Home / Pernikahan / CRUEL HUSBAND / BAB 4 : Revisi

Share

BAB 4 : Revisi

Author: Adinasya Mahila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ron?" lirih Icha yang mulai merasakan tubuhnya gemetaran. Keringat dingin mulai membasahi permukaan kulitnya. Icha tahu adegan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Benar saja. Aaron yang sudah berselimut hasrat menarik lengannya menuju ruang ganti yang ada di kamar mereka. Pria itu menarik sekuat tenaga dan seperti biasa Icha tidak bisa berbuat apa-apa. Aaron akan melakukannya, suaminya itu akan mencumbunya tapi dengan cara yang tidak biasa, dan sialnya Icha hanya bisa pasrah walau tidak menginginkan hal itu.

Aaron – pria tampan nan kaya raya yang membuat semua wanita di negara ini iri pada Icha. Bagaimana tidak, suaminya itu memiliki bibit bebet dan bobot unggul. Seorang CEO yang bahkan wajahnya beberapa kali muncul di beberapa majalah bisnis, baik dalam maupun luar negeri. Belum lagi Aaron begitu mencintai Icha. Semua orang yang mengenal Icha pasti tahu betul bagaimana bucinnya pria itu ke sang istri.

Hanya saja tidak ada yang tahu kalau Aaron ternyata mengidap kelainan seksual yang dikenal dengan istilah sadomasokisme—kondisi dimana dia akan merasakan kepuasan seksual setelah menyakiti pasangannya, istilah lainnya adalah sadisme. Aaron hanya akan mencapai klimaks saat bercinta jika menyakiti pasangannya sampai kesakitan.

"Ron?" Icha makin gemetar saat Aaron memborgol kedua tangannya di kaki meja kaca yang ada di kamar ganti, tempat pria itu menyusun koleksi jam tangan mahal dan branded miliknya.

"Aku sudah tidak tahan," desah Aaron. Ia cium bibir Icha sambil meremas dada wanita itu layaknya meremas kertas, kasar dan menyakitkan. Icha yang tahu kalau suaminya mengidap kelainan pun mulai berteriak kesakitan saat Aaron semakin melancarkan aksi. Niatnya tak lain agar Aaron bisa cepat selesai melakukan hubungan badan dengannya. Semakin pilu rintihan Icha makin terbakar adrenalin pria itu. Karena kelainan ini demi mencapai klimaks Aaron tak segan menampar bahkan mencekik Icha.

“Ah … Ron, sakit,” rintih Icha, dia merasakan inti tubuhnya yang berdenyut tapi rasa sakit di bagian lain juga mendera.

Namun, Ron tidak akan pernah berhenti, dia akan berhenti jika sudah puas dan setelah selesai pria itu pasti akan meminta maaf, melepaskan icha lalu menggendongnya ke atas ranjang.

Sama halnya dengan malam ini. Setelah selesai Aaron meletakkan tubuh Icha yang tak berdaya di ranjang. Raut penyesalan kentara sekali diwajahnya yang penuh keringat. Disentuhnya pundak Icha tapi wanita itu tepis dengan kasar, Icha juga sengaja memunggungi pria itu.

"Aku obati lukamu," lanjut Aaron. Dia yang hanya mengenakan celana bokser mencari kotak P3K dan menatap sedih pergelangan tangan Icha yang bahkan memar sebelumnya belum hilang.

Namun, ketika hendak mengobati memar itu, Icha spontan menarik tangan, lalu menyembunyikannya ke dalam selimut.

"Aku baik-baik saja," ucapnya pelan.

Aaron yang merasa bersalah pun berlutut menyugar rambut. Dia frustrasi tapi tidak bisa berhenti, dia sangat mencintai Icha tapi tak bisa juga mengontrol diri. "Sayang, maafkan aku. Aku ...."

Aaron kelihatan bingung dan ini membuat Icha semakin sedih. Pundak Icha pun terguncang. Icha merasakan luka dihatinya juga, bahkan terasa lebih sakit dari luka fisik yang dia terima.

Tidak sanggup lagi, Icha pun menutup seluruh tubuh dengan selimut hingga pucuk kepalanya saja yang terlihat. Wanita itu terus saja menangis tanpa suara, air matanya meluber membasahi selimut dan bantal. Rasanya tidak karuan. Dia sangat mencintai Aaron tapi sangat benci saat diperlukan seperti itu kala mereka bercinta.

_

_

_

Sementara di tempat lain, Nadine terus saja berceloteh di samping Putra. Wanita itu menceritakan tentang pertemuannya dengan teman-temannya tadi di kafe. Namun, suaminya itu seperti tidak menanggapi dan malah sibuk dengan ponsel di tangan. Nadine yang penasaran pun mencoba mengintip, tapi Putra lebih dulu sadar lalu mengunci layar ponsel itu hingga padam, seolah tidak ingin Nadine melihat.

"Dari tadi kamu berbalas pesan dengan siapa?" tanya Nadine, ekor matanya memicing curiga.

"Bukan siapa-siapa. Aku hanya sedang membahas sesuatu dengan kepala tim pemasaran," balas Putra, tapi tatapan aneh Nadine tidak berubah meski dia sudah menjelaskan dan itu membuatnya menelan ludah.

"Oh … ya kamu bicara apa tadi?" lanjut Putra yang mencoba mencairkan suasana canggung.

Ajaibnya mata Nadine kembali ke semula dan putra pun merasa lega.

"Aku melihat lengan Icha memar, lalu Tania. Dia semakin hari semakin kurus. Tidak tega aku melihat mereka," jelas Nadine disusul dengan desahan napas panjang dari mulutnya.

Putra yang mendengar itu pun merasa simpati. dia raih kepala Nadine dan menyandarkannya ke pundak. Dibelainya lembut dan mesra rambut panjang wanita itu.

"Jangan banyak pikiaran! lebih baik kamu istirahat. Lagi pula kita tidak bisa apa-apa dengan itu semua. Icha pasti punya pemikiran sendiri begitu juga Tania. Mereka pasti punya alasan kenapa masih bertahan. Walau peduli tapi kita tetap tidak boleh ikut campur, itu ranah pribadi. Sampai di sini kamu paham, 'kan?" jelas Putra yang terdengar penuh perhatian dan lemah lembut. Kasih sayangnya itu membuat Nadine tersenyum, lantas membelai pipi suaminya saat mata mereka bersitatap.

"Aku mencintaimu."

"Aku juga. Sekarang kamu tidur ya, sudah malam. Oh … ya, apa jusnya sudah kamu minum?"

"Sudah tadi," balas Nadine lalu memeluk lengan Putra posesif.

"Bagus, ini baru Nadine-ku tercinta." Putra kecup pucuk kepala sang istri lalu kembali mengusapnya. Sementara Nadine terus saja tersenyum bahagia karena merasa memiliki suami hebat seperti sosok Putra.

"Semoga kita segera diberi momongan. Aku tidak sabar ingin melihat seperti apa wajah anak kita. Dominan mana? aku atau kamu," oceh Nadine, dia tertawa kemudian mengaduh karena Putra memencet gemas hidungnya. Setelah itu mereka saling berpelukan mesra.

Sudah lebih dari enam bulan Nadine menjalani program hamil. Maka dari itu dia rutin mengkonsumsi jus tiga diva yang merupakan campuran dari buah apel, tomat dan wortel. Sejak remaja Nadine selalu saja kesakitan saat mendapat tamu bulanan. Ia sama sekali tidak pernah memeriksakan diri ke dokter, dan setelah menikah dia baru tahu ada miom di salah satu saluran telurnya.

Nadine juga sudah pernah melakukan laparoskopi untuk menghilangkan miom itu, tapi tetap saja di usia pernikahannya yang menginjak tiga tahun, dia belum hamil juga. Meski begitu dia terus berusaha semampunya agar bisa mengandung anak Putra. Berbagai saran dari dokter juga sudah dia ikuti, termasuk minum jus tiga diva ini.

"Oh iya, Sayang, lusa aku harus pergi ke luar kota," lanjut Putra tiba-tiba. Ucapan pria itu membuat Nadine mendongak menatap heran dan bahkan pelukannya terlepas.

"Pergi lusa?" ulang Nadine. "Ke-kenapa mendadak?"

Putra yang melihat gurat keterkejutan di wajah Nadine pun segera meriah tangan wanita itu dan menggenggamnya erat. Tatapannya juga penuh cinta seperti biasa - selalu sukses membuat Nadine terpesona.

"Maaf, sebenarnya tidak mendadak, cuma aku lupa memberitahumu," balas Putra lagi. Sebagai seorang manager di sebuah perusahaan kontruksi dia memang sering berpergian. Nadine selama ini pun tidak keberatan.

"Tidak apa-apa ‘kan kalau kamu di rumah sendirian untuk beberapa hari kedepan?"

Walau berat hati Nadine pun mengangguk menyetujui, lalu tersenyum kecil. Dia juga peluk erat pinggang Putra dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang suaminya itu.

“Memang biasanya juga gitu kalau kamu pergi,” gerutunya manja.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
Aron punya kelainan.gak ada yg bener ini para suami nya hadeuhhhh...
goodnovel comment avatar
Nellaevi
putra sudah main tikung ini sama wangi busuk
goodnovel comment avatar
Risma Magdalena
Pasti si putra pergi sama wangi… dasar tukang selingkuhhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CRUEL HUSBAND   BAB 5 : Revisi

    Pagi hari yang harusnya dimulai dengan bahagia sepertinya tidak bisa Tania rasakan hari ini. Wanita itu melihat di meja makan sudah tertata sarapan dan menu favorit dirinya dan Dika. Hanya saja alih-alih tersenyum dan bersyukur, Tania justru menghela napas panjang dan berat. Aneh memang, harusnya Tania senang ketimbang cemberut. Tapi mau bagaimana lagi, sarapan itu tidak dia dapat dengan mudah dan tentunya tidak murah. Sarapan itu ibu mertuanya yang menyiapkan setelah mendapatkan apa yang dimau, lantas pulang ke rumahnya sendiri pagi-pagi buta. Sarapan biasa yang harus Tania bayar dengan uang puluhan juta. Tidak setimpal dengan apa yang harus dia keluarkan. Mengingat ibu mertuanya membuat Tania tanpa sadar menggeram, giginya bahkan bergemerutuk. "Ma?" Suara pelan itu membuyarkan lamunan Tania. Suara lembut yang berasal dari bocah lima tahun yang tak lain Ara - putrinya. Matanya yang bening mantap Tania heran. "Ara jadi mandi nggak, Ma?" tanya bocah itu lagi. Tangannya menggenggam

  • CRUEL HUSBAND   BAB 6 : Revisi

    Malam harinya, Nadine yang masih sibuk mengetik dihentikan dengan suara bel dari depan. Bergegas dia berdiri. Senyumnya merekah indah karena memang sudah jam di mana suaminya pulang kerja.Dengan senyum mengembang Nadine membuka pintu dan menghamburkan diri ke pelukan Putra. Setelah itu mengambil alih tas kerja pria itu dan bergelayut manja menggandengnya masuk ke dalam."Bagaimana harimu?" tanya Nadine. Dia ambil jas yang Putra sodorkan lalu menggantungnya."Ya lumayanlah, lumayan lelah. Banyak yang harus aku lakukan dan persiapkan sebelum pergi besok.""Kalau begitu masuklah ke kamar mandi. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Putra yang tengah membuka kancing kemeja tersenyum ke arah Nadine lantas mendekati. Dia juga mengecup pucuk kepala istrinya itu dengan sangat mesra. "Kamu baik sekali. Makin sayang 'kan aku jadinya," balas Putra, dia bahkan memberi kedipan genit yang membuat Nadine berdecak kesal, tapi sedetik kemudian wanita itu tersenyum bahagia. dan bahkan mengeratkan

  • CRUEL HUSBAND   BAB 7 : Revisi

    "Dik, Ara belum kamu jemput, ya?" tanya Tania sembari membuka blazer hitamnya dan hanya menyisakan blouse putih tanpa lengan. Saat ini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam dan dia baru pulang kerja. Akhir bulan begitu banyak laporan yang harus dikerjakan dan diselesaikannya sebagai pegawai bank. "Belum. Aku baru pulang. Kamu yang jemput, ya," sahut Dika, dia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, lalu menuju lemari dan mengeluarkan kemeja. Tak ayal gelagat itu membuat Tania penasaran. "Kamu mau ke mana? Bukannya baru pulang?" "Iya, tapi aku harus menemani bos makan malam dengan orang penting." Dika tersenyum, lalu memasukkan satu persatu kancing ke lubang. Melihat wajah tenang Dika membuat Tania sedikit kesal. "Kenapa wajahmu begitu? Aku tidak macam-macam saat di luaran. Kamu tahu sendiri aku memang begini, kerja di bawah orang ya harus siap menjadi pesuruh. Kecuali aku bos-nya. Kalau aku bos aku akan memilih menjemput anakku di rumah neneknya atau menemani istriku di ru

  • CRUEL HUSBAND   BAB 8 : Revisi

    Sementara itu, diwaktu bersamaan Icha harus dibuat memejamkan mata dan merintih di bawah kendali tubuh kekar suaminya. Ia membungkuk dengan tangan terikat ke kursi kayu yang ada di ruang kerja Aaron. Pria itu yang terus menarik rambut dan menghujamkan kejantanannya dari belakang. “Aar … sakit,” rintih Icha dengan suara tertahan. Ia merasakan napsu yang membucah, tapi di waktu yang bersamaan juga harus menahan rasa sakit. Punggungnya bahkan memar karena dicambuk oleh sang suami. Ia merintih-rintih, rintihan kesakitan bercampur kenikmatan semu yang diberikan sang suami. “Ah … baby, you are so yummy,” puji Aaron tapi kini tangannya mencekik leher sang istri. “Aar … ahh … “ Icha merasa kesusahan bernapas dan Aaron pun melepaskan cekikannya, pria itu mengerang panjang dan menyemburkan benihnya ke dalam milik sang istri. Icha pun akhirnya bisa bernapas lega, Aaron menolehkan wajahnya dengan sebelah tangan lalu meminta wanita itu menjilati senjatanya yang masih tegak berdiri. _ _ Setel

  • CRUEL HUSBAND   BAB 9 : Revisi

    "Begini ..., sebenarnya aku mau minta tolong ...." Hening, lisan Tania terjeda begitu saja."Tolong?" Icha mengulang karena Tania tak kunjung melanjutkan kata."Bilang saja, Tan. Jangan sungkan. Seperti orang asing saja." Nadine semakin penasaran."Aku ... aku sebenarnya mau pinjam uang. Aku butuh dua puluh juta,” ucap Tania dan setelahnya menunduk malu.Nadine dan Icha awalnya sedikit kaget, tapi pada akhirnya mereka tersenyum. Keduanya lega mendengar permasalahan Tania yang ternyata hanya soal uang seperti biasa. Mereka pikir Tania akan berkata sedang menderita penyakit kronis atau apa."Aku akan bayar kalau sudah gajian. Tapi aku cicil tiga kali, aku janji," ucap Tania lagi. Icha hanya menggeleng lalu mengutak-atik ponselnya. Dan ketika Nadine ingin memegang ponsel juga, wanita itu menyambarnya dengan cepat."Biar aku saja!" kata Icha.Nadine dan Tania terbelalak. Tak lama berselang ponsel Tania bergetar dan satu notifikasi m-banking masuk. Tertulis di sana kalau dirinya telah mend

  • CRUEL HUSBAND   BAB 10 : Revisi

    Malam saat Nadine tidur, samar-samar terdengar suara. Suara itu mulanya pelan tapi semakin jelas dan mengusik ketentraman. Nadine yang baru saja terlelap segera menjauhkan kelopak mata dan agak kaget saat mengetahui tidak ada putra di sebelahnya. "Ke mana dia?" gumam Nadine lalu beranjak dari kasur. Pelan dia melangkah sembari menajamkan indra pendengaran. Nadine sangat yakin bahwa itu merupakan suara tawa bayi. "Apa ada yang punya bayi di sekitar sini?" gumam Nadine lagi. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar tamu. Sesaat setelah pintu terbuka, dia mendapati punggung seseorang yang amat dikenalnya. Orang itu berjongkok sembari menatap seorang bayi. "Putra?" gumamnya. Awalnya Nadine bingung melihat penampakan itu, bagaimana bisa seorang bayi ada dalam rumahnya terlebih lagi sekarang sudah larut malam. Namun, keanehan itu Nadine lupakan, dia terlena dan berakhir tersenyum saat melihat bagaimana pandainya Putra menenangkan bayi itu. Bahkan suara tawa bayi yang ada di atas ranjang

  • CRUEL HUSBAND   BAB 11 : Revisi

    "Kenapa murung?" tanya Dika sesaat selesai mengelap mulut dengan tisu pagi itu. "Tidak apa-apa," balas Tania, yang tak terlihat bersemangat sama sekali. Mereka sedang sarapan dan ada Ara yang berada satu meja dengan mereka "Ada apa sebenarnya?" lanjut Dika bersikukuh ingin tahu. Wajah istrinya itu cemberut beberapa hari ini dan itu mengusik. Pupus sudah harapannya untuk memulai hari dengan baik, wajah cemberut Tania membuatnya mau tak mau berpikir yang bukan-bukan. Dika melirik Ara lalu menatap lagi wajah sang istri yang masam. "Sungguh, aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah, tidak bisa tidur dengan tenang beberapa hari ini dan itu karena seseorang." Tania terdengar sedikit memberi penekanan di akhir kalimat, dan itu membuat Dika memutuskan diam. Lelaki yang sudah rapi dengan kemeja berwarna biru itu pun melihat sang anak yang juga telah rapi dengan baju olahraga berwana merah muda. "Baiklah baiklah." Dika mengangkat tangan, pasrah dan paham sindiran keras yang istrinya lontarkan. Dia

  • CRUEL HUSBAND   BAB 12 : Revisi

    "Sayang, maaf ya. Aku lembur malam ini," ucap Putra, wajahnya terlihat sangat lelah kala melakukan panggilan video call, membuat Nadine yang awalnya kesal jadi tidak enak hati. Dia pun mengangguk lesu. Nadine kecewa karena tidak bisa makan malam bersama. Ia mendesah berat, lalu menatap Putra yang ada di depan layar. Suaminya itu tampak mematahkan leher ke kanan ke kiri. Terlihat sangat kelelahan. "Sayang, bicaralah. Jangan marah!" "Ya sudah kalau begitu, tidak apa-apa. Mau bagaimana lagi." Nadin terdengar merajuk. "Jangan begitu mukanya! dengan kamu begini malah membuatku jadi tidak tenang. Apa aku pulang saja?" Tawaran Putra ini malah membuat Nadine gelagapan. Wanita yang memakai kardigan cokelat itu langsung menggeleng panik. "Ya, jangan. Kalau kamu pulang nanti bagaimana dengan atasanmu? Tidak enak juga dengan rekan satu tim kamu, masa mereka bekerja keras sedangkan kamu pulang." "Maka dari itu, tersenyumlah. Jangan cemberut. Aku janji akan menembusnya lain kali. Pasti! Masuk

Latest chapter

  • CRUEL HUSBAND   BAB 15 : Revisi

    "Masuk!" seru Aaron tanpa mengalihkan pandangan dari tablet di tangan siang itu. Lelaki tampan nan gagah itu tengah melihat video animasi 3D sebuah cluster - yang rencananya akan dia bangun di salah satu lahan miliknya. Ia tampak antusias dan tak memerhatikan seseorang berjalan mendekat setelah dipersilakan tadi. "Pak, ini kopinya." Suara lembut dan serak seorang wanita sontak membuat Aaron mendongak. Ternyata Stella - sekretarisnya yang masuk ke dalam. Namun, Aaron tak peduli, dia kembali menunduk untuk melihat lagi video di tangan. Alasannya dia sangat tak menyukai penampilan Stella. Gadis itu terlalu berpakaian mini, bahkan dua kancing paling atas seperti sengaja dibuka hingga belahan dadanya terekspos semua. Aaron sudah memperingatkan tapi Stella seperti tak mau mendengarkan. Benar saja, firasat Aaron tak salah. Stella memang sengaja membuka dua kancing atas agar bisa menggaet bos tampannya itu. Aaron memang terkenal sangat dingin pada wanita lain kecuali Istrinya. Stella pun me

  • CRUEL HUSBAND   BAB 14 : Revisi

    [Sayang, aku pergi, ya. Kalau lapar tinggal panaskan saja makanan yang sudah aku siapkan di dalam kulkas] Begitu isi pesan Nadine ke Putra karena suaminya berkata akan lembur lagi malam itu. Nadine sudah berpenampilan cantik nan anggun, dia berjalan melewati unit apartemennya menuju lift. Tak lama ponsel yang ada di tangannya pun bergetar. Bergegas Nadine mengecek dan mendapati pesan dari Putra. Pesan yang membuat wanita itu mengernyitkan alis, karena hanya emoji jempol yang sang suami kirimkan. Pesan tersingkat sepanjang sejarah pernikahan mereka. Namun, karena dikejar waktu Nadine pun tak sempat berpikir yang bukan-bukan. Segera dia masuk lift ketika bilik persegi panjang itu terbuka, dia lantas menekan angka satu menuju lantai dasar. Sembari menunggu lift sampai, Nadine pun memindai dirinya lewat pantulan kaca di dinding lift untuk memastikan penampilannya sudah menunjang. Pasalnya dia diundang ke pesta salah satu temannya yang sama-sama berkecimpung di dunia literasi. Teman Nadi

  • CRUEL HUSBAND   BAB 13 : Revisi

    Tidak tahu malu dan tidak tahu terima kasih mungkin pantas disematkan untuk lelaki brengsek seperti Putra. Bukannya pulang ke rumah dan menyicipi makan malam yang disiapkan Nadine, beberapa menit yang lalu dia justru tergesa menapaki koridor sebuah apartemen dengan senyum menyeringai. Senyum jahat penuh hasrat liar yang meronta untuk dilampiaskan. Langkahnya kian lebar saat unit yang ditempatinya bersama sang wanita idaman lain tepat di depan mata. Wanita itu juga sama saja, tidak tahu malu dan brengsek. _ _ "Bagaimana, Sayang? Apa aku seksi?" tanya Wangi melanjutkan apa yang akan dimulainya dan Putra. Pria itu pun mengangguk sambil mengurung tubuh Wangi yang berada di bawah kendalinya, bibirnya pun mendaratkan ciuman di sana, "Kalau begitu, ayolah, aku sudah siap." Tanpa menunggu dan mengulur waktu, Putra pun melepas satu persatu kancing kemejanya lantas menyerang Wangi dengan buas. Mereka bergumul, membelit dan saling melepas apa yang ada di badan. Suara tawa binal Wangi sepert

  • CRUEL HUSBAND   BAB 12 : Revisi

    "Sayang, maaf ya. Aku lembur malam ini," ucap Putra, wajahnya terlihat sangat lelah kala melakukan panggilan video call, membuat Nadine yang awalnya kesal jadi tidak enak hati. Dia pun mengangguk lesu. Nadine kecewa karena tidak bisa makan malam bersama. Ia mendesah berat, lalu menatap Putra yang ada di depan layar. Suaminya itu tampak mematahkan leher ke kanan ke kiri. Terlihat sangat kelelahan. "Sayang, bicaralah. Jangan marah!" "Ya sudah kalau begitu, tidak apa-apa. Mau bagaimana lagi." Nadin terdengar merajuk. "Jangan begitu mukanya! dengan kamu begini malah membuatku jadi tidak tenang. Apa aku pulang saja?" Tawaran Putra ini malah membuat Nadine gelagapan. Wanita yang memakai kardigan cokelat itu langsung menggeleng panik. "Ya, jangan. Kalau kamu pulang nanti bagaimana dengan atasanmu? Tidak enak juga dengan rekan satu tim kamu, masa mereka bekerja keras sedangkan kamu pulang." "Maka dari itu, tersenyumlah. Jangan cemberut. Aku janji akan menembusnya lain kali. Pasti! Masuk

  • CRUEL HUSBAND   BAB 11 : Revisi

    "Kenapa murung?" tanya Dika sesaat selesai mengelap mulut dengan tisu pagi itu. "Tidak apa-apa," balas Tania, yang tak terlihat bersemangat sama sekali. Mereka sedang sarapan dan ada Ara yang berada satu meja dengan mereka "Ada apa sebenarnya?" lanjut Dika bersikukuh ingin tahu. Wajah istrinya itu cemberut beberapa hari ini dan itu mengusik. Pupus sudah harapannya untuk memulai hari dengan baik, wajah cemberut Tania membuatnya mau tak mau berpikir yang bukan-bukan. Dika melirik Ara lalu menatap lagi wajah sang istri yang masam. "Sungguh, aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah, tidak bisa tidur dengan tenang beberapa hari ini dan itu karena seseorang." Tania terdengar sedikit memberi penekanan di akhir kalimat, dan itu membuat Dika memutuskan diam. Lelaki yang sudah rapi dengan kemeja berwarna biru itu pun melihat sang anak yang juga telah rapi dengan baju olahraga berwana merah muda. "Baiklah baiklah." Dika mengangkat tangan, pasrah dan paham sindiran keras yang istrinya lontarkan. Dia

  • CRUEL HUSBAND   BAB 10 : Revisi

    Malam saat Nadine tidur, samar-samar terdengar suara. Suara itu mulanya pelan tapi semakin jelas dan mengusik ketentraman. Nadine yang baru saja terlelap segera menjauhkan kelopak mata dan agak kaget saat mengetahui tidak ada putra di sebelahnya. "Ke mana dia?" gumam Nadine lalu beranjak dari kasur. Pelan dia melangkah sembari menajamkan indra pendengaran. Nadine sangat yakin bahwa itu merupakan suara tawa bayi. "Apa ada yang punya bayi di sekitar sini?" gumam Nadine lagi. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar tamu. Sesaat setelah pintu terbuka, dia mendapati punggung seseorang yang amat dikenalnya. Orang itu berjongkok sembari menatap seorang bayi. "Putra?" gumamnya. Awalnya Nadine bingung melihat penampakan itu, bagaimana bisa seorang bayi ada dalam rumahnya terlebih lagi sekarang sudah larut malam. Namun, keanehan itu Nadine lupakan, dia terlena dan berakhir tersenyum saat melihat bagaimana pandainya Putra menenangkan bayi itu. Bahkan suara tawa bayi yang ada di atas ranjang

  • CRUEL HUSBAND   BAB 9 : Revisi

    "Begini ..., sebenarnya aku mau minta tolong ...." Hening, lisan Tania terjeda begitu saja."Tolong?" Icha mengulang karena Tania tak kunjung melanjutkan kata."Bilang saja, Tan. Jangan sungkan. Seperti orang asing saja." Nadine semakin penasaran."Aku ... aku sebenarnya mau pinjam uang. Aku butuh dua puluh juta,” ucap Tania dan setelahnya menunduk malu.Nadine dan Icha awalnya sedikit kaget, tapi pada akhirnya mereka tersenyum. Keduanya lega mendengar permasalahan Tania yang ternyata hanya soal uang seperti biasa. Mereka pikir Tania akan berkata sedang menderita penyakit kronis atau apa."Aku akan bayar kalau sudah gajian. Tapi aku cicil tiga kali, aku janji," ucap Tania lagi. Icha hanya menggeleng lalu mengutak-atik ponselnya. Dan ketika Nadine ingin memegang ponsel juga, wanita itu menyambarnya dengan cepat."Biar aku saja!" kata Icha.Nadine dan Tania terbelalak. Tak lama berselang ponsel Tania bergetar dan satu notifikasi m-banking masuk. Tertulis di sana kalau dirinya telah mend

  • CRUEL HUSBAND   BAB 8 : Revisi

    Sementara itu, diwaktu bersamaan Icha harus dibuat memejamkan mata dan merintih di bawah kendali tubuh kekar suaminya. Ia membungkuk dengan tangan terikat ke kursi kayu yang ada di ruang kerja Aaron. Pria itu yang terus menarik rambut dan menghujamkan kejantanannya dari belakang. “Aar … sakit,” rintih Icha dengan suara tertahan. Ia merasakan napsu yang membucah, tapi di waktu yang bersamaan juga harus menahan rasa sakit. Punggungnya bahkan memar karena dicambuk oleh sang suami. Ia merintih-rintih, rintihan kesakitan bercampur kenikmatan semu yang diberikan sang suami. “Ah … baby, you are so yummy,” puji Aaron tapi kini tangannya mencekik leher sang istri. “Aar … ahh … “ Icha merasa kesusahan bernapas dan Aaron pun melepaskan cekikannya, pria itu mengerang panjang dan menyemburkan benihnya ke dalam milik sang istri. Icha pun akhirnya bisa bernapas lega, Aaron menolehkan wajahnya dengan sebelah tangan lalu meminta wanita itu menjilati senjatanya yang masih tegak berdiri. _ _ Setel

  • CRUEL HUSBAND   BAB 7 : Revisi

    "Dik, Ara belum kamu jemput, ya?" tanya Tania sembari membuka blazer hitamnya dan hanya menyisakan blouse putih tanpa lengan. Saat ini waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam dan dia baru pulang kerja. Akhir bulan begitu banyak laporan yang harus dikerjakan dan diselesaikannya sebagai pegawai bank. "Belum. Aku baru pulang. Kamu yang jemput, ya," sahut Dika, dia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, lalu menuju lemari dan mengeluarkan kemeja. Tak ayal gelagat itu membuat Tania penasaran. "Kamu mau ke mana? Bukannya baru pulang?" "Iya, tapi aku harus menemani bos makan malam dengan orang penting." Dika tersenyum, lalu memasukkan satu persatu kancing ke lubang. Melihat wajah tenang Dika membuat Tania sedikit kesal. "Kenapa wajahmu begitu? Aku tidak macam-macam saat di luaran. Kamu tahu sendiri aku memang begini, kerja di bawah orang ya harus siap menjadi pesuruh. Kecuali aku bos-nya. Kalau aku bos aku akan memilih menjemput anakku di rumah neneknya atau menemani istriku di ru

DMCA.com Protection Status