~~~***~~~
Irfan memarkirkan mobilnya di tempat tersembunyi, jauh dari tempat hajatan. Disalah satu pohon yang rindang, sudah menunggu Evi yang sedang memainkan ponselnya.
Irfan menarik wajah Ayu supaya menatapnya. Ayu berusaha menepisnya tapi genggaman Irfan lebih erat.
"Jangan nangis, Neng. Aa gak suka lihat kamu menangis. Sebentar lagi kita akan menikah. Dan kamu akan jadi ratu satu-satunya di hidup Aa. Harusnya kamu bahagia."
Ayu senggukan," kamu tega ngelakuin ini sama aku. Apa kata orang nanti? Kalau mereka ngatain Neng pelakor, bagaimana?"
"Kamu gak akan pernah bahagia kalau selalu memikirkan apa kata orang. Kita harus mencari kebahagiaan kita sendiri, dan itu bukan kata orang, tapi kata hati kita sendiri."
"Kamu memang egois dari dulu, hanya memikirkan perasaanmu sendiri saja. Aku benci sama kamu," Ayu mencebik marah.
Ayu hendak keluar dari mobil tapi Irfan mencekal tangannya." Kamu harus ingat janjimu, kalau kamu akan menikah
Yang sabar ya, Yu!
~~~***~~~Setelah berbagai insiden yang menimpanya di acara hajatan semalam, paginya Ayu memilih berkemas-kemas untuk balik ke Jakarta. Meski rencana awalnya ia pulang besok. Ayu tak bisa bertahan lebih lama lagi di rumahnya. Ia tak tahu apalagi yang akan terjadi padanya nanti jika dia disini lebih lama.Rasanya kampung halaman tercintanya menjadi tidak menyenangkan lagi karena semua permasalahan yang bertubi-tubi menerpanya. Bapaknya yang tidak tahu menahu permasalahannya mengira Ayu pergi karena marah padanya yang bersikap memalukan di acara hajatan semalam. Maman pun sibuk merayu anak semata wayangnya."Neng, jangan gitu atuh sama bapak. Bapak tahu bapak salah udah mabuk semalam tapi masa ngambeknya sampe pergi secepat ini. Katanya pulang besok, kenapa sekarang? Baru juga nyampe kemaren siang. Capek Neng badannya, kasihan." Rayu bapaknya,"Daripada di rumah makan ati liat bapak ga punya malu, masih mabok aja!" Gerutu Ayu sambil mencangklongkan tasnya k
~~~~****~~~Ayu melenguh terbangun saat mobil yang Irfan kendarai berhenti di bahu jalan tol. Sepanjang mata memandang kendaraan memenuhi badan jalan. Kemacetan dimana-mana. Sepertinya ada kecelakaan didepan sana karena ada mobil polisi dan juga mobil Derek.Pria yang mengenakan kemeja coklat disampingnya, mengelus puncak rambutnya lembut.“Tidurlah lagi. Perjalanan masih lama karena ada tabrakan beruntun didepan.” Ayu mengangguk. Karena memang masih mengantuk, ia pun kembali melanjutkan tidurnya.Ayu terperangah saat Irfan membangunkannya. Ternyata ia berada di basement apartemen. Irfan membawanya ke apartemen mewahnya, bukan ke kossanya. Apartemen yang menurut Irfan, ia beli 5 bulan lalu saat mencari Ayu di Jakarta. Itu artinya sebulan setelah mereka menikah."Gak mungkin Aa beli apartemen ini sudah lama, apalagi buat nyari Neng. Waktu itu kalian masih pengantin baru. Ini cuma akal-akalan Aa aja kan, biar Neng terpedaya?" Tuduh Ayu ta
~~~***~~~Tadinya Irfan meminta Ayu untuk menginap di tempatnya, toh apartemennya mempunyai dua kamar.Bahkan Irfan merayu-rayu dengan makanan kesukaan Ayu dan berjanji tidak akan macam-macam tapi Ayu ketakutan. Tadi saja mereka nyaris kebablasan. Untung wajah galak bapaknya melintas di benaknya.Inget, Yu! Sing bisa jaga kehormatan diri. Perempuan dihargai karena kehormatannya.Saat itulah Ayu auto menendang Irfan, ia sendiri berlari ke kamar mandi yang untungnya masih berada di dalam kamar dan mengunci diri disana sejam lamanya. Ia bahkan tak mau keluar kamar mandi kalau Irfan tidak keluar dari kamar. Alhasil, Irfan memilih pergi mencari makanan dilantai bawah apartemennya. Meski ia kesal karena usahanya memiliki Ayu seutuhnya gagal.Setelah mendengar suara pintu kamar dan pintu apartemen tertutup yang artinya Irfan sudah pergi, barulah Ayu berani keluar kamar mandi. Huufft... hampir saja!!"Nanti Aa jemput kamu besok
~~~***~~makjleb banget..!~~~***~~~Setelah melewati dua hari tanpa melihat Irfan yang akhirnya disetujui Irfan, yang sebenarnya percuma- karena Irfan terus menerornya dengan ratusan pesan dan telpon, pagi ini, Irfan sudah menjemputnya depan kos. Ia mengendarai honda jazz putih yang dia peruntukkan spesial untuk Ayu seorang. Meski bingung antara menurut untuk naik atau tidak, tapi wajah keras Irfan, membuatnya takut. Ia yakin Irfan akan nekad melakukan segala cara hanya untuk membuatnya naik mobil. Terpaksa, ia pun menaiki mobil Irfan."Neng, ucapan Zaki kemarin jangan didengerin. Yang ngejalanin kan kita, yang bahagia kan kita. Mereka hanya bisa komentar tanpa tahu permasalahan kita yang sebenarnya," kata Irfan lembut. Ia mengeluarkan sterofoam berisi bubur ayam kesukaan Ayu.Ayu hanya berdehem, enggan menjawab ucapan Irfan. lebih baik ia diam daripada membuat Irfan emosi dan bisa berakibat fatal padanya. Masih terlalu pagi untuk memulai hari den
~~~***~~~Mamahnya menceritakan kalau malam itu ia meminta Desi untuk makan malam tapi Desi tak kunjung menyahuti panggilannya meski ia sudah memanggilnya berulang kali. Akhirnya Mamah berinsiatif untuk menengok Desi di kamarnya. Ia terkejut saat menemukan Desi pingsan di atas ranjang dengan botol obat ditangannya. Untunglah mereka segera membawanya ke rumah sakit sehingga nyawa Desi masih bisa diselamatkan. Terlambat sedikit saja, ia bisa lewat. Ternyata Desi meminum obat tidur dosis tinggi karena depresi Irfan meninggalkannya.Sebagai suaminya, tentu Irfan lah yang paling berhak untuk menemaninya dalam keadaan sakit seperti ini. Kalau bukan karena perintah mamahnya yang sangat disayanginya itu yang meminta, enggan rasanya ia menemani Desi di rumah sakit. Sejujurnya Irfan tak peduli Desi sakit atau selingkuh atau meminta cerai darinya. Bagus malah, jadi ia tak perlu repot-repot mencari alasan untuk berpisah."Kenapa bunuh diri? Takut setelah cerai dari aku, tid
~~~***~~~ Ayu tersenyum lebar saat membaca pesan dari Irfani. Ia mesti pulang kampung karena Desi masuk rumah sakit. Tapi Irfan berjanji akan segera kembali ke ibukota dan kembali bersamanya lagi. Ayu tak peduli. Ia justru berharap agar mereka rujuk saja. Ayu berdoa dalam hati semoga Desi bisa mengambil hati Irfan kembali sehingga Irfan melepaskannya. Tak bisa dipungkiri, berada jauh dari Irfan membuatnya merasa lebih bebas dan lebih hidup. Bodoh sekali dia sempat gagal move on waktu itu. Ternyata berpisah dengan Irfan jauh lebih menyenangkan. “Seandainya saja duit Ayu segambreng, Ayu kabur dari sini. Tapi kalau Ayu pergi, kasihan kedua orangtuanya. Mereka pasti kepikiran. Huh, pusing! Mau menghindari Irfan saja mesti ngeluarin banyak budget. Kan sayang duitnya, " Meski Ayu berasal dari keluarga berada yang berasetkan tanah dan sawah hektaran di kampungnya, namun keluarganya tidak suk
~~~***~~~ Ayu tak mengira Zaki bersungguh-sungguh menemaninya menjemput emaknya. Emaknya datang seorang diri karena Bapaknya tidak bisa meninggalkan kambing jagoannya, si asep bersama asistennya. Dicky kembali berulah, ia meminta si asep divisum. Ia menuduh kambingnya memakai obat kuat. Menurut Dicky, mana bisa si asep jadi jawara adu domba selama 5 tahun berturut-turut kalau tidak memakai obat. Ada-ada saja memang ulah Dicky untuk mencari masalah dengan Maman. Ayu hanya bisa tersenyum getir menerima kenyataan pahit itu. Smentara Zaki tersenyum simpul penuh kemenangan. Zaki harap itu bisa menyadarkan Ayu untuk semakin menjauhi Irfan. Sambil terus bercerita dengan logat daerahnya yang kental, Emak membeberkan alasannya datang ke Jakarta. Ia ingin berbelanja daster ke tanah abang. Ia kesal Ayu tak membelikannya baju daster sewaktu pulang kampung kemarin. Ayu tepok jidat, besok-besok Ayu beliin sekodi dasternya. Ya kali ne
~~~***~~~Mentari bersinar temaram, menyejukkan bumi dan seisinya. Sepertinya musim penghujan kembali datang karena hujan kembali turun sejak beberapa hari yang lalu. Membuat beberapa daerah tergenang banjir. Beberapa warga yang terkena banjir mengeluh karena khawatir penyakit kulit melanda.Anehnya, meski banjir semata kaki melanda jalanan menuju ke restonya dan sempat membuat mobilnya kesulitan melaju, namun Zaki tak mengeluh. Justru senyumnya terus mengembang sepanjang jalan bak bunga bermekaran di musim semi. Kontras sekali!Zaki tiba di restonya yang baru saja opened. Kedatangannya yang tak biasanya sepagi ini membuat beberapa karyawan panik dan ricuh seketika. Ada yang asal memasukkan tasnya ke loker lantas bergegas mengambil sapu dan segera menyapu, ada yang bergegas mengambil alat pembersih kaca dan meja lalu mengelapnya buru-buru. Bahkan di bagian kitchen sendiri yang sedari tadi terdengar suara hiruk pikuk mengobrol, mendadak senyap. Berganti dengan su
~~~***~~~ Flashback on. Beberapa jam sebelum Ayu dan Zaki bertemu, Ayu dan kedua mertuanya tiba menjelang subuh di rumah sakit di mana Irfan dirawat. Namun Ayu auto pingsan saat melihat dari balik kaca, seluruh tubuh Irfan terbungkus perban seperti mummy. Kedua mertuanya panik. Untunglah, petugas rumah sakit dengan sigap membawa Ayu ke ruang pemeriksaan. Menurut salah satu saksi mata yang berada di tempat kejadian, truk bermuatan kosong itu memang sudah oleng dari kejauhan. Dari arah yang berlawanan, mobil carry dengan bak terbuka yang dikendarai Sunar dan Irfan melaju pula dengan kencang. Sehingga saat di belokan, mobil keduanya bertemu dan bertabrakan. Mobil Irfan terseret sampai beberapa meter sebelum akhirnya terguling di samping truk tersebut. Semua pengemudi mobil terluka parah karena benturan berkali-kali yang mengenai kepala mereka. Bahkan kenek supir truk itu meninggal di tempat. Seme
~~~***~~~ “Sudahh berkali-kali Aa bilangin, jangan makan sambal. Lihat kan, akhirnya sekarang lambungmu kena.” “Biarin, suka-suka lah. Ngatur aja.” “Sampai ada yang berani membicarakan Ayu lagi di belakangku, awas kalian!” “Udah Aa, jangan galak gitu. Mereka, kan, cuman ngomongin. Neng gak papa, kok,” “ Biarkan Neng, biar mereka tahu, Aa gak suka kamu jadi bahan gunjingan terus menerus.” “Makanya lain kali pamit kalau mau pergi kemana-mana, gak usah jaim. Jadi kalau kejadian motormu mogok lagi, pulsa habis, dompet hilang, Aa bisa langsung jemput kamu. Main kabur aja. Untung aja Aa pasang gps di ponselmu jadi bisa tahu kamu di mana.” “Kalau bilang dulu, bisa-bisa kamu larang. Males,” “Baru disenyumin aja geer banget. Tuh cowok cuman iseng. Jangan gampangan jadi cewek
~~~***~~~ Semilir angin yang sejuk berhembus menerbangkan dedaunan pohon mangga yang banyak tertanam di depan rumah. Malam menjelang, namun suara deru kendaraan yang hilir mudik di depan rumah besar berhalaman luas itu tak jua berhenti. Sesekali orang yang lewat menyapa sang pemilik rumah yang sedang merokok sambil menatap kolam ikan miliknya. Setelah rokoknya tinggal sedikit, ia membuang puntung itu. Lalu ia memasuki rumahnya menuju ke ruanh makan. Perutnya sudah merintih minta diisi. Sesampainya di meja makan, ia membuka tudung saji itu dengan kening mengernyit. “Neng ..!” lelaki berkulit sawo matang itu memanggil sang pujaan hati. Perempuan cantik berambut sepinggang yang dipanggil Neng itu mendekat dari arah kamar. Ditangannya menggenggam ponsel berwarna perak. Raut wajahnya merengut karena tidak suka kesenangannya terganggu. “Apa sih? Ganggu aja.” “Maen ponsel m
~~~***~~~ Ayu tiba di kampungnya nyaris menjelang tengah malam di saat semua orang sudah tertidur lelap. Rasanya ia ingin cepat masuk kamar tapi Irfan menahannya di depan rumah. Katanya dia ingin berduaan dengannya. Huh, Ayu segan rasanya menghabiskan waktu hanya berdua saja dengannya meskipun itu hanya semenit. Irfan memilin-milin rambut Ayu di jarinya pelan, imbuhnya," kamu aku pingit. Jangan keluar rumah atau pergi kemana pun. Kalau aku tahu kamu pergi keluar rumah, kamu aku pingit di rumahku. Mau?" Ayu memalingkan wajahnya jengah.Lihat kan, dia selalusaja seperti ini dari dulu. Bagaimana ia menjalani hidupnya dengannya nanti? Bisa-bisa ia gila. "Kamu denger Aa gak Neng?" bahkan dalam keadaan tubuhnya penuh memar, akibat perkelahiannya tadi, tak mengurangi sedikitpun sifat posesifnya. Dasar laki-laki gelo! Bukannya memikirkan sakitnya, malah mikirin Ayu dan melarangnya ini itu.
~~~***~~~ Udara pagi itu bersinar cerah. Tak biasanya hari itu tidak turun hujan. Setelah seminggu berturut-turut hujan, pagi ini mentari tersenyum cerah. Menyapa insan dibumi yang sedang sibuk menjalankan aktivitasnya. Di sebuah bangunan sederhana, di mana terdapat enam pintu kost, kesibukan terlihat nyata disana. Satu persatu penghuni kos itu pergi. Ada yang mengenakan seragam kantor, sedang menaiki ojek online pesanannya, ada yang sudah pergi menaiki kendaraannya sendiri, dan ada yang mengenakan seragam kampus, yang dijemput temannya untuk pergi ke kampus bersama. Hingga kini hanya tersisa satu pintu terbuka. Sebuah mobil lossbak berhenti di depan koss Ayu yang sepi. Dua orang pria turun dari sana. Mereka tampak mengobrol dan mengetuk pintu pagar. Tak lama penghuni kos yang terakhir keluar dan membukakan pintu pagar koss. Penghuni kos terakhir itu adalah Wina, tetangga samping kos Ayu. Wina dan oran
~~~***~~~ Siang ini bersinar terik dan sinar radiasinya menusuk kulit. Beberapa orang yang sedang berada di luar ruangan mengeluhkan panasnya terik mentari yang belakangan ini sering sekali mereka alami. Sehinggga mereka bergegas mencari tempat untuk berlindung dari sengatan mentari tersebut. Di salah satu resto dalam mal, tampak Desi sedang menyantap makanannya itu dengan hati dongkol. Bagaimana ia tidak dongkol, Sudah 2 jam ia menunggu notif di ponselnya, berharap ada pemberitahuan uang masuk dari Dicky. Siang ini Dicky berjanji akan mentransfer uang 100 juta supaya dia tidak menyebarkan fhoto-fhoto tidak senonoh Irfan dan Ayu. Namun sampai ia selesai makan pun, tak jua ada pesan masuk. Awas saja kalau sampai mereka ingkar, dia akan menyebarkan foto itu di sosmed juga. Batinnya dalam hati. Desi menggeram kesal saat kembali menelpon mantan mertuanya tapi selalu tulalit. Ia kesal. Apa mantan m
~~~***~~~Ruangan itu kembali sepi setelah Ayu memberikan jawabannya tadi. Sejam yang lalu orang tua Irfan memilih pulang ke apartemen Irfan ditemani Irfan. Entah apa reaksi mereka melihat foto-foto kebersamaan mereka di apartemen itu nanti. Ayu sudah tak mau peduli. Hidupnya sudah tak berarti lagi. Ia hanya akan mengikuti kemana air mengalir. Ia sudah mati semenjak tak ada yang mempedulikan perasaannya lagi.Orangtuanya sendiri sedang makan di kantin sembari sembahyang isya. Ayu tak masalah ditinggal sendiri, toh ada tombol darurat untuk memanggil perawat kalau ia membutuhkan apapun.Lagipula kalau terjadi apapun padanys ya tidak masalah. Hidupnya sudah tidak berharga lagi. Ia sudah hancur.Hiikksss...Kreeet ... suara pintu kamarnya terbuka. Ayu menatap tajam ke arah pintu yang menampilkan sosok Desi dengan senyum sinisnya. Dulu, mungkin Ayu takut Desi yang terkenal paling Bengal di kelompoknya itu, melabraknya atau berbuat ses
~~~***~~~ Irfan terbangun dengan malas karena perutnya berteriak meminta makan. Refleks tangannya meraba tubuh Ayu yang tertidur disampingnya namun tangannya hanya menyentuh tempat kosong. Meski tangannya mulai bergerak kasar menepuk sana sini namun tak jua meraba tubuh Ayu. Sontak ia menoleh kesamping tempat tidurnya yang ternyata memang kosong. Panik, Irfan melonjak bangun sambil berteriak memanggil Ayu. "Neng ... kamu di mana Neng?" Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Irfan menghela nafas lega. Ayunya ada di kamar mandi. Ia pun turun menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya. "Neng, udah belum? Aa mau mandi juga." Hening. Tak ada jawaban. Dengan sabar Irfan mengetuk lagi lebih keras, berharap kali ini Ayu mendengarnya. "Neng, masih lama, gak? Aa mau mandi juga. Bukain dong..!" Hening, kembali tak ada jawaban. Tapi suara air yang terus bergemericik membuat Irfan yakin Ayu sedang mandi di dalamnya. Mendadak Irfan me
~~~***~~~ Setelah pulang dari karaoke itu, Irfan memaksa Ayu berkemas, ia akan mengajaknya pulang kampung besok. Ia berencana melamar Ayu setibanya mereka di kampung. Tak peduli orangtua mereka merestui atau tidak, ia akan tetap menikahi Ayu. Bahkan ia akan memberitahu kedua orangtua masing-masing kalau ia dan Ayu sudah berhubungan jauh. "Setibanya di kampung, Aa bakal langsung lamar kamu lalu kita nikah." Kata Irfan sebelum Ayu keluar dari mobil untuk mengambil baju-bajunya di kos. Ayu hanya mengangguk pasrah. Benaknya malah membayangkan apa reaksi Zaki kalau tahu Irfan memaksanya menikahinya padahal mereka sudah berpacaran. Apa Zaki akan kecewa padanya, menganggapnya perempuan jahat, atau mungkin membencinya. Kalau saja Zaki nekad mengajaknya kawin lari, Ayu bersedia. Sepertinya hidup bersama Zaki lebih menentramkan batinnya daripada hidup bersama Irfan. Tapi Irfan benar, Zaki bisa saja hanya i