"Aku nggak pernah ngajarin kamu bohong, Christ," desis Ann meremas kedua pundak anak asuh tampannya. "Bilang yang jujur di depan para guru soal tiga temen kamu yang nakal dan jahat itu," bujuknya. "Aku dapet apa kalau aku ngaduin mereka, Ane-san?" tanya Christ sangat polos. "Nanti mereka makin nakal kan?" ujarnya terlibat begitu dewasa. Ann menghela napas panjang sambil memejamkan matanya agar pikirannya tetap tenang. Pertemuan antar orang tua yang terlibat perundungan baru saja digelar. Namun, Christ dan Ann justru semakin dipojokkan dan dianggap tidak bisa menyesuaikan diri karena Christ adalah siswa baru. Ann tentu saja tidak terima, ia ingin Christ yang bungkam saja sepanjang pertemuan itu setidaknya membela dirinya sendiri. "Kamu yang pertama mukul mereka?" pancing Ann lihai. Seketika Christ mendongak, "Enggak! No, Ane-san. Mereka yang ngata-ngatain aku dan mukul duluan. Aku nggak mukul mereka balik karena mereka bukan musuh perkumpulan. Aku juga inget pesan Ketua," tandasnya
Berbekal sharing lokasi dari salah seorang wali murid yang juga perundung Christ, Ann mendatangi sebuah restoran mewah di pusat kota Jakarta. Ia datang didampingi Benji, mereka berpakaian sangat rapi layaknya menghadiri pertemuan keluarga besar, khas busana mafia. Ann pun sengaja mengenakan dress hitam dengan model tanpa lengan, memperlihatkan tato indah di tulang selangkanya itu. Kacamata hitam melengkapi penampilannya dan Benji, 'badass' sekali."Berani jug dateng," cibir Riana, ibunda Jose, pemimpin geng yang merundung Christ. "Jadi anak nurun dari emaknya ya?" Ann duduk menyilangkan kedua kakinya, ia hadapi setengah lusin ibu-ibu muda kaya-raya itu dengan sangat santai. "Sama-sama suka keroyokan," lanjutnya sambil menyulut sebatang rokok dan mengisapnya tanpa beban. "Jangan cari masalah kamu! Kamu diundang ke sini cuma buat diusir. Kami harap, anak kamu si Christ itu udah nggak masuk ke sekolah anak-anak kami lagi mulai besok pagi," desis Vany, si tinggi ibunda Lilo. Ann tersen
"Kayaknya aku musti ngasih hadiah buat Ane-san nih," ujar Ben saat Ann menyambutnya di pintu kamar. Ia baru saja tiba sepulang dari pelabuhan. "Cara kamu beli saham yayasan bikin orang-orang yang tadi nyoba buat mengintimidasiku jadi nggak berkutik, Mas," desis Ann lalu memeluk erat tubuh suami, mengadu lelah. "Bastian yang nawarin. Harganya masih bisa kujangkau, ya buat tambah-tambah, nggak rugi juga," ucap Ben. "Christ ke mana?" tanyanya. "Latihan pedang sama Benji," jawab Ann. "Aku sambil siap-siap berangkat show ya Mas," pintanya. "Ah, kamu masih ada show terakhir hari ini," Ben mengangguk. "Terus gimana? Tawaran Indra buat stay lebih lama di show boleh kuterima?" Jawaban tak langsung Ben berikan. Ia berjalan mendekati jendela kamar, menatap nanar di luarnya. Semburat senja sore nampak indah menghiasi langit di sebelah barat. "Raja masih usaha buat dapetin kamu, kan?" tebak Ben akhirnya keluar juga apa yang coba ia pendam beberapa hari ini. Ann tertegun. Sebenarnya
"Hari ini aku nggak usah tampil aja," ucap Ann setelah ikut terdiam lama. "Cuma model tamu ini kan nggak terikat kontrak," tambahnya ikut mengembuskan asap rokoknya santai, wajahnya tampak tak memiliki beban bahkan saat Ben menolehnya kaget. "Ann," desis Ben terpana. "Jadi model, it's my dream Mas," kata Ann, mengucap jargon viral yang pernah sangat menjamur di Indonesia itu.Sontak Ben tertawa mendengar ucapan istrinya. Tangannya terangkat, mengusap kepala Ann sayang, rasa gusar yang sejak tadi menyelimutinya tiba-tiba menguap."Iya, maafin cemburuku yang kekanak-kanakan ini ya," ujar Ben. "Belom telat kalau kamu mau ngejar show, aku bisa minta Janice buat undur jamnya jadi satu jam lebih sore," urainya. "Ini juga masih ada waktu kok Mas. Nggak pa-pa aku nggak usah ke sana aja," lirih Ann. "Enggak, aku nggak akan cemburu lagi, Ane-san. Asal, kamu bilang ke Raja soal status kamu yang adalah istriku," ucap Ben membuat syarat. "Rencanaku kan juga gitu Mas.""Ya udah gih siap-siap.
"Akhirnya aku bisa ketemu langsung sama kamu," ucap Raja saat Ann duduk menghadapinya di ruang transit. "Silakan minum dulu," pintanya. "Pak Raja," Ann melebarkan senyumnya, sekadar formalitas. "Saya pikir Pak Raja sudah paham maksud penolakan saya," katanya. Harus Ann akui, Raja memiliki semua kelebihan pria yang diidamkan perempuan. Wajah tampan, kekayaan, kharisma dan tutur kata yang sopan, selayaknya seorang don juan. Namun, di mata Ann, ada lelaki yang nilainya jauh lebih sempurna dari Raja, seorang Big Ben. "Apa ada isi dalam kontrak yang nggak kamu sukai? Kita bisa hapus itu," ujar Raja. "Enggak," jawab Ann mantap. "Maaf, saya bahkan tidak membaca isi kontrak yang Pak Raja kirim ke saya," katanya. "Kenapa? Apa yang kamu minta?""Saya terikat kontrak seumur hidup dengan orang lain, Pak.""Ya," Raja manggut-manggut. "Aku udah denger itu dari Rika," ujarnya. "Nah, berarti kita udah sama-sama paham kan Pak? Saya nggak perlu ngasih penjelasan panjang lebar kenapa saya nolak."
"Ane-san, aku laper," keluh Christ saat ia tiba di rumah seusai pulang sekolah. "Ben lagi masak, tunggu ya," balas Ann. "Christ, boleh aku tanya sesuatu?" tahannya pada Christ yang hampir melangkah masuk ke kamarnya. "Apa?" gumam Christ. "Nggak ganti baju dulu?" "Bentar aja kok," ucap Ann lembut. "Duduk sini, Christ," ajaknya menggiring Christ duduk di sofa panjang ruang tamu. "Kalau kamu mau tanya soal kejadian di sekolah, Fariz udah minta maaf," lapor Christ. Ann menggeleng, "Iya aku tau dia pasti minta maaf, kubikin dia begitu. Ini bukan soal sekolah, Christopher," desisnya. "Aku nggak pernah bolos latihan pedang sama Benji." "Ini juga bukan soal latihan pedang." Christ mengernyit, "Terus apa?" tanyanya bingung. "Seandainya ada orang lain yang ngambil kamu dari kami dan ngajak kamu pergi, apa kamu bakal ikut mereka?" tanya Ann berusaha memakai kalimat sederhana agar Christ memahami maksudnya. "Siapa orangnya?" tanya Christ balik, ia mengedip lugu sekali.
"Menikmati peranmu, hem?" Masayu mendatangi Ann yang tengah duduk di kursi taman belakang. "Peran apa, Ma?" tanya Ann santai. "Mama apa kabar? Maaf aku nggak ikut jemput ke bandara tadi," ujarnya berbasa-basi. "Mana mungkin seorang Ane-san disuruh jemput ke bandara, aku juga nggak mengharap," sahut Masayu. "Kalau Mama makin membenciku karena aku nggak bisa ngasih keturunan ke Mas Ben, aku maklum kok," tembak Ann langsung. "Nggak pa-pa," tandasnya. "Sejak awal Mama nggak pernah suka aku jadi istrinya Mas Ben," gumamnya. "Mulutmu berbisa banget, sadar diri artimu di sini, nggak bisa punya anak juga," desah Masayu, ia duduk di seberang Ann. "Anak itu, aku udah ketemu," ungkapnya menyebut Christ. "Anaknya Irfan, adik tiri Eriska," ucap Ann. "Gila! Kalian ngebesarin bayi serigala di kandang macan kumbang!""Nggak pa-pa kan? Lama-kelamaan dia juga bakalan menjelma jadi macan kumbang," balas Ann. "Aku yang bakalan mastiin dia menjelma jadi anggota kawanan. Dan aku nggak akan pernah nin
Ann terkesiap dan untuk sesaat ia kehilangan suaranya. Bukan ia tidak serius meminta Ben untuk mengikuti program sewa rahim atau apapun sejenisnya, ia hanya kaget melihat reaksi Ben yang spontan itu. Ben tidak menolak, justru mengarah untuk menyetujui usul Ann. "Kamu kaget kan kalau aku jawab begitu?" gumam Ben tersenyum. "Jangan mancing-mancing aku buat bertindak gila, Ane-san. Aku mencintai Joanna Diajeng Arumdalu dan nggak terpikirkan sedikitpun di kepalaku buat bikin anak sama perempuan lain," tegasnya. "Kamu ngetest reaksiku, Mas?" geram Ann mencembikkan bibirnya kesal. "Abis kamu selalu pura-pura rela kasih tawaran sewa rahim. Padahal aku tau banget, jauh di lubuk hati kamu, kamu nggak rela kan?" "Aku harus realistis sih Mas," sambar Ann. "Kondisiku memaksaku buat sok kuat dan ikhlas. Makasih karena kamu udah memahami situasiku," ucapnya. "Aku tau kamu pasti bakalan kasih tawaran itu karena kamu ngerasa upset sama kondisimu yang harus kehilangan rahim. Tapi Ann, aku cukup b