Baru saja Ivett akan memeluk Lorant yang sedang berpura-pura tertidur, terdengar keributan di luar. Ivett yang sangat terkejut langsung menghambur untuk melihat apa yang terjadi, Berta dan Rossie juga tampak panik, terlihat ada pertempuran di depan paviliun antara pengawal Ivett dengan beberapa orang yang memakai penutup wajah.
Lorant yang sudah mengetahui siapa yang sedang saling bertempur, segera mempersiapkan diri. Tubuhnya terasa sedikit lebih bugar setelah meminum ramuan yang diberikan oleh Benca. Dengan sangat hati-hati dia menyimpan botol-botol ramuan tersebut dibalik bajunya. Lalu bersiap untuk kabur bersama pasukan yang dikirimkan oleh Arpad saat mengikuti Shura menuju paviliun.
Ketika Lorant telah berlari untuk ke luar, tiba-tiba dua tangan kekar meraihnya. Jensey dan Karoly dengan senyum sinis mengunci kedua tangan Lorant, lalu segera mengikatnya, "Mau ke mana Tuan Muda Lorant? Belum saatnya bagimu untuk pergi. Kamu harus memp
Arpad dan Benca saling berdiam diri setelah mendengar penuturan dari prajuritnya. Dia memerintahkan untuk merawat yang sakit, serta mengamankan sang kusir dalam sebuah tahanan. Arpad perlu memastikan bahwa sang kusir mendapatkan pelayanan yang baik meskipun sebagai tahanan. Setelah itu, Arpad mengajak Benca untuk bicara di halaman belakang, dengan harapan pembicaraan mereka tidak di dengarkan oleh siapapun. Di halaman belakang yang lapang dan luas, jika seseorang ingin mencuri dengar harus berada cukup dekat dengan mereka, dan itu tidak mungkin dilakukan karena situasi area yang lapang tanpa tempat persembunyian, sangat tidak menguntungkan bagi pencuri informasi. "Fia, maafkan aku, karena apa yang aku rencanakan gagal. Tetapi kita masih punya waktu, dan aku akan berusaha untuk membebaskan Lorant. Aku berjanji padamu." Arpad menatap Benca dengan sendu. Benca tersenyum tipis, meskipun hatinya sedih, tetapi dia tahu, Arpad telah mengusahaka
Baru saja Jensey dan rombongannya tiba di gerbang keluarga de Czoborszentmihaly, dia memerintahkan pengawal untuk segera membawa Lorant ke sebuah ruangan rahasia. Sedangkan dirinya menggendong Ivett yang meringis sambil memegangi perutnya yang sakit. Berta dan Rossie mengikuti Jensey menuju kamar Ivett. Setelah membaringkan Ivett di tempat tidur, Jensey memerintahkan Berta untuk segera memeriksa keadaan Adiknya. Sesaat kemudian, Berta tampak pucat, lalu menyingkap pakaian Ivett dan menemukan noda darah di sana. Jensey yang tidak tega melihat Adiknya berdarah langsung memalingkan wajahnya, "Berta, lakukan yang terbaik yang kamu bisa. Dan Rossie, bantu Berta, aku tidak akan memanggil pelayan lain ke sini. Kalian berdua harus bisa menyelesaikannya. Apapun informasi yang ada di dalam ruangan ini, tidak boleh ada yang tahu. Jika sampai bocor, maka kalian berdua akan menerima konsekwensinya. Aku akan menunggu di ruang kerja. Kabarkan kepadaku secepatnya jika ada ses
"Keguguran?" Jensey mengulangi kata-kata Berta dengan gamang. Jensey tidak tahu apakah dirinya harus bersedih atau justru bahagia dengan informasi yang disampaikan oleh Berta. Disatu sisi, dirinya ingin Ivett bahagia, dan memiliki anak dari Lorant adalah mimpi terindah Ivett. Sementara di sudut hati terdalam, dia merasa bersyukur, sebab setidaknya, tali yang mengikat antara Ivett dan Lorant sebelum pernikahan telah terputus. Seandainyapun Ivett tidak jadi menikah dengan Lorant, maka tidak ada seseorang yang disebut anak yang pada akhirnya akan membuat keduanya memiliki hubungan yang rumit. Kecuali, Lorant bisa mencintai Ivett dengan tulus. Namun Jensey tidak melihat kemungkinan tersebut. Jensey yakin, hati Lorant sudah sangat tertutup untuk Ivett, sementara Ivett sebaliknya, justru dibutakan oleh rasa cintanya pada Lorant, seperti dirinya yang dibutakan oleh cinta kepada Ivett. Cintanya yang tumbuh untuk Ivett dalam diam yang sempurna.
Setelah beberapa saat Jensey menumpahkan unek-unek di dalam hatinya di depan altar doa, dia bangkit berdiri, pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya yang kusut juga dipenuhi air mata. Dia harus selalu tampak tegar dan kuat di hadapan Ivett. Saat baru saja Jensey ke luar dari kamarnya, dia berpapasan dengan Karoly yang dipapah oleh beberapa pengawal. Ada banyak luka di sekujur tubuh Karoly. Jensey memerintahkan pengawal untuk membawa Karoly ke kamar Karoly yang berada di samping kamarnya, dan membersihkan luka serta mengganti pakaian Karoly secepatnya. Sementara dirinya bergegas ke kamar Ivett untuk meminta Berta melakukan pertolongan pada Karoly. Di kamar Ivett, tampak Berta sedang duduk di samping ranjang sambil sekali-sekali mengganti kompres di dahi Ivett yang tampak sedang demam. Jensey menghampiri dengan rasa khawatir. Disentuhnya dahi Ivett yang terasa panas. "Dia kenapa?" Berta menu
Benca dan Arpad hanya duduk dan saling diam dengan pikirannya masing-masing. Hari berlalu dan mereka masih belum bisa menemukan titik terang di mana Lorant berada. Sekuat apapun mereka menahan diri, kesedihan dan rasa tidak berdaya akan situasi yang sedang mereka hadapi tetap membayangi. Sementara pihak keluarga semakin sibuk mengurus rencana pernikahan mereka. Namun para pengantin justru bergumul dengan peperangan bathinnya masing-masing.Diantara para pengantin yang bersiap menuju pelaminan, rasanya hanya Gyorgy dan Erza yang paling antusias menyambut serta menunggu hari pernikahan mereka dengan tidak sabar. Pasangan Benca dan Arpad tampak berharap waktu berhenti berjalan saja sampai Lorant ditemukan.Sedangkan pasangan Lorant dan Ivett lebih rumit. Ivett masih lemah dan sering pingsan set
Kesibukan di kediaman keluarga Gyorgy dalam rangka merayakan hari pernikahan membuat semua orang seperti tidak memiliki waktu luang. Gyorgy sendiri berupaya segenap tenaga untuk bisa memiliki waktu yang cukup agar bisa berada cukup lama bersama Erza yang akan menjadi istrinya, sebelum kembali bertugas di medan perang. Kesibukan semakin luar biasa, setelah keluarga de Bethlenfalva mendapatkan kabar bahwa akan ada satu pasangan pengantin lagi selain Fia dan Arpad. Ivett dengan pengantin pria yang masih di rahasiakan juga akan melangsungkan pernikahan bersama-sama. Banyak bangsawan di wilayah Arva yang terkejut mendengar kabar tersebut. Sementara kerabat dari kerajaan yang jauh masih belum mendengar kabar mengenai hal itu. Gyorgy sendiri tidak sempat memikirkannya, dia hanya menyerahkan semua urusan kepada pihak keluarga saja. Pikirannya sudah sangat penuh dengan urusan perang, dan akhir-akhir ini j
Benca mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk keberangkatan menuju kediaman Count Gyorgy Thurzo de Bethlenfalva bersama Gustav dan Arpad. Hari ini dia akan bersanding sebagai istri Arpad bersama sahabatnya Erza dan Gyorgy. Setelah berbagai pertimbangan, acara pernikahan memang akan diadakan di kediaman Gyorgy. Akan ada banyak keluarga bangsawan yang hadir, Gustav telah mempersiapkan juru rias terbaik untuk mendandani Benca secantik mungkin, dia juga telah membelikan Benca gaun yang mahal dan indah dan tentunya akan menutupi kehamilan Benca yang mulai terlihat. Meskipun Benca lebih memilih disain baju pengantin dengan model sederhana, namun harga yang harus Gustav tidaklah murah. Dan itu bukanlah masalah bagi Gustav. Gustav sudah tidak sabar untuk berada di pesta pernikahan putri angkatnya, dan disaat bersamaan bisa melihat Ellie diantara para bangsawan, bahkan Ellie akan menjadi pendampingnya sebagai orang tua bagi pengantin wanita, sesu
Lorant telah bertahan sekuat tenaga untuk bisa tetap di posisinya, dibawah sebuah kereta kuda yang dia yakini milik Benca. Arpad sudah memberinya kode rahasia untuk melarikan diri dan bersembunyi di kereta kuda yang telah diberi tanda oleh Arpad. Tadinya Lorant bermaksud untuk memasuki ruang dalam kereta kuda, tetapi setelah berpikir lebih jauh, Lorant memutuskan untuk bersembunyi di bawah kereta kuda saja, berjaga-jaga bila pasukan Ivett akan mencarinya dan berusaha menyelidiki kereta milik Benca, maka mereka tidak akan bisa menemukannya. Bagi Lorant pergi menjauh dari semua hal yang membuatnya sesak adalah keharusan. Selain itu, kesempatan melarikan diri tentu belum tentu datang lagi. Maka, apapun yang terjadi, dia akan berusaha menjauh dari semua ini sesegera mungkin. hatinya mulai gelisah ketika Arpad tidak juga menampakkan batang hidungnya. Dia yakin dirinya mampu bertahan untuk bersembunyi di bawah kereta kuda, dia hanya tidak ingin orang-orang Ivett aka
Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu
Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat
Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti
Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo
Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara
Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu
Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja
Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku
Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."