Beranda / Romansa / Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta / mantan itu, tulang belulang

Share

mantan itu, tulang belulang

Penulis: Ana Battosai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-28 10:02:45

🌷 Wanita itu tulang rusuk, lelaki tulang punggung, mantan tulang belulang. Buang!

🌷🌷

Aku meremas kertas berwarna merah muda yang diberikan Pak Edi-OB kantor. Di sana tertulis nama Denis dengan seorang wanita berinisial T. Tapi itu bukan Terasi apalagi nama Theresia, melainkan nama Tania yang bersandingan dengan nama Denis.

Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia, harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia ... huwo uwo ....

Sakit, nyesek, plus pengen makan odading campur jadi satu. Air mata luruh tanpa salam. Dada ini pun remuk redam.

Huaaaaaaaa ... Denis kamu jahat!

Tangisku menggelegar sambil garuk-garuk tembok. Untungnya aku memiliki ruangan pribadi, jadi mau menangis sambil koprol pun bebas.

Surat undangan pernikahan Denis yang masih disegel, aku potong-potong menjadi bagian paling kecil. Diiringi lagu mengheningkan cipta, dan berakhir di tempat sampah.

Huuhuhu ... membayangkan hal itu membuatku kembali berderai air mata dan menjadi cengeng. Aku menyeka air mata dengan tissue.

Huh ... haahhh ... aku menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Sedikit lebih tenang. Kejadian di masa lalu membuatku semakin waspada dalam menjalin hubungan dengan laki-laki.

Mataku menelusuri sekeliling, takut-takut pasangan kencan hari ini bukan lelaki tulen. Aku nggak mikirin soal ganteng, yang penting dia laki-laki dan nggak bau kaki. Jangan sampai dia seperti mantan pacak yang demennya koleksi batu akik. Amit-amit!

Taman masih ramai dengan para pengunjung yang berolahraga. Sedangkan aku olahraga hati supaya kuat selalu saat melihat cogan lagi olahraga sambil bawa gandengan.

Hatiku berteriak ... kapan ada yang ngajak aku olahraga sambil gandengan tangan?

Huhuhu ... aku kan pengen digituin.

Aku menundukkan kepala sambil meremas mini bag di pangkuan, lalu meraih ponsel mencari keberadaan lelaki itu. Tidak ada tanda-tanda kedatangannya, namun dari jauh ada titik merah yang berjalan mendekat. Perlahan tapi pasti.

Aku berdiri sambil celingukan mencari keberadaan sinyal jodoh itu, namun sialnya yang mendekat bukan jodoh, melainkan malaikat maut. Denis. Cepat-cepat aku mematikan data ponsel agar sinyal GPS milikku tidak terdeteksi olehnya.

Gerobak batagor menjadi sasaran persembunyian. Dari celah kaki si mamang batagor aku mengintip Denis yang terlihat kebingungan. Sesekali ia melihat ponsel miliknya, lalu tidak berselang lama Denis akhirnya pergi dari sana.

Fiuhhh ... aman.

“Neng, ngapain di situ?” tanya si mamang. Ia sepertinya baru sadar kalo aku dari tadi ngumpet sampe sujud di bawah kakinya.

Aku nyengir manis lalu berkata. “Sembunyi dari malaikat maut, Mang!”

Si mamang terlihat bingung. Wajahnya ikutan celingak-celinguk ke sekitar taman, lalu ke arah pelanggan yang lagi makan batagor.

“Malaikat maut kaya gimana bentuknya, Neng? Kok yang mamang liat manusia asli semuanya.”

Aku menepuk kening, bingung mau menjelaskan dari arah mana dulu. Masa iya aku harus menjelaskan jika malaikat maut yang dimaksud adalah Denis, mantan terbaik tapi sikapnya sekarang malah bikin bulu kuduk bergidik.

“Batagornya deh, Mang. Aku mau satu. Pake timun yang banyak, ya!”

Akhirnya sebagai pelarian pembicaraan aku membeli dagangannya. Bukan karena kasihan sama si mamang yang bingung dengan kebingunganku, melainkan perut yang teriak minta diisi karena tadi lupa sarapan.

“Asyiap!” seru si mamang bersemangat. Tangannya mulai meracik batagor, dan aku duduk di kursi plastik.

Di sebelahku duduk seorang ibu-ibu, ia tengah asyik melahap batagor. Lalu di hadapannya seorang gadis.

“Kamu jangan pilih-pilih jodoh. Pamali. Pokoknya ibu nggak mau tau, kamu harus mau nikah sama Juragan Roso!” seru si ibu. Gadis itu hanya menunduk, entah takut atau memang dia bingung mau jawab apa.

“Bu ... Dini nggak mau jadi istri ke sepuluh Juragan Roso. Dini masih ingin belajar.”

“Kamu harusnya sadar diri. Kamu sudah gede, harusnya bisa membantu ibu bayar utang. Tapi kerjaan kamu hanya ngabisin duit!”

Si ibu yang berbicara dengan berapi-api, terlihat jelas dari kepalanya yang keluar asap. Sementara gadis yang bernama Dini hanya bisa mengusap ingusnya dengan tissue.

Ibu bertubuh gemuk itu terus saja mengoceh sambil mengunyah, tidak peduli makanan di dalam mulutnya pun ikut tersembur. Ish, jorok.

“Besok, Juragan Roso akan datang ke rumah. Kamu dandan yang cantik.” Si ibu melap mulutnya dengan tissue, lalu beranjak saat makanannya habis meninggalkan Dini yang masih duduk.

Gadis itu bangkit dengan wajah menunduk, namun terhenti saat aku memanggilnya.

“Ada apa, Mbak?” tanyanya bingung.

Aku tersenyum, lalu memegang bahunya. “Menikah dan bahagia itu bukan soal cepat. Melainkan hati yang bisa memantapkan pilihan pada orang yang tepat. Bahagiakan dirimu, Dini!” seruku padanya.

Mata Dini berkaca-kaca, ia lantas memelukku erat.

“Terima kasih, Mbak!” ucapnya, dan berlari mengejar si ibu yang sudah tidak terlihat.

“Hay!”

“Kodok terbang!” seruku latah saat bahuku ditepuk seseorang. Aku memutar badan, di hadapanku berdiri seorang lelaki berambut ikal dengan kemeja kotak-kotak.

“Kamu Theresia 'kan?” tanyanya, aku mengangguk.

“Aku, Lamban. Teman kencan buta untuk hari ini. Maaf, ya terlambat. Macet,” ucapnya. Aku mengangguk.

Pantas telat, wong namanya saja Lamban.

Aku nyengir, lalu kembali duduk di tenda kecil milik gerobak batagor. Di meja pesananku sudah siap.

Mataku menyisir sekeliling, takut Denis masih ada di sekitar taman. Bisa hancur kencan kali ini jika lelaki itu ikut campur.

“Kamu ngumpet dari kejaran siapa?”

Hah? Lamban kok bisa tahu? Jangan-jangan ....

“Jangan heran gitu. Aku emang bisa baca pikiran orang melalui tatapan mata,” ucapnya terus terang.

Kata mamanya temen aku, kalo ada orang yang bisa baca pikiran dari tatapan mata, segera tutup matanya. Orang itu nggak akan bisa baca pikiran kalo mata tertutup, gelap katanya, segelap masa depanku yang kepengen jadi istri sultan.

Aku segera menutup mata, dengan tangan kanan memijit kening. Astaga ... mimpi apa aku semalam. Pagi ketemu Denis, sekarang dapat partner kencan anak dukun pula. Ya ampun!

Aku hanya bisa berteriak dalam hati dan tidak berani membuka mata. Takut Lamban menebak isi pikiranku.

“The, kamu nggak apa-apa?” tanyanya, aku refleks membuka mata, lalu menggelengkan kepala.

Aku mengaduk batagor di piring, berusaha makan.

“Kamu lagi mikirin mantan, ya?”

Nah 'kan. Dia baca pikiran lagi.

Aku kembali menutup mata. Cape deh, aku. Masa ingin mengeluarkan uneg-uneg di hati aja kudu tutup mata segala. Berasa diri ini dikuasai Lamban.

Oke, The. Kamu harus fokus. Kamu harus cari cara kabur dari kencan ini tanpa diketahui Lamban. Bisa-bisa disantet sebelum kabur, nih.

Perlahan aku membuka mata, hati dan pikiranku fokus lurus pada batagor di piring.

“Kamu suka sama mamang batagornya, The?” tanya Lamban polos. Lagi-lagi dia membaca apa yang aku pikirkan.

“Ya ampun, Neng. Mamang sudah punya tiga anak. Istri satu cukup, dah!” seru si mamang mendengar ucapan Lamban.

Sialan! Malu banget. Pengen rasanya nutupin muka pake wajan penggorengan.

Aku kembali menutup mata. Dalam hati aku berdoa, mudah-mudahan Dewi Fortuna mengirimkan seorang penolong untuk datang menengahi situasi buruk ini.

“Tuhan tol ....”

“The, Sayang. Kok kamu ada di sini, sih!” Suara seseorang yang kukenal. Entah aku harus bahagia atau merana. Ya ampun, dua masalah ada di hadapan.

Aku membuka mata, menatap sosok yang kini duduk di sebelah kiriku. Denis! Astaga.

“Mas lagi ngapain?” tanya Denis pada Lamban. Lelaki itu hanya diam mengamati. Entah apa yang dsultanannya. Aku dengan santai melahap batagor.

“Saya teman kencan Theresia hari ini.”

“Tapi saya pacarnya Theresia, Mas.”

“Bohong!” sergahku. Denis dan Lamban kompak melihat ke arahku dan berhasil membuat nyaliku menciut.

Denis mengeluarkan jurus andalannya, menatapku dengan syahdu, sama seperti yang sering ia lakukan padaku dulu.

“Maaf, Mas, Lamban. Jangan dengerin Denis. Dia agak gila!” seruku.

Lamban diam, matanya hanya melihat ke arah Denis yang kini ikutan diam.

“Abang pacarnya Theresia?” tanya Lamban. Denis hanya mengangguk.

“Bukan. Beneran. Dia cuma mantan!” seruku.

....

“Tapi Bang Denis pengen balikan.”

“Aku nggak mau, Lamban. Lagian Denis udah punya pacar, kok!” seruku berusaha membela diri. Tapi lamban terus menatap ke arah Denis yang hanya diam.

....

“Tapi Bang Denis beneran sayang sama kamu, The!”

“Aku nggak!”

“Bang Denis berharap diberikan kesempatan kedua!”

....

“Lebih baik saya mundur dari kencan hari ini. Semoga hubungan kalian kembali normal, ya.” Lamban berdiri lalu pergi.

Denis tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu.

“The, kamu adalah jodohku. Tulang rusukku, dan aku siap jadi tulang punggung demi kamu!” Gombalan Denis muncul ke permukaan.

“Tapi kamu cuma mantan. Dan mantan adalah tulang belulang dan harus dibuang!”

Bab terkait

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    cemburu dengan mantan?

    🌷🌷Tidak pernah terlintas di benakku bisa akur dengan mantan. Hal Yang sering aku lakukan dulu adalah menjaga jarak sejauh mungkin dengan mereka. Perasaan takut disakiti lagi, lebih dominan dari rasa benci, dan aku memilih menjauh.Denis mengantarku pulang setelah puas jalan-jalan di taman, tidak lupa ia membelikan aku pop corn. Ia masih ingat rupanya dengan apa yang kusuka.Aroma parfum dari tubuhnya memenuhi rongga hidung saat aku duduk manis di boncengan membangkitkan kenangan di masa lalu. Ahh ... aku merindukan momen kebersamaan ini.“Pilihin parfum dong, Sayang,” ucapnya kala itu saat kami tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, dan aku dengan senang hati memilih.“Ini kayanya cocok deh!” Aku menyodorkan parfum dengan aroma campuran menthol dan pinus. Menurutku cocok dengannya yang maskulin tapi terkesan dingin, mirip primata yang ada di hutan. Denis memang seperti itu, btw.Denis dengan wajah semringah saat aku menyodorkan parfum pilihanku. Sejak saat itu ia selalu me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 7

    Bab. 7Aku, Dewi dan Denis duduk bertiga di ruang tengah. Sahabatku tertawa lepas saat Denis melemparkan guyonan padanya. Mudah-mudahan masalah yang Dewi hadapi segera menemukan titik terang dan Denis berhenti mengejarku.“The ... gimana kencan buta kamu. Ada hasil?” Dewi menanyakan itu tanpa rasa bersalah. Harusnya ia berpikir ribuan kali jika masuk ke sebuah grup biro jodoh. Ini pun risikonya tidak main-main, jika dalam waktu 30 hari masih jomlo, maka akan dinikahkan dengan orang yang pilihan admin grup.Otakku membayangkan bagaimana calon suami pilihan admin. Tiba-tiba tubuhku bergidik saat terbayang Lamban yang jadi suamiku. Nggak bakal bisa bohong kalo dia jadi suamiku, sedangkan aku paling jago bohong sama Papa.Eits ... jangan ditiru, ya.Aku menjawab pertanyaan Dewi dengan menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napas panjang.“Mas ini, siapa kamu, The?” Dewi menunjuk Denis yang tengah fokus nonton drakor. Yaelah, laki-laki, kok doyan nonton beginian.“Dia mantan aku d

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 8

    Aku berusaha mencairkan suasana dengan bertanya seputar pekerjaannya dan apesnya dijawab pake gaya rapper.Pengen rasanya ngelus dada laki orang. Eh, dada Denis nggak apa-apa, deh. Dia pasti seneng dielus dadanya sama aku. Aku juga kangen nggak lakuin itu.Hayo, loh. Theresia, kamu nakal!Aku berusaha berbaur dengan situasi begini, meski yang kulihat Dewi sepertinya tidak nyaman. Ia bahkan butuh ketenangan yang jauh lebih tenang setelah masalah gagalnya pernikahannya.Duh, Wi. Maafin aku.Tiba-tiba mataku menangkap sosok tak asing, seorang lelaki tengah menggandeng tangan wanita hendak masuk ke dalam cafe.“Dion!” seruku pelan, tapi sepertinya Dewi mendengar ucapanku. Wajahnya lalu menatap ke arah sosok yang sedang aku amati.Raut wajah Dewi berubah drastis. Wajahnya yang semula sedikit ceria, kini mendadak muram.Kesialan hari ini tidak sampai di sini, Dion pun menyadari kehadiran Dewi. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah kami.“Hai, Wi. Kamu lagi apa?” tanyanya. Dion memas

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 9

    Memang benar, sejak saat aku menerima surat undangan pernikahan Denis, aku resign dan mengurung diri di rumah selama hampir setengah tahun. Lalu berikutnya aku kembali bertemu Dewi setelah sekian lama tidak berjumpa. Saat lulus SMA, Dewi ikut orang tuanya kuliah di luar negeri dan aku tetap di sini.Aku menoleh ke arah Denis, wajah lelaki itu menampakkan keseriusan. Ah, entahlah, aku tidak mau membayangkan yang indah-indah, tapi di sisi lain, hatiku pun kesepian dan sepertinya aku butuh manusia seperti Denis.Ah, dasar aku labil.“Kamu bawa aja uangnya. Aku nggak butuh!” Aku masih dengan pendirian ini, enggan menjalin dengan manusia yang sudah menjadi mantan.Lah, emang kalo udah mantan, dia jadi setan, gitu?“Ini hak kamu. Aku kembalikan.”Kartu ATM ia letakkan di dekatku. Denis lantas berdiri. Ih ... kok cepet banget pergi.“Aku pulang dulu.” Denis mengarahkan wajahnya, menatapku yang sedang menatapnya.“Saranku, kencan butanya nggak usah diterusin. Karena cintaku padamu aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 10

    Aku membuka mata saat mendengar suara rintik hujan di luar. Mataku melirik ke arah jam di dinding, pukul lima sore. Aku bangkit dan keluar kamar.Hujan deras mengguyur bumi senja ini dan jauh dalam hati ini merasakan sepi. Kakiku perlahan mendekati teras, tangan kanan terulur menyentuh air yang turun dari atap.“Denis.” Nama itu lolos dari mulutku.Sebegitu besarkah rasa cintanya padaku, sampai ia melakukan ini semua? Apakah ia benar-benar akan berubah, dan tidak meninggalkan aku seperti dulu.Tuhan ... aku bingung.Aku berjalan semakin menjauhi teras, sampai tubuh ini basah oleh air hujan.Tuhan ... aku pun ingin bahagia, meski tak bersama dia ....Nyanyian sendu penghantar kegalauan sore ini. Mandi hujan sampai puas mumpung Papa tidak ada di rumah.Aku memejamkan mata, bayangan wajah Denis melintas. Kenangan masa lalu berputar-putar dalam ingatan, membuatku pusing.Aku menyudahi mandi hujan, bergegas ke kamar mandi guna bilas dengan air hangat lalu mengganti pakaian.Aku duduk di ru

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    andai punya anak itu gampang?

    Huachim ....Aku duduk di saung yang terletak dekat kolam ikan sambil mengelap hidung yang terus-menerus mengeluarkan ingus. Papa dan Denis begitu asyik serta terlihat kompak saat memancing. Di saat Papa mendapatkan ikan pancingan, Denis turut serta membantu. Pun sebaliknya, sampai hasil tangkapan mereka banyak.Jika hatiku luluh dengan semua sikap manis dan hangatnya Denis, apakah aku harus menerima Denis kembali? Jawab please. Jangan biarkan aku galau sendirian, guys.Aku merapatkan jaket, cuaca hari ini terasa begitu dingin, tapi kulihat kening Denis dan Papa berpeluh, serta pakaian mereka pun basah oleh keringat.“The, kamu nggak apa-apa?” Denis mendekat ke arahku yang duduk di pojokan saung, merapatkan diri dengan tiangnya. Butuh kehangatan akutuh.Aku menjawab pertanyaan Denis dengan gelengan kepala.“Kita pulang aja, muka kamu pucat, tuh.” Denis menyentuh keningku, rona wajahnya menampakkan kekhawatiran.“Aku nggak apa-apa. Kalian terusin aja mancingnya.” Aku berusaha mengukir

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    menarilah

    🌷🌷“Menarilah, Theresia!” seru Denis menyemangati. Ruang auditorium sudah sepi ditinggalkan karyawan karena metting telah usai, tapi Denis masih menahanku di sini dan ia ingin melihatku menari.Bukan perkara sulit untuk mengabulkan permintaannya, karena menari adalah hobi yang diturunkan Mama padaku.Aku melepas sepatu high heels lalu berdiri dengan bertumpu pada ujung jari, aku menari balet, dan Mama adalah gurunya.Denis menyalakan music dari ponselnya, suara piano mengalun lembut. Denis berdiri dengan tubuh bersandar di dinding, wajahnya terus mengarah padaku, membuatku salah tingkah.Alunan suara piano seolah menghipnotis, membuatku enggan berhenti dan terus menari. Sudah lama aku tidak menari sebebas ini karena dulu sempat terpuruk saat Mama pergi untuk selamanya.“Theresia ....” Aku membuka mata, lalu menoleh saat Papa menepuk bahu. Rupanya tadi aku tengah melamun.Papa duduk di sampingku, wajah senjanya menatapku teduh.Kedatangan Denis pagi ini malah membuat suasana hatiku s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    jangan cari aku

    🌷🌷Film yang sedang diputar menampakkan adegan seorang lelaki tampan tengah duduk berdampingan dengan seorang wanita di sebuah taman yang dipenuhi bunga tulip.Asep sialan. Kenapa pilih nonton film romantis, aku 'kan baperan orangnya.“Sayang ... bibirmu basah!” seru lelaki itu.“Tolong basahi dengan lidahmu,” ucap si gadis tanpa ragu.Aku memerhatikan orang-orang yang ada di bioskop, semuanya fokus pada layar lebar di hadapan. Di ujung podium aku melihat sepasang manusia sedang asyik berbisik-bisik sampai ke tetangga.Aku kembali menatap layar bioskop, tapi tiba-tiba wajah si aktor berubah menjadi wajah Denis, dan wanita yang ada di sampingnya persis seperti wanita yang kulihat tadi.Denis mendekatkan wajahnya dengan menjulurkan lidahnya hendak menyentuh bibir gadis itu, aku menutup mata dan telinga dengan tangan, diri ini tidak sanggup untuk melihat adegan selanjutnya.Tidaaakk ....Aku berteriak lantang dan untuk sesaat aku melupakan di mana aku berada.Jantungku seolah berhenti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10

Bab terbaru

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    END

    Saat aku tengah tertawa, tiba-tiba Teguh bangkit dan berjalan ke wastafel cuci piring lalu menyalakan keran dan membasuh wajahnya. “Om kacamata, jangan dihapus dulu make-upnya!” teriak Beha tidak terima. Ia berlari mendekati lelaki itu, tapi Teguh tidak menggubris perkataannya. Teguh menghapus make-up yang menempel di wajahnya, setelah dirasa bersih, ia mengambil tissue di meja makan dan melap kering wajahnya. “Om ....” Beha menarik celana Teguh, wajahnya sendu dan matanya basah. “Sini, Sayang. Dandanin Om Manis, aja!” teriak Denis. Aku yang semula melihat ke arah Teguh, kini beralih ke Denis. Wajahnya sudah tidak karuan akibat ulah Bra, tapi dia santuy dan tidak protes. Wajah Beha kembali semringah, ia lalu berlari dan mulai ikut mendandani Denis. Tapi kali ini dia mulai merias rambut Denis dengan koleksi jepitan miliknya. “The, saya pamit pulang. Ada metting mendadak!” seru Teguh.Tanpa melihat ke arahku dan si kembar, lelaki jangkung itu berlalu. Di dalam sini, ada yang

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 19

    🌷🌷 Hari pertama selesai, meski ada sedikit insiden kecil. Denis dan Teguh tidak bisa menghias rambut si kembar dengan rapi. Maklum, lah, mereka berdua 'kan masih bujang, belum khatam soal mengurus anak kecil. Akhirnya setelah aku rayu keduanya mengikhlaskan rambut diikat ala kadarnya. Setelah makan malam, Bra dan Beha tertidur pulas di kamarku. Malam ini, sampai tujuh hari ke depan aku harus rela berbagi kamar dengan mereka. Aku tidak masalah, itung-itung belajar jika suatu hari nanti memiliki anak dari pernikahanku dengan salah satu dari lelaki ini. Denis atau Teguh? “The ... aku pulang,” ucap Denis. Aku mengangguk. Teguh pun mengucapkan kalimat yang sama. Aku mengantar kedua lelaki itu sampai teras. “Tunggu!” seruku pada keduanya. Denis dan Teguh memutar badannya menghadapku. “Kenapa, The?” tanya Teguh. “Saranku kalian nyerah aja. Aku yakin ucapan Papa siang tadi nggak serius soal kompetisi konyol ini. Jadi aku harap kalian besok nggak usah datang ke sini lagi,” uc

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 18

    🌷🌷Papa melarikan diri di kamar, menguncinya rapat agar tidak diganggu si kembar. Idih, curang.“Papa minta bantuan kamu, The, awasin mereka!” seru Papa sebelum pintu kamar terkunci.Papa yang punya rencana, kenapa aku yang harus merana? Untung dia Papaku, kalo bukan, udah aku hiiih!Aku terduduk di sofa, lemas. Sementara telinga harus kebal saat si kembar mulai berteriak-teriak.Denis dan Teguh saling sikut, Denis berbisik pada Teguh, tapi aku masih bisa mendengar.“Cara bedain mereka gimana, Guh?”“Ntah, Den. Aku juga nggak tau!”Aku tertawa dalam hati. Si kembar memiliki wajah dan postur tubuh yang sama. Bahkan tahi lalat di wajah pun sama, panjang rambut pun tidak beda. Yang membedakan hanya cara menata rambut mereka. Jika Bra terbiasa dikuncir dua, sedangkan Beha selalu ingin dikepang.“Om, Manis, Bra mau maen sepeda! serunya pada Denis. Ia sepertinya menyukai Denis yang hitam manis mirip gula jawa.“Om, Kacamata, Beha juga mau! Ayo ambil sepeda di garasi!” seru Beha pada Teguh

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 17

    🌷🌷Aku membolak-balikkan tumpukan berkas di hadapan. Belum lagi kerjaan lain yang menunggu untuk segera diselesaikan. Aku harus bagaimana. Pikiranku terus berada di rumah, memikirkan hal aneh-aneh yang akan dilakukan Papa ke Denis dan Teguh.Bagaimana nasib mereka?Tiba-tiba pikiranku memutar memori kejadian kencan dua minggu yang lalu, aku menjalani kencan buta dengan orang yang berbeda. Rasanya aku seperti orang yang nggak laku. Diobral dengan harga murah. Ish, apaan, sih. Akhirnya aku pun menekan tombol winner, sebagai tanda bahwa aku sudah menemukan jodoh.Namun, dari kejadian itu aku bisa menyimpulkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.Meski pun demikian, Tuhan akan selalu punya cara untuk bisa membahagiakan hambanya, bukan? Melalui Denis dan juga kembalinya Teguh. Dua orang di masa lalu, yang kini hadir kembali.Denis si hitam manis kaya Malika yang dirawat dengan sepenuh hati. Pun Teguh, lelaki berkacamata yang memiliki pertahanan diri seteguh namanya.Teguh atau Denis, p

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 16

    🌷🌷Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Bisa duduk berdampingan dengan Teguh adalah hal yang mustahil bagiku. Itu dulu, tapi sekarang lain cerita, lelaki berkacamata yang dulu dikenal jail dan sering bikin masalah kini terlihat kalem dan berwibawa. Tentunya makin ganteng.Tuhan ... kuatkan iman hamba!Aku banyak diam dan melihat sisi jalan, sementara Teguh bercerita tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya setelah wisuda. Mulai dari mengerjakan pekerjaan serabutan, hingga mencapai kesuksesan sepet sekarang ini.“Kamu sekarang kerja di mana, The?” tanyanya. Ia mungkin sengaja menyelipkan pertanyaan saat ocehannya tidak aku hiraukan.“Aku kerja di perusahaan milik keluarga temanku. Sebagai marketing.” Aku menoleh sekilas ke arah Teguh yang sedang mengemudi, tapi jantungku berdebar lebih kencang seperti habis lari maraton lapangan. Apalagi saat dirinya menoleh sekilas ke arahku, membuat kami beradu pandang. Ya ampun, rasanya jantung kaya mau copot.“Kamu bagaimana? Sudah

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 15

    🌷🌷Semalam padahal aku mimpi ketemu oppa Korea yang gantengnya nyaris naik genteng, kenapa hari ini malah ketemu sama setan kampus. Sial, memang. Hasrat hati ingin mengusirnya, tapi aku mengenal Teguh dengan baik, pendiriannya seteguh namanya. Yang artinya ia bukan tipe orang yang mudah diusir.Ndableg memang!Lelaki berkacamata itu meraih ponsel di saku celananya dan tampak menelepon seseorang yang entah siapa.“Baik, saya tunggu,” ucapnya dan sambungan telepon terputus.“Jadi sampai di mana obrolan kita tadi?” tanyanya, wajahnya yang lumayan ganteng tapi tidak sepadan dengan otaknya yang kurang separo. Orang ini harusnya berada di rumah sakit jiwa, bukannya malah berkeliaran bebas seperti ini.“Kamu nggak waras-waras, ya?” tanyaku sinis. Lagi pula, satu detik saat dirinya datang pun, kita belum terlibat obrolan apa pun.Teguh terkekeh, raut wajahnya menandakan bahagia. Entah, dia bahagia karena apa. Mungkin saja mainannya saat di kampus dulu, kini sedang duduk berhadapan dengannya

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    hari sial

    🌷🌷Harusnya aku tidak selemah ini. Harusnya aku bisa lebih kuat dari sebelumnya. Jatuh dalam hal cinta hal biasa, tapi cara untuk bangkit bisa membedakan seperti apa dirimu yang sesungguhnya.Aku menghempaskan tubuh di sofa, suasana rumah yang sepi membuatku tenang. Terlebih Papa masih akan tinggal di puncak bareng Bang Bro dalam waktu yang tidak ditentukan.Aku memejamkan mata dengan kepala bersandar di sandaran soga. Rasa lelah membuatku cepat mengantuk. Tapi saat diri ini hendak terlelap, bayangan wajah Denis terlintas di ingatan.Sial.Aku kembali membuka mata, berusaha menepis bayangan malaikat maut itu. Sikap dan perlakuan lembut Denis selama ini berhasil menyelinap masuk ke dalam hati. Perlahan tapi pasti, aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan itu membuatku nyaman.Apakah sebuah kesalahan jika aku tidak mau memberikan kesempatan kedua untuk Denis? Hati kecilku ingin kembali, tapi di hati lain aku takut jika ia akan mengkhianati cinta lagi.Aku dilema.Di saat kegamangan,

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    jangan cari aku

    🌷🌷Film yang sedang diputar menampakkan adegan seorang lelaki tampan tengah duduk berdampingan dengan seorang wanita di sebuah taman yang dipenuhi bunga tulip.Asep sialan. Kenapa pilih nonton film romantis, aku 'kan baperan orangnya.“Sayang ... bibirmu basah!” seru lelaki itu.“Tolong basahi dengan lidahmu,” ucap si gadis tanpa ragu.Aku memerhatikan orang-orang yang ada di bioskop, semuanya fokus pada layar lebar di hadapan. Di ujung podium aku melihat sepasang manusia sedang asyik berbisik-bisik sampai ke tetangga.Aku kembali menatap layar bioskop, tapi tiba-tiba wajah si aktor berubah menjadi wajah Denis, dan wanita yang ada di sampingnya persis seperti wanita yang kulihat tadi.Denis mendekatkan wajahnya dengan menjulurkan lidahnya hendak menyentuh bibir gadis itu, aku menutup mata dan telinga dengan tangan, diri ini tidak sanggup untuk melihat adegan selanjutnya.Tidaaakk ....Aku berteriak lantang dan untuk sesaat aku melupakan di mana aku berada.Jantungku seolah berhenti

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    menarilah

    🌷🌷“Menarilah, Theresia!” seru Denis menyemangati. Ruang auditorium sudah sepi ditinggalkan karyawan karena metting telah usai, tapi Denis masih menahanku di sini dan ia ingin melihatku menari.Bukan perkara sulit untuk mengabulkan permintaannya, karena menari adalah hobi yang diturunkan Mama padaku.Aku melepas sepatu high heels lalu berdiri dengan bertumpu pada ujung jari, aku menari balet, dan Mama adalah gurunya.Denis menyalakan music dari ponselnya, suara piano mengalun lembut. Denis berdiri dengan tubuh bersandar di dinding, wajahnya terus mengarah padaku, membuatku salah tingkah.Alunan suara piano seolah menghipnotis, membuatku enggan berhenti dan terus menari. Sudah lama aku tidak menari sebebas ini karena dulu sempat terpuruk saat Mama pergi untuk selamanya.“Theresia ....” Aku membuka mata, lalu menoleh saat Papa menepuk bahu. Rupanya tadi aku tengah melamun.Papa duduk di sampingku, wajah senjanya menatapku teduh.Kedatangan Denis pagi ini malah membuat suasana hatiku s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status