Home / Romansa / Candu Cinta Bos Mafia / 5. Would You Be Scared?

Share

5. Would You Be Scared?

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2024-05-27 13:30:00

Setelah mendengar ancaman Ben tentang rumahnya dua hari yang lalu, Ann memilih untuk pulang dan mengabaikan perjanjian mereka sementara waktu. Aktif dalam kegiatannya menjadi model sekaligus mahasiswi adalah cara yang tepat untuk menghilangkan beban mental dan financialnya dengan bersikap tak mau tahu. Cita-citanya menjadi seorang perawat dan bagaimana ia berjuang untuk bisa menekuni bidang itu tentu saja tidak mudah digapai. Ann senang menjadi model, apalagi didukung dengan lekuk tubuh sempurna yang dimilikinya. Jadi, memanfaatkan kesempatan dan tawaran yang datang, Ann memberanikan diri datang ke ibukota, mengadu nasibnya.

"Tinggal di Semarang cuma sama neneknya, yatim piatu sejak umur 6 tahun. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan kapal tenggelam," bisik Arino di samping telinga Ben.

"Info apalagi yang mau lo kasih ke gue? Gue nggak peduli sama masalah pribadinya!" desis Ben tanpa mengalihkan pandangan dari liuk tubuh para model yang tengah berjalan di atas catwalk mengenakan pakaian dalam gemerlap itu. Ada Ann di barisan kedua, memesona sekali.

"Tapi Big Ben tercatat memesan garang asem yang diinfoin asisten pribadi ini sebagai makanan kesukaan Nona Muda di sana!" ledek Arino seraya melirik Ann yang tengah bergaya tepat di depan Ben.

"Bukan hal yang istimewa. Apalagi lo salah sasaran dan dia perawan!" desis Ben tak acuh.

"Wow! Jackpot?" Arino menahan tawa.

"Bisa gue tahan gaji lo bulan ini?" ancam Ben.

"Ampun Bos, ampun!" sahut Arino cepat. "Gue pikir dia udah pernah, mana mungkin gue cari detail yang begitu Bos, apalagi lo minta kontrak lifetime itu mendadak."

"Bukan alasan."

Arino menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tahu, Ben memang memiliki kepribadian yang sangat unik. Lelaki ini bejat, sering tidur dengan banyak perempuan, tapi Ben tidak pernah sudi meniduri gadis yang masih suci. Pengalaman Ben menjalin cinta dengan Eriska melatarbelakangi itu semua. Jalinan yang kandas setelah terbina 4 tahun lamanya itu ikut membentuk sikap acuh dan arogansi sang Big Ben.

"Gue samperin Nona Muda dulu," pamit Arino segera kabur ke backstage, tak ingin lebih dicecar habis oleh Ben.

"Bang Rino, siapa lagi minggu ini?" sapa Sasi yang bertemu Arino di pintu ruang rias.

"Masih sama," jawab Arino sekenanya. Matanya mengitar, ia mencari sosok Ann di antara kumpulan para perempuan cantik berbadan sintal. "Ann!" panggilnya begitu si cantik semampai terlihat masuk.

"Ya Bang?" Ann tersenyum ramah.

"Udah tau hari ini jadwal ikut Big Ben ke rumah kan?" tanya Arino.

Ann mendesah lelah, "Hampir aja aku lupa. Bentar Bang, selesaiin ini sebentar, baru kususul ke atas," ucapnya yang kini tahu di mana Ben biasa diberi ruang untuk transit dan menunggu.

"Cepet ya, Big Ben nggak terlalu suka nunggu," ujar Arino lantas berlalu keluar dari ruang rias.

Ann meraup wajahnya sepeninggal Arino. Entah kejadian mengejutkan apalagi yang nanti akan menunggunya. Akankah ia dibawa masuk ke sarang para bos jahat yang sangat hobi meniduri gadis muda? Atau, Ben akan menjual Ann lagi pada lelaki lain yang tidak masalah meniduri perawan sepertinya?

"Lo mau dibawa ke rumah itu suatu kemajuan, Ann," bisik Kinar yang tak sengaja mendengar percakapan Ann dengan Arino. "Nggak ada di antara kami yang pernah dikontrak sama dia dan berhasil dibawa ke rumahnya. Kalian pasti baru aja menjalani pengalaman yang luar biasa istimewa satu minggu ini," katanya takjub.

"Kenapa sih Kak, seolah kalau udah berhasil dikontrak sama Big Ben meskipun itu cuma seminggu doang, itu kayak dapet penghargaan internasional?" protes Ann tak paham.

"Ann!" Kinar menatap juniornya gemas, "emang serupa piala Oscar si Big Ben itu! Lo berhasil dikontrak sama dia, berarti lo diselametin dari jamahan bapak-bapak bangkotan laennya yang punya relasi sama agensi kita!" terangnya.

Ann membasahi bibirnya pasrah. Ben di mata orang lain sedemikian sempurnanya, sementara baginya, Ben adalah pembawa masalah lain di hidup seorang Joanna Diajeng Arumndalu. Tersadar ia harus menemui si pemberi masalah, Ann buru-buru mengganti pakaiannya, juga mengecek rekeningnya untuk memastikan bahwa honor hari ini sudah masuk ke dalam simpanannya.

"Lama banget sih!" Arino segera menyambut Ann yang baru keluar dari pintu utama perusahaan.

"Aku naik dulu ke ruang transit," jawab Ann membela diri.

"Ya udah, ayok! Big Ben udah nunggu di mobil," ucap Arino setengah menarik lengan Ann agar buru-buru menuju ke beranda perusahaan.

Benar saja, saat sampai di beranda, Lexus LS hitam kebanggaan Ben sudah menunggu di dropping area-nya. Tak mau menunggu lama, Arino langsung membukakan pintu penumpang belakangnya untuk Ann. Sudah ada Ben di dalam mobil, duduk menunggu dengan angkuh.

"Jalan Ry," ucap Arino yang duduk di kursi penumpang depan pada sang sopir.

Hening. Ann duduk menempel pada pintu mobil sebelah kiri dan Ben di seberangnya, tak bicara. Arino tampak asik membuka-buka PC-Tabletnya, sungguh mencipta suasana yang sangat mencekam bagi Ann.

"Nona Muda nggak diganti dulu kostumnya, Bos?" celetuk Arino memecah keheningan.

"Dia nggak compang-camping ini," jawab Ben singkat.

"Aku nggak make kostum nanny-nanny juga kok, baju ini kubeli nggak dengan harga murah!" sambar Ann tak terima saat penampilannya dikritik.

"Nanny," Arino menahan tawa. "Big Ben nggak ada balita yang harus kamu asuh, Ann," ucapnya.

"Bang Rino nggak sadar? Sebelahku ini balitanya!" sahut Ann menggebu.

Ben langsung menaikkan pandangannya dan menatap tajam pada Ann setelah mendengar dirinya dikatai sebagai balita. Sebaliknya, Ann memberi reaksi masa bodoh dan pura-pura melihat pemandangan di luar jendela. Selebihnya, hingga mobil memasuki sebuah rumah bergerbang tinggi menjulang, tidak ada satu pun orang yang membuka percakapan.

"Ikut masuk," kata Ben sebelum keluar dari dalam mobil pada Ann.

Ann hanya mengangguk lemah meski dalam hatinya jelas bertanya-tanya. Benarkah Ben akan menjualnya lagi pada orang lain hingga tak menimbulkan kerugian?

"Rumah siapa ini?" tanya Ann penasaran.

"Rumahku," gumam Ben berkenan menjawab pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu Ann lontarkan itu.

"Kamu punya rumah segede ini tapi lebih milih tinggal di hotel? Mubadzir banget hidupmu!" cecar Ann geleng-geleng kepala.

"Kebanyakan ngomong!" kritik Ben kesal. "Inget, setelah kaki kamu masuk ke pintu depan, aku nggak mau ada satupun kata keluar dari bibirmu!" ancamnya sungguh-sungguh.

"Kenapa?" tanya Ann polos.

"Ada macan kumbang di dalem," jawab Ben sekenanya sambil mendorong pintu besar tinggi menjulang di depannya, membuat Ann seketika menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

Suasana di dalam rumah tampak suram. Begitu masuk, Ann disambut dengan ornamen Jepang yang kental, pun dengan pajangan katana yang cukup banyak di dinding ruang utama. Terdapat lukisan berbentuk naga dan ikan koi besar di dekat ruang tamu, seperti perlambang jimat dan keberuntungan.

"Jadi, cuma dia yang nggak kamu tidurin?" tanya sebuah suara menggelegar dari arah tangga, membuat Ann tak menyelesaikan scanning sekitarnya.

Mata Ann terarah pada tangga. Seorang lelaki paruh baya, pandangan matanya begitu tajam, wajah dan sepertinya seluruh tubuhnya dipenuhi dengan tato tampak berjalan mendekat. Yang paling membuat Ann bergeser menempel dan bersembunyi ke belakang punggung Ben adalah makhluk di belakang lelaki seram itu. Ben tidak berbohong, ada seekor macan kumbang hitam besar di sana, menatap Ann seolah siap menerkam dan merobek-robek kulit mulusnya.

"Berapa harganya?" tanya lelaki itu lagi, semakin membuat Ann tak mengerti dengan situasi yang tengah ia hadapi kini.

"Mas," lirih Ann untuk pertama kalinya memanggil Ben dengan sapaan semanis itu. Kedua jemari tangannya sudah memegang erat sisi pinggang Ben, meminta perlindungan.

"Seumur hidup," jawab Ben ke arah lelaki seram itu setelah ia menoleh Ann sekejap, seolah berkata 'it's okay' padanya.

"Wow!" tawa lelaki seram itu menggelegar, ia bertepuk tangan takjub.  "Chester pasti suka pilihanmu kali ini," tukasnya lantas mengusap punggung macan kumbang di sebelahnya.

Seakan mulai bisa membaca maksud obrolan Ben dengan lelaki seram di depannya, Ann justru mempererat pegangannya di pinggang Ben. Akankah ia diumpankan pada seekor macan kumbang karena ia tidak bisa dan tidak mau Ben tiduri?

"Kamu mau ngasih aku ke macan itu?" tanya Ann terbata, setengah berbisik.

Ben menoleh Ann dengan seringainya, "Kamu mau?" tawarnya mengerikan.

###

***katana: pedang panjang bermata satu, digunakan oleh SAMURAI di Jepang.

Related chapters

  • Candu Cinta Bos Mafia   6. A New Job

    "Kalian bisa makan bareng sama hewan yang matanya aja udah siap nerkam kalian gini?" bisik Ann saat Ben menggiringnya masuk ke ruang makan. "Kamu lupa tadi sebelom masuk kusuruh kamu buat apa?" gumam Ben melirik Ann yang duduk di sebelahnya. Ann segera memanyunkan bibir dan membuat gerakan tengah mengunci bibir dengan jemarinya. Ia tak melepas tatapan dari macan kumbang di sebelah lelaki seram itu. "Aku Taka," sebut lelaki seram bertato di seberang Ben ini. "Semua hidangan di meja ini, aku sendiri yang mengolahnya, kamu boleh mencicipinya," tambahnya dengan senyum misterius ke arah Ann. "Makasih, Om," jawab Ann memaksa senyum. "Barang bagus," gumam Taka manggut-manggut, ia menatap Ben tak berkedip. "Namanya Joanna," sebut Ben. Ia mengambil sesendok salad sayur di mangkok besar, "masih kuliah," terangnya. "Jurusan apa?" tanya Taka beralih pada Ann. "Keperawatan, Om," desis Ann singkat. Ia takut akan tiba-tiba diterkam si macam kumbang jika salah bicara atau memb

    Last Updated : 2024-05-28
  • Candu Cinta Bos Mafia   7. Dipaksa Menerima

    "Cukup Ches," kata Ben begitu tenang dan pelan, "Ann nggak akan nolak jadi perawatmu, kita bujuk pake cara halus dulu, kalau dia nggak mau, lakukan semaumu," ucapnya lagi. Bak paham apa yang Ben bicarakan, Chester langsung duduk dan menopang dagunya. Pupil matanya sudah kembali normal, ia menjilat kaki depannya dan sengaja bersikap sangat imut. Sementara Ann tak berani menampakkan diri, nyaman di tempat yang sangat terlindungi. "Jangan pernah nolak Chester atau dia yang bakalan maksa kamu buat nerima dia," ucap Ben menoleh gadis yang masih bersembunyi di punggungnya sembari memeluknya itu. "Dia yang memilihmu, jadi jangan berani-berani buat bikin dia jadi pilihan," katanya ambigu. "Ah," tersadar, Ann segera melepas pelukannya. Ia pura-pura menegakkan dagu, tak ingin diremehkan oleh Ben. "Masa hewan ngeri begini disuruh ngerawat kucing rumah kayak aku. Mas, kamu nggak serius kan?" "Kadang hewan justru lebih manusiawi ketimbang manusia itu sendiri." "Tapi tetep, dia bisa aja ny

    Last Updated : 2024-05-28
  • Candu Cinta Bos Mafia   8. Sumpah Serapah Ann

    "Pokoknya selama 1 bulan, kamu harus sama aku, setelah aku bener-bener yakin Chester nggak bakalan makan aku, baru kamu bebas tugas," ucap Ann membuat syarat. "Chester udah duduk santai, sampe kapan kamu bakalan meluk aku gini? Enak? Anget?" ucap Ben tak menjawab syarat yang Ann ungkapkan. "Ya Tuhan!" cepat-cepat Ann melepas pelukannya. 'Nyaman banget sih lo!' "Dan enggak! Aku sama sekali nggak setuju sama syarat kamu." "Harus setuju, karena ini berhubungan dengan nyawa dan di kontrak kita nggak ada klausul yang bunyinya harus berkorban nyawa!" ucap Ann bersikukuh. Ben menghela napas panjang. Ia basahi bibirnya sebentar sambil berpikir, bukankah akan lebih merepotkan jika ia setuju dengan syarat dari Ann? Namun, bukan hanya kehilangan uang yang ia takutkan, kenapa ada hal lain di dalam dirinya yang mencegahnya untuk membatalkan kontrak dan menemukan ide tak masuk akal ini? Chester sama sekali tidak membutuhkan manajer yang harus mengatur jadwal dan kegiatannya. "Cuma k

    Last Updated : 2024-05-29
  • Candu Cinta Bos Mafia   9. Merawat Keduanya

    "Dia udah kenal sama kamu, baumu udah dikenali. Inget! Chester nggak akan nyerang kalau nggak ada yang mulai duluan. Itu aturan penting yang nggak boleh kamu langgar," tukas Ben terdengar tegas tapi Ann merasa ini adalah kalimat terlembut yang pernah Ben ucapkan padanya. Ann mengangguk lemah, ia bak tengah dihipnotis oleh mata indah Ben dan Chester, kehilangan suara. Ternyata inilah yang para seniornya ungkap mengenai pesona Ben, lelaki ini luar biasa dalam kemisteriusannya. "Sekarang anter aku pulang ya," pinta Ann masih bernada sedikit manja. "Aku ada urusan, kamu dianter Ery," jawab Ben. "Cek di rekening kamu satu jam dari sekarang, kujamin kompensasi pertemuan kita hari ini udah bisa kamu pake," tambahnya. "Aku tunggu kamu selesai sama urusan kamu aja kalau gitu," ucap Ann mengejutkan. 'Gue kenapa sih? Kenapa musti nunggu tugu jam ini?' "Sepuluh juta untuk kompensasi kurang? Kamu butuh berapa?" "Bukan gitu," Ann menggeleng cepat, jemarinya masih asik membelai kepala Che

    Last Updated : 2024-05-29
  • Candu Cinta Bos Mafia   10. Secuil Perhatian

    Seperti tanggapan Ben sebelumnya, ia memilih diam saat Ann berusaha menggodanya. Dan hari ini, di saat Ann dibantu Ery dan David membawa barang-barangnya ke kediaman sang Big Ben, lelaki tampan yang meminta Ann untuk tinggal di sana itu justru tak muncul. Ann hanya bertemu dengan Wanto, pawang Chester dan juga Edgar, sang dokter hewan kepercayaan. "Big Ben jarang di rumah ini, seminggu dia biasanya datang 2 kali aja," terang Edgar sambil membawa Ann keliling kandang Chester sambil mengamati kondisi sekitar. Kandang macan kumbang kesayangan keluarga itu sengaja dibangun di halaman belakang. Yang membuat Ann takjub, tidak hanya macan kumbang satu-satunya hewan yang menghuni kandang. Ada dua harimau siberia muda bernama Kenzo dan Luna. "Kenapa gitu? Dia lebih sering di hotel?" tanya Ann penasaran. "Itu salah satunya. Big Ben adalah orang super sibuk yang memang nggak pernah mengijinkan orang lain menyentuh bisnisnya. Selagi bisa, semua bakalan dia urus sendiri," sebut Edgar yang

    Last Updated : 2024-05-30
  • Candu Cinta Bos Mafia   11 Kekhawatiran Yang Tanpa Alasan

    "Kenapa dibiarin sampe kering gini darahnya?" gumam Ann begitu melihat luka gores cukup dalam menghiasi telapak tangan kanan Ben. "Pisau? Eh, nggak mungkin sepanjang ini kalau pisau doang sih. Ini pedang pasti, kamu kan samurai!" dumalnya nyerocos. "Urus aja barang-barang kamu, nggak usah ngurusin urusanku!" kata Ben ketus. "Aku udah liat ya! Sini!" Ann menarik Ben tanpa peduli ekspresi tak suka lelaki di seberangnya itu. "Aku obatin. Duduk dulu, bentar kucariin obatnya," desisnya otoriter. "Aku bukan bayi dan aku bisa ngobatin sendiri luka begini doang!" "Gimana caranya? Itu tangan kanan yang luka! Jangan ngeyel deh, kayak anak TK bentar napa, manis dikit." "Aku kidal." Ann tak menanggapi, ia lebih sibuk mencari persediaan obatnya. Anehnya, si tampan dingin kidal ini juga setia menunggu meski mulutnya menolak pengobatan yang akan Ann berikan. "Sampe begini?" desis Ann melotot galak. "Ini sih emang nggak niat diobatin," sungutnya. Ben balas diam. Ia bergeser sedikit karen

    Last Updated : 2024-05-30
  • Candu Cinta Bos Mafia   12. Diam Dan Perhatian

    Ann kembali hampir tengah malam dari jadwal pemotretannya. Ia memang sengaja menghindar agar tak bertemu tatap dengan Ben seusai ucapan ngelanturnya sore tadi. Beruntung, meski tak terlalu paham dengan ucapan Ann yang memintanya untuk tidak mati, Ben pergi begitu saja tanpa banyak bertanya lagi. "Ada jadwal sama perempuan laen kan dia pasti jam segini," gumam Ann sambil berjalan menuju kandang Chester, mengecek macan kumbang kesayangan itu. "Oke, semua to do list hari ini aman ya Chest," ucapnya melambai ringan pada Chester yang menatapnya dari tempat tidur hangat. Dari kandang, Ann berbelok ke pintu samping. Ia bertemu dengan Wanto, saling sapa sekenanya, baru masuk ke dalam rumah. Suasana rumah yang temaram sebenarnya cukup menyeramkan bagi Ann. Ia terbiasa hidup dalam gemerlap lampu dan sorot kamera, dan situasi semacam ini membuatnya sedikit ngeri. "Kenapa di rumah sih," keluh Ann hampir saja terlonjak kaget saat melihat Ben membuat suara di satu ruangan luas semacam tempat

    Last Updated : 2024-05-31
  • Candu Cinta Bos Mafia   13. Sup Lobak Rasa Cinta

    "Curigaan amat sih. Enggak, aku ngerawat Chester, bukan kamu atau Om Taka, lagian aku nggak minat sama Om-Om. Kamu aja cukup jadi Sugar Daddy-ku," ucap Ann sembarangan. Mata Ben berkedip dalam frekuensi cepat. Terkadang, ia merasa tidak bisa mengimbangi apa yang tengah Ann ungkapkan, apalagi seperti yang Ann ucapkan sekarang. Ia yang jarang sekali berinteraksi dengan perempuan tentu kesulitan menangkap maksud ucapan Ann. "Masak apa jadinya?" tanya Ann mengalihkan bahasan, takut Ben menyadari sinyal tanpa sadar yang sudah dikirimkannya. "Tar juga tau," gumam Ben tanpa menoleh. Ann menghela napas panjang. Ketimbang banyak bertanya tapi jawaban Ben membuatnya gemas, ia memilih mengamati tangan lelaki itu bekerja. Tahu bahwa Ben sedikit kesulitan karena lukanya, Ann beranjak. Ia rebut pisau dari tangan Ben, dibantunya Ben membersihkan lobak dan memotong daging ayam. Sementara itu, Ben menyalakan kompor dan merebus air, juga menyiapkan komposisi bumbu yang akan dipakainya. "T

    Last Updated : 2024-06-01

Latest chapter

  • Candu Cinta Bos Mafia   195. Candu Cinta (Ending)

    "Baru pertama kali ini aku liburan ke Eropa. Mimpi apa aku bisa ke sini sama orang yang paling berarti di hidupku," desis Ann lirih. Matanya mengitar takjub, masih tidak percaya pada apa yang kini tengah dialaminya. London tengah ada di awal musim gugur saat ini. Suhu udara cukup dingin untuk kulit Ann yang terbiasa dengan suhu tropis khatulistiwa. Ia sampai memeluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada untuk menghangatkan tubuhnya. Liburan musim panas di Inggris Raya baru akan selesai dan Westminster cukup sepi dari wisatawan di bulan-bulan ini. "Pilihan yang tepat kita keluar malam hari, untungnya Christ udah akrab sama Lala, jadi kita bisa keluar malem-malem gini, biar Christ istirahat," ujar Ben sengaja merangkul leher istrinya mesra. "Lala udah kenal Danisha lama, jadi kayaknya Christ sering diajak jalan bareng juga sama Lala, makanya mereka cepet akrab," gumam Ann. "Mas, indah banget Inggris Raya," ujarnya tak hentinya berdecak. Meninggalkan

  • Candu Cinta Bos Mafia   194. Rencana Kejutan

    Ann menyesap teh melati buatan Ben sambil memejamkan mata. Sungguh pagi yang begitu damai dan menenangkan baginya, tanpa beban. Christ sedang sarapan pagi bersama Ben di ruang makan, sedangkan Ann sendiri duduk di halaman belakang, sesekali mengusap punggung Chester yang kini memang sengaja diboyong ke rumah baru demi memulihkan kesehatannya. Minggu depan kuliah Ann sebagai Maba akan dimulai, jadi, ia sengaja menikmati momen-momen emas ini tanpa gangguan. "Ane-san, berangkat seolah dulu," kata Christ mendatangi Ann sambil membungkukkan badannya. "Oke, hati-hati ya, semangat sekolahnya!" balas Ann melambaikan tangannya ceria, menatap punggung kecil nan kokoh Christ yang berlalu menjauh. Untuk kegiatan sekolah dan les privat yang harus dijalani Christ, Ann menyiagakan seorang sopir antar-jemput. Ben juga meminta Sony untuk menjadi penjaga Christ selama berkegiatan di luar rumah. "Kamu nggak ada agenda ke mana-mana hari ini, Ann?" tegur Ben yang menyusul duduk di seberang Ann, menent

  • Candu Cinta Bos Mafia   193. Pilihan Christ

    "Hai, Christoper!" sapa Eriska yang sudah datang lebih dulu di sebuah coutage tempat mereka dijadwalkan bertemu. Seperti rencana, Ann dan Ben mengantar Christ bertemu dengan Eriska. Satu titik balik kehidupan Christ akan ditentukan hari ini. Ann tidak tahu apa yang tengah dirancang oleh Eriska untuk mengusiknya lagi, tapi ia percaya Ben bisa mengatasi gangguan Eriska lebih baik ketimbang sebelumnya."Mami Eris," balas Christ melambaikan tangan sekenanya, juga memberi senyum simpul yang asing. "Kamu tambah tinggi ya," puji Eriska. "Makanmu pasti enak-enak pas ikut Ben," katanya. "Makasih udah menuhin permintaanku," tambahnya ke arah Ben sambil memeluk Christ yang tampak canggung. "Gue pengin urusan kita segera selesai," balas Ben. "Biar Christ mesen makanan dulu ya," tandas Eriska. "Aku udah makan sama Ann dan Ben sebelum ke sini," ucap Christ sangat fasih. "Kata Ann, Mami kangen sama aku," gumamnya. "Iya," jawab Eriska mengangguk. "Mami nggak bawa makanan kesukaanku?" tembak Ch

  • Candu Cinta Bos Mafia   192. Daya Juang

    Setelah sekian lama tidak beraktivitas di ranjang karena kondisi kesehatannya, Ben cukup berhati-hati bergerak. Ann lebih banyak memimpin permainan, sang istri berbalik memegang posisi dominan. "Joanna," Ben mengerang lirih, menikmati pemandangan sang istri yang meliuk-liuk di atasnya. "Berasa liat aku di Queen's Diary lagi ya Mas," goda Ann masih sempat bercanda. "Ini lebih juara sensasinya," balas Ben merem-melek, terbakar gairah. Ann terkikik, ia bergerak makin cepat, tapi tetap berhati-hati. Ben yang tengah berbaring di bawahnya itu masih belum sembuh total, jadi mereka tidak boleh bermain liar. "Ane-san!" Ben mengeja panggilan istrinya, ia tiba di puncak dengan senyuman lepas yang puas. "Wah," deru napas Ann masih terengah, "lega, Big Ben? 250 juta transfer ke rekeningku ya," candanya lucu. Ia bangkit dan duduk di sebelah suaminya, membiarkan Ben meriah selimut untuk menutupi tubuh mereka. "Nggak 300 juta sekalian?" tawar Ben. Ann mengangguk, "Boleh. Dikasih 500 juta lebi

  • Candu Cinta Bos Mafia   191. Memenangkan Pikiran

    Setitik air mata Ann jatuh, ia berpaling agar tak ketahuan tengah bersedih. Sesak di dadanya berusaha ia sembunyikan sebisa mungkin, hatinya telah jatuh teramat banyak pada Christ. "Kenapa aku harus milih? Aku udah tinggal di sini kan?" gumam Christ lugu. "Kamu bukan anggota keluarga, Eriska minta kamu kembali ke keluarga kamu," ungkap Ben gamblang, terdengar sangat tega. "Ane-san," Christ menoleh Ann, "apa aku harus milih? Aku aku harus ikut Mami Eris?" tanyanya hampir menangis. "Kamu boleh tetep tinggal di sini kalau kamu mau, Christ," jawab Ann. "Asal kamu memilih tinggal bersama kami, kamu boleh tinggal selamanya di sini," sambar Ben. Christ terdiam, ia tampak bingung dan hanya memainkan kancing bajunya sebagai bentuk pelarian. Anak sekecil Christ tentu mempunyai banyak perspektif pada setiap orang yang pernah merawatnya. Ann meski galak dan tegas, tidak pernah memukul atau menggunakan kekerasan. Begitu pula dengan Ben, meski ia keras dan kejam, selalu menekan Christ dengan

  • Candu Cinta Bos Mafia   190. Memberinya Pilihan

    "Marah, Ane-san?" tegur Ben yang menyadari perubahan sikap istrinya semenjak pulang dari rumah makan tadi siang. "Hem?" Ann melirik suaminya sekejap, lantas fokus lagi memainkan ponselnya. "Kamu marah sama aku, Ann?" ulang Ben sabar. "Marah? Emangnya kamu kenapa?" tanya Ann balik. Ben mendecak, ia tahu Ann sedang tidak mau diajak mengobrol. Istrinya ini tengah marah, enggan ditanya-tanya tapi jika Ben tak acuh, kemarahan itu akan semakin membesar. "Coba bilang, salahku di mana?" pancing Ben. "Wah," Ann tertawa dalam tatapan piasnya yang tak menyangka. "Nggak sadar salahnya?" "Oke, aku salah ngambil keputusan setuju sama Eriska? Bener?" "Terus?" "Aku mengabaikan kamu," desis Ben meringis, takut salah. "Bukan cuma mengabaikan, Mas. Aku nggak kamu anggep ada di tempat itu. Seharusnya kamu tanya dulu keputusanku, kan?" sergah Ann bagai siap memuntahkan lahar panas dari mulutnya. "Iya, aku minta maaf," ungkap Ben tak mau memperpanjang masalah. Salah atau tidak salah, ia tetap ha

  • Candu Cinta Bos Mafia   189. Biarkan Memilih

    "How's life, Ann? Kamu bahagia?" tanya Eriska yang ditemui oleh Ann di sebuah rumah makan besar. Ann melirik sang suami yang duduk di sebelahnya. Ben tampak tak acuh, ia itarkan pandangan ke sekeliling, enggak bertemu tatap dengan Eriska. Dari sorot matanya, tampak Eriska masih begitu mendamba suami Ann itu. "Gue nggak punya alasan buat nggak bahagia setelah suami masih hidup di sisi gue," jawab Ann jumawa. "Asal nggak ada orang yang mengusik kami lagi, gue yakin bahagia selamanya," gumamnya. "Ben," Eriska tersenyum, mencoba mengambil perhatian mantan pacarnya itu. "Aku nggak akan ngusik kalian lagi. Cuma satu penginku, aku diijinin buat ketemu sama Christ. Sekarang udah nggak ada Papa yang bakalan nyakitin dia, boleh nggak Christ disuruh milih, mau ikut aku atau kalian? Aku janji, setelah Christ milih, aku nggak akan pernah muncul dalam kehidupan kalian lagi," ujarnya. Ben yang semula tak peduli akhirnya memfokuskan pandangannya pada Eriska. Keduanya bertemu tatap, diam dan tak a

  • Candu Cinta Bos Mafia   188. Segalanya Bagiku

    Proses recovery Ben memakan banyak waktu dan perjuangan yang cukup panjang. Selama itu, Ann setia mendampingi, membantu sang suami mendapatkan tubuh bugarnya lagi. "Dua tusukan yang nggak akan pernah bisa dilupain," desis Ann sambil menunjuk bekas luka di dada dan perut Ben yang kancing kemejanya sengaja tidak dikancingkan. "Nggak kamu bikin tato, Mas?" tanyanya. Ben menggeleng, "Luka tembak ini sengaja kutato karena pengin kuhilangkan. Kalau luka tusuk beda cerita, ini award perasaanku atas kamu Ann. Aku terluka buat ngelindungin kamu, itu kebanggaan tersendiri," ujarnya. "Tapi aku jadi ngerasa bersalah kalau liat bekas luka ini. Kamu ada di ambang kematian selama 5 bulan, gimana aku nggak sedih.""Apa mau kutato aja biar kamu nggak sedih?" tawar Ben. Gelengan Ann berikan, "Kalau kamu nggak ngeliat aku sebagai bentuk kesalahan, sedihku bisa ganti jadi kebahagiaan kok Mas," ucapnya lembut, plin-plan. Senyuman Ben terkembang, ia kibaskan lagi pedangnya untuk kembali memulai latiha

  • Candu Cinta Bos Mafia   187. Obrolan Berdua

    Dua puluh empat jam pasca hidup kembali, Ben dinyatakan dalam kondisi yang sangat bagus oleh dokter. Tubuhnya sudah melewati pemeriksaan dan pengecekan dan tidak ada organ tubuhnya yang malfungsi. Ben hanya memerlukan banyak latihan bergerak dan berjalan untuk menormalkan kembali sendi-sendi dan tulangnya. "Dia minta pindah sekolah di sini, pengin jagain Ketua tapi dia ngeluh bosan nunggu kamu bangun, tiap hari begitu," ucap Ann tertawa. "Dia jagain kamu dengan baik ya," kekeh Ben sudah mulai lancar berkomunikasi. Ann mengangguk, "Kadang dia ngomel, kenapa Ketua nggak bangun-bangun padahal dia mau cerita gimana dia ngelawan anak-anak lain yang nyoba ngerundung dia," ceritanya. "Udah ya Mas, biar dia stay di Indo aja, Christ pasti nggak mau kalau disuruh balik ke Jepang lagi. Nanti aja kalau dia udah bisa milih mau lanjut studi di Jepang atau di negara mana pun, kita bisa atur lagi," urainya. "Aku ikut kebijakan kamu, Ane-san," kata Ben lembut. "Ah, Adyaksa sekarang dipegang sama

DMCA.com Protection Status