"Orang kepercayaanku menemukan identitas ibumu saat mereka mendesak pengurus panti tempatmu dulu dititipkan itu untuk bicara."
"Dan terungkaplah bahwa kamu adalah anak yang terpaksa di titipkan di tempat itu karena ibumu mengalami trauma."
"Trauma yang menggucang jiwanya kala itu."
"Kehadiranmu memang tidak diinginkannya sejak awal."
"Karena ia adalah korban pemerkosaan."
"Karena rasa trauma dan kebelumsiapan ia menitipkanmu di panti asuhan."
"Setelah itu kami terus memburu lokasi ibumu bermodal foto dan alamat lamanya."
"Setelah berbulan-bulan mencari akhirnya penantian kami terbayar."
"Orang suruhanku menemukan ibumu."
"Aku dan Hiro berangkat ke lokasi."
"Kami berbincang langsung dengan ibumu yang ketakutan melihat kedatangan kami."
"Hingga kami berhasil meyakinkan beliau dan beliau akhirnya menceritakan semuanya."
"Kami faham saat itu ia tak memiliki pilihan lain selain meninggalkanmu."
"Andra jangan pernah membenci ibumu!'
"Karena ibumu itu tidak bersalah."
"Ia hanya korban .. dan yang harus kamu tahu kondisi ibumu kala itu sangat memprihatinkan."
"Ibumu diusir dari keluarganya karena semua keluarganya menganggap ibumu itu aib keluarga."
"Ibumu berjuang mati-matian untuk hidupnya yang terlanjur berantakan, karena ulah seorang lelaki."
"Laki-laki itu adalah Alexs!"
"Alexs yang menghancurkan ibumu."
"Alexs yang membuat kamu berada di panti asuhan saat masih bayi."
"Dan Alexs yang sama yang ingin melenyapkan putriku."
"Ibumu sebenarnya ingin bertemu denganmu tapi ia takut kamu membencinya."
"Ia takut traumanya akan datang kembali jika melihat wajahmu."
"Karena itu ia memilih menghindari bertemu denganmu walau itu sangat menyiksanya."
Terang Angkasa menceritakan semua pada Andra yang terdiam terpaku.
Ini pasti membuat Andra lumayan terguncang.
Andra memang sempat membenci orang tuanya yang meninggalkannya di Panti Asuhan tapi setelah mendengar penjelasan Angkasa Raditya kebencian Andrapun lenyap. Ia mulai memaafkan sang ibu dan ingin sekali menemui ibunya. Karena itu berarti ia masih punya keluarga dan tidak sendirian.
"Lalu dimanakah beliau sekarang?"
"Bisakah anda memberitahu saya?"
Andra berharap ia masih memiliki kesempatan untuk bertemu sang ibu.
"Aku pasti akan membawamu menemui ibumu itu."
"Tapi untuk sekarang apa kamu tidak ingin tahu tentang seluk beluk ayahmu?" Angkasa lebih tertarik untuk membicarakan musuh bebuyutannya itu.
"Ayahmu.. Alexs dia yang membuat hidup kalian kacau."
"Dan yang aku tahu Hiro pernah menemui Alexs entah apa yang mereka berdua bicarakan kala itu."
"Yang aku takutkan kematian Hiro ada hubungannya dengan ayahmu itu."
Angkasa mengungkapkan kecurigaannya terhadap musuh besarnya itu. Terlebih orang yang terakhir kali ditemui Hiro sebelum meninggal adalah Alexs.
"Apa anda yakin dengan itu?"
"Lantas kenapa Alexs bisa mengancam keselamatan putri anda?"
Andra semakin bingung tapi ia juga tidak bisa langsung percaya dengan ucapan Angkasa karena bisa saja ia ingin menggunakan Andra sebagai senjata untuk menghancurkan musuhnya.
"Sangat yakin.. karena aku masih menyimpan pesan saat aku berkomunikasi dengan ayah angkatmu Hiro sebelum ia menemui Alexs kamu bisa membacanya sendiri karena pesan itu masih aku simpan."
"Disitu tertulis jelas bahwa Hiro hari itu ingin menemui Alexs dan esoknya ia tertembak di rumah kalian bukan begitu?"
"Kenapa nyawa putriku terancam itu karena Alexs memintaku memberikan saham perusahaanku pada perusahaannya dengan harga miring tentu saja aku belum gila."
"Aku tak akan mempertaruhkan perusahaan yang susah payah aku bangun."
"Karena aku tidak menyetujui inginnya maka ia mengancamku dan putriku."
Angkasa menceritakan semua pada Andra berharap Andra akan ada di pihaknya.
"Aku akan membantu anda tapi tolong pertemukan saya dengan ibu kandung saya."
Syarat yang Andra berikan tentu tidaklah sulit untuk seorang Angkasa Raditya.
"Seperti janjiku tadi aku pasti akan mempertemukan kalian."
"Andra Hiro sangat menyayangimu."
"Dia sudah menganggapmu seperti darah dagingnya sendiri."
"Harapannya begitu besar padamu."
"Dan aku melihat dia di dirimu."
"Kalian tak ubahnya seperti duplicate meski dalam versi berbeda."
"Andra aku akan membantumu mencari pelenyap Hiro."
"Dan aku harap kamu bisa melindungi putriku yang akan pulang dari Dubai beberapa bulan lagi."
Angkasa mencoba bernegoisasi karena faktanya mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Andra terdiam sejenak. Semua keterangan Angkasa Raditya tidak bisa langsung ia terima. Sebelum ia bertemu ibunya dan memastikannya langsung Andra tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. Ia bertindak dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin menyesal akan keputusan yang akan diambilnya.
"Saya akan melindungi putri anda tapi bukankah anda bilang putri anda di Dubai?"
"Lantas kenapa anda buru-buru meminta saya datang?"
Andra makin tidak mengerti isi kepala Angkasa Raditya.
"Karena Alexs bisa datang kapan saja dan ia bisa melenyapkanku seperti ia melenyapkan ayah angkatmu Hiro."
Jawaban Angkasa Raditya yang begitu yakin Alexs adalah dalang di balik meninggalnya Hiro yang tidak bukan adalah ayah angkat Andra berhasil membuat Andra tersentak.
Rasa tak percaya itu seakan terkikis perlahan dengan keyakinan seorang Angkasa Raditya. Ini fakta mengerikan untuk seorang Andra. Karena jika ucapan Angkasa Raditya itu benar adanya maka itu berarti ayah kandung Andra adalah pelaku pembunuhan ayah angkat Andra yaitu Hiro.
Kenyataan yang pahit untuk di terima. "Tuan apa anda sudah mendengar tentang masa lalu saya?" Tanya Andra yang penasaran dibalik alasan Angkasa memilih mantan seorang pembunuh bayaran yang terkenal licin dan kejam sebagai pelindung putrinya.
"Aku sudah tahu kisahmu yang sering melenyapkan nyawa orang dengan kejam dan tanpa ampun."
"Justru karena itu aku semakin tertarik denganmu." Ujar Angkasa sambil berseringai.
"Aku menjadi pembunuh bayaran untuk melampiaskan amarahku pada kedua orang tua yang tega menelantarkanku."
"Tapi ayah membuatku berfikir ulang dan kejamnya hidup di jalanan perlahan luntur."
"Tapi bukan berarti naluriku sebagai pembunuh lenyap."
"Bahkan aku bisa saja menjadikan anda mangsaku berikutnya," Ucap Andra sambil tersenyum dingin.
Angkasa membalas senyuman Andra.
"Kalian benar-benar mirip!"
"Kamu dan Hiro sangat mirip."
"Tahukah kamu Hiro dulu juga terkenal sebagai pembantai yang handal."
"Tapi suatu hal merubah dia menjadi lebih manusiawi." Tutur Angkasa mengingat Hiro sahabatnya kala masih seumuran Andra.
"Apa yang merubah ayah?" Tanya Andra penuh tanda tanya.
"Cinta!" Jawab Angkasa singkat.
"Terdengar lucu tapi itu kenyataannya."
"Ayah angkatmu itu jatuh cinta pada seorang wanita yang berhasil merubah sikap bengisnya menjadi lebih peka dan lebih lembut."
"Tapi sayang wanita itu mengidap penyakit serius dan meninggal."
"Sejak kematian wanita itu Hiro berubah."
"Ia berhenti menjadi pembantai."
"Ia lebih fokus mengasah ilmu beladirinya seperti yang ia wariskan padamu."
"Kalau kamu fikir aku aneh memilih mantan pembunuh untuk menjadi pengawal pribadi putriku kamu salah besar."
"Justru itu yang aku butuhkan nalurimu itu bisa memusnahkan orang dengan mudah jadi tak ada yang perlu diragukan." Terang Angkasa Raditya.
"Angkasa keluar!!!" Terdengar suara teriakan dari arah depan. Siapakah yang datang mencari keributan?
Itulah pertanyaan yang singgah di benak Andra kala itu.
"Siapa itu?" Tanya Angkasa sambil bangkit berdiri.Andra menatap tajam kearah pintu iapun mulai berlari keluar. Betapa terkejutnya ia melihat para penjaga rumah Angkasa yang tergeletak pingsan di beberapa sudut ruangan. Lalu Andra terus berjalan hingga ia berhadapan dengan laki-laki berbadan tegap dan tinggi yang menatap tajam sambil tersenyum kecut ke arahnya."Dimana tuanmu?""Suruh dia keluar!""Jangan sembunyi seperti tikus!!""Atau kamu kaki tangan terbarunya yang diminta melindunginya.""Bocah ingusan sepertimu apa yang bisa kamu lakukan?"Alexs memancing emosi Andra.Andra mencoba bersikap tenang. Ia mengangkat alis dan melempar senyum kearah Alexs.Dalam hati ia mulai berfikir mungkinkah sikap arogansinya ia warisi dari sikap sang ayah. Jika benar orang dihadapannya adalah ayah biologisnya sekaligus pembunuh ayah angka
"Aku kesini hanya ingin memberitahukan hal ini." "Silahkan lanjutkan istirahatmu," ucap Angkasa dan beliau meninggalkan Andra sendiri. Andra sudah tidak sabar menantikan esok hari. Ia merasa Angkasa sepertinya ingin membuktikan sesuatu padanya. Andra menutup kembali pintu kamarnya. Ia duduk di kursj kamarnya. Perasaannya campur aduk antara senang juga bingung. Apa yang akan ia katakan pertama kali jika ia bertemu sang ibu. Perasaan asing gugup berkecambuk dalam benak anak itu. Tapi Andra tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia harus mencari tahu jati dirinya dan ia juga berharap sang ibu akan berkata jujur padanya. Tentang semua alasan beliau meninggalkan Andra di Panti Asuhan tanpa menengoknya hingga Andra dewasa. Apapun kenyataannya Andra berusaha tegar, ia mulai menyiapkan hati akan hal terburuk yang mungkin akan ia ketahui besok. Malam berganti pagi. Hari y
Andra terdiam mendengar penjelasan sang ibu tentang ayahnya. Ia masih tak menyangka orang yang terakhir ia temui ternyata benar-benar ayah kandungnya. Semua seperti mimpi yang membuka semua tabir rahasia jati diri seorang Andra. Yang paling menyakitkan lawan sebenarnya yang harus ia habisi tak lain adalah sang ayah sendiri. Yang mungkin berpotensi sebagai pelaku ayah angkatnya."Kenapa kamu terdiam Nak?" Ibu Andra membuyarkan lamunan sang putra."Tidak aku hanya merasa ini seperti mimpi.""Bagaimana bisa Alexs itu ayah ku?"Tanya Andra."Apa kamu pernah bertemu dengan ayahmu?" Sang ibu balik bertanya pada sang putra."Dan kenapa seolah takdir mempermainkanku?" tanya Andra."Aku pernah bertemu dengannya.""Harusnya ibu menemuiku.""Benci atau tidaknya diriku.. seharusnya ibu tidak membiarkanku dalam kondisi membingungkan.""Ta
Agha berlari dan bersembunyi seperti perintah Andra. Andra hanya duduk dan menikmati ketakutan sang mangsa."Sembunyilah seperti seekor tikus.""Karena aku pasti akan menemukanmu," ucap Andra tersenyum sambil berkeliling memutari bongkahan bongkahan kotak kayu di dalam gudang tersebut.Keringat dingin membasahi tubuh Agha.Darah terus mengalir dari lehernya. Ia mencoba bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu.Dan tiba-tiba sepasang mata mengarah padanya sambil tersenyum."Ini untukmu!!" Andra melukai pundak tangan Agha dengan pisau miliknya. Agha pun kembali lari dan bersembunyi.Tapi Andra membiarkan mangsanya kembali berlari dan menghindari dirinya.Ia sangat menikmati melukai mangsanya pelan-pelan."Rasanya sungguh menyenangkan!" Seru Andra sambil duduk santai menikmati hiburannya.Rasa takut dan e
Kini Andra menapaki babak baru dalam hidupnya. Andra mengemban tugas sebagai pengawal pribadi Angkasa Raditya sebelum sang putri kembali dari Dubai.Tapi lamunan Andra membangkitkan kembali ingatan masa lalunya saat ia masih menjadi pembunuh bayaran yang sadis dan kejam. Ingatan kala ia menghabisi Agha membuatnya merasakan kehidupan yang jauh berbeda dengan yang sekarang di gelutinya.Jika dulu ia seorang pembantai kini ia malah bertugas sebagai pelindung. Seratus delapan puluh derajat berbanding terbalik dengan hidupnya yang dulu. Dan saat ia merasa curiga seperti yang Angkasa utarakan bahwa Alexs adalah dalang tewasnya Hiro sang ayah angkat yang sangat berjasa dalam hidup Andra kembali menyalahkan api
Viky dan Zico merasa berat saat sang guru berada jauh dari mereka. Akan tetapi semangat mereka untuk berlatih dan melatih meneruskan apa yang Andra dan sang ayah angkatnya bangun demi terciptanya penerus -penerus yang memiliki keahliahan luar biasa di bidang seni bela diri. "Baiklah aku tidak bisa berlama-lama di tempat ini, ada yang harus aku kerjakan.""Terimakasih banyak kalian sudah mau mengurus tempat ini, dan ingat jangan biarkan siapapun masuk ke kamar ayah!" Pesan Andra sebelum meninggalkan rumah itu."Baik... kami akan menjalankan tugas sebaik mungkin dan kami pastikan tak akan ada yang masuk ke ruangan itu," jawab Zico."Terimakasih!""Aku pergi dulu."
Kedua lelaki itu bergegas menuju bandara yang jarak tempuhnya lumayan jauh dari tempat kerja Angkasa. Andra terpaksa memacu mobilnya dengan kecepatan penuh bak di Arena Sirkuit Balap, hingga wajah Angkasa terlihat menegang."Andra kurangi kecepatannya!""Kita bisa tewas jika begini!" Teriak Angkasa ketakutan dengan cara Andra mengemudikan laju mobilnya."Maaf Tuan.. saya hanya takut putri Tuan dalam bahaya," jawab Andra."Jangan khawatir kita sudah berada tidak terlalu jauh dari Bandara!""Dan lagi mengingat kondisi Alexs ia tak akan mungkin bisa menyusul kita dengan kondisinya yang lemah karena serangan yang kau berikan .""Ku rasa kita tidak perlu terlalu khawatir," ucap&nbs
"Ya.. anak itu Andra.""Karena itu ayah sangat yakin pada kemampuan Andra dalam melindungi keluarga Ayah, Andra bukan anak sembarangan.""Kamu harus berbaik hati padanya jangan galak-galak!" Pesan Angkasa Wijaya."Baik Yah... aku mengerti sekarang.""Yah.. apakah Alexs akan terus mengincar keselamatan kita?" Diandra merasa ketakutan ia tidak ingin hidup dalam teror yang akan menghantui hidupnya."Ayah juga tidak bisa menjawab pertanyaanmu, karena ayah tidak bisa menebak isi kepala si Alexs itu." Andai kita bisa membaca fikiran semua orang," sela Diandra.Angkasa menggenggam tangan Diandra beliau mencoba menenangkan putri kesayangannya itu.
Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio
Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu
"Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan
Diandra membalas pelukan Dion sambil melirik ke arah Andra. Tampak wajah Andra datar tak berekspresi mematahkan ekspetasi seorang Diandra yang berharap ia dapat melihat kekesalan di wajah Andra. Tapi pada kenyataannya laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan kekesalan yang ada ia tampak acuh, meski dalam hati Andra ia sangat kesal. Laki-laki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan amarahnya. "Sial.. dia sama sekali tidak perduli!""Jadi selama ini apa?""Aku benar-benar salah menilai dia!" umpat Diandra dalam hati. Perlahan gadis itu menjauhkan kembali tubuhnya dari Dion. "Ehm.. sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Diandra yang lelah dengan sandiwaranya. "Apa kau tidak suka aku disini?" tanya Dion. "Bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Besok kita kan bisa ketemu lagi," balas Diandra. "Baiklah.. tapi janji ya besok kita jalan!" cetus Dion. "Hm.. iya," balas Diandra. Andra hanya terdiam mematung berdiri di belakang pasangan baru tersebut. Dion mengusap lembu
"Keluarlah dari ruangan ini!" usir Andra. "Kau tak perlu terus menerus mengusirku, itu sama sekali tidak sopan.""Apa kau yakin menyuruhku pergi? Aku rasa kau akan membutuhkan bantuanku lagi," kata Lyli sambil tersenyum. "Aku lelah aku butuh istirahat!" sahut Andra. "Oke, jika butuh bantuan hubungi aku!" Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kamar Andra. Di tempat berbeda Diandra menemui sang ayah. "Yah, Dion datang jam berapa?""Aku akan menemaninya berbincang," ucap Diandra. Sontak sang ayah pun terkejut karena belum lama gadis itu ke ruangannya dan menyatakan ketidak setujuannya. "Nanti jam tujuh, tapi kenapa kamu berubah fikiran?" Angkasa mencoba mengulik alasan dibalik perubahan sikap sang putri."Aku menolak karena ada hati yang harus ku jaga, tapi sekarang hati itu telah berpindah tempat," balas Diandra. "Maksud kamu apa?" Angkasa mengeryitkan keningnya tak mengerti arti kalimat sang putri. "Nanti ayah juga akan tahu sendiri," balas gadis itu. Malam pun
"Andra adalah kekasih Diandra, dan dia sedang terluka. Bagaimana bisa Diandra malah menemani pria lain saat kekasih Diandra dalam kondisi tidak baik-baik saja Yah!""Saat Andra baik-baik saja pun Diandra tak akan mau duduk berbincang dengan pria lain apalagi di saat seperti ini, maaf jika ini yang ayah ingin bicarakan dengan Diandra, ayah tahu betul apa jawabannya. Diandra permisi Yah!" Gadis itu bangkit dan tak memperdulikan reaksi sang ayah sedikit pun. Diandra nampak sangat kesal ia pun memutuskan untuk pergi ke ruangan Andra. Diandra membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Andra. Tapi matanya terbelalak saat melihat Andra yang terbaring sedang ada dalam dekapan seorang wanita. "Ehem..!"Gadis itu berdeham membuyarkan kegiatan di hadapannya. "Ah.. maaf!" ucap Lyli sambil bangkit berdiri menatap sepasang mata yang seakan siap menerkamnya. "Kamu siapa?" tanya Diandra tanpa basa-basi. "Aku Lyli cinta pertama Andra!"Lyli mengulurkan tangan kepada Diandra, tapi gadis
"Hm.. rasanya jiwa pembantaiku lenyap ketika berhadapan denganmu," celetuk Andra. "Bagus kalau begitu, aku jadi bisa berbangga karena bisa menjinakkanmu," balas Diandra. "Aku sudah kenyang, taruh saja di makanannya di meja," ujar Andra. "Oh.. ya sudah tapi minum dulu lalu minum obatmu, aku harap kondisimu bisa lekas pulih. Tapi kenapa kamu tidak ke rumah sakit dan malah memilih pulang kemari?" Diandra heran terhadap laki-laki di hadapannya, bukannya saat terluka orang akan memilih bergegas ke rumah sakit tapi Andra justru sebaliknya. "Jika aku ke rumah sakit dan musuhku tahu itu akan jauh lebih buruk untukku. Alexs juga bisa menyerang mu dan ayahmu karena kondisiku ini, aku tak mau itu terjadi," terang Andra. "Ehm.. sepertinya hidup mu jauh dari kedamaian," celetuk Diandra. "Memang seperti itu, apa kau sekarang ingin mundur?" tanya Andra. "Aku bukan gadis pengecut, aku akan tetap bersamamu apapun kondisimu!" Diandra sangat teguh pada pendiriannya dan itu cukup membuat Andra t
"Kau benar-benar buas!" ledek Andra sambil tersenyum. "Aku begini karena aku hampir berhenti bernafas karena mencemaskanmu, tahukah kamu betapa takutnya aku melihatmu terluka dan berdarah!" ujar gadis itu kepada kekasih yang hanya tersenyum ke arahnya. "Kamu harus terbiasa, karena mungkin ini bukan yang pertama dan bisa terjadi lagi," celetuk Andra yang tanpa sadar semakin memancing amarah kekasihnya itu. "Apa kamu sama sekali tak perduli kecemasanku?""Bisakah kamu menganggap ini serius, dan lebih hati-hati!""Tak bisakah kau menjauh dari bahaya!" Gadis itu mencecar Andra dengan kalimat emosi yang ia rasakan. "Aku ini dulu bajingan!""Bagaimana bisa aku menjauh dari bahaya jika musuhku saja tak terhitung nona?""Kamu bisa mencari orang lain jika tak ingin jantungan tiap hari, aku akan mengikhlaskanmu. Dari pada kamu tersiksa bersamaku," ucap Andra. "Apa tak ada solusi lain selain memintaku menjauh darimu?""Apa aku tak berarti apa-apa?" ucap Diandra. "Aku malas berdebat, aku b
Penjaga itu mencabut pisau yang menancap di punggung Andra secara perlahan, lalu ia membaringkan tubuh Andra yang terluka di atas ranjang tempat tidurnya. "Aku harus segera melaporkan ke tuan!"Penjaga itu bergegas berlari menuju ruangan Angkasa. "Tok.. tok.. tok!"Penjaga itu menggedor ruangan sang tuan dengan keras. "Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam ruangan. Penjaga itu pun tanpa fikir panjang mempercepat langkahnya. "Maaf tuan!""Saya ingin menyampaikan bahwa saat ini tuan Andra sedang terkapar di kamarnya, sepertinya ia diserang karena ada pisau tertancap di punggungnya," ucap sang penjaga. "Apa..!!!""Bagaimana sekarang kondisinya?""Kenapa tidak membawanya ke rumah sakit?" Angkasa tampak panik dan bergegas menuju ruangan sang ajudan. "Maaf tuan, tapi beliau meminta saya untuk membawanya ke ruangannya," terang sang penjaga berjalan mengekori Angkasa. Diandra yang mendengar langkah kaki pun akhirnya keluar dari kamarnya untuk memastikan apa yang terjadi. "Kenapa ada