Abian membuka gerbang kecil rumahnya dan mendorong motornya ke dalam.
Terlihat dua kotak sedang di dalam kresek menggantung di stang motornya.
Mengetuk pintu sebentar lalu menekan handle pintu dan mendorongnya. Sepi!
"Kemana semua orang?" batinnya.
Dia melihat ke ruang tamu dan mendapati kedua orang tuanya sedang menonton acara tidak bermutu menurut Abian.
terlihat pasangan itu sangat menikmati tontonan bahkan ibunya sesekali menyahut sambil tertawa. Nampak jelas ini acara favorit mereka di rumah setiap malamnya.
"Bu, Pak. Belum tidur?" tanyanya seraya mendekat membuat kedua pasangan paruh baya itu sedikit terkejut melihat kedatangan seseorang itu.
"Bikin kaget aja. Jantung Ibu bisa aja copot Bian!" geram wanita itu seraya memukul tangan Abian yang hendak salim.
"Hehehe, kalian sangat fokus menonton sampai-sampai nggak dengar aku ketuk pintu dan buka sendiri. Melda mana?" ucap Abian seraya mengedarkan pandangan usai salim pada kedua orang tuanya.
"Ketiduran mungkin. Kamu kenapa lama sekali? Apa itu?" tanya ibunya bertubi-tubi.
"Biasanya juga jam segini belum pulang, Bu," jawab Abian seolah-olah ingin menegaskan secara tersirat bahwa dia bisa pulang jam segini karena sudah ada istri di rumah.
"Bian lihat Melda dulu, ya," lanjutnya seraya melangkah menjauh dari orang tuanya yang sudah sibuk membuka oleh-oleh yang dia bawa.
Bian membuka pintu kamar dan sedikit mengerutkan kening melihat kamar yang sudah berubah tatanan. Padahal menurutnya, tatanan sebelumnya sudah sangat pas untuk kamar ukuran kecil ini. Abian melihat laptopnya yang ada di atas tempat tidur dalam posisi terbuka. Dia mendekat dan memeriksa laptop itu. Login dengan password dan melihat folder apa yang sedang terbuka.
Kepalanya mengangguk-angguk paham dan bersyukur. Paham karena password nya bisa di pecahkan oleh Melda dan bersyukur karena tidak ada file mengenai dia dan perempuan lain di dalam laptop itu.
Untuk ke depan, dia akan lebih berhati-hati apalagi hal yang menyangkut Gina.
Dan dia tidak akan mengganti password untuk sementara waktu agar Melda tidak curiga.
"Mel, bangun!" ujar Abian seraya mengguncang tubuh Imelda dengan kuat.
Usai mengguncang pundak Melda, pria itu langsung menjauh dan membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Gawat jika sampai Melda menyeretnya untuk berbaring bersama. Pasti ada bau-bau tidak sedap menempel di tubuhnya karena baru saja berolahraga beberapa jam yang lalu.
Abian langsung masuk ke dalam kamar mandi dan tidak lupa menguncinya. Membersihkan diri sambil tersenyum manis mengingat bagaimana raut wajah Gina ketika dia di siram langsung oleh Abian tadi.
Kekasihnya itu masih cemberut ketika Abian pulang dan masih gelisah bagaimana jika tembakan terakhir berhasil dan perutnya melendung dalam waktu dekat.
"Apa aku nikahi Gina aja diam-diam? Punya dua istri kayaknya seru," ujar Abian pelan pada diri sendiri.
Baru sehari menjadi seorang suami sudah langsung berpikir poligami. Situ waras?
******
Makan malam bersama keluarga dan Abian memilih untuk memesan dari pada mengangkut keluarganya keluar. Ada beberapa alasan yang dia berikan ketika Melda mengatakan makan di luar saja. Alasan dirinya lelah karena udah seharian di luar dan malas keluarkan mobil dari garasi. Padahal alasan sebenarnya adalah, dia masih belum ingin pernikahannya di ketahui oleh orang lain. Bisa saja, saat mereka sedang makan di restoran atau di tempat lesehan ada orang yang mengenalnya dan akhirnya akan segera tahu status dirinya. No way! belum saatnya. Dia belum bisa melepaskan Gina jika sampai kabar ini menyebar.
"Gimana ya caranya?" ujarnya pelan saat dia menggulir layar ponselnya.
Abian ingin menghilangkan dirinya dari sosmed Gina agar wanita itu tidak segera tahu statusnya. Abian punya firasat buruk soal Melda, wanita itu pasti akan segera mencari cara bagaimana untuk membocorkan rahasia ini pada teman-temannya dan juga teman-teman Abian. Jadi, langkah pertama adalah menghilang dari sosmed agar ketika dirinya di tag, Gina tidak bisa melihat.
Dengan berat hari, Abian unfollow Gina di semua akun sosmednya.
"Nah, bagus begini. Dan aku kunci akun aja jadi privat," gumamnya lagi seraya tersenyum.
Mata elang Melda mengamati sedari tadi tapi masih belum menanyakan apa yang membuat Abian tersenyum sendirian seperti orang gila.
"Ehmm!" Terdengar deheman Ilham untuk mencari atensi mereka yang sedang di ruang tamu.
"Besok, kami akan pulang. Jadi sebelum kami pulang, ada beberapa pesan untuk kalian berdua," ujarnya memulai kala mata sudah memandang ke arahnya.
"Bapak tahu bahwa ini pernikahan dadakan dan mungkin belum sesuai dengan keinginan kalian berdua. Adat dan perayaannya belum kita laksanakan tapi ini sudah sah secara agama dan negara. Jadi Abian, Bapak cuma mau pesan sama kamu, kamu sekarang sudah tidak lajang lagi, cepat atau lambat teman temanmu akan tahu. Jadi, jaga pergaulanmu di luar. Jika selama ini kamu bisa pulang kerja jam sepuluh malam karena harus nongkrong dengan teman-temanmu terlebih dahulu, sekarang sudah tidak bisa lagi tanpa seijin istrimu."
Ada jeda sebentar sebelum pak Ilham melanjutkan, "Jaga jarak dengan teman perempuanmu untuk menghindari kesalahpahaman istrimu nantinya. Pun sebaliknya, kamu juga Melda, kamu sudah jadi istri, Nak. Jaga jarak dengan lawan jenismu, hormati suamimu walaupun kalian tidak selalu bersama."
Abian dan Melda mengangguk saja. Apa yang ada dalam hati mereka berdua hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
"Terus itu, kalian berdua bicaralah pelan-pelan. Kapan bisa ambil cuti dari tempat kerja. Kabari kami dan juga orang tua kamu Mel, supaya kami membicarakan hal-hal yang penting mengenai itu semua," ujar Roma ibunya Abian.
Waktu dua jam sangat lama bagi Abian karena dia di cekoki dengan wejangan panjang sana sini soal berumah tangga.
Dalam hati ingin membantah bahwa zaman sudah berubah tentunya perlakuan juga sudah berubah tapi dia menahan mulutnya agar wejangan ini tidak berlanjut hingga ke tengah malam.
Abian menguap berkali-kali karena kelelahan hari ini. Mulutnya mangap dan di sengaja begitu lebar di depan orang tuanya agar petuah-petuah yang sedang ingin di keluarkan dari otak orang tuanya berbaris rapi dan tidur kembali disana saja.
"Ya sudah, pokoknya, dalam rumah tangga itu yang paling utama adalah komunikasi. Kalau komunikasi buruk, maka perjalanan kalian merajut rumah tangga akan banyak kendala. Jangan saling mendiamkan kalau ada sikap sikap yang salah dari salah satu pihak. Jujur saja dan langsung katakan dimana letak kesalahannya dan kekurangan orang tersebut. Dan yang di ingatkan jangan ngeyel. Itu kunci utamanya. Lalu kejujuran dan keterbukaan. Kalian berdua jangan merahasiakan apa yang terpenting di dalam rumah tangga kalian. Apalagi masalah keuangan. Jangan sampai Ibu mendengar berita, kalian berantem karena uang. Haram itu! Sedikit cukup, banyak tetap akan kurang, itu kalau soal uang. Jadi yang di perlukan adalah pintar-pintarnya kalian mengelola, terutama kamu Mel sebagai seorang istri."
Melda mengangguk, sejujurnya dia juga sudah bosan duduk mendengar selama dua jam. Pinggangnya sudah kebas dan ingin segera rebahan.
"Udah kan, Bu? Bian udah ngantuk bangat ini? Jam berapa besok berangkat? Biar Bian ijin kantor, Bian antar sampai stasiun."
"Udah sana, kamu pergi tidur. Besok kami naik taksi online aja, jangan biasakan ijin-ijin dari kantor untung urusan sepele seperti ini, hargai orang yang memberi kalian kerja. Kecuali tadi Ibu sama Bapak orang cacat, baru di antar. Mel, ikut Mama bentar," ujar Roma seraya berdiri.
Wanita paruh baya itu mengulurkan tangan kirinya untuk di raih oleh menantunya dan keduanya pergi ke ruang makan entah mau membicarakan apa.
Mata Abian dan ayahnya mengawasi dan sedikit penasaran tapi karena kantuk yang mendera, Abian berdiri dan pamit masuk ke dalam kamarnya. Melemparkan tubuhnya dan langsung tertidur tidak lama setelah itu.
Sementara di dapur, Roma mengeluarkan dompet kecil dari kantong baju tidurnya. Lalu mengeluarkan isinya.
"Ini warisan turun temurun dari keluarga Bapak. Saat Mama sah menjadi menantu, mertua Mama yaitu nenek Abian, kasih ini ke Mama dan sekarang, kamu adalah menantu pertama di keluarga Mama dan ini akan Mama titipkan pada kamu. Simpan baik-baik. Sesusah-susahnya hidup kalian di kota ini, benda ini tidak boleh di jual. Lebih baik bicara pada Mama jika kalian butuh sesuatu, paham?" ujar Roma seraya membentangkan satu buah gelang emas.
Melda mengangguk sambil tersenyum, matanya berbinar melihat kilauan emas di tangan ibu mertuanya. Lalu dia merentangkan tangan di hadapan ibu mertua sesuai titah dan merasakan pergelangan tangannya tambah berat karena sudah di huni oleh gelang warisan.
"Pergilah, tidur. Kalian harus bekerja besok pagi," usir Roma setelah menangkup wajah menantunya itu dan membelainya dengan sayang.
Melda beranjak dan berjalan ke arah kamar dengan mata tetap memandang pada pergelangan tangannya.
Senyum di bibirnya merekah karena restu benar-benar sudah ada seratus persen di tangannya. Kini, tugasnya hanya menaklukkan Abian dan membuat pria itu bertekuk lutut padanya dan melupakan teman-teman wanitanya di luar sana apalagi jika Abian punya kekasih.
"Keluargamu sudah ada di genggamanku, sisa kamu saja," ujarnya pada Abian yang sudah mendengkur di atas kasur.
Sebulan pernikahan terlewati dengan damai.Abian menikmati peran menjadi seorang suami dan kekasih dari dua orang wanita. Full service dari keduanya kala dia membutuhkannya. Jahat? Sangat! Tapi namanya laki-laki, di suguhi layanan vvip masa di tolak.Malam ini, Melda mendapat shift kedua. Artinya masuk di sore hari dan pulang di malam hari. Yang seperti ini menjadi kesempatan emas bagi Abian untuk bertemu pujaan hati."Yang, kok sekarang kamu jarang bangat main di malam minggu kemari, ajak aku keluar juga udah jarang sekarang," ujar Gina manja di pelukan kekasihnya.Abian terdiam sebentar untuk memikirkan jawaban yang tepat yang tidak akan menyakiti hati kekasihnya itu."Ya gimana ya Yang. Kamu tahu kan, aku dan kawan-kawanku mulai bisnis baru. Karena kami semua pekerja, jadi waktu kami yang luang untuk membicarakan itu cuma di akhir pekan aja. Nggak enak dong pas lagi seru-serunya aku pamit biar bisa datang kesini dan ajak kamu kencan," jawab Abian sangat manis.Apa yang harus di ban
Masih terngiang-ngiang di telinga Gina saat Abian memanggilnya Bebe. Bukankah selama ini sejak dia memulai hubungan dengan Abian, pria itu selalu memanggilnya Sayang? Tidak pernah panggilan lain kecuali Dek sesekali. Lalu, kenapa tiba-tiba memanggil Bebe?Tidak ingin su'udzon tapi pikirannya tetap mengajak Gina untuk memikirkan bahwa Abian sepertinya mempunyai rahasia. Apakah ini berkaitan dengan tidak pernahnya Abian berkencan di malam minggu lagi bersama Gina?Apakah waktu akhir pekannya sekarang bersama seseorang yang dia panggil 'Bebe'?Feeling seorang perempuan selalu akurat tapi kebanyakan dari perempuan itu akan menahannya dalam hati dan akhirnya tertekan batin.TringBunyi pesan masuk di ponsel Gina membuat gadis itu kembali dari pikirannya ke alam nyata saat ini. Dia membuka pesan masuk dan menemukan sebuah foto.Itu adalah sebuh gelang cantik yang selama ini dia impikan. Tidak ada pesan lain selain foto itu tetapi dia tahu bahwa gelang itu di beli untuk dirinya oleh sang kek
YA AYO BERTEMUAbian menatap ke arah sumber suara dan detik berikutnya dia mengumpat dalam hati."Abian, kamu udah menikah?" tanya wanita itu seraya menatap Abian dan Melda bergantian. Tanpa di persilahkan, wanita itu menarik salah satu kursi lalu duduk."Duduk, Pa!" titahnya pada sang suami yang masih menatap Abian dengan pandangan bertanya-tanya."Hallo, Melda!" ujar Melda seraya mengulurkan tangan ke arah wanita itu lalu ke arah pria yang baru saja berjalan ke sisi Abian untuk duduk disana."Aku istrinya Abian, Kakak ini teman Abian?" lanjut Melda ingin tahu. Dalam hati, dia ingin sekali menendang Abian karena pria itu langsung kicep seolah-olah tertangkap basah selingkuh oleh kekasih."Istri? Wow, kapan nikahnya? Aku Maya dan dia suamiku Ferdinan, teman satu kantor Abian," ujar wanita itu seraya menunjuk suaminya yang hanya menyunggingkan senyum tipis lalu menatap Abian tajam untuk mencari jawaban sebenarnya.Melda langsung mengangguk dan suasana hatinya tenang karena yang menjadi
Sejoli itu saling pandang lalu saling menunduk untuk menghindari pandangan satu sama lain.Gina memegang cangkir kopi panasnya dengan kedua tangan dan sesekali memutarnya.Akhirnya, pasangan itu bertemu di sebuah cafe di pinggiran kota, jauh dari jangkauan orang-orang yang mungkin mengenal mereka."Tidak pernah ada penghinaan yang begitu dalam dan menyakitkan sekaligus mengecewakan aku sepanjang hidupku. Kau menipuku, membodohiku terutama memanfaatkan aku karena kau tahu aku begitu mencintaimu," ucap gadis itu sendu memulai percakapan yang sedari tadi hening. Dia menjauhkan pandangan matanya dari pria di hadapannya."Tidak masalah jika kau menikah dengannya entah karena alasan apapun. Sumpah, aku tidak akan pernah menahanmu untuk berada di sisiku jika kau akhirnya memilihnya. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa atau kasihan atau merasa harus membalas cintaku," lanjutnya membuat pria yang hampir menjadi mantan kekasihnya itu menggeleng ingin membantah beberapa kata yang baru saja menya
Gina menutup mata, menikmati pelukan penuh cinta dari pria yang sudah dia putuskan tapi masih sangat dia cintai.Bagaimana dia bisa melupakan pria ini ketika tubuhnya selalu menghangat oleh pelukannya?"Apa yang kamu bicarakan. Itu tidak mungkin lagi Abian. Aku tidak akan pernah mau menjadi duri dalam pernikahan kalian. Apalagi istrimu sedang hamil. Aku juga seorang perempuan, aku akan sangat marah ketika ada perempuan menjadi orang ketiga di dalam hubunganku."Gina masih waras, walau dia begitu mencintai Abian, dia tidak akan pernah menempatkan dirinya sebagai duri dalam pernikahan orang lain."Sabarlah sebentar. Aku dijebaknya agar dia hamil. Kami memang menikah dan itu atas paksaan orang tuaku. Dia dan keluarganya yang datang ke rumah dan mengatakan dia sedang hamil padahal jelas jelas kami bahkan tidak pernah bertemu lagi selama dua tahun belakangan."Gina sedikit tertarik dengan penjelasan itu. Dia menyingkirkan tangan Abian dari perutnya lalu dia berbalik.Dahinya berkerut saat
"Sesekali ajak aku berkumpul dengan team kamu, aku akan berikan beberapa masukan soal strategi marketing!" lanjut Melda.Jangan di ragukan, Melda sudah banyak pengalaman kerja. Sejak dia masih kuliah, sudah pernah beberapa kali kerja paruh waktu. Pun setelah wisuda, dia langsung kerja di perusahaan besar dengan posisi yang lumayan bagus. Karena tidak puas, dia mencoba perusahaan besar lainnya dan lolos. Sekarang dia sebagai supervisor di bagian produksi salah satu perusahaan besar di kota ini.Kecakapannya dalam bekerja dan luwesnya dia bicara, kadang di sangka orang bahwa dia adalah seorang marketing.Dia juga sangat pandai berbaur dan pembicaraan selalu nyambung dalam hal apapun.Melda duduk di sofa yang sama dengan Abian. Dia menatap Abian dan mulai bertanya."Teman teman kamu yang tempo hari, apakah mereka semua satu kantor kamu?"Abian mengangguk."Apa mereka juga partner
Wanita itu sibuk seperti orang gila. Lebih tepatnya dia gila karena pikirannya sendiri.Sejak malam dia menemukan nama seseorang terukir di sapu tangan suaminya dan suaminya sepertinya menyimpan sapu tangan itu dengan baik, dia menjadi gila oleh pikirannya sendiri. Dia sering berbicara sendirian dan menyusun rencana untuk melenyapkan pemilik nama itu dari muka bumi ini agar suami yang begitu dia cintai tidak di ambil oleh wanita lain."Ehmm" Abian berdehem untuk memecahkan kesunyian yang terjadi beberapa hari ini di dalam rumahnya."Minggu depan, aku ada tugas luar kota. Mungkin selama tiga atau empat hari," lapor Abian."Hmm. Silahkan pergi. Mau sekalian bawa kekasih kamu juga nggak apa-apa. Selamat bersenang-senang," jawab istrinya tanpa menoleh.Abian menghela napas kasar mendengar kalimat yang tidak berkesinambungan itu.Sejak hari dimana Melda mengetahui Abian punya kekasih bernama Regina, setiap wanita itu bicara selalu saja di kaitkan dengan Gina. Dan hal itu membuat Abian haru
Api kecemburuan di dalam hati Melda belum padam jua walau sudah dua bulan berlalu. Perutnya yang buncit dan pergerakan halus dari dalam tidak bisa juga memadamkan rasa cemburu itu. Dia masih saja kepikiran tentang gadis bernama Regina Angela walau sejak malam dimana dia memberitahukan sekaligus mengancam Abian, Abian tidak pernah bertingkah aneh dan tidak pernah pulang terlambat.Komunikasi antar pasangan itu juga sangat dingin dan jelas terlihat bahwa batin mereka sedang berperang.Salah satu ingin menyembunyikan Regina Angela dan satunya lagi ingin mengetahui siapa dan dimana keberadaannya. Sering kali terjadi percekcokan karena Melda selalu menyinggung hal itu.Sama seperti malam ini, ketika dia merengek ingin makan dimsum di sebuah restoran ternama."Kamu udah pernah kesini?" tanya Melda memulai."Hmmm,""Sama siapa aja?" lanjut Melda mulai memanas.Pikirannya udah langsung tertuju pada gadis yang menjadi sumber pertengkaran di antara mereka."Sama kamu lah dulu. Lupa?"Melda lang
Gina POVMenjadi yang kedua bagi seorang pria tidak pernah terbersit dalam pikiranku bahkan sejak aku mulai jatuh cinta di usia muda.Aku ingin menjadi satu-satunya tapi takdir berkata lain.Aku harus menerima bahwa pria yang menikahiku adalah mantan pacarku yang pernah menikah lalu bercerai. Cerai hidup.Cerai hidup ternyata tidak semuanya berjalan mulus tanpa menyimpan dendam atau kemarahan yang terang-terangan.Aku tidak tahu siapa yang benar dan salah di antara mereka berdua tapi apa pun itu Abian akan menjadi pihak yang benar dalam pikiranku.Abian mengatakan kalau dia mengajukan cerai karena istrinya Melda berselingkuh dan kepergok sama dia. Sementara Melda pernah berkoar-koar Abian yang selingkuh dan menuduhku juga salah satu selingkuhan Abian.Tapi balik lagi karena cinta dan mungkin sudah takdirku menjadi pasangan Abian.Aku melawan orang tuaku hanya untuk bisa bersama Abian. Ayahku meninggal karena shock dan kena serangan jantung lalu ibuku berhari-hari tidak bicara padaku k
Di malam hari, Gina sering bertanya-tanya dalam hati tentang perjalanan rumah tangganya.Semakin kesini Abian semakin menjadi.Ketika di tanya dan di perjelas apakah Abian mencintai Gina dengan tulus, jawabannya selalu sama."Tulus. Jangan pernah meragukan cintaku. Hidupku tidak akan bermakna tanpa kamu, tanpa Moses."Namun kenyataannya seperti tidak sesuai dengan apa yang selalu dia katakan."Apa ini karmaku Tuhan?" bisik Gina ketika mengingat kembali sikap Abian.Menurutnya itu jauh berbeda ketika mereka berpacaran. Sekarang, Abian lebih senang bermain di luar dengan teman-temannya tapi akan mengeluh dan mengelak dengan berbagai alasan jika Gina mengajaknya sekedar healing tipis-tipis.Macet, cuaca yang panas dan tidak ada tempat menarik buat refreshing di sekitar tempat tinggal kita, itu lah alasan yang sering Abian ucapkan ketika menolak.Alhasil Gina pun hanya bisa menerima kenyataan kalau dirinya sekarang hanya akan berada di kantor dan di rumah"Kamu lagi senggang?" tanya Abian
Menangis dalam diam dan di kesendirian.Itulah yang Gina lakukan akhir-akhir ini.Dua bulan masa cutinya sudah berakhir dan dalam dua bulan itu benar-benar luar biasa baginya karena dia bisa bertransformasi dari gadis tidak tahu apa-apa menjadi ibu yang serba bisa. Tidak tidur di malam hari tapi harus melek juga sepanjang hari.Bulan ini dia sudah mulai bekerja dan untungnya ibunya masih tinggal bersama mereka jadi dia tidak begitu kerepotan."Bu, coba tanya di kampung, ada nggak yang mau kerja sama Gina? Nanti kalau ibu pulang, yang bantu rawat adek siapa."Aaaa, lupa. Bayinya dinamai Moses Junimanta."Kayaknya nggak ada yang cocok deh Nak. Kalau cari disini nggak ada? Cobalah tanya tetangga atau teman satu kantor kamu."Selama dua bulan lebih setelah Gina bekerja, ibunya masih tinggal bersama mereka untuk menjaga Moses karena belum ada yang cocok untuk menjadi babysitter. Walaupun ibunya sudah mulai merengek minta pulang tapi tetap bertahan karena melihat Gina yang masih bekerja."A
"Operasi aja ya," pinta Abian pada Gina yang sudah berkeringat dingin.Ya, hari ini Abian tidak ngantor karena saat hendak berangkat tadi Gina langsung meringis kesakitan sambil membungkukkan badannya.Mengeluhkan sakit mulas dan tiba-tiba air ketubannya udah merembes.Gina yang sudah cuti dan memang sudah mempersiapkan semua keperluan melahirkan sejak dia cuti.Namun, dia tidak menyangka mules dikit tadi subuh berkelanjutan hingga pagi dan sekarang sampai tidak tertahan lagi.Sudah seharian di rumah sakit namun pembukaannya tidak bergerak.Jalan mondar mandir di ruangan bahkan menggunakan gymball tetap saja tidak ada perubahan tetapi dia ngotot harus lahiran normal."Dokter bilang kan masih bisa menunggu sebentar lagi. Kita tunggu aja," jawab Gina seraya meringis karena kebetulan dia mules lagi.Di tengah gelombang cinta yang sedang naik, Gina meraih tangan Abian sambil mengomel."Lihat ini perjuangan bini kalau mau lahiran. Tapi masih berani-beraninya kalian selingkuh atau berniat s
"Kamu kenapa basah begitu?"Gelas di tangan Abian jatuh ke lantai hingga menimbulkan suara yang nyaring di tengah malam."Yang, kamu nggak apa-apa?" Gina gegas melangkah dn berniat untuk membersihkan pecahan gelas itu."Maaf ya, aku bikin kamu kaget ya."Abian yang tadinya sudah takut karena menduga bahwa Gina mengetahui apa yang barusan dia lakukan dan pemikiran itu membuat otaknya berhenti berpikir untuk mencari jawaban yang pas untuk Gina. Namun setelah mendengar satu kalimat Gina, pijar di otaknya langsung menyala."Jangan! Biar aku aja!" Abian langsung merampas sekop dan sapu dari Gina.Di lihat dari respon Gina, sepertinya moodnya sudah balik ke awal.Abian berdehem beberapa kali sambil menyusun kalimat bohongnya."Aku nggak bisa tidur dari tadi. Aku udah coba ketuk pintu kamar mau minta bantal dan selimut tapi kami nggak buka," ujar Abian dengan lancar dan wajahnya benar-benar di buat sendu."Aku push up biar capek terus tidur, ternyata nggak bisa juga."Gina yang cinta mati se
Malam itu,Melda menari di depan cermin karena sebentar lagi dia akan pergi dengan Abian.Ya, baru saja dia menerima pesan kalau Abian akan datang dan mengajak putra mereka, Arion jalan-jalan.Itu semua karena Melda memaksa Arion mengirim pesan suara pada Abian padahal setelahnya dia mengirim Arion ke rumah neneknya."Malam ini kita akan pesta, Sayang!" ujarnya pada diri sendiri.Tak lama, pintu di ketuk dan begitu dia membuka pintu, dia langsung menyeret Abian ke rumah dan langsung menciumnya membabi buta."Sayang, aku kangen. Kenapa lama sekali datang."Abian mendorongnya hingga mundur tiga langkah. "Apa-apaan kau? Mana Arion. Kami mau pergi sebentar," jawab Abian sambil mengusap bibirnya yang masih basah.Dia tidak mau kena jebakan Melda yang licik itu."Kerumah Mama."Abian langsung berbalik dan bermaksud ke rumah mantan mertuanya yang hanya ada dua blok dari rumah Melda.Namun kalimat Melda menghentikannya, "Aku yang suruh dia kesana agar kita punya waktu bersama. Aku kangen Bi.
Gina:Kamu dimana?Akhir-akhir ini Gina di buat kesal oleh Abian yang punya hobi baru.Suaminya itu sedang sangat menyukai permainan tenis sehingga setiap kali pulang kerja akan ke lapangan tenis bersama rekan-rekan sekantor untuk bermain barang satu atau dua jam.Awalnya Gina tidak keberatan, tapi lama-lama Abian semakin ngelunjak dan tanpa izin dulu ke istrinya langsung saja pergi ke lapangan.Dan pulang setelah larut malam bahkan kadang Gina sudah pulas.Entah lupa atau sengaja dilupakan, hari ini jadwal Gina kontrol ke dokter dan sebelum berangkat kerja tadi pagi mereka sudah sepakat untuk bertemu di klinik dokter saja untuk menghemat waktu.Gilirannya sebentar lagi tapi Abian tak kunjung datang bahkan tidak meneleponnya.Pesan yang dia kirimkan tadi bahkan tidak dibaca.Hingga Gina selesai di periksa dan pulang ke rumah dengan perasaan kecewa di dalam taksi online.Semakin kecewa ketika mendapati rumah masih gelap gulita yang menandakan bahwa Abian belum pulang.Menghela sebentar
Tiga bulan berlalu.Pernikahan berjalan lancar pun dengan kehamilan Gina yang di nyatakan sehat.Gina bersyukur rekan rekan kerjanya mempunyai pemikiran yang terbuka. Tidak satupun di antara mereka yang julid atau menggosipi Gina setelah mengetahui usia kehamilan lebih tua dari pernikahanSetidaknya itu lah yang di lihat dan di dengar oleh Gina. Entahlah, apakah rekan rekannya itu menjadikannya topik utama di luar sana, Gina tidak tahu.Abian juga demikian, pria itu memperlakukan Gina dengan baik. Dia benar-benar menjadi pria yang bertanggung jawab, berwibawa dan siap lahir batin menjadi suami, kepala rumah tangga dan sebentar lagi menjadi ayah.Tidak seperti sebelumnya, terbukti dari dia yang tidak mau memperkenalkan istri pertamanya pada teman-teman dan juga masih menjalin hubungan dengan Gina waktu ituSekarang, dia benar-benar bersih dari kisah cinta dengan siapa pun.Bahkan, kehamilan Gina sepertinya membuatnya semakin dewasa. Mengurangi waktu bersama teman-teman demi bisa menema
"Dia sengaja. Sengaja sekali mau membuat aku marah," ujar Gina pada Abian."Aku tahu kalian sering melakukannya dulu. Jelas, karena kalian suami istri. Tapi sekarang kan nggak lagi. Kalian sudah mantan, kenapa dia menciummu di depanku?"Abian datang dan memeluk Gina."Kamu tahu, seperti itu lah dia. Dia tidak akan peduli dirinya di anggap rendahan asalkan dia bisa membalas kamu dan membuat kamu marah.""Dasar l0nt3, pantas aja kamu ceraikan dia. Mungkin gitu juga dia buat ke orang lain waktu dia selingkuh, sama kayak yang sama kita dulu kan? Dia merampas kamu dari aku dengan cara kotor. Bilang kamu udah tidur sama dia dan minta pertanggung jawaban. Memang, kalau jalan di mulainya saja tidak mulus, ya nggak akan pernah mulus."Gina masih berapi-api di dalam pelukan Bian. Pikirannya benar-benar di kacaukan oleh Melda.Satu harapan Gina,"Jangan sampai dia berbuat gila lagi sama kita biar kita nggak happy as a couple."Gina menarik diri dari pelukan Abian. Dia menatap Abian yang ada di d