Share

BAB 3 : Revisi

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam saat Tania tiba di depan rumah. Mukanya yang memang terlihat lelah makin muram karena dia tahu apa yang akan dihadapinya di dalam nanti.

"Tania, baru pulang?" sambut Nami sembari tersenyum. Senyum secerah sinar matahari karena tahu kalau hari ini menantunya itu gajian.

"Iya, Ma. Tadi bertemu teman dulu di luar." Tania hampiri wanita tua itu lalu mencium punggung tangannya dengan khidmat. Sudah menjadi kebiasaan, ibunda dari suaminya itu pasti akan menginap di rumahnya saat hari gajiannya tiba.

"Bagaimana, sudah gajian?" lanjut Nami lagi tanpa memedulikan ekspresi juga keadaan hati Tania.

Tania diam sejenak. Dia yang menunduk melepaskan kaus kaki tersenyum getir. Hatinya menjerit keras, meronta pada takdir yang rasanya tidak adil. Kendatipun demikian Tania tetap berusaha kuat. Senyum dia ukir kala mata mereka beradu.

"Aku sudah transfer ke rekening Mama kok uang buat belanja."

Nami tetep mengukir senyum, dia usap tangan Tania. "Bukan itu maksud Mama. Mama berpikir baiknya kamu belikan Adit motor. Kasian. Dia butuh motor baru buat kuliah."

"Apa, Ma?" Tania agak kaget dengan permintaan mertuanya kali ini. Tidak uang untuk belanja pakaian anak gadisnya seperti biasa, melainkan motor. Motor!

Tidak habis pikir Tania. Uang gajinya tidaklah sebesar itu. Tabungan selama ini juga menyusut dari waktu ke waktu, itu karena mertuanya selalu minta ini dan itu yang dirasanya keterlaluan. Mertuanya terlalu boros, suka belanja baju dan ke mall bersama teman-teman sebaya.

Awalnya Tania memaklumi, tapi makin ke sini batinnya menjerit. Semenjak menikah dia tidak pernah sekali pun dirinya merasakan bahagia, rileks sebagai istri atau disayangi seperti anak sendiri. Justru, semenjak menikah dia merasa seperti sapi perah. Sedang Dika – sang suami, sama sekali tidak pernah memihaknya.

Lalu apa lagi ini, motor? Bukankah adik iparnya itu juga sudah punya motor?

Merasa raut muka Tania berubah Nami pun mulai mendramatisir keadaan. Dia berdiri, berkacak pinggang lalu menatap tajam menantunya itu.

"Kenapa? Keberatan? Jangan perhitunganlah. Kamu tau, Mama membesarkan Dika itu habis berapa? Tidak akan terhitung, Tania. Harusnya kamu paham dan sudah selayaknya membalas budi. Apa salahnya membelikan adiknya motor? Mama dulu bahkan rela jual tanah agar bisa menguliahkan Dika. Sekarang dia sudah sukses tapi malah menikah sama kamu. Kamu harusnya bahagia. Pokoknya Mama tidak mau tau, kalian harus bisa belikan Adit motor! Lagian kamu pelit sekali, Dika saja tidak keberatan."

Setelah berteriak begitu Nami pun masuk rumah dan kebetulan berpapasan dengan Dika. Seperti biasa, wanita lima puluh tahunan itu akan berpura-pura teraniaya dan mengadu pada anak sulungnya.

Tania yang melihat tidak bisa apa-apa, lenyap semua lisannya kala melihat betapa lihai sang mertua bercerita pada Dika. Sakit hati, kesal, marah dan tidak percaya membuat Tania ingin berteriak, tapi wanita malang itu berusaha menahan. Dilewatinya Dika begitu saja tanpa peduli sang suami memanggil.

"Sayang kita harus bicara," panggil Dika untuk kesekian kali. Sekarang mereka sudah berada di kamar dan Dika menutup rapat pintu kamar mereka. Lelaki tiga puluh tahun itu mencoba merayu istrinya.

Akan tetapi Tania yang sedang kesal tidak memedulikan dan terus melucuti pakaian yang terasa sesak, engap. Dia ambil handuk yang tergantung, tapi pergerakannya terjeda karena Dika. Nanar mata Tania dan Dika paham apa artinya.

"Kita harus bicara!"

"Bicara apa lagi? Bukankah kamu sudah memutuskan sendiri?" balas Tania, giginya bergemerutuk. Dia tepis tangannya yang dicekal sang suami.

"Kamu keterlaluan. Bisa-bisanya menyetujui hal itu tanpa bicara sama aku. Kamu tahu persis berapa sisa saldo tabungan kita," ujar Tania, tidak mampu lagi dia menahan diri. Dia biarkan air matanya luruh. Dia lelah, lelah dengan segalanya. Mertua yang selalu menuntut dan suami yang terlalu menurut.

"Tapi Adit memang perlu motor. Mama bilang motor lamanya sudah sering mogok."

"Mustahil, Dik. Kita belikan Adit motor belum tiga tahun," balas Tania lagi. Menghentak jantungnya saking geram, dan yang dilakukan Dika hanyalah diam.

"Tabungan kita menipis. Sedang cicilan bank harus dibayar setiap bulan. Apa harus aku ingatkan berapa pinjaman hutang kita di bank tempatku bekerja?" lanjut Tania. Dia ingat betul utangnya bermula ketika sang mertua merengek minta liburan ke Korea sebagai hadiah ulang tahun. Tania dan Dika pun menyetujui, mereka bahkan meminjam uang di bank dengan menggadaikan sertifikat rumah.

"Tapi ...."

"Aku mau kamu bicara lagi sama mama," sela Tania. "Hutang kita baru dicicil enam bulan, masih tersisa dua tahun lebih, Dik. Bayangkan! Gaji kita hanya bisa untuk bertahan, tabungan juga untuk keperluan mendesak. Bukan hal seperti motor baru."

Dika mengusap wajahnya lalu menekan pundak Tania yang turun. "Baiklah, aku akan bicara sama mama. Kamu mandilah, setelah itu kita makan malam. Ara sudah tidur, dia di kamarnya bersama Mama."

Mendengar itu agak lega hati Tania. Wanita itu berpikir sang suami akan memihaknya kali ini.

Namun, sepertinya tak semudah yang Tania harap, karena ketika selesai mandi suaminya itu kembali datang dengan wajah yang sudah bisa Tania tebak.

"Kita berikan saja ya Adit motor. Aku tidak ingin mama mogok makan gara-gara ini. Kasihan, mama sudah tua."

"Dika!"

"Aku hanya tidak ingin mama sedih. Dia sudah tua, Sayang. Lagi pula tabungan kita masih bisa dapat satu motor lagi."

"Dika!"

Tak sanggup lagi Tania menahan diri. Dia lewati pria itu lalu merebah di ranjang. Dia selimuti seluruh tubuh lalu terisak sendiri. Perih hatinya, Dika tetap saja sama. Tetap plin-plan dan hanya mementingkan orang tuanya ketimbang rumah tangganya sendiri.

***

Lain Tania lain Icha. Wanita cantik itu tengah gemetar menatap horor sang suami. Dari pantulan cermin Icha sudah bisa menebak apa makna tatapan suaminya itu.

"Sudah selesai mandi?" tanya Aaron, dia yang tadinya rebahan bersandar di kepala ranjang pun berdiri, lalu mendekat dan memegang kedua pundak Icha yang terbalut gaun tidur.

"Iya, sudah. Kamu sudah mandi?" tanya Icha yang dibalas Aaron dengan anggukan pelan. Lelaki itu terus membelai rambut Icha yang setengah basah. Tadinya Icha pikir Aaron pulang larut. Nyatanya, suaminya itu sudah pulang sebelum dia.

"Kalau begitu kita makan malam. Aku temani kamu makan." Setelah mengatakan itu Icha pun hendak berdiri, tapi dicegah Aaron dengan cara menahan pundaknya.

"Aku belum lapar," balas Aaron setelahnya menarik laci di dekat Icha duduk dan mengeluarkan dua buah kotak berpita merah dari sana.

"Aku membeli ini sebagai hadiah," lanjut Aaron sembari membuka kotak pertama. Isinya sebuah kalung berlian dan Icha pun terkagum karenanya. Dalam beberapa detik kalung itu telah menghiasi lehernya yang jenjang.

"Terima kasih, ini indah," balas Icha sembari tersenyum, dia belai kalung itu pelan.

Namun, binar mata itu berubah melotot saat Aaron membuka kotak kedua, karena isinya adalah sebuah borgol. Alat yang sebenarnya bukan hal yang asing bagi Icha.

"Dan ini hadiah keduaku. Bagaimana, indah bukan?" bisik Aaron tepat di telinga Icha yang membuat wanita itu menahan napas lalu mengangguk pelan.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
mertua Tania gak banget
goodnovel comment avatar
Nellaevi
pondok mertua indah , suami kelainan seks.. semua punya batu kerikilnya masing²
goodnovel comment avatar
Risma Magdalena
Serem bgt si aron kasihan bgt si icha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CRUEL HUSBAND   BAB 4 : Revisi

    "Ron?" lirih Icha yang mulai merasakan tubuhnya gemetaran. Keringat dingin mulai membasahi permukaan kulitnya. Icha tahu adegan apa yang akan terjadi selanjutnya. Benar saja. Aaron yang sudah berselimut hasrat menarik lengannya menuju ruang ganti yang ada di kamar mereka. Pria itu menarik sekuat tenaga dan seperti biasa Icha tidak bisa berbuat apa-apa. Aaron akan melakukannya, suaminya itu akan mencumbunya tapi dengan cara yang tidak biasa, dan sialnya Icha hanya bisa pasrah walau tidak menginginkan hal itu. Aaron – pria tampan nan kaya raya yang membuat semua wanita di negara ini iri pada Icha. Bagaimana tidak, suaminya itu memiliki bibit bebet dan bobot unggul. Seorang CEO yang bahkan wajahnya beberapa kali muncul di beberapa majalah bisnis, baik dalam maupun luar negeri. Belum lagi Aaron begitu mencintai Icha. Semua orang yang mengenal Icha pasti tahu betul bagaimana bucinnya pria itu ke sang istri. Hanya saja tidak ada yang tahu kalau Aaron ternyata mengidap kelainan seksual yan

  • CRUEL HUSBAND   BAB 5 : Revisi

    Pagi hari yang harusnya dimulai dengan bahagia sepertinya tidak bisa Tania rasakan hari ini. Wanita itu melihat di meja makan sudah tertata sarapan dan menu favorit dirinya dan Dika. Hanya saja alih-alih tersenyum dan bersyukur, Tania justru menghela napas panjang dan berat. Aneh memang, harusnya Tania senang ketimbang cemberut. Tapi mau bagaimana lagi, sarapan itu tidak dia dapat dengan mudah dan tentunya tidak murah. Sarapan itu ibu mertuanya yang menyiapkan setelah mendapatkan apa yang dimau, lantas pulang ke rumahnya sendiri pagi-pagi buta. Sarapan biasa yang harus Tania bayar dengan uang puluhan juta. Tidak setimpal dengan apa yang harus dia keluarkan. Mengingat ibu mertuanya membuat Tania tanpa sadar menggeram, giginya bahkan bergemerutuk. "Ma?" Suara pelan itu membuyarkan lamunan Tania. Suara lembut yang berasal dari bocah lima tahun yang tak lain Ara - putrinya. Matanya yang bening mantap Tania heran. "Ara jadi mandi nggak, Ma?" tanya bocah itu lagi. Tangannya menggenggam

  • CRUEL HUSBAND   BAB 6 : Revisi

    Malam harinya, Nadine yang masih sibuk mengetik dihentikan dengan suara bel dari depan. Bergegas dia berdiri. Senyumnya merekah indah karena memang sudah jam di mana suaminya pulang kerja.Dengan senyum mengembang Nadine membuka pintu dan menghamburkan diri ke pelukan Putra. Setelah itu mengambil alih tas kerja pria itu dan bergelayut manja menggandengnya masuk ke dalam."Bagaimana harimu?" tanya Nadine. Dia ambil jas yang Putra sodorkan lalu menggantungnya."Ya lumayanlah, lumayan lelah. Banyak yang harus aku lakukan dan persiapkan sebelum pergi besok.""Kalau begitu masuklah ke kamar mandi. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Putra yang tengah membuka kancing kemeja tersenyum ke arah Nadine lantas mendekati. Dia juga mengecup pucuk kepala istrinya itu dengan sangat mesra. "Kamu baik sekali. Makin sayang 'kan aku jadinya," balas Putra, dia bahkan memberi kedipan genit yang membuat Nadine berdecak kesal, tapi sedetik kemudian wanita itu tersenyum bahagia. dan bahkan mengeratkan

  • CRUEL HUSBAND   BAB 7 : Revisi

    "Dik, Ara belum kamu jemput, ya?" tanya Tania sembari membuka blazer hitamnya dan hanya menyisakan blouse putih tanpa lengan. Saat ini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam dan dia baru pulang kerja. Akhir bulan begitu banyak laporan yang harus dikerjakan dan diselesaikannya sebagai pegawai bank. "Belum. Aku baru pulang. Kamu yang jemput, ya," sahut Dika, dia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, lalu menuju lemari dan mengeluarkan kemeja. Tak ayal gelagat itu membuat Tania penasaran. "Kamu mau ke mana? Bukannya baru pulang?" "Iya, tapi aku harus menemani bos makan malam dengan orang penting." Dika tersenyum, lalu memasukkan satu persatu kancing ke lubang. Melihat wajah tenang Dika membuat Tania sedikit kesal. "Kenapa wajahmu begitu? Aku tidak macam-macam saat di luaran. Kamu tahu sendiri aku memang begini, kerja di bawah orang ya harus siap menjadi pesuruh. Kecuali aku bos-nya. Kalau aku bos aku akan memilih menjemput anakku di rumah neneknya atau menemani istriku di ru

  • CRUEL HUSBAND   BAB 8 : Revisi

    Sementara itu, diwaktu bersamaan Icha harus dibuat memejamkan mata dan merintih di bawah kendali tubuh kekar suaminya. Ia membungkuk dengan tangan terikat ke kursi kayu yang ada di ruang kerja Aaron. Pria itu yang terus menarik rambut dan menghujamkan kejantanannya dari belakang. “Aar … sakit,” rintih Icha dengan suara tertahan. Ia merasakan napsu yang membucah, tapi di waktu yang bersamaan juga harus menahan rasa sakit. Punggungnya bahkan memar karena dicambuk oleh sang suami. Ia merintih-rintih, rintihan kesakitan bercampur kenikmatan semu yang diberikan sang suami. “Ah … baby, you are so yummy,” puji Aaron tapi kini tangannya mencekik leher sang istri. “Aar … ahh … “ Icha merasa kesusahan bernapas dan Aaron pun melepaskan cekikannya, pria itu mengerang panjang dan menyemburkan benihnya ke dalam milik sang istri. Icha pun akhirnya bisa bernapas lega, Aaron menolehkan wajahnya dengan sebelah tangan lalu meminta wanita itu menjilati senjatanya yang masih tegak berdiri. _ _ Setel

  • CRUEL HUSBAND   BAB 9 : Revisi

    "Begini ..., sebenarnya aku mau minta tolong ...." Hening, lisan Tania terjeda begitu saja."Tolong?" Icha mengulang karena Tania tak kunjung melanjutkan kata."Bilang saja, Tan. Jangan sungkan. Seperti orang asing saja." Nadine semakin penasaran."Aku ... aku sebenarnya mau pinjam uang. Aku butuh dua puluh juta,” ucap Tania dan setelahnya menunduk malu.Nadine dan Icha awalnya sedikit kaget, tapi pada akhirnya mereka tersenyum. Keduanya lega mendengar permasalahan Tania yang ternyata hanya soal uang seperti biasa. Mereka pikir Tania akan berkata sedang menderita penyakit kronis atau apa."Aku akan bayar kalau sudah gajian. Tapi aku cicil tiga kali, aku janji," ucap Tania lagi. Icha hanya menggeleng lalu mengutak-atik ponselnya. Dan ketika Nadine ingin memegang ponsel juga, wanita itu menyambarnya dengan cepat."Biar aku saja!" kata Icha.Nadine dan Tania terbelalak. Tak lama berselang ponsel Tania bergetar dan satu notifikasi m-banking masuk. Tertulis di sana kalau dirinya telah mend

  • CRUEL HUSBAND   BAB 10 : Revisi

    Malam saat Nadine tidur, samar-samar terdengar suara. Suara itu mulanya pelan tapi semakin jelas dan mengusik ketentraman. Nadine yang baru saja terlelap segera menjauhkan kelopak mata dan agak kaget saat mengetahui tidak ada putra di sebelahnya. "Ke mana dia?" gumam Nadine lalu beranjak dari kasur. Pelan dia melangkah sembari menajamkan indra pendengaran. Nadine sangat yakin bahwa itu merupakan suara tawa bayi. "Apa ada yang punya bayi di sekitar sini?" gumam Nadine lagi. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar tamu. Sesaat setelah pintu terbuka, dia mendapati punggung seseorang yang amat dikenalnya. Orang itu berjongkok sembari menatap seorang bayi. "Putra?" gumamnya. Awalnya Nadine bingung melihat penampakan itu, bagaimana bisa seorang bayi ada dalam rumahnya terlebih lagi sekarang sudah larut malam. Namun, keanehan itu Nadine lupakan, dia terlena dan berakhir tersenyum saat melihat bagaimana pandainya Putra menenangkan bayi itu. Bahkan suara tawa bayi yang ada di atas ranjang

  • CRUEL HUSBAND   BAB 11 : Revisi

    "Kenapa murung?" tanya Dika sesaat selesai mengelap mulut dengan tisu pagi itu. "Tidak apa-apa," balas Tania, yang tak terlihat bersemangat sama sekali. Mereka sedang sarapan dan ada Ara yang berada satu meja dengan mereka "Ada apa sebenarnya?" lanjut Dika bersikukuh ingin tahu. Wajah istrinya itu cemberut beberapa hari ini dan itu mengusik. Pupus sudah harapannya untuk memulai hari dengan baik, wajah cemberut Tania membuatnya mau tak mau berpikir yang bukan-bukan. Dika melirik Ara lalu menatap lagi wajah sang istri yang masam. "Sungguh, aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah, tidak bisa tidur dengan tenang beberapa hari ini dan itu karena seseorang." Tania terdengar sedikit memberi penekanan di akhir kalimat, dan itu membuat Dika memutuskan diam. Lelaki yang sudah rapi dengan kemeja berwarna biru itu pun melihat sang anak yang juga telah rapi dengan baju olahraga berwana merah muda. "Baiklah baiklah." Dika mengangkat tangan, pasrah dan paham sindiran keras yang istrinya lontarkan. Dia

Bab terbaru

  • CRUEL HUSBAND   BAB 15 : Revisi

    "Masuk!" seru Aaron tanpa mengalihkan pandangan dari tablet di tangan siang itu. Lelaki tampan nan gagah itu tengah melihat video animasi 3D sebuah cluster - yang rencananya akan dia bangun di salah satu lahan miliknya. Ia tampak antusias dan tak memerhatikan seseorang berjalan mendekat setelah dipersilakan tadi. "Pak, ini kopinya." Suara lembut dan serak seorang wanita sontak membuat Aaron mendongak. Ternyata Stella - sekretarisnya yang masuk ke dalam. Namun, Aaron tak peduli, dia kembali menunduk untuk melihat lagi video di tangan. Alasannya dia sangat tak menyukai penampilan Stella. Gadis itu terlalu berpakaian mini, bahkan dua kancing paling atas seperti sengaja dibuka hingga belahan dadanya terekspos semua. Aaron sudah memperingatkan tapi Stella seperti tak mau mendengarkan. Benar saja, firasat Aaron tak salah. Stella memang sengaja membuka dua kancing atas agar bisa menggaet bos tampannya itu. Aaron memang terkenal sangat dingin pada wanita lain kecuali Istrinya. Stella pun me

  • CRUEL HUSBAND   BAB 14 : Revisi

    [Sayang, aku pergi, ya. Kalau lapar tinggal panaskan saja makanan yang sudah aku siapkan di dalam kulkas] Begitu isi pesan Nadine ke Putra karena suaminya berkata akan lembur lagi malam itu. Nadine sudah berpenampilan cantik nan anggun, dia berjalan melewati unit apartemennya menuju lift. Tak lama ponsel yang ada di tangannya pun bergetar. Bergegas Nadine mengecek dan mendapati pesan dari Putra. Pesan yang membuat wanita itu mengernyitkan alis, karena hanya emoji jempol yang sang suami kirimkan. Pesan tersingkat sepanjang sejarah pernikahan mereka. Namun, karena dikejar waktu Nadine pun tak sempat berpikir yang bukan-bukan. Segera dia masuk lift ketika bilik persegi panjang itu terbuka, dia lantas menekan angka satu menuju lantai dasar. Sembari menunggu lift sampai, Nadine pun memindai dirinya lewat pantulan kaca di dinding lift untuk memastikan penampilannya sudah menunjang. Pasalnya dia diundang ke pesta salah satu temannya yang sama-sama berkecimpung di dunia literasi. Teman Nadi

  • CRUEL HUSBAND   BAB 13 : Revisi

    Tidak tahu malu dan tidak tahu terima kasih mungkin pantas disematkan untuk lelaki brengsek seperti Putra. Bukannya pulang ke rumah dan menyicipi makan malam yang disiapkan Nadine, beberapa menit yang lalu dia justru tergesa menapaki koridor sebuah apartemen dengan senyum menyeringai. Senyum jahat penuh hasrat liar yang meronta untuk dilampiaskan. Langkahnya kian lebar saat unit yang ditempatinya bersama sang wanita idaman lain tepat di depan mata. Wanita itu juga sama saja, tidak tahu malu dan brengsek. _ _ "Bagaimana, Sayang? Apa aku seksi?" tanya Wangi melanjutkan apa yang akan dimulainya dan Putra. Pria itu pun mengangguk sambil mengurung tubuh Wangi yang berada di bawah kendalinya, bibirnya pun mendaratkan ciuman di sana, "Kalau begitu, ayolah, aku sudah siap." Tanpa menunggu dan mengulur waktu, Putra pun melepas satu persatu kancing kemejanya lantas menyerang Wangi dengan buas. Mereka bergumul, membelit dan saling melepas apa yang ada di badan. Suara tawa binal Wangi sepert

  • CRUEL HUSBAND   BAB 12 : Revisi

    "Sayang, maaf ya. Aku lembur malam ini," ucap Putra, wajahnya terlihat sangat lelah kala melakukan panggilan video call, membuat Nadine yang awalnya kesal jadi tidak enak hati. Dia pun mengangguk lesu. Nadine kecewa karena tidak bisa makan malam bersama. Ia mendesah berat, lalu menatap Putra yang ada di depan layar. Suaminya itu tampak mematahkan leher ke kanan ke kiri. Terlihat sangat kelelahan. "Sayang, bicaralah. Jangan marah!" "Ya sudah kalau begitu, tidak apa-apa. Mau bagaimana lagi." Nadin terdengar merajuk. "Jangan begitu mukanya! dengan kamu begini malah membuatku jadi tidak tenang. Apa aku pulang saja?" Tawaran Putra ini malah membuat Nadine gelagapan. Wanita yang memakai kardigan cokelat itu langsung menggeleng panik. "Ya, jangan. Kalau kamu pulang nanti bagaimana dengan atasanmu? Tidak enak juga dengan rekan satu tim kamu, masa mereka bekerja keras sedangkan kamu pulang." "Maka dari itu, tersenyumlah. Jangan cemberut. Aku janji akan menembusnya lain kali. Pasti! Masuk

  • CRUEL HUSBAND   BAB 11 : Revisi

    "Kenapa murung?" tanya Dika sesaat selesai mengelap mulut dengan tisu pagi itu. "Tidak apa-apa," balas Tania, yang tak terlihat bersemangat sama sekali. Mereka sedang sarapan dan ada Ara yang berada satu meja dengan mereka "Ada apa sebenarnya?" lanjut Dika bersikukuh ingin tahu. Wajah istrinya itu cemberut beberapa hari ini dan itu mengusik. Pupus sudah harapannya untuk memulai hari dengan baik, wajah cemberut Tania membuatnya mau tak mau berpikir yang bukan-bukan. Dika melirik Ara lalu menatap lagi wajah sang istri yang masam. "Sungguh, aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah, tidak bisa tidur dengan tenang beberapa hari ini dan itu karena seseorang." Tania terdengar sedikit memberi penekanan di akhir kalimat, dan itu membuat Dika memutuskan diam. Lelaki yang sudah rapi dengan kemeja berwarna biru itu pun melihat sang anak yang juga telah rapi dengan baju olahraga berwana merah muda. "Baiklah baiklah." Dika mengangkat tangan, pasrah dan paham sindiran keras yang istrinya lontarkan. Dia

  • CRUEL HUSBAND   BAB 10 : Revisi

    Malam saat Nadine tidur, samar-samar terdengar suara. Suara itu mulanya pelan tapi semakin jelas dan mengusik ketentraman. Nadine yang baru saja terlelap segera menjauhkan kelopak mata dan agak kaget saat mengetahui tidak ada putra di sebelahnya. "Ke mana dia?" gumam Nadine lalu beranjak dari kasur. Pelan dia melangkah sembari menajamkan indra pendengaran. Nadine sangat yakin bahwa itu merupakan suara tawa bayi. "Apa ada yang punya bayi di sekitar sini?" gumam Nadine lagi. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar tamu. Sesaat setelah pintu terbuka, dia mendapati punggung seseorang yang amat dikenalnya. Orang itu berjongkok sembari menatap seorang bayi. "Putra?" gumamnya. Awalnya Nadine bingung melihat penampakan itu, bagaimana bisa seorang bayi ada dalam rumahnya terlebih lagi sekarang sudah larut malam. Namun, keanehan itu Nadine lupakan, dia terlena dan berakhir tersenyum saat melihat bagaimana pandainya Putra menenangkan bayi itu. Bahkan suara tawa bayi yang ada di atas ranjang

  • CRUEL HUSBAND   BAB 9 : Revisi

    "Begini ..., sebenarnya aku mau minta tolong ...." Hening, lisan Tania terjeda begitu saja."Tolong?" Icha mengulang karena Tania tak kunjung melanjutkan kata."Bilang saja, Tan. Jangan sungkan. Seperti orang asing saja." Nadine semakin penasaran."Aku ... aku sebenarnya mau pinjam uang. Aku butuh dua puluh juta,” ucap Tania dan setelahnya menunduk malu.Nadine dan Icha awalnya sedikit kaget, tapi pada akhirnya mereka tersenyum. Keduanya lega mendengar permasalahan Tania yang ternyata hanya soal uang seperti biasa. Mereka pikir Tania akan berkata sedang menderita penyakit kronis atau apa."Aku akan bayar kalau sudah gajian. Tapi aku cicil tiga kali, aku janji," ucap Tania lagi. Icha hanya menggeleng lalu mengutak-atik ponselnya. Dan ketika Nadine ingin memegang ponsel juga, wanita itu menyambarnya dengan cepat."Biar aku saja!" kata Icha.Nadine dan Tania terbelalak. Tak lama berselang ponsel Tania bergetar dan satu notifikasi m-banking masuk. Tertulis di sana kalau dirinya telah mend

  • CRUEL HUSBAND   BAB 8 : Revisi

    Sementara itu, diwaktu bersamaan Icha harus dibuat memejamkan mata dan merintih di bawah kendali tubuh kekar suaminya. Ia membungkuk dengan tangan terikat ke kursi kayu yang ada di ruang kerja Aaron. Pria itu yang terus menarik rambut dan menghujamkan kejantanannya dari belakang. “Aar … sakit,” rintih Icha dengan suara tertahan. Ia merasakan napsu yang membucah, tapi di waktu yang bersamaan juga harus menahan rasa sakit. Punggungnya bahkan memar karena dicambuk oleh sang suami. Ia merintih-rintih, rintihan kesakitan bercampur kenikmatan semu yang diberikan sang suami. “Ah … baby, you are so yummy,” puji Aaron tapi kini tangannya mencekik leher sang istri. “Aar … ahh … “ Icha merasa kesusahan bernapas dan Aaron pun melepaskan cekikannya, pria itu mengerang panjang dan menyemburkan benihnya ke dalam milik sang istri. Icha pun akhirnya bisa bernapas lega, Aaron menolehkan wajahnya dengan sebelah tangan lalu meminta wanita itu menjilati senjatanya yang masih tegak berdiri. _ _ Setel

  • CRUEL HUSBAND   BAB 7 : Revisi

    "Dik, Ara belum kamu jemput, ya?" tanya Tania sembari membuka blazer hitamnya dan hanya menyisakan blouse putih tanpa lengan. Saat ini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam dan dia baru pulang kerja. Akhir bulan begitu banyak laporan yang harus dikerjakan dan diselesaikannya sebagai pegawai bank. "Belum. Aku baru pulang. Kamu yang jemput, ya," sahut Dika, dia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, lalu menuju lemari dan mengeluarkan kemeja. Tak ayal gelagat itu membuat Tania penasaran. "Kamu mau ke mana? Bukannya baru pulang?" "Iya, tapi aku harus menemani bos makan malam dengan orang penting." Dika tersenyum, lalu memasukkan satu persatu kancing ke lubang. Melihat wajah tenang Dika membuat Tania sedikit kesal. "Kenapa wajahmu begitu? Aku tidak macam-macam saat di luaran. Kamu tahu sendiri aku memang begini, kerja di bawah orang ya harus siap menjadi pesuruh. Kecuali aku bos-nya. Kalau aku bos aku akan memilih menjemput anakku di rumah neneknya atau menemani istriku di ru

DMCA.com Protection Status