Share

Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta
Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta
Author: Ana Battosai

pemanasan

Author: Ana Battosai
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

🌷🌷

Aku menatap pantulan wajah di cermin. Kening yang sudah lebar terasa semakin lebar saat mengingat ucapan Dewi kemarin yang menyarankan agar aku mengambil cuti selama satu bulan, hanya untuk mengikuti ide gilanya. Alibinya adalah demi kebaikanku.

Entah dia bersungguh-sungguh atau tidak, namun yang pasti aku sungguh dan sangat keberatan dengan jalan pikirannya yang super aneh. Kadang aku berpikir, sebenarnya dia itu temanku bukan, sih?

Aku menoleh, menatap buku segede gaban yang tebalnya sampai seribu halaman. 30 Hari Mengejar Jodoh, huruf-huruf itu berjejer rapi di sampul buku. Aish, ingin rasanya melemparkan itu buku ke muka lelaki pakboy yang meninggalkan aku pas lagi sayang-sayangnya. Belum lagi Papa, yang terus saja merengek ingin segera gendong cucu, padahal cucunya dari ketiga abangku sudah berjumlah satu lusin. Apa masih kurang?

Aku bangkit, lalu melemparkan tubuh ke kasur. Empuk. Ingin melemparkan diri ke pelukan lelaki, belum ada yang berkenan untuk segera menghalalkan diri ini, jadi pasrah saja jika sampai usia setua ini masih sendiri. Nasib ....

“The ... kamu sudah tidur?” Suara Papa terdengar dari balik pintu, aku malas menjawab. Sudah pasti beliau akan bertanya perihal pacar. Ebuset, emang Papa pikir cari pacar semudah mancing ikan di empang gitu. Ah, sudahlah. Lebih baik aku tidur.

“Theresia?” Suara Papa masih terdengar, pun ketukan di pintu menggema. Aku malas beranjak, selimut pun kutarik sampai menutup seluruh badan.

🌷🌷

Hari minggu yang seharusnya aku gunakan untuk rebahan seharian sambil berkhayal menjadi istri sultan pun harus sirna kala Dewi-sahabatku, memintaku untuk datang ke sebuah kedai kopi. Ia ingin menunjukkan sesuatu yang entah apa.

Aku memilih meja paling pojok dan tersembunyi. Alasannya sepele, agar mata ini tidak panas menyaksikan adegan mesra kaum muda pengunjung kedai yang saling suap-suapan makanan. Lebih baik di sini, aman!

“Theresia!” Suara cempreng khas klakson angkutan terdengar dari pintu. Aku mendongak melihat Dewi sedang berjalan mendekat.

“Apaan sih, Wi. Ganggu waktu berharga aku deh!” seruku ngambek. Dewi yang sudah ada di hadapanku nyengir kuda sambil mengeluarkan ponsel miliknya.

“Sorry, The. Aku kan pengen liat kamu.”

“Kamu nggak ganggu aku aja udah makasih banget, Wi.”

“Elah, The. Gitu amit.”

“Gini deh, to the point aja. Ada apose ngajak aku ke sini. Jangan bilang kamu punya rencana jahat. Ngaku!”

Dewi diam sejenak, lalu mengembuskan napasnya panjang. “Sebelumnya aku minta maaf, The. Aku diem-diem daftarin kamu di grup CCC.”

“Hah? Apaan, tuh?”

“Cenat Cenut Cinta. Grup biro jodoh yang lagi nge-hits loh.”

“Buset, Wi. Jahat! Sumpah. Kamu mau jodohin aku sama om-om?”

Aku tidak habis pikir Dewi bertindak sampai sejauh ini. Memang selama ini hanya dia yang setia ada di sampingku. Meski diri ini sudah beranjak kepala empat, sampai mendapatkan label perawan tua, hanya dia satu-satunya yang masih setia menempel padaku.

“The. Dengerin dulu. Ini grup bukan kawe-kawe. Banyak orang yang udah menemukan pasangan dari grup ini dan berhasil sampai merit. Kamu coba deh.”

“Ogah, Wi. Mending aku jadi perawan tua daripada maen ginian. Aku manusia, Wi. Bukan boneka. Aku bukan boneka, boneka, boneka!” seruku sambil menyerukan kalimat itu dengan sebuah nada. Kan ujungnya nyanyi ....

“Gini deh, The. Anggap ini pemanasan. Kalo selanjutnya kamu nggak cocok. Aku akan tarik profil kamu dari grup CCC. Gimana?”

Aku memutar bola mata searah jarum jam, mencoba berpikir keras. Haruskah aku menerima tawaran ini, atau menolaknya.

“Saranku, kamu terima aja, The. Nggak ada salahnya 'kan?” ucap Dewi lagi.

Setelah berpikir matang. Akhirnya aku memutuskan berkata 'Ya. Diiringi Dewi yang mengangkat kedua tangannya ke udara seperti orang berdoa.

Perjanjian di meja kedai kopi pun usai. Kami pun memesan makanan untuk mengganjal perut yang lapar.

“Oh, iya. Buku yang aku kasih kemarin kamu bawa 'kan?”

Aku menghela napas panjang. Yang dimaksud Dewi bukan buku, melainkan batu bata. Beratnya saja hampir satu kilo. Buku hard cover dan kertasnya pun tebal. Dengan kesal aku mengambil buku yang ditaruh di kursi sebelah lalu meletakannya di meja.

“Udah baca?” tanya Dewi. Matanya menatapku lekat. Aku menggeleng. Jangankan membaca isinya, membukanya saja aku malas.

“Dibaca dong, The. Gimana kamu tahu apa yang harus dilakukan buat 30 hari ke depan!” seru Dewi dengan nada manja. Aku tersenyum miring, malas membalas argumennya. Ini anak niat bener ngelakuin ini! Mau jadi cenayang rupanya.

Dewi kembali asyik dengan ponselnya, sesekali mengarahkan padaku kemajuan profil diri ini yang dipajang di grup itu. Banyak like dan komentar dari akun berjenis kelamin laki-laki.

“The, ada yang komen nanyain umur dan mau ngajak ketemuan!” seru Dewi yang sukses membuat aku tersedak kentang goreng.

“Ogah, Wi. Terlalu cepet lah. Baru kenal juga.”

“Katanya dia ada di dekat sini!” serunya semakin girang, seperti memenangkan hadiah jutaan.

Kemajuan zaman semakin canggih. Bahkan untuk soal jodoh pun bisa dicari melalui ponsel. Untuk mencari keberadaan seseorang pun tidak sesulit dulu, karena sekarang sudah ada GPS. Simpel banget.

“Coba liat potonya, Wi.” Aku merebut ponsel dari tangannya.

Lelaki bertubuh atletis, dengan wajah putih bersih. Namanya Idam Nugraha. Lelaki berusia 29 tahun dan bekerja sebagai asisten manajer di sebuah kantor di Jakarta Utara. Itu yang terpampang di profil grup. Keren, sih. Apa mungkin dia mau kenalan sama aku dengan perbedaan usia 12 tahun. Impossible lah.

“The, mau ya, please. Anggap ini pemanasan. Oke!” Dewi kembali merengek membuatku semakin gerah. Akhirnya aku menganggukkan kepala tanda setuju. Berdebat dengannya sama saja dengan cari mati!

Dewi membuka halaman pertama buku yang berjudul 30 Hari Mengejar Jodoh, lalu diarahkan padaku agar membacanya. Ia pun mengajarkan padaku cara melafalkan isi buku itu, pun bertutur kata dengan baik saat berkenalan dengan orang baru.

“Wi, nggak usah kaya gini juga kali. Aku bukan anak esde yang harus diajarkan cara melafalkan kalimat sapaan. Yang beginian mah udah khatam aku tuh!” seruku kesal.

Aku tahu niat Dewi baik. Ia ingin agar aku bisa bersikap biasa dan tidak terlalu cuek. Dewi paham benar jika aku memang sudah malas berurusan dengan laki-laki, apalagi dalam hal menjalin sebuah komitmen.

“Ya udah, The. Dia bentar lagi datang. Aku ngumpet di meja sana, ya,” ucap Dewi sambil menunjuk ke arah meja kosong tak jauh dariku. Ia berdiri, lalu duduk di sana.

Aku memegang ponsel milik Dewi, sekadar iseng membaca postingan member lain sambil menanti kehadiran orang itu. Debat jantungku tidak bisa dihindari. Meski ini bukan kali pertama aku bertemu dengan seorang lelaki, namun rasanya ada yang aneh.

Aku melirik Dewi yang asyik membaca buku itu, namun pandanganku teralihkan pada sosok lelaki tinggi, gagah, putih bersih, persis oppa Korea. Dia berdiri di hadapanku dan tersenyum.

“Halo, saya Idam. Kamu Theresia, ya?” Lelaki itu memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan. Aku pun membalas jabatannya lalu mempersilakan duduk.

Sumpah demi bulan yang terbit di malam hari, aku lagi kencan buta sama orang yang ganteng maksimal.

Untuk beberapa saat kami hanya diam. Dewi sesekali melirik ke arahku. Pun dengan lelaki yang duduk di hadapanku, terus memandangi wajah ini sambil senyum. Ini orang waras atau gila sih, dari tadi senyum mulu! Bikin salah tingkah deh!

“Oh, iya. Kamu mau minum apa. Kopi atau ....”

“Nggak perlu repot-repot. Aku bawa minum sendiri, kok!” Idam mengeluarkan botol air mineral dari tas selempang miliknya.

“Kamu nggak suka kopi?” tanyaku.

“Kata mama aku nggak boleh minum kopi. Nanti kulit aku jadi hitam!”

Aku hanya bisa melongo mendengar itu semua. Dewi yang sepertinya mendengarkan kalimat barusan pun ikut tertawa, terlihat ia menutupi sebagian wajahnya dengan buku menu.

“Oh, gitu, ya!” Aku hanya manggut-manggut. Demi Neptunus yang ada di dasar laut, aku ingin melarikan diri dari kencan buta ini.

“Oh, iya. Usia kamu berapa, Theresia?”

“42 tahun,” ucapku.

“Akhirnya aku ketemu sama calon yang diidamkan Mama. Kata Mama cari calon istri yang sudah dewasa. Dan jodohku ada di hadapanku sekarang.” Ucapan polos Idam membuatku merinding disko. Apa jadinya jika aku benar-benar naik pelaminan dengannya.

Lelaki ini sepertinya anak mama banget. Sudah bisa ditebak jika sampai menikah nanti, aku akan bernasib sama seperti wanita di layar kaca karena seatap dengan mertua. Oh, no! Hidupku jangan sampai berakhir tragis, Ferguso!

Aku berdiri dengan tangan memegang perut, ijin ke toilet. Idam pun mengizinkan. Sebelum jam berganti detik, aku harus segera meninggalkan TKP. Jangan sampai dia dan Mamanya menyeret aku ke pelaminan. Tidak!

Dengan napas tersengal-sengal akhirnya aku bisa meninggalkan kedai itu, disusul Dewi dari belakang. Sepertinya ia pun merasakan hal aneh dari dalam diri lelaki itu. Cassingnya lelaki jantan, isinya anak Mama banget.

Aku menyerahkan ponsel pada Dewi, ia berusaha mengatur napasnya yang masih memburu bekas lari-larian tadi. Matanya menatapku tajam.

“Sorry, The. Aku kira dia cowok beneran!” seru Dewi.

“Nggak apa-apa kali, Wi. Santai aja.”

“Nggak usah dilanjutkan ya, The. Aku hapus profil kamu di grup CCC. Dan besok kamu bisa masuk kerja lagi,” ucapnya lagi. Kali ini penuh penyesalan.

“Nggak usah, Wi. Kayanya seru deh. Aku mau lanjut!” seruku sambil tersenyum. Baru kali ini aku menemukan kembali keseruan dalam menikmati hidup.

Ya, inilah aku. Theresia ... wanita matang yang masih jomlo. Mengalami trauma berat karena terlalu sering ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Akunya sayang, tapi dianya tidak!

Related chapters

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    makhluk Tuhan paling seksi

    🌷🌷Pagi-pagi buta suara Dewi sudah membuat gaduh saat nongol di kamar, padahal ayam tetangga saja belum pada bangun. Lah ini anak udah stand by aja dimari.“The. Ada kabar baik buat kamu!” Dewi menarik selimut yang menutupi tubuhku.“Paan, sih, Wi. Ini masih pagi tau!” Aku malas membuka mata. Lampu dan gorden pun masih tertutup rapat. Jika pun sudah siang, Bi Sumi pasti membangunkanku.“Pagi dari Hongkong. Udah jam sembilan loh, The!” Dewi menarik tanganku agar duduk. Oke, aku manut. Dewi bisa lebih sadis dari ibu tiri jika keinginannya tidak dituruti.Aku bisa menebak, jika Dewi bersekutu dengan Bi Sumi agar masuk zona nyamanku. Dasar mereka wanita nggak ada akhlaq!Aku melihat Dewi sudah rapi dengan dandanan yang natural. Bibir yang hanya dilapisi lipensetip tipis, ditambah taburan bedak bayi membuatnya terlihat lebih segar kaya asinan Bogor.“Mandi, gih. Jangan lupa hari ini ada kencan buta hari kedua!” Dewi menunjukkan angka dua dengan jarinya.Ish, lagi-lagi Dewi mengingatkan

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    ketemu mantan

    🌷🌷Siapa sih yang tidak pernah mengalami kasus bau kaki seperti kasus Roy Bayangan kemarin. Aku, Dewi, dan kamu yang lagi baca pun pasti pernah mengalami? Hayo ngaku! Pasti kakimu pernah bau, ya 'kan? Kalo nggak ngaku, aku sumpahin yang boong jadi sukses. Amin!Mataku nyaris tidak bisa terpejam malam ini. Di luar hujan, sepertinya langit dan seperangkatnya mengerti akan adanya hati yang sedang gegana. Gelisah galau merana.Huhuhu ... gagal lagi, deh punya pacar ganteng. Padahal aku udah semangat banget mau ngenalin Roy ke Papa, dan gara-gara Dewi itu semua sirna.Saat jalan pulang kemarin, Dewi tak henti minta maaf. Bahkan ingin membatalkan kencan buta untuk besok pagi, padahal antrean stok lelaki untuk kencan besok panjang, ada sepuluh orang yang ingin merasakan kencan denganku. Namun kali ini aku yang menyeleksi orang-orang itu dan pilihanku jatuh kepada pemilik akun bernama Dede kontainer. Ebuset, namanya aneh banget. Tapi kalo bukan karena tampangnya yang ganteng, aku nggak baka

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    mantan? big, no!

    🌷🌷Menjalin hubungan dengan mantan? Tidaaak ....Aku meremas rambut menirukan gaya perempuan saat melihat suaminya yang direbut pelakor.Memimpikannya saja aku tidak berani, apalagi sampai menginginkan itu terjadi. Kata Papa gula alias sugar dady, mantan itu rasanya kaya sayur kemarin lusa. Asem, kecut, basi! Mau dihangatkan pake cara dipresto juga rasanya akan tetep nggak enak. Jangan dicicipi, letakkan ke tempat pembuangan sampah yang terdalam, biar dia tenggelam dan nggak bisa bangkit lagi. Nggak percaya? Sana cobain deh.Hari ini Dewi tidak ada kabar, terakhir di chat dia bilang kalau masih sibuk mengurus pernikahannya. Ya sudah. Urusan comblang menyomblang ini biar aku yang tangani sendiri. Malu jika sampai urusan jodoh teman pun turun tangan. Kan katanya jodoh ada di tangan Tuhan, jadi biarlah takdir Tuhan yang berbicara, dan aku yang melakukannya semaksimal mungkin. Hiya ... bisa ngomong bijak aku. HahahaSore ini langit mendung, hujan turun rintik-rintik mirip air mataku yan

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    mantan itu, tulang belulang

    🌷 Wanita itu tulang rusuk, lelaki tulang punggung, mantan tulang belulang. Buang!🌷🌷Aku meremas kertas berwarna merah muda yang diberikan Pak Edi-OB kantor. Di sana tertulis nama Denis dengan seorang wanita berinisial T. Tapi itu bukan Terasi apalagi nama Theresia, melainkan nama Tania yang bersandingan dengan nama Denis.Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia, harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia ... huwo uwo ....Sakit, nyesek, plus pengen makan odading campur jadi satu. Air mata luruh tanpa salam. Dada ini pun remuk redam.Huaaaaaaaa ... Denis kamu jahat! Tangisku menggelegar sambil garuk-garuk tembok. Untungnya aku memiliki ruangan pribadi, jadi mau menangis sambil koprol pun bebas.Surat undangan pernikahan Denis yang masih disegel, aku potong-potong menjadi bagian paling kecil. Diiringi lagu mengheningkan cipta, dan berakhir di tempat sampah.Huuhuhu ... membayangkan hal itu membuatku kembali berderai air mata dan menjadi cengeng. Aku menyeka air mata deng

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    cemburu dengan mantan?

    🌷🌷Tidak pernah terlintas di benakku bisa akur dengan mantan. Hal Yang sering aku lakukan dulu adalah menjaga jarak sejauh mungkin dengan mereka. Perasaan takut disakiti lagi, lebih dominan dari rasa benci, dan aku memilih menjauh.Denis mengantarku pulang setelah puas jalan-jalan di taman, tidak lupa ia membelikan aku pop corn. Ia masih ingat rupanya dengan apa yang kusuka.Aroma parfum dari tubuhnya memenuhi rongga hidung saat aku duduk manis di boncengan membangkitkan kenangan di masa lalu. Ahh ... aku merindukan momen kebersamaan ini.“Pilihin parfum dong, Sayang,” ucapnya kala itu saat kami tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, dan aku dengan senang hati memilih.“Ini kayanya cocok deh!” Aku menyodorkan parfum dengan aroma campuran menthol dan pinus. Menurutku cocok dengannya yang maskulin tapi terkesan dingin, mirip primata yang ada di hutan. Denis memang seperti itu, btw.Denis dengan wajah semringah saat aku menyodorkan parfum pilihanku. Sejak saat itu ia selalu me

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 7

    Bab. 7Aku, Dewi dan Denis duduk bertiga di ruang tengah. Sahabatku tertawa lepas saat Denis melemparkan guyonan padanya. Mudah-mudahan masalah yang Dewi hadapi segera menemukan titik terang dan Denis berhenti mengejarku.“The ... gimana kencan buta kamu. Ada hasil?” Dewi menanyakan itu tanpa rasa bersalah. Harusnya ia berpikir ribuan kali jika masuk ke sebuah grup biro jodoh. Ini pun risikonya tidak main-main, jika dalam waktu 30 hari masih jomlo, maka akan dinikahkan dengan orang yang pilihan admin grup.Otakku membayangkan bagaimana calon suami pilihan admin. Tiba-tiba tubuhku bergidik saat terbayang Lamban yang jadi suamiku. Nggak bakal bisa bohong kalo dia jadi suamiku, sedangkan aku paling jago bohong sama Papa.Eits ... jangan ditiru, ya.Aku menjawab pertanyaan Dewi dengan menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napas panjang.“Mas ini, siapa kamu, The?” Dewi menunjuk Denis yang tengah fokus nonton drakor. Yaelah, laki-laki, kok doyan nonton beginian.“Dia mantan aku d

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 8

    Aku berusaha mencairkan suasana dengan bertanya seputar pekerjaannya dan apesnya dijawab pake gaya rapper.Pengen rasanya ngelus dada laki orang. Eh, dada Denis nggak apa-apa, deh. Dia pasti seneng dielus dadanya sama aku. Aku juga kangen nggak lakuin itu.Hayo, loh. Theresia, kamu nakal!Aku berusaha berbaur dengan situasi begini, meski yang kulihat Dewi sepertinya tidak nyaman. Ia bahkan butuh ketenangan yang jauh lebih tenang setelah masalah gagalnya pernikahannya.Duh, Wi. Maafin aku.Tiba-tiba mataku menangkap sosok tak asing, seorang lelaki tengah menggandeng tangan wanita hendak masuk ke dalam cafe.“Dion!” seruku pelan, tapi sepertinya Dewi mendengar ucapanku. Wajahnya lalu menatap ke arah sosok yang sedang aku amati.Raut wajah Dewi berubah drastis. Wajahnya yang semula sedikit ceria, kini mendadak muram.Kesialan hari ini tidak sampai di sini, Dion pun menyadari kehadiran Dewi. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah kami.“Hai, Wi. Kamu lagi apa?” tanyanya. Dion memas

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 9

    Memang benar, sejak saat aku menerima surat undangan pernikahan Denis, aku resign dan mengurung diri di rumah selama hampir setengah tahun. Lalu berikutnya aku kembali bertemu Dewi setelah sekian lama tidak berjumpa. Saat lulus SMA, Dewi ikut orang tuanya kuliah di luar negeri dan aku tetap di sini.Aku menoleh ke arah Denis, wajah lelaki itu menampakkan keseriusan. Ah, entahlah, aku tidak mau membayangkan yang indah-indah, tapi di sisi lain, hatiku pun kesepian dan sepertinya aku butuh manusia seperti Denis.Ah, dasar aku labil.“Kamu bawa aja uangnya. Aku nggak butuh!” Aku masih dengan pendirian ini, enggan menjalin dengan manusia yang sudah menjadi mantan.Lah, emang kalo udah mantan, dia jadi setan, gitu?“Ini hak kamu. Aku kembalikan.”Kartu ATM ia letakkan di dekatku. Denis lantas berdiri. Ih ... kok cepet banget pergi.“Aku pulang dulu.” Denis mengarahkan wajahnya, menatapku yang sedang menatapnya.“Saranku, kencan butanya nggak usah diterusin. Karena cintaku padamu aka

Latest chapter

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    END

    Saat aku tengah tertawa, tiba-tiba Teguh bangkit dan berjalan ke wastafel cuci piring lalu menyalakan keran dan membasuh wajahnya. “Om kacamata, jangan dihapus dulu make-upnya!” teriak Beha tidak terima. Ia berlari mendekati lelaki itu, tapi Teguh tidak menggubris perkataannya. Teguh menghapus make-up yang menempel di wajahnya, setelah dirasa bersih, ia mengambil tissue di meja makan dan melap kering wajahnya. “Om ....” Beha menarik celana Teguh, wajahnya sendu dan matanya basah. “Sini, Sayang. Dandanin Om Manis, aja!” teriak Denis. Aku yang semula melihat ke arah Teguh, kini beralih ke Denis. Wajahnya sudah tidak karuan akibat ulah Bra, tapi dia santuy dan tidak protes. Wajah Beha kembali semringah, ia lalu berlari dan mulai ikut mendandani Denis. Tapi kali ini dia mulai merias rambut Denis dengan koleksi jepitan miliknya. “The, saya pamit pulang. Ada metting mendadak!” seru Teguh.Tanpa melihat ke arahku dan si kembar, lelaki jangkung itu berlalu. Di dalam sini, ada yang

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 19

    🌷🌷 Hari pertama selesai, meski ada sedikit insiden kecil. Denis dan Teguh tidak bisa menghias rambut si kembar dengan rapi. Maklum, lah, mereka berdua 'kan masih bujang, belum khatam soal mengurus anak kecil. Akhirnya setelah aku rayu keduanya mengikhlaskan rambut diikat ala kadarnya. Setelah makan malam, Bra dan Beha tertidur pulas di kamarku. Malam ini, sampai tujuh hari ke depan aku harus rela berbagi kamar dengan mereka. Aku tidak masalah, itung-itung belajar jika suatu hari nanti memiliki anak dari pernikahanku dengan salah satu dari lelaki ini. Denis atau Teguh? “The ... aku pulang,” ucap Denis. Aku mengangguk. Teguh pun mengucapkan kalimat yang sama. Aku mengantar kedua lelaki itu sampai teras. “Tunggu!” seruku pada keduanya. Denis dan Teguh memutar badannya menghadapku. “Kenapa, The?” tanya Teguh. “Saranku kalian nyerah aja. Aku yakin ucapan Papa siang tadi nggak serius soal kompetisi konyol ini. Jadi aku harap kalian besok nggak usah datang ke sini lagi,” uc

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 18

    🌷🌷Papa melarikan diri di kamar, menguncinya rapat agar tidak diganggu si kembar. Idih, curang.“Papa minta bantuan kamu, The, awasin mereka!” seru Papa sebelum pintu kamar terkunci.Papa yang punya rencana, kenapa aku yang harus merana? Untung dia Papaku, kalo bukan, udah aku hiiih!Aku terduduk di sofa, lemas. Sementara telinga harus kebal saat si kembar mulai berteriak-teriak.Denis dan Teguh saling sikut, Denis berbisik pada Teguh, tapi aku masih bisa mendengar.“Cara bedain mereka gimana, Guh?”“Ntah, Den. Aku juga nggak tau!”Aku tertawa dalam hati. Si kembar memiliki wajah dan postur tubuh yang sama. Bahkan tahi lalat di wajah pun sama, panjang rambut pun tidak beda. Yang membedakan hanya cara menata rambut mereka. Jika Bra terbiasa dikuncir dua, sedangkan Beha selalu ingin dikepang.“Om, Manis, Bra mau maen sepeda! serunya pada Denis. Ia sepertinya menyukai Denis yang hitam manis mirip gula jawa.“Om, Kacamata, Beha juga mau! Ayo ambil sepeda di garasi!” seru Beha pada Teguh

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 17

    🌷🌷Aku membolak-balikkan tumpukan berkas di hadapan. Belum lagi kerjaan lain yang menunggu untuk segera diselesaikan. Aku harus bagaimana. Pikiranku terus berada di rumah, memikirkan hal aneh-aneh yang akan dilakukan Papa ke Denis dan Teguh.Bagaimana nasib mereka?Tiba-tiba pikiranku memutar memori kejadian kencan dua minggu yang lalu, aku menjalani kencan buta dengan orang yang berbeda. Rasanya aku seperti orang yang nggak laku. Diobral dengan harga murah. Ish, apaan, sih. Akhirnya aku pun menekan tombol winner, sebagai tanda bahwa aku sudah menemukan jodoh.Namun, dari kejadian itu aku bisa menyimpulkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.Meski pun demikian, Tuhan akan selalu punya cara untuk bisa membahagiakan hambanya, bukan? Melalui Denis dan juga kembalinya Teguh. Dua orang di masa lalu, yang kini hadir kembali.Denis si hitam manis kaya Malika yang dirawat dengan sepenuh hati. Pun Teguh, lelaki berkacamata yang memiliki pertahanan diri seteguh namanya.Teguh atau Denis, p

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 16

    🌷🌷Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Bisa duduk berdampingan dengan Teguh adalah hal yang mustahil bagiku. Itu dulu, tapi sekarang lain cerita, lelaki berkacamata yang dulu dikenal jail dan sering bikin masalah kini terlihat kalem dan berwibawa. Tentunya makin ganteng.Tuhan ... kuatkan iman hamba!Aku banyak diam dan melihat sisi jalan, sementara Teguh bercerita tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya setelah wisuda. Mulai dari mengerjakan pekerjaan serabutan, hingga mencapai kesuksesan sepet sekarang ini.“Kamu sekarang kerja di mana, The?” tanyanya. Ia mungkin sengaja menyelipkan pertanyaan saat ocehannya tidak aku hiraukan.“Aku kerja di perusahaan milik keluarga temanku. Sebagai marketing.” Aku menoleh sekilas ke arah Teguh yang sedang mengemudi, tapi jantungku berdebar lebih kencang seperti habis lari maraton lapangan. Apalagi saat dirinya menoleh sekilas ke arahku, membuat kami beradu pandang. Ya ampun, rasanya jantung kaya mau copot.“Kamu bagaimana? Sudah

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 15

    🌷🌷Semalam padahal aku mimpi ketemu oppa Korea yang gantengnya nyaris naik genteng, kenapa hari ini malah ketemu sama setan kampus. Sial, memang. Hasrat hati ingin mengusirnya, tapi aku mengenal Teguh dengan baik, pendiriannya seteguh namanya. Yang artinya ia bukan tipe orang yang mudah diusir.Ndableg memang!Lelaki berkacamata itu meraih ponsel di saku celananya dan tampak menelepon seseorang yang entah siapa.“Baik, saya tunggu,” ucapnya dan sambungan telepon terputus.“Jadi sampai di mana obrolan kita tadi?” tanyanya, wajahnya yang lumayan ganteng tapi tidak sepadan dengan otaknya yang kurang separo. Orang ini harusnya berada di rumah sakit jiwa, bukannya malah berkeliaran bebas seperti ini.“Kamu nggak waras-waras, ya?” tanyaku sinis. Lagi pula, satu detik saat dirinya datang pun, kita belum terlibat obrolan apa pun.Teguh terkekeh, raut wajahnya menandakan bahagia. Entah, dia bahagia karena apa. Mungkin saja mainannya saat di kampus dulu, kini sedang duduk berhadapan dengannya

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    hari sial

    🌷🌷Harusnya aku tidak selemah ini. Harusnya aku bisa lebih kuat dari sebelumnya. Jatuh dalam hal cinta hal biasa, tapi cara untuk bangkit bisa membedakan seperti apa dirimu yang sesungguhnya.Aku menghempaskan tubuh di sofa, suasana rumah yang sepi membuatku tenang. Terlebih Papa masih akan tinggal di puncak bareng Bang Bro dalam waktu yang tidak ditentukan.Aku memejamkan mata dengan kepala bersandar di sandaran soga. Rasa lelah membuatku cepat mengantuk. Tapi saat diri ini hendak terlelap, bayangan wajah Denis terlintas di ingatan.Sial.Aku kembali membuka mata, berusaha menepis bayangan malaikat maut itu. Sikap dan perlakuan lembut Denis selama ini berhasil menyelinap masuk ke dalam hati. Perlahan tapi pasti, aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan itu membuatku nyaman.Apakah sebuah kesalahan jika aku tidak mau memberikan kesempatan kedua untuk Denis? Hati kecilku ingin kembali, tapi di hati lain aku takut jika ia akan mengkhianati cinta lagi.Aku dilema.Di saat kegamangan,

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    jangan cari aku

    🌷🌷Film yang sedang diputar menampakkan adegan seorang lelaki tampan tengah duduk berdampingan dengan seorang wanita di sebuah taman yang dipenuhi bunga tulip.Asep sialan. Kenapa pilih nonton film romantis, aku 'kan baperan orangnya.“Sayang ... bibirmu basah!” seru lelaki itu.“Tolong basahi dengan lidahmu,” ucap si gadis tanpa ragu.Aku memerhatikan orang-orang yang ada di bioskop, semuanya fokus pada layar lebar di hadapan. Di ujung podium aku melihat sepasang manusia sedang asyik berbisik-bisik sampai ke tetangga.Aku kembali menatap layar bioskop, tapi tiba-tiba wajah si aktor berubah menjadi wajah Denis, dan wanita yang ada di sampingnya persis seperti wanita yang kulihat tadi.Denis mendekatkan wajahnya dengan menjulurkan lidahnya hendak menyentuh bibir gadis itu, aku menutup mata dan telinga dengan tangan, diri ini tidak sanggup untuk melihat adegan selanjutnya.Tidaaakk ....Aku berteriak lantang dan untuk sesaat aku melupakan di mana aku berada.Jantungku seolah berhenti

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    menarilah

    🌷🌷“Menarilah, Theresia!” seru Denis menyemangati. Ruang auditorium sudah sepi ditinggalkan karyawan karena metting telah usai, tapi Denis masih menahanku di sini dan ia ingin melihatku menari.Bukan perkara sulit untuk mengabulkan permintaannya, karena menari adalah hobi yang diturunkan Mama padaku.Aku melepas sepatu high heels lalu berdiri dengan bertumpu pada ujung jari, aku menari balet, dan Mama adalah gurunya.Denis menyalakan music dari ponselnya, suara piano mengalun lembut. Denis berdiri dengan tubuh bersandar di dinding, wajahnya terus mengarah padaku, membuatku salah tingkah.Alunan suara piano seolah menghipnotis, membuatku enggan berhenti dan terus menari. Sudah lama aku tidak menari sebebas ini karena dulu sempat terpuruk saat Mama pergi untuk selamanya.“Theresia ....” Aku membuka mata, lalu menoleh saat Papa menepuk bahu. Rupanya tadi aku tengah melamun.Papa duduk di sampingku, wajah senjanya menatapku teduh.Kedatangan Denis pagi ini malah membuat suasana hatiku s

DMCA.com Protection Status