🌹🌹🌹
Malam ini keluarga besar Marvel mengundang Riana untuk makan malam bersama. Gadis itu memang cukup dekat dengan semua keluarga kekasihnya. Bahkan semua keluarga telah memberi restu untuk hubungan mereka.
Malam ini Riana tampil cantik dengan gaya rambut tergelung ke atas dan menyisakan sedikit uliran di telinganya. Gadis ini begitu manis.
Riana datang lebih awal dari waktu yang di tentukan. Ia membantu ibunda Marvel untuk mempersiapkan segalanya di meja makan.
"Ri, Ibu sudah gak sabar pengen kamu tinggal di sini!" celetuk Ibunda Marvel sambil menata makanan.
Riana hanya tersenyum simpul.
"Oh ... Ya, mana Marvel? Ibu sudah memintanya untuk menjemputmu!" tanyanya saat melihat Marvel tak ada di rumah dan juga ia tadi melihat Riana datang sendiri menggunakan sebuah ojek.
"Marvel ... Oh iya, Marvel masih ada jadwal mata kuliah terakhirnya, Bu!" jawab Riana sekenanya. Riana tahu pasti saat ini kekasihnya itu lagi bersuka ria dengan cewek lain. Entah siapa lagi sasarannya saat ini.
"Apa dia lagi bersama Utari!" pikir Riana, tapi tak lama ia menggeleng setelah ingat tadi Marvel menampar gadis itu.
"Coba kamu hubungi, Nak! Sebentar lagi Om dan Tantemu akan datang, sudah pasti mereka akan menanyakan keberadaan Marvel!"
Riana tercenung mendengar perintah itu. Apa mungkin pria itu mengaktifkan gawainya saat bersama selingkuh-selingkuhan genit itu. Namun ia mencoba menghubungi Kekasihnya semoga keberuntungan memihaknya.
"Kenapa? Apa Marvel tak mengaktifkan gawainya!" tanya Ibunda Marvel saat melihat wajah cemas Riana dan berkali-kali mengutak atik gawainya.
"Iya, Bu! Mungkin Marvel belum selesai!" angguk Riana lemah.
"Sudahlah! Anak itu memang seperti itu, Ibu rasa kamu lebih tahu, Ri!" Ibunda Marvel menggenggam lembut tangan Riana calon menantu idamannya. Wanita setengah baya ini tahu semua kelakuan Marvel pada Riana saat ini yang suka berganti-ganti pasangan dan terkadang kasar pada kekasihnya. Sebenarnya makan malam ini adalah alasan kedua orang tua Marvel untuk melihat kedekatan pasangan itu. Tapi kini anaknyalah yang membuat ulah.
Tak lama ia mengirimkan pesan pada putranya, sekalipun tidak aktif pasti akan dibuka juga nantinya.
"Ibu kecewa padamu!" Iapun segera menekan tombol send.
"Kamu yang sabar ya, Ri!" ucap Ibunda Marvel. Riana tersenyum manis dan memeluk wanita yang masih terlihat cantik ini.
"Riana, In Syaa Allah kuat, Bu!" bisik Riana pelan. Wanita itu mengelus punggung Riana.
Tak lama rombongan Tante Ningrumpun datang, dua anak kembar merekapun ikut dan suasana terasa hangat. Namun hati Riana terasa kosong.
"Marvel mana, Mbak! Kok pacarnya aja sudah di sini dia belum muncul!" tanya Om Hendra tiba-tiba saat melihat keponakannya tak ikut kumpul di lingkaran meja makan.
"Itu ... Itu dia ada kelas malam!" sahut Diah ibunda Marvel gelagapan.
Pak Wijaya memberikan tatapan penuh tanda tanya pada istrinya itu. Ia juga tahu pasti Marvel tidak bisa di hubungi.
"Anak itu bikin malu saja!" geram pak Wijaya.
"Ayo tidak usah ditungguin, Nanti juga dia akan datang!" kilah pak Wijaya mencairkan suasana.
Merekapun terbuai kenikmatan masakan Ibu Diah yang terkenal enak. Tak ada suara apapun hanya dentingan sendok yang beradu.
Riana sesekali menatap pintu ruang pertama berharap Marvel muncul, namun semua harapannya sia-sia.
****
Sedang saat itu Marvel tengah asyik menghabiskan waktu berdua bersama Utari di sebuah hotel. Setelah gadis itu mengiyakan untuk menjadi kekasih gelap Marvel.
Utari mengeliat matanya mengarah pada jarum jam di dinding kamar hotel itu. Ia tersentak, ternyata waktu sudah menunjukan jam 8 malam.
"Ya ampun! Kenapa waktu cepat sekali berjalan!" keluhnya, Iapun ingin membangunkan Marvel tapi melihat wajah lelah pria itu ia tak tega untuk melakukannya.
Utari meraih gawai Marvel mencoba mencari tahu. Namun ternyata gawai pria itu dinonaktifkan.
"Uh ... Pria ini penuh misteri!" kekehnya lalu menjatuhkan diri dalam pelukan pria itu.
Marvel mengeliat dan setengah sadar mengibaskan tubuh Utari agar menjauh dari tubuhnya.
"Marvel ....!" kejut Utari mendapat perlakuan itu.
"Maaf! Aku tak sengaja!" acuh Marvel tanpa peduli dan ia segera mengenakan pakaiannya kembali.
"Kenakan pakaianmu, ayo kita pulang!" Marvel melempar baju Utari. Pria itu tersentak lalu mencari gawainya ia ingat janji makan malam yang ibunya pesan.
"Ya Tuhan ... Mati aku!" desisnya dan segera mengaktifkan gawainya.
Satu pesan masuk, dua tiga dan seterusnya. Hingga dua puluh pesan. Iapun segera membuka sebagian besar dari kekasihnya dan terakhir masuk dari ibundanya.
Tangan Marvel bergetar untuk membuka pesan itu. Yang sudah pasti berisi kemarahan ibunya.
"Ibu kecewa padamu!" Tiga kalimat itu menohok hati. Seberapa bejatnya Marvel ia tak pernah sedikitpun membantah wanita yang melahirkannya.
Marvel segera bersiap tanpa peduli lagi keaadan Utari. Ia segera melangkah keluar dengan sedikit berlari.
"Marvel ... Marvel! Tunggu aku!" teriak Utari dan mengejar langkah cepat Marvel.
"Naiklah taksi, aku tak bisa mengantarkanmu pulang!" seru Marvel dari dalam mobil yang secepat kilat membawanya pergi
****
Sedang saat itu Marvel tengah asyik menghabiskan waktu berdua bersama Utari di sebuah hotel. Setelah gadis itu mengiyakan untuk menjadi kekasih gelap Marvel.Utari mengeliat matanya mengarah pada jarum jam di dinding kamar hotel itu. Ia tersentak, ternyata waktu sudah menunjukan jam 8 malam.
"Ya ampun! Kenapa waktu cepat sekali berjalan!" keluhnya, Iapun ingin membangunkan Marvel tapi melihat wajah lelah pria itu ia tak tega untuk melakukannya.
Utari meraih gawai Marvel mencoba mencari tahu. Namun ternyata gawai pria itu dinonaktifkan.
"Uh ... Pria ini penuh misteri!" kekehnya lalu menjatuhkan diri dalam pelukan pria itu.
Marvel mengeliat dan setengah sadar mengibaskan tubuh Utari agar menjauh dari tubuhnya.
"Marvel ....!" kejut Utari mendapat perlakuan itu.
"Maaf! Aku tak sengaja!" acuh Marvel tanpa peduli dan ia segera mengenakan pakaiannya kembali.
"Kenakan pakaianmu, ayo kita pulang!" Marvel melempar baju Utari. Pria itu tersentak lalu mencari gawainya ia ingat janji makan malam yang ibunya pesan.
"Ya Tuhan ... Mati aku!" desisnya dan segera mengaktifkan gawainya.
Satu pesan masuk, dua tiga dan seterusnya. Hingga dua puluh pesan. Iapun segera membuka sebagian besar dari kekasihnya dan terakhir masuk dari ibundanya.
Tangan Marvel bergetar untuk membuka pesan itu. Yang sudah pasti berisi kemarahan ibunya.
"Ibu kecewa padamu!" Tiga kalimat itu menohok hati. Seberapa bejatnya Marvel ia tak pernah sedikitpun membantah wanita yang melahirkannya.
Marvel segera bersiap tanpa peduli lagi keaadan Utari. Ia segera melangkah keluar dengan sedikit berlari.
"Marvel ... Marvel! Tunggu aku!" teriak Utari dan mengejar langkah cepat Marvel.
"Naiklah taksi, aku tak bisa mengantarkanmu pulang!" seru Marvel dari dalam mobil yang secepat kilat membawanya pergi.
Utari menggeram kesal dengan perlakuan Marvel.
🌹🌹🌹Utari pulang menggunakan taksi ia tak berhenti menggerutu dengan semua perlakuan Marvel padanya."Apa dia memang seperti itu! Dia pikir aku ini apa!"Sopir taksi yang mendengar ucapan Utari melirik sekilas. Ia tak ingin banyak tanya, pasti gadis ini adalah salah satu wanita panggilan om om yang biasa jadi penumpang rutin tiap malamnya."Alamatnya, Non!" tanya sopir taksi itu memecah kesunyian."Jalan saja, Pak! Nanti aku beri tahu!" Utari menjawab malas.Gadis itu kembali memikirkan tentang Marvel. Laki-laki angkuh, arogant itu kini menjadikan dirinya sebagai kekasih gelap."Huuuh ... Kenapa aku tak bisa menolaknya!" Utari mengeluh kesal mengingat sikapnya yang pasrah dengan perlakuan Marvel.Utari telah kehilangan segala-galanya, bagaimana jika terjadi apa-apa padanya mungkinkah pria itu akan m
🌹🌹🌹Marvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tak ingin ibunya semakin kecewa. Kalau Riana ia tak peduli gadis itu sudah terbiasa kecewa karenanya.Sepuluh menit kemudian Marvel sampai juga di halaman rumahnya. Ia bergegas turun dan menemui kedua orang tuanya. Rumah mewah itu sudah nampak sepi."Ya Tuhan ... Aku terlambat! Semua orang sudah pulang!" Marvel segera membuka pintu rumahnya.Ia melihat ayah dan ibunya masih tengah asyik ngobrol di ruang tengah mereka hanya tinggal berdua.Marvel mengucapkan salam, namun ayah dan ibunya tak menanggapi. Malah mereka semakin asyik mengobrol."Ayah, Ibu! Maaf aku terlambat!" ucapku saat berada tepat di hadapan mereka berdua.Ayah Marvel memberi tatapan tajam menusuk sedang ibunya hanya diam tak menanggapi."Mana Riana, Bu!" tanya Marvel dan pria itu yakin kalau gadis itu telah pulang."Kenapa tidak sekalian besok pagi pulangnya!" cetus ibu Marvel
🌹🌹🌹 Setalah pulang dari rumah Marvel, Riana memutuskan untuk jalan kaki saja menuju rumahnya. Ia tahu itu teramat jauh tapi rasa kecewa terhadap kekasihnya membuat ia mampu melakukannya. Selangkah demi selangkah ia menyusuri jalanan beraspal yang masih begitu ramai. "Sebenarnya Marvel kemana, mengapa dia tidak cepat pulang." gerutu Riana dengan bibir manyun. "Apa mungkin Marvel, masih bersama Utari!" pikir gadis itu menerka-nerka. "Ah, bodoh amat dengan mereka berdua!" geramnya menendang satu botol bekas minuman ke sembarang tempat. Tanpa sengaja mengenai punggung seseorang. "Astagfirullah ...." pekiknya lalu berlari mendekati orang yang terkena tendangan botol bekas itu. "Maaf, Mas! Saya tidak sengaja!" ucapnya panik saat melihat baju pria di depannya ini basah terkena tumpahan sisa-sisa minuman di botol yang ditendangnya. "Maaf, maaf! Lihat nih, basah!" sungut pria itu samb
🌹🌹🌹Erik membawa gadis yang baru dikenalnya itu berjalan menjauh dari para preman itu. Iapun segera melepaskan rangkulannya."Maaf! Aku harus berbuat begitu, agar mereka tak curiga!" ucap Erik sambil memandang gadis di sampingnya.Riana terdiam dan akhirnya tersenyum simpul ia tak percaya jika pria di hadapannya ini telah menolong dari para preman itu."Terima kasih, maaf sudah menaruh curiga padamu!" kekeh Riana."Aku tahu! Tampang sepertiku ini sudah pasti mencurigakan!" Erik tertawa lepas. Riana ikut tertawa mendengar ucapan Erik."Dimana rumahmu! Mengapa gadis secantik kamu keluyuran di jalan malam-malam begini!" tanyanya lagi seraya menatap wajah bening Riana. Gadis itu begitu anggun dan nampak begitu cantik di mata Erik. Hingga untuk berlaku kurang sopanpun ia enggan."Aku dari rumah calon mertuaku! Aku lagi kesal dan aku memutuskan jalan kaki untuk pulang!" ungkap Riana dengan wajah di te
🌹🌹🌹"Riana, tunggu!" panggil seseorang di belakang gadis itu.Riana menoleh dan melihat Utari mendatanginya. Wajah kalem Riana terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis ini."Dimana, Marvel! Kenapa aku hubungi tidak aktif!" tanya Utari tanpa basa-basi."Kamu pikir aku menyembunyikannya! Bukankah dia semalam bersamamu!" sahut Riana dengan suara lembutnya.Utari semakin masam mendengar sindiran Riana. Ia yakin tak mungkin Marvel menceritakan kebersamaannya semalam."Carikan pria itu untukku, ada yang ingin aku bicarakan! Aku yakin kamu pasti tahu dimana keberadaannya." Utari memberi perintah pada Riana.Riana tertawa mendengar permintaan itu. Apa gadis di hadapannya ini sudah gila seenaknya saja memberi perintah."Kamu pikir aku kacungmu!" sergah Riana dengan senyum tersungging."Plak ... Plak!"Tamparan kelas mendarat di pipi manis Riana. Gadis itu menatap tajam pada Utari apa maks
🌹🌹🌹Utari yang melihat Marvel menarik tangan Riana, segera mengikutinya. Perasaan cemburu menguasai hati, ia harus berusaha merebut cinta dan perhatian dari Marvel.Utari juga melihat bagaimana Riana begitu kasar pada Marvel membuat harapan baru di hatinya, untuk semakin besar memiliki pria itu.Tak lama ia melihat Marvel pergi dan iapun segera menyusul kemana langkah pria itu."Marvel ... Tunggu!" panggilnya dengan berlari.Marvel menggumam tak jelas melihat kehadiran Utari."Aku merindukanmu!" ucap Utari dengan cepat memeluk pria di hadapannya itu.Marvel melepaskan diri dari pelukan Utari, pria itu merasa risih dengan kelakuan gadis itu."Jaga sikapmu, ini tempat umum! Jangan sampai orang mengira, kamu adalah wanita murahan!" cetus Marvel dengan tangan bersidekap di dada."Marvel ...." sembur Utari merasa tak terima dengan ucapan kekasihnya itu."Aku kekasihmu, wajar saja aku memelukm
🌹🌹🌹Marvel dan Riana semakin salah tingkah dengan semua pertanyaan dari nenek."Aku ingin bulan depan kalian bertunangan!" cetus Nenek dan itu membuat kedua insan itu terkejut dan tak mampu menjawab apa-apa."Aku tak ingin ada penolakan lagi!" tambah Nenek lagi lalu meminta Riana mengikutinya ke dapur."Aku tak ingin Marvel semakin semena-mena padamu, Na!" lirih Nenek sambil mengusap lembut tangan Raina."Aku baik-baik saja, Nek! Bahkan Marvel begitu sayang padaku!" sahut Riana dengan penuh kelembutan.Nenek tertawa manis, ia tahu Riana berbohong padanya. Marvel tak mungkin secepat itu berubah. Dan semalam Diah sudah menghubunginya dan mengatakan semua Ia sangat yakin bila sudah bertunangan Marvel tak akan berani macam-macam lagi."Pasti nenek menghasut lagi Riana!" Marvel mengacak rambut, saat Nenek dan kekasihnya tak muncul-muncul juga.Tanpa sadar akhirnya Marvel terlelap juga di sofa empuk i
🌹🌹🌹Teramat pagi Riana telah tiba di kampus, setelah semalam harus menginap di rumah Neneknya Marvel."Siapa menghubungiku sepagi ini!" kening Riana bertautan melihat nomor baru menghubunginya.Gadis itu enggan untuk menjawab panggilan itu. Ia membiarkan meski berkali-kali dering panggilan itu masuk."Woy, kupingmu budek ya, Na!" tegur Jeni saat melihat Riana hanya diam mengabaikan panggilan masuk itu."Ribut, Ah!" jawab Riana malas.Jeni segera merampas gawai Riana dan mengecek nomor yang telah memanggilnya berkali-kali. Namun ia juga tak mengenalinya."Kira-kira siapa yang menghubungiku sepagi ini, Jen!" tanya Riana pada sahabatnya itu."Mungkin calon pacar barumu, Na!"Mata Riana segera membulat dan memberi kepalan tangan pada sahabatnya itu."Gimana hubunganmu dengan lelaki brengsek itu, Na! Semoga tidak berlanjut, aku selalu berdoa untuk itu!""Doamu jelek amat sih! Harusnya
Riana tak sabar untuk menunggu Marvel selesai mandi, ia berjalan mondar-mandir seperti gasing. Yang ada dalam pikirannya saat ini apa mungkin Marvel akan mengakui semua perbuatannya itu.Tiba-tiba gawai Marvel berdering dan itu sangat mengejutkan Riana. Gadis itu segera mendekat dan melihat siapa yang kurang kerjaan menghubungi kekasihnya pagi-pagi begini."Siapa, Na?" teriak Marvel dari dalam kamar mandi."Aku tak melihatnya," sahut Riana malas."Tolong lihat, Na dan katakan aku sedang mandi!" titah Marvel lagiRiana membiarkan deringan itu terlewat begitu saja. Melihat nama sang pemanggil membuatnya begitu muak.Deringan kembali terdengar. Riana masih tetap membiarkan, ingin rasanya ia mencabik-cabik tubuh Marvel."Kamu kenapa sih, Na!" sungut Marvel saat keluar dari kamar mandi."Berpakaianlah, tak usah urus gawaimu dulu!" Riana mengambil lebih dulu gawai Marvel. Ia tak membi
25 cinta itu butaRiana benar-benar shock saat mendengar ucapan dari ayah Utari, yang mengatakan anaknya telah hamil dan itu adalah perbuatan Marvel. Gawai Riana terlempar begitu saja. Air matanya luruh seketika, apa lagi yang harus dipertahankan sekarang. Marvel telah menghancurkan kepercayaannya selama ini."Ternyata dugaanku selama ini benar, Ya Tuhan!" lirih Riana dengan linangan air mata.Secuek-cueknya Riana, namun ia masih sangat mencintai pria itu. Sekalipun Marvel telah berkali-kali menyakitinya, ia masih bisa memaafkan. Tapi saat ini berbeda, Marvel menghamili wanita lain dan itu membuat Riana begitu terpukul."Apa yang harus aku lakukan sekarang! Aku tak bisa membiarkan wanita lain menderita karena perbuatan bejat Marvel!" Riana perlahan menghapus air mata dan mencoba mencari gawainya yang ia lempar ke sembarang tempat.Tak lama Riana segera menghubungi nomor Marvel, namun nomor pria itu sedang sibuk
24 Cinta ini butaAyah Utari memendam kemarahannya saat melihat Utari hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan darinya, tentang siapa laki-laki yang telah menghamili."Utari ....""Maafkan aku, Yah!" sendu Utari mulai terisak."Apa laki-laki itu Marvel!" tanya ayah Utari lagi. Dan kali ini gadis itu hanya mampu menganggukkan kepala. Kini ayah Utari menarik napas lega, ia akan mudah menuntut pertanggungjawaban dari pria itu."Hubungi dia sekarang, Ayah mau bicara dengannya!" titah ayah Utari. Gadis itu gemetar mendengar perintah ayahnya. Utari tak mungkin mengatakan pada Marvel kalau dirinya hamil, ia tak mau pria itu semakin membencinya."Ayo hubungi sekarang! Ayah tak mau menanggung malu, jika sampai semua tetangga tahu keadaanmu!" ulang ayah Utari lagi.Utari semakin tak mampu mengendalikan hatinya. Ia takut Marvel akan menyakiti perasaan ayahnya."Apa lagi yang kamu tunggu, T
23 Cinta ini ButaSetelah mengantar Riana Marvel mengarahkan mobilnya ke rumah sakit tempat Utari dirawat. Ia ingin menjenguk gadis itu dan ingin bertanya apa dia juga telah menceritakan sesuatu pada Riana. Ia harus mencari tahu secepatnya.Marvel menyusuri lorong rumah sakit yang mulai sepi dari pengunjung dengan berbekal informasi dari Riana, ia dengan cepat menemukan ruangan tempat Utari di rawat.Marvel melihat ayah Utari sedang menunggui gadis itu, ia mulai ragu untuk masuk. Namun jika ia tak masuk bagaimana ia bisa tahu kalau Utari yang membocorkan rahasia mereka berdua pada Riana."Assalamualaikum ....!" sapa Marvel sambil membuka pintu. Ayah Utari menatap kedatangannya dengan tatapan dingin dan itu Marvel merasa risih."Darimana saja kamu! Calon istrinya sakit bukannya cepat datang malah keluyuran!" tegur pria tua itu."Calon istri!" Marvel menaikkan sebelah alisnya, apa maksud dari ucapan ayah Utari ini.&nb
🌹🌹🌹Marvel semakin kesal dengan jawaban Riana yang malas peduli. Ia tak ingin kedua orang tuanya tahu perbuatan kasarnya selama ini."Aku harus bisa membungkam bibir gadis itu, sebelum dia banyak bicara!" geram Marvel lalu mengikuti kemanapun langkah Riana. Ia harus mencari kesempatan untuk bicara berdua lagi sebelum semuanya terlambat."Na, maafkan aku! Ayolah kamu Jangan cuek begini!" lirih Marvel mengekor di belakang punggung Riana.Namun lagi-lagi gadis itu hanya mencibir tanpa sedikitpun menggubris ucapan Marvel."Ayolah, Na! Ayah dan Ibu akan curiga padaku!"Riana menatap sekilas lalu kembali melanjutkan mengatur makanan. Ia malas peduli, kali ini Marvel benar-benar membuatnya kesal."Na ...." geramnya sambil menahan tangan gadis itu.Riana menaikkan kedua alisnya sambil melirik tangannya yang dicekal Marvel."Sampai kapan kamu akan seperti ini, Vel! Aku capek menutupi terus s
🌹🌹🌹setelah mengantar Jeni pulang, Riana segera menghubungi kekasihnya, namun tak satupun panggilan yang di jawab oleh Marvel. Akhirnya Riana memutuskan untuk langsung ke rumah Marvel sekaligus menengok calon mertuanya.Riana melihat seorang wanita tengah membersihkan halaman. Ia segera mendatangi wanita itu dan mengucapkan salam."Riana ...." seru wanita itu yang tiada lain adalah ibunda Marvel. Ibu Diah sangat bahagia dengan kedatangan tiba-tiba gadis itu.Riana tersenyum dan mengecup lembut punggung tangan ibunda kekasihnya."Kamu sendiri?" tanya Ibu Diah saat melihat Riana hanya datang seorang diri."Jadi Marvel belum pulang, Bu!" kilah Riana tanpa menjawab pertanyaan Ibunda Marvel. Ia semakin kecewa melihat kekasihnya belum juga pulang.Ibu Diah menggelengkan kepalanya tak mengerti. Melihat mobil Marvel ia kira anaknya yang datang bersama Riana. Ternyata hanya Riana seorang diri."Aku memin
🌹🌹🌹Dengan ditemani oleh sahabatnya Riana menjenguk Utari. Meski tatapan bertanya dari kedua orang tua Utari saat tahu Marvel tak turut menjenguk anaknya. Riana hanya diam saja, enggan untuk berkomentar."Marvel mana, Na! Apa dia begitu sibuk, hingga tak bisa menjengukku!" tanya Utari saat membuka mata hanya melihat Riana dan Jeni di sampingnya."Tak usah hiraukan Marvel, yang terpenting saat ini adalah kesembuhanmu! jawab Riana sambil memegang lembut tangan Utari.Utari terdiam, ia tahu Marvel pasti sibuk mencari gadis-gadis lainnya lagi. Sakit hati semakin Utari rasakan setelah semua pengorbanannya tak berarti sedikitpun di mata Marvel."Bagaimana kamu sanggup melewati semua ini, Na!" celetuk Utari dan tak terasa butiran air matanya mengalir ke pipi.Riana hanya tersenyum menanggapi ucapan Utari, ia tahu gadis itu pasti terpukul dan putus asa mengetahui sikap asli Marvel yang hanya mempermainkannya.
Riana hanya diam mendengar penjelasan Marvel. Ia kini mulai bimbang haruskah ia bertahan dengan orang yang selalu menyakitinya atau mencari pengganti yang lebih baik lagi. "Kuharap kamu percaya padaku, Na! Aku hanya mencintaimu!" Marvel menarik tangan Riana lalu menggenggamnya erat. Marvel tak ingin kehilangan Riana, apa lagi gadis ini adalah pilihan orang tua dan keluarganya. Ia harus menutup sebisa mungkin kejadian yang terjadi antara dia dan Utari. Marvel tak ingin semuanya hancur begitu saja karena ulahnya. "Untuk saat ini aku percaya, tapi entah nanti!" cetus Riana pelan dan melangkah pergi meninggalkan Marvel namun dengan cepat pria itu menarik tangan Riana hingga gadis itu jatuh dalam pelukannya. "Aku mencintaimu, Na! Jangan tinggalkan aku, bertahanlah untukku!" bisik Marvel tepat di telinga Riana. Riana hanya diam, ia merasa lelah dengan semua ini entah sampai kapan ia mampu bertahan.
🌹🌹🌹Beberapa hari ini Riana sengaja menghindari kekasihnya, ia hanya ingin membuat pria itu sadar. Bahwa Riana juga seorang wanita yang mempunyai rasa. Berkali-kali Marvel menghubunginya namun Riana masih enggan untuk menjawab panggilan itu."Na, aku perhatikan dari kemarin wajahmu kusut amat, ya!" celetuk Jeni saat melihat Riana hanya duduk termenung tanpa melakukan sesuatu."Na ...." ulang Jeni lagi, dengan tergagap Riana menoleh ke arah sahabatnya."Ada apa sih, Jen!" sungut Riana dan memberikan tatapan sendunya."Kamu lagi ada masalah, atau kamu lagi galau karena play boy itu!" Jeni mencoba mencari tahu dari raut wajah Riana.Riana hanya diam. Pikirannya memang selalu tak bisa diajak damai, hanya Marvel dan Marvel yang selalu membayangi. Berulang kali ia mencoba untuk menepis namun Riana semakin rindu pada pria itu."Pasti dia membuatmu kesal lagi kan, Na!" tebak Jeni semakin yakin melihat pe