🌹🌹🌹
"Na, Kamu bisa ya, bertahan dengan pria seperti Marvel itu!" celetuk sahabat Riana saat melihat gadis itu masih bertahan pada cinta yang begitu menyakitinya.
"Memangnya ada apa, Jen?"
"Kamu itu kena pelet atau gimana sih, Na! Coba buka matamu lebar-lebar untuk melihat keadaan!" sungut Jeni semakin kesal melihat sikap Riana yang biasa saja itu.
Gadis yang bernama Riana hanya tersenyum kecil dan menggedikkan bahunya.
Jeni makin kesal melihat tingkah Riana.
"Coba buka matamu, Na! Dengan santainya Marvel menggandeng seorang cewek dan lewat di depanmu! Kamu punya rasa gak sih!" cerocos Jeni makin tak mampu menahan diri.
Riana menarik nafas dalam dan berkata
"Terus aku harus gimana, Jen! Haruskah aku ngamuk di depannya dan mengacak-acak rambut wanita itu!"
"Setidaknya kamu bertindak, Na! Jadi wanita jangan lemah dong!"
Riana tertawa mendengar ucapan konyol sahabatnya. Ia hanya ingin menjadi kekasih yang baik, tak ingin mengekang pasangannya. Selama itu di batas kewajaran ia akan diam saja.
Sedang Jeni semakin tak abis pikir apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya Riana mengapa selalu diam dan diam saat Marvel bergonta ganti pasangan dan yang paling menyakitkan Marvel segaja memanas-manasi perasaan Riana. Andai ia jadi gadis itu ingin rasanya ia rebus hidup-hidup si Marvel itu.
"Hatimu sudah kaya batu ya, Na!" gemes Jeni saat sahabatnya kembali berkutat pada buku bacaannya.
"Riana ....!" Jeni menarik buku yang ada di tangan Riana dan menangkupkan di wajah sahabatnya.
"Huh bikin kesel aja!" dengkusnya dan segera meninggalkan Riana yang hanya diam mematung melihat kepergiannya.
"Perempuan kok lemah gitu!" omel Jeni di kejauhan. Riana hanya menanggapi dengan tawa kecil.
Entahlah apa yang dicari oleh Marvel dengan bergonta-ganti pasangan. Sedang Riana selalu setia dan selalu ada saat pria itu membutuhkannya. Riana gadis tinggi semampai dengan kulit kuning Langsat dan lesung pipit menambah kecantikannya namun tak membuat seorang Marvel puas memilikinya.
Dan Riana bukanlah gadis bodoh seperti yang dikatakan sahabatnya. Ia hanya ingin berkomitmen pada satu pria dan menjaganya hingga takdir Tuhan menyatukan. Baginya mencintai cukup sekali saja dan itu hanya untuk satu pria. Dan cinta itu sudah jatuh kepada Marvel pria play boy di kampusnya. Riana tak menyesali semua itu bahkan cintanya buat Marvel kini semakin besar.
Cinta itu buta
"Na, Kamu bisa ya, bertahan dengan pria seperti Marvel itu!" celetuk sahabat Riana saat melihat gadis itu masih bertahan pada cinta yang begitu menyakitinya.
"Memangnya ada apa, Jen?"
"Kamu itu kena pelet atau gimana sih, Na! Coba buka matamu lebar-lebar untuk melihat keadaan!" sungut Jeni semakin kesal melihat sikap Riana yang biasa saja itu.
Gadis yang bernama Riana hanya tersenyum kecil dan menggedikkan bahunya.
Jeni makin kesal melihat tingkah Riana.
"Coba buka matamu, Na! Dengan santainya Marvel menggandeng seorang cewek dan lewat di depanmu! Kamu punya rasa gak sih!" cerocos Jeni makin tak mampu menahan diri.
Riana menarik nafas dalam dan berkata
"Terus aku harus gimana, Jen! Haruskah aku ngamuk di depannya dan mengacak-acak rambut wanita itu!"
"Setidaknya kamu bertindak, Na! Jadi wanita jangan lemah dong!"
Riana tertawa mendengar ucapan konyol sahabatnya. Ia hanya ingin menjadi kekasih yang baik, tak ingin mengekang pasangannya. Selama itu di batas kewajaran ia akan diam saja.
Sedang Jeni semakin tak abis pikir apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya Riana mengapa selalu diam dan diam saat Marvel bergonta ganti pasangan dan yang paling menyakitkan Marvel segaja memanas-manasi perasaan Riana. Andai ia jadi gadis itu ingin rasanya ia rebus hidup-hidup si Marvel itu.
"Hatimu sudah kaya batu ya, Na!" gemes Jeni saat sahabatnya kembali berkutat pada buku bacaannya.
"Riana ....!" Jeni menarik buku yang ada di tangan Riana dan menangkupkan di wajah sahabatnya.
"Huh bikin kesel aja!" dengkusnya dan segera meninggalkan Riana yang hanya diam mematung melihat kepergiannya.
"Perempuan kok lemah gitu!" omel Jeni di kejauhan. Riana hanya menanggapi dengan tawa kecil.
Entahlah apa yang dicari oleh Marvel dengan bergonta-ganti pasangan. Sedang Riana selalu setia dan selalu ada saat pria itu membutuhkannya. Riana gadis tinggi semampai dengan kulit kuning Langsat dan lesung pipit menambah kecantikannya namun tak membuat seorang Marvel puas memilikinya.
Dan Riana bukanlah gadis bodoh seperti yang dikatakan sahabatnya. Ia hanya ingin berkomitmen pada satu pria dan menjaganya hingga takdir Tuhan menyatukan. Baginya mencintai cukup sekali saja dan itu hanya untuk satu pria. Dan cinta itu sudah jatuh kepada Marvel pria play boy di kampusnya. Riana tak menyesali semua itu bahkan cintanya buat Marvel kini semakin besar.
"Sampai kapan kamu akan bertahan, Na! Aku muak dengan kesabaranmu itu!" cetus seorang pria yang tiada lain adalah Marvel.
Pria itu sebenarnya sudah bosan dengan Riana, hingga ia selalu bergonta-ganti pasangan. Namun untuk memutuskan begitu saja ia berat hati, baginya Riana adalah wanita yang kuat menghadapi sikap brutal dan keras kepalanya.
"Sebenarnya apa yang kamu lihat dariku, Na! Aku hanya akan menyakitimu saja! Karena aku tidak mencintaimu sedikitpun!" ucapnya kasar dan berjalan meninggalkan ruangan Riana.
"Bruuuk ...." Satu sosok menubruknya dan seketika membuat Marvel terkejut.
"Pakai matamu kalau jalan!" sungut Marvel dengan kesal.
Jeni mencibir dan tak mengacuhkan kekesalan Marvel.
Marvel menggertakkan giginya ingin sekali ia menampar gadis di hadapannya itu namun segera ia urungkan saat melihat banyak mahasiswa yang menatap ke arah mereka berdua.
"Kali ini kamu selamat, lain kali kuinjak tubuh jelekmu itu!" Marvel segera meninggalkan tempat itu.
🌹🌹🌹 Siang ini Marvel bersiap diri untuk mengantar pulang kekasihnya, ia ingin mengatakan sesuatu rasanya ia sudah tak sanggup untuk menahan semuanya. Dari jauh pria itu sudah melihat kekasihnya yang begitu cantik, rambutnya terurai menambah daya kecantikan gadis itu. "Ya Tuhan ... Mengapa Riana semakin bertambah cantik! Aku tak akan sanggup untuk memutuskannya!" Marvel segera menyambut kedatangan gadis itu dan membukakan pintu mobil untuknya. "Silahkan masuk, Tuan Putri!" Marvel membuka kan pintu mobil dengan gaya menunduknya membuat seorang Riana tersenyum kecil. "Marvel ....!" tiba-tiba suara cempreng mengejutkannya. Marvel menarik nafas kasar saat melihat siapa yang datang. Sedang Riana sudah duduk cantik dalam mobilnya. "Utari, kurasa tidak ada yang perlu dibahas lagi! Ak
🌹🌹🌹Utari mengamuk tak jelas, tamparan Marvel benar-benar melukainya."Semua ini karena Riana! Aku akan membuat perhitungan denganmu!" geram Utari masih saja mengelus bekas tamparan itu."Ada apa denganmu, Tar! Kuperhatikan sejak tadi uring-uringan tak jelas!" tegur sahabat Utari yang selalu menemaninya."Aku membenci gadis itu!""Gadis siapa maksudmu?" Kaila menaikkan sebelah alisnya tak mengerti siapa yang dimaksud oleh sahabatnya itu."Riana! Gadis yang pura-pura buta saat kekasihnya punya pasangan lain!" sungut Utari tak dapat menahan kebenciannya lagi.Kaila kini mengerti siapa yang membuat kebencian Utari begitu nampak."Lagian kamu sih, mau aja pacaran sama laki-laki yang sudah ada pacarnya!" cibir Kaila merasa heran juga dengan kelakuan Utari yang selalu doyan sama kekasih orang."Siapa yang tidak mau dipacari orang seganteng Marvel!" kilah Utari dengan wajah berbinar memuja.
🌹🌹🌹Malam ini keluarga besar Marvel mengundang Riana untuk makan malam bersama. Gadis itu memang cukup dekat dengan semua keluarga kekasihnya. Bahkan semua keluarga telah memberi restu untuk hubungan mereka.Malam ini Riana tampil cantik dengan gaya rambut tergelung ke atas dan menyisakan sedikit uliran di telinganya. Gadis ini begitu manis.Riana datang lebih awal dari waktu yang di tentukan. Ia membantu ibunda Marvel untuk mempersiapkan segalanya di meja makan."Ri, Ibu sudah gak sabar pengen kamu tinggal di sini!" celetuk Ibunda Marvel sambil menata makanan.Riana hanya tersenyum simpul."Oh ... Ya, mana Marvel? Ibu sudah memintanya untuk menjemputmu!" tanyanya saat melihat Marvel tak ada di rumah dan juga ia tadi melihat Riana datang sendiri menggunakan sebuah ojek."Marvel ... Oh iya, Marvel masih ada jadwal mata kuliah terakhirnya, Bu!" jawab Riana sekenanya. Riana tahu pasti saat ini kekasihnya itu lagi bersuka r
🌹🌹🌹Utari pulang menggunakan taksi ia tak berhenti menggerutu dengan semua perlakuan Marvel padanya."Apa dia memang seperti itu! Dia pikir aku ini apa!"Sopir taksi yang mendengar ucapan Utari melirik sekilas. Ia tak ingin banyak tanya, pasti gadis ini adalah salah satu wanita panggilan om om yang biasa jadi penumpang rutin tiap malamnya."Alamatnya, Non!" tanya sopir taksi itu memecah kesunyian."Jalan saja, Pak! Nanti aku beri tahu!" Utari menjawab malas.Gadis itu kembali memikirkan tentang Marvel. Laki-laki angkuh, arogant itu kini menjadikan dirinya sebagai kekasih gelap."Huuuh ... Kenapa aku tak bisa menolaknya!" Utari mengeluh kesal mengingat sikapnya yang pasrah dengan perlakuan Marvel.Utari telah kehilangan segala-galanya, bagaimana jika terjadi apa-apa padanya mungkinkah pria itu akan m
🌹🌹🌹Marvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tak ingin ibunya semakin kecewa. Kalau Riana ia tak peduli gadis itu sudah terbiasa kecewa karenanya.Sepuluh menit kemudian Marvel sampai juga di halaman rumahnya. Ia bergegas turun dan menemui kedua orang tuanya. Rumah mewah itu sudah nampak sepi."Ya Tuhan ... Aku terlambat! Semua orang sudah pulang!" Marvel segera membuka pintu rumahnya.Ia melihat ayah dan ibunya masih tengah asyik ngobrol di ruang tengah mereka hanya tinggal berdua.Marvel mengucapkan salam, namun ayah dan ibunya tak menanggapi. Malah mereka semakin asyik mengobrol."Ayah, Ibu! Maaf aku terlambat!" ucapku saat berada tepat di hadapan mereka berdua.Ayah Marvel memberi tatapan tajam menusuk sedang ibunya hanya diam tak menanggapi."Mana Riana, Bu!" tanya Marvel dan pria itu yakin kalau gadis itu telah pulang."Kenapa tidak sekalian besok pagi pulangnya!" cetus ibu Marvel
🌹🌹🌹 Setalah pulang dari rumah Marvel, Riana memutuskan untuk jalan kaki saja menuju rumahnya. Ia tahu itu teramat jauh tapi rasa kecewa terhadap kekasihnya membuat ia mampu melakukannya. Selangkah demi selangkah ia menyusuri jalanan beraspal yang masih begitu ramai. "Sebenarnya Marvel kemana, mengapa dia tidak cepat pulang." gerutu Riana dengan bibir manyun. "Apa mungkin Marvel, masih bersama Utari!" pikir gadis itu menerka-nerka. "Ah, bodoh amat dengan mereka berdua!" geramnya menendang satu botol bekas minuman ke sembarang tempat. Tanpa sengaja mengenai punggung seseorang. "Astagfirullah ...." pekiknya lalu berlari mendekati orang yang terkena tendangan botol bekas itu. "Maaf, Mas! Saya tidak sengaja!" ucapnya panik saat melihat baju pria di depannya ini basah terkena tumpahan sisa-sisa minuman di botol yang ditendangnya. "Maaf, maaf! Lihat nih, basah!" sungut pria itu samb
🌹🌹🌹Erik membawa gadis yang baru dikenalnya itu berjalan menjauh dari para preman itu. Iapun segera melepaskan rangkulannya."Maaf! Aku harus berbuat begitu, agar mereka tak curiga!" ucap Erik sambil memandang gadis di sampingnya.Riana terdiam dan akhirnya tersenyum simpul ia tak percaya jika pria di hadapannya ini telah menolong dari para preman itu."Terima kasih, maaf sudah menaruh curiga padamu!" kekeh Riana."Aku tahu! Tampang sepertiku ini sudah pasti mencurigakan!" Erik tertawa lepas. Riana ikut tertawa mendengar ucapan Erik."Dimana rumahmu! Mengapa gadis secantik kamu keluyuran di jalan malam-malam begini!" tanyanya lagi seraya menatap wajah bening Riana. Gadis itu begitu anggun dan nampak begitu cantik di mata Erik. Hingga untuk berlaku kurang sopanpun ia enggan."Aku dari rumah calon mertuaku! Aku lagi kesal dan aku memutuskan jalan kaki untuk pulang!" ungkap Riana dengan wajah di te
🌹🌹🌹"Riana, tunggu!" panggil seseorang di belakang gadis itu.Riana menoleh dan melihat Utari mendatanginya. Wajah kalem Riana terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis ini."Dimana, Marvel! Kenapa aku hubungi tidak aktif!" tanya Utari tanpa basa-basi."Kamu pikir aku menyembunyikannya! Bukankah dia semalam bersamamu!" sahut Riana dengan suara lembutnya.Utari semakin masam mendengar sindiran Riana. Ia yakin tak mungkin Marvel menceritakan kebersamaannya semalam."Carikan pria itu untukku, ada yang ingin aku bicarakan! Aku yakin kamu pasti tahu dimana keberadaannya." Utari memberi perintah pada Riana.Riana tertawa mendengar permintaan itu. Apa gadis di hadapannya ini sudah gila seenaknya saja memberi perintah."Kamu pikir aku kacungmu!" sergah Riana dengan senyum tersungging."Plak ... Plak!"Tamparan kelas mendarat di pipi manis Riana. Gadis itu menatap tajam pada Utari apa maks
Riana tak sabar untuk menunggu Marvel selesai mandi, ia berjalan mondar-mandir seperti gasing. Yang ada dalam pikirannya saat ini apa mungkin Marvel akan mengakui semua perbuatannya itu.Tiba-tiba gawai Marvel berdering dan itu sangat mengejutkan Riana. Gadis itu segera mendekat dan melihat siapa yang kurang kerjaan menghubungi kekasihnya pagi-pagi begini."Siapa, Na?" teriak Marvel dari dalam kamar mandi."Aku tak melihatnya," sahut Riana malas."Tolong lihat, Na dan katakan aku sedang mandi!" titah Marvel lagiRiana membiarkan deringan itu terlewat begitu saja. Melihat nama sang pemanggil membuatnya begitu muak.Deringan kembali terdengar. Riana masih tetap membiarkan, ingin rasanya ia mencabik-cabik tubuh Marvel."Kamu kenapa sih, Na!" sungut Marvel saat keluar dari kamar mandi."Berpakaianlah, tak usah urus gawaimu dulu!" Riana mengambil lebih dulu gawai Marvel. Ia tak membi
25 cinta itu butaRiana benar-benar shock saat mendengar ucapan dari ayah Utari, yang mengatakan anaknya telah hamil dan itu adalah perbuatan Marvel. Gawai Riana terlempar begitu saja. Air matanya luruh seketika, apa lagi yang harus dipertahankan sekarang. Marvel telah menghancurkan kepercayaannya selama ini."Ternyata dugaanku selama ini benar, Ya Tuhan!" lirih Riana dengan linangan air mata.Secuek-cueknya Riana, namun ia masih sangat mencintai pria itu. Sekalipun Marvel telah berkali-kali menyakitinya, ia masih bisa memaafkan. Tapi saat ini berbeda, Marvel menghamili wanita lain dan itu membuat Riana begitu terpukul."Apa yang harus aku lakukan sekarang! Aku tak bisa membiarkan wanita lain menderita karena perbuatan bejat Marvel!" Riana perlahan menghapus air mata dan mencoba mencari gawainya yang ia lempar ke sembarang tempat.Tak lama Riana segera menghubungi nomor Marvel, namun nomor pria itu sedang sibuk
24 Cinta ini butaAyah Utari memendam kemarahannya saat melihat Utari hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan darinya, tentang siapa laki-laki yang telah menghamili."Utari ....""Maafkan aku, Yah!" sendu Utari mulai terisak."Apa laki-laki itu Marvel!" tanya ayah Utari lagi. Dan kali ini gadis itu hanya mampu menganggukkan kepala. Kini ayah Utari menarik napas lega, ia akan mudah menuntut pertanggungjawaban dari pria itu."Hubungi dia sekarang, Ayah mau bicara dengannya!" titah ayah Utari. Gadis itu gemetar mendengar perintah ayahnya. Utari tak mungkin mengatakan pada Marvel kalau dirinya hamil, ia tak mau pria itu semakin membencinya."Ayo hubungi sekarang! Ayah tak mau menanggung malu, jika sampai semua tetangga tahu keadaanmu!" ulang ayah Utari lagi.Utari semakin tak mampu mengendalikan hatinya. Ia takut Marvel akan menyakiti perasaan ayahnya."Apa lagi yang kamu tunggu, T
23 Cinta ini ButaSetelah mengantar Riana Marvel mengarahkan mobilnya ke rumah sakit tempat Utari dirawat. Ia ingin menjenguk gadis itu dan ingin bertanya apa dia juga telah menceritakan sesuatu pada Riana. Ia harus mencari tahu secepatnya.Marvel menyusuri lorong rumah sakit yang mulai sepi dari pengunjung dengan berbekal informasi dari Riana, ia dengan cepat menemukan ruangan tempat Utari di rawat.Marvel melihat ayah Utari sedang menunggui gadis itu, ia mulai ragu untuk masuk. Namun jika ia tak masuk bagaimana ia bisa tahu kalau Utari yang membocorkan rahasia mereka berdua pada Riana."Assalamualaikum ....!" sapa Marvel sambil membuka pintu. Ayah Utari menatap kedatangannya dengan tatapan dingin dan itu Marvel merasa risih."Darimana saja kamu! Calon istrinya sakit bukannya cepat datang malah keluyuran!" tegur pria tua itu."Calon istri!" Marvel menaikkan sebelah alisnya, apa maksud dari ucapan ayah Utari ini.&nb
🌹🌹🌹Marvel semakin kesal dengan jawaban Riana yang malas peduli. Ia tak ingin kedua orang tuanya tahu perbuatan kasarnya selama ini."Aku harus bisa membungkam bibir gadis itu, sebelum dia banyak bicara!" geram Marvel lalu mengikuti kemanapun langkah Riana. Ia harus mencari kesempatan untuk bicara berdua lagi sebelum semuanya terlambat."Na, maafkan aku! Ayolah kamu Jangan cuek begini!" lirih Marvel mengekor di belakang punggung Riana.Namun lagi-lagi gadis itu hanya mencibir tanpa sedikitpun menggubris ucapan Marvel."Ayolah, Na! Ayah dan Ibu akan curiga padaku!"Riana menatap sekilas lalu kembali melanjutkan mengatur makanan. Ia malas peduli, kali ini Marvel benar-benar membuatnya kesal."Na ...." geramnya sambil menahan tangan gadis itu.Riana menaikkan kedua alisnya sambil melirik tangannya yang dicekal Marvel."Sampai kapan kamu akan seperti ini, Vel! Aku capek menutupi terus s
🌹🌹🌹setelah mengantar Jeni pulang, Riana segera menghubungi kekasihnya, namun tak satupun panggilan yang di jawab oleh Marvel. Akhirnya Riana memutuskan untuk langsung ke rumah Marvel sekaligus menengok calon mertuanya.Riana melihat seorang wanita tengah membersihkan halaman. Ia segera mendatangi wanita itu dan mengucapkan salam."Riana ...." seru wanita itu yang tiada lain adalah ibunda Marvel. Ibu Diah sangat bahagia dengan kedatangan tiba-tiba gadis itu.Riana tersenyum dan mengecup lembut punggung tangan ibunda kekasihnya."Kamu sendiri?" tanya Ibu Diah saat melihat Riana hanya datang seorang diri."Jadi Marvel belum pulang, Bu!" kilah Riana tanpa menjawab pertanyaan Ibunda Marvel. Ia semakin kecewa melihat kekasihnya belum juga pulang.Ibu Diah menggelengkan kepalanya tak mengerti. Melihat mobil Marvel ia kira anaknya yang datang bersama Riana. Ternyata hanya Riana seorang diri."Aku memin
🌹🌹🌹Dengan ditemani oleh sahabatnya Riana menjenguk Utari. Meski tatapan bertanya dari kedua orang tua Utari saat tahu Marvel tak turut menjenguk anaknya. Riana hanya diam saja, enggan untuk berkomentar."Marvel mana, Na! Apa dia begitu sibuk, hingga tak bisa menjengukku!" tanya Utari saat membuka mata hanya melihat Riana dan Jeni di sampingnya."Tak usah hiraukan Marvel, yang terpenting saat ini adalah kesembuhanmu! jawab Riana sambil memegang lembut tangan Utari.Utari terdiam, ia tahu Marvel pasti sibuk mencari gadis-gadis lainnya lagi. Sakit hati semakin Utari rasakan setelah semua pengorbanannya tak berarti sedikitpun di mata Marvel."Bagaimana kamu sanggup melewati semua ini, Na!" celetuk Utari dan tak terasa butiran air matanya mengalir ke pipi.Riana hanya tersenyum menanggapi ucapan Utari, ia tahu gadis itu pasti terpukul dan putus asa mengetahui sikap asli Marvel yang hanya mempermainkannya.
Riana hanya diam mendengar penjelasan Marvel. Ia kini mulai bimbang haruskah ia bertahan dengan orang yang selalu menyakitinya atau mencari pengganti yang lebih baik lagi. "Kuharap kamu percaya padaku, Na! Aku hanya mencintaimu!" Marvel menarik tangan Riana lalu menggenggamnya erat. Marvel tak ingin kehilangan Riana, apa lagi gadis ini adalah pilihan orang tua dan keluarganya. Ia harus menutup sebisa mungkin kejadian yang terjadi antara dia dan Utari. Marvel tak ingin semuanya hancur begitu saja karena ulahnya. "Untuk saat ini aku percaya, tapi entah nanti!" cetus Riana pelan dan melangkah pergi meninggalkan Marvel namun dengan cepat pria itu menarik tangan Riana hingga gadis itu jatuh dalam pelukannya. "Aku mencintaimu, Na! Jangan tinggalkan aku, bertahanlah untukku!" bisik Marvel tepat di telinga Riana. Riana hanya diam, ia merasa lelah dengan semua ini entah sampai kapan ia mampu bertahan.
🌹🌹🌹Beberapa hari ini Riana sengaja menghindari kekasihnya, ia hanya ingin membuat pria itu sadar. Bahwa Riana juga seorang wanita yang mempunyai rasa. Berkali-kali Marvel menghubunginya namun Riana masih enggan untuk menjawab panggilan itu."Na, aku perhatikan dari kemarin wajahmu kusut amat, ya!" celetuk Jeni saat melihat Riana hanya duduk termenung tanpa melakukan sesuatu."Na ...." ulang Jeni lagi, dengan tergagap Riana menoleh ke arah sahabatnya."Ada apa sih, Jen!" sungut Riana dan memberikan tatapan sendunya."Kamu lagi ada masalah, atau kamu lagi galau karena play boy itu!" Jeni mencoba mencari tahu dari raut wajah Riana.Riana hanya diam. Pikirannya memang selalu tak bisa diajak damai, hanya Marvel dan Marvel yang selalu membayangi. Berulang kali ia mencoba untuk menepis namun Riana semakin rindu pada pria itu."Pasti dia membuatmu kesal lagi kan, Na!" tebak Jeni semakin yakin melihat pe