegas. Mungkin ada perkembangan di sana" ucap Axton dan Nial menggelengkan kepalanya"Kau belum mencobanya. Tunjukkan niatmu" ucap Nial seperti seorang kakak padanyaBeginilah Nial dan Axton ketika mereka berada di luar jam kantor. Nial akan berubah menjadi sosok sahabatnya.Tetapi terkadang kebiasaan tak pernah bisa dirubah dengan cepat. Seperti posisi mereka saat ini. Karena sangking seringnya Nial menjadi supirnya ketika jam
"Bagaimana bisa kau begitu tolol ?" Ucap Melly sambil memberikan obat di wajah Axton.Lebam-lebam mulai terlihat di wajah Axton. Tentu saja dengan bentuk wajah yang mengerikan. Melly sendiri saja sampai heran darimana Axton bisa mendapatkan luka-luka seperti itu"Aku ke sini meminta pengobatan. Bukan cacian" ucap Axton dingin dan Melly memutar matanya."Minta pengobatan itu baik-baik. Atau mau ditambah lebam-lebamnya" ucap Melly gemas dan menekan lebam yang ada di wajah Axton."Sakit!" Ucap Axton dan Melly hanya meleletkan lidahnya tetapi masih membantu mengobati luka-luka Axton.Setelah meninggalkan gedung perusahaan milik Frank. Axton memilih untuk langsung terbang ke Las Vegas. Mengabaikan luka-lukanya.Ketika sampai di Las Vegas. Axton memilih langsung menuju apartemen milik Austin. Ternyata hanya ada Melly di sana.Melly yang melihat Axton terluka seperti itu menawarkan untuk mengobati lukanya. Dengan di sertai segala cacian dan makian tentu s
"Aku tidak mau" ucap Ara dengan cepat dan membuat sebuah senyuman muncul di sudut bibir Gaston."Bukankah kau yang pergi dari putraku ? Lalu kenapa kau tidak ingin menceraikannya ? Aku cukup tau apa yang dia lakukan padamu" ucap Gaston dan Ara menarik napasnya pelan.Kilas tentang Axton yang mencium perempuan lain kembali di pikirannya. Ara ingin sekali mencincang wajah Axton.Hanya untuk melampiaskan amarahnya saja. Tetapi jika untuk perceraian Ara tidak pernah memikirkan hal itu.Berpisah dengan Axton ? Ara berpikir sejenak dan menatap jendela kamar ini. Sepertinya langit mulai sore hari terlihat.Ara tidak ingin berpisah dari Axton. Katakan dirinya bodoh. Tetapi Ara sama sekali tidak ingin berpisah dengan Axton. Dirinya hanya ingin pergi menjernihkan pikirannya.Bukankah semua ini pilihannya ? Mencintai Axton. Resiko apapun harus dihadapinya. Termasuk Axton yang bisa saja bermain perempuan lain.Katakan dirinya bodoh. Terserah kalian tetapi Ara
Ara memegang sprei dengan remasan yang kuat. Pikirannya begitu kusut saat ini. Perutnya terasa melilit. Ara menatap AC yang menyala tetapi terasa tidak menyala.Sepertinya dirinya akan melahirkan saat ini. Perutnya terasa begitu sakit dan tubuhnya serasa akan di belah menjadi dua.Sejak tadi sore perut Ara memang sudah merasa tidak enak. Tetapi Ara pikiran hanya kram biasa sejak sore. Tetapi Ara baru menyadari jika rasa sakit itu terus konstan menghampirinyaDengan tangannya yang bergetar Ara menggapai gagang telfon di atas nakas. Ara tidak tau tombol mana yang di tekannya. Saat ini yang menjadi fokusnya adalah meminta bantuan siapapun yang bisa membantunya.Ara tidak mau harus berakhir mengenaskan di sini. Melahirkan seorang diri dan mengorbankan keselamatan bayinyaSudah lama Ara menanti bayi ini. Anaknya yang sudah di tunggu begitu lama. Selalu membayangkan siapa yang akan dijiplak oleh anaknya ini.Ara ataupun Axton ? Sialan! Membayangkan Axton peru
"Axton dan Austin adalah putraku. Tetapi aku seakan tak pernah melihat mereka tumbuh" ucap Gaston dengan duduk di sofa yang menjadi tempat duduk pria itu pertama kali ketika sampai di kamar Ara.Ara duduk dengan menyandarkan tubuhnya di sisi ranjang. Bayi mungilnya terlihat nyaman sekali di pelukan kakeknya.Ya kakeknya bukan ?"Jadi kau lebih banyak bekerja daripada mengurus anak ?" Tanya Ara dan Gaston terlihat tersenyum."Pekerjaanku bukan pekerjaan biasa Ara. Dulu bagiku terlalu memanjakan anak itu tidak boleh, mereka harus siap di latih dan paling parah di bunuh"Ara meneguk ludahnya susah payah. Ara cukup mengerti siapa sosok di depannya saat ini. Ara bukan orang bodoh yang bahkan tak menyadari pekerjaan orang-orang yang dekat dengannya.Axton tidak pernah mengatakan apapun tetapi Ara cukup paham jika pekerjaan mereka bukanlah pegawai kantoran yang ke sana kemari menggunakan jas mahal mereka."Axton adalah incaran paling empuk. Anak pertama s
"Ara" gumam Axton dengan menatap Ara yang berdiri di lantai dua.Rasa rindu memenuhi dadanya saat ini. Entah bagaimana bisa Ara terlihat semakin cantik. Jika bis Axton ingin berlari kearah Ara dan memeluk perempuan itu.Tak mengijinkan Ara untuk pergi lagi darinya. Sialan tentu saja Axton tidak akan mengijinkan Ara untuk pergi. Cukup sekali Axton ditinggalkan dan cukup sekali juga Axton membuat Ara sakit hati."Untuk apa kau kemari ?" Ucap Ara yang sukses membuat wajah Axton terlihat kecewa."Tentu saja membawamu pulang" ucap Axton dan Ara mendengus dengan menggelengkan kepalanya."Aku tidak ingin pulang" ucap Ara dengan mengetukkan tangannya di pagar tepi lantai dua."Kau berlindung di orang yang salah, sayang. Dengar kita bisa membicarakan segalanya""Apa kau orang yang tepat untukku berlindung ? Setelah kau melakukan semua itu padaku ?" ucap Ara dan Axton terlihat terkesiap kaget mendengarnya."Aku minta maaf akan semuanya. Aku benar-benar
"Untuk pertama kalinya aku melihatmu seperti mayat ?" Celetuk Austin ketika mereka berdua berada di bar mansion ini.Austin memutuskan untuk tidak pulang. Bahkan Austin juga berencana untuk membawa Melly serta kemari karena memang pernikahan mereka hanya kurang tiga bulan lagi.Masih banyak yang harus dipersiapkan Austin dan Axton sudah mengatakan pada kembarannya ini agar fokus saja dengan pernikahannya.Pernikahan Austin tentu saja berbeda dengan Axton. Pernikahan Austin di selenggarakan beberapa kali. Termasuk bersama kawanan mafianya.Jadi tentu saja masih banyak hal yang harus disiapkan oleh Austin. Tetapi Austin sama sekali tidak mau pulang dia mengatakan jika tidak masalah dirinya memantau dari mansion ini.Sudah seminggu Axton berada di sini. Gaston tidak mengusiknya sama sekali. Pria itu hanya beberapa kali menatapnya dan Axton juga tidak berniatan untuk berbicara dengan Gaston untuk saat ini."Kau sungguh terlihat putus asa" ucap Austin lagi d
"Axton" suara lirih itu terdengar untuk ketiga kalinya.Hal itu membuat Axton mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang berjejeran.Axton mengerutkan keningnya ketika suara panggilan itu terdengar kembali."Aku mau melahirkan" suara kecil itu terdengar begitu lemahAxton langsung menoleh kearah Ara yang terlihat sudah kesakitan. Mata Axton langsung melotot melihat hal itu dan menatap jam nakas yang menunjukkan pukul dua malam"Kau akan lahiran ?" Ucap Axton dan Ara tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepalanya.Axton yang merasa panik langsung turun dari ranjang dan membuka pintu kamar. Axton masih dengan celana piyamanya terlihat kebingungan."Panggilkan Layla untuk menghubungi supir dan kau bawa aku ke rumah sakit" ucap Ara di tengah ringisannya.Hal itu membuat Axton berhenti dan langsung berbalik untuk lari ke kamar sebelah. Membangunkan Layla yang malam ini memang tidur di kamar Aerin.Layla
Ara berjalan menuju taman belakang dengan perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit. Usia kandungannya sudah menginjak umur 7 bulan.Hari ini Axton tengah berada di Japan. Ada beberapa perjanjian luar negeri yang harus membuat Axton untuk pergi.Alhasil Ara dan Aerin di titipkan di rumah Gaston. Ara tidak masalah akan hal itu. Sudah seminggu Axton belum kembali kemari.Tetapi Ara cukup tau jika suaminya itu tengah sibuk. Lagian setiap malam Axton selalu menyempatkan untuk menelfonnya ketika malam.Ketika Aerin sudah tertidur lelap di sampingnya. Mau tidak mau Ara membawa Aerin untuk tidur bersamanya karena anaknya itu semakin aktif kesana kemari.Ara tidak bisa memantaunya jika dengan leluasa jika mereka berbeda kamar. Apalagi dengan perutnya yang sudah sebuncit ini."Kau akan kemana ?" Ucap seseorang yang membuat Ara menoleh dan menemukan Gaston yang tengah berdiri di sampingnya."Ke gazebo, Daddy. Memangnya Daddy mau kemana ?" Ucap Ara denga
Axton mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. Pikirannya sedang kalut. Perpindahan perusahaan harus ditunda untuk beberapa hari.Pikirannya sedang kacau dan Ara sedang merajuk. Istrinya itu sudah memilih untuk tidur di kamar Aerin selama dua hari ini.Semenjak mereka pulang dari London. Istrinya itu memilih untuk tidak mengatakan apapun.Tetapi Axton sangat lega jika Ara tidak menunjukkan jika mereka sedang bertengkar dihadapan Austin maupun DaddynyaAra bahkan tetap memeluk Gaston dengan sayang sebelum mereka masuk ke dalam mobil. Istrinya itu benar-benar perempuan yang sangat baik hati.Sekaligus kejamIstrinya itu sangat kejam karena mengabaikannya. Ara membuatnya menjadi orang paling salah di sini.Padahal Axton juga kecewa dengan tindakan istrinya itu.Ara menyembunyikan semuanya dari Axton. Merayunya untuk memaafkan Gaston dengan iming-iming akan memberikan Axton anak lagi.Tetapi sialnya perempuan itu malah menggunakan kontrasepsi
Ara menata makanan di meja makan ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Gaston terlihat sudah duduk di kursinya dan terlihat tengah menggoda Aerin yang berceloteh senang.Kemudian di susul dengan Austin yang masuk ke dalam ruang makan. Axton sedang mandi di atas jadi pria itu belum turun hingga saat ini."Vanessa minta tolong siapkan makanan untuk Melly. Aku akan membawanya nanti, dia sedang tidur" ucap Austin dan Vanessa yang memang sedang membantunya langsung menganggukkan kepalanya."Belva, tolong panggilkan Axton juga dia belum turun hingga detik ini" ucap Ara dan perempuan itu langsung menganggukkan kepalanya.Belva dipindahkan ke rumah ini agar bisa membantu Gaston ataupun Melly serta Austin yang sudah menetap di sini.Hanya Axton dan Ara yang sering terbang ke sana kemari dari London ke Las Vegas. Untuk menjenguk Gaston ataupun AustinKemarin Axton mengatakan jika mungkin dia akan mulai menetap di Las Vegas. Membangun perusahaannya di sini s
"Kau terlihat akrab dengan Gaston" ucap Melly yang membuat Ara menoleh.Ara saat ini sedang memilih beberapa tas yang mungkin sedang menarik perhatiannya. Mereka saat ini sedang berada di salah satu mall terbesar di Las Vegas.Melly mengatakan jika hari ini Austin yang akan membiayai mereka berdua. Sebagai bentuk rayuan karena Austin tidak bisa melanjutkan honeymoon mereka karena ada alasan yang mendesak.Ara tertawa mendengar penuturan Melly yang berapi-api. Alhasil Melly mengajaknya untuk menguras semua isi tabungan milik Austin."Gaston pria yang baik. Memang kau tidak akrab ?" Ucap Ara dan Melly tersenyum."Gaston awalnya tidak setuju jika Austin denganku" ucapan Melly sukses membuat Ara menghentikan gerakannya dan membalikkan badan menatap saudara iparnya itu."Kau serius ?"Melly menganggukkan kepalanya dan mengangkat tangan memanggil salah satu pelayan toko yang langsung mendekati mereka. Melly menyerahkan tas yang sudah di pilihnya."G
"Ayo sana. Katanya mau baikan" ucap Ara dengan menggendong Aerin yang tengah merengek karena baru saja bangun tidur.Mereka berdua tengah berdiri di depan balkon sambil memandangi Gaston yang terlihat di gazebo belakang. Dengan tablet di tangannya mungkin melihat berita.Axton yang berdiri di sampingnya terlihat melototkan matanya pada Ara. Tetapi misi Ara kali ini tidak boleh meleset."Bikin perjanjiannya kan baru semalem. Masa udah harus dijalankan" ucap Axton dan Ara yang gantian melototkan matanya."Hey Tuan Arogan! Kau sudah mengambil jatahmu semalam. Sekarang giliranmu untuk membuktikan" ucap Ara dan Axton terlihat mendengus."Aku sedang membantumu menenangkan Aerin" ucap Axton sambil berniat mengambil Aerin dari pelukan Ara.Tetapi Ara segera berpaling agar Axton tak sempat mengambil Aerin. Hal itu membuat Axton mencebikkan bibirnya.Entah bagaimana Axton dari hari ke hari antara semakin menggemaskan dan sedikit mengesalkan. Suaminya itu bisa berubah menc
*-*-*Axton keluar dari mobil dengan jas super mewahnya. Beberapa pasang kamera langsung menyorotnya ketika pertama kali membuka pintu.Axton memutari mobil dan membukakan pintu untuk Ara. Mengambil alih Aerin yang sudah terlihat cantik dengan gaun mungil berwarna senada dengan mereka berdua. Gaun berwarna Navy.Istrinya itu terlihat ragu-ragu awalnya. Tetapi Axton memberikan sebuah senyuman manis dan uluran tangan.Seakan-akan mengatakan jika Ara ragu dia bisa menjadikan Axton pegangannya nanti. Ara dengan perlahan memegang tangan Axton dan membuat Axton semakin menyinggungkan senyumnya.Mereka berdua berdiri di samping mobil dan semua sorotan kamera langsung terarah kearah mereka.Axton menggandeng Ara untuk berjalan melewati beberapa wartawan itu. Axton sudah bisa menduga seperti apa pesta pernikahan saudaranya ini akan berjalan.Apalagi Melly bukan hanya dari keluarga biasa di Las Vegas. Lengkap sudah berita yang akan dibawakan oleh semua awak
"Selamat Malam, Chef Axton" ucap Ara pada Axton yang tengah berdiri di depan kompor dengan celemek yang dipasangkan Ara tadi.Jam menunjukkan pukul enam sore. Tadi Ara sedang memasak ketika Axton pulang dari kantor.Axton yang baru saja datang langsung beranjak untuk mencuci tangan dan menghampiri Aerin yang sedang berceloteh di tempat duduk bayinya.Axton menggendong Aerin dan memberikan godaan pada anaknya itu. Ara hanya diam saja melihat interaksi Anak dan Ayah tersebut.Hingga aroma menyedapkan tercium. Bukan aroma masakannya melainkan aroma dari Aerin yang buang air besar.Jika urusan buang air besar Axton belum mempelajarinya. Jadi mau tidak mau Axton yang harus melanjutkan acara memasak.Tak lupa juga Ara iseng menyuruh Axton untuk mengenakan Celemek. Suaminya itu tidak protes sama sekali dan segera mengenakannya.Dengan mengatakan jika Ara harus segera membereskan Aerin karena anaknya nanti akan menangis karena tidak nyaman.Bukankah A
"Aku haus" ucap Ara pada Axton yang terlihat duduk di sampingnya dengan beberapa berkas di tangannya.Sudah seminggu Axton mulai bekerja kembali. Tetapi tentu saja masih dalam jarak jauh. Mereka masih berada di mansion milik Gaston.Perang dingin masih terasa di antara anak dan bapak itu. Tetapi Ara tidak bisa mengomentari apapun bukan ?"Kau ingin minum apa ?" Tanya Axton setelah menaruh berkasnya dan mengulurkan tangannya menoel pipi Aerin yang terlelap di lengannya.Mereka saat ini tengah menonton televisi dengan Axton yang juga membawa pekerjaannya. Ara tidak bisa mencegahnya karena memang banyak sekali tugas Axton yang terbengkalai kalau kejadian akhir-akhir ini."Air putih saja" ucap Ara dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton beranjak dari tempatnya dengan mencuri sebuah kecupan di puncak kepala Ara. Sebelum berbalik arah keluar dari kamar mereka di rumah ini.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ara dan Axton tidak bisa tidur. Kemudi