🌹🌹🌹
Teramat pagi Riana telah tiba di kampus, setelah semalam harus menginap di rumah Neneknya Marvel.
"Siapa menghubungiku sepagi ini!" kening Riana bertautan melihat nomor baru menghubunginya.
Gadis itu enggan untuk menjawab panggilan itu. Ia membiarkan meski berkali-kali dering panggilan itu masuk.
"Woy, kupingmu budek ya, Na!" tegur Jeni saat melihat Riana hanya diam mengabaikan panggilan masuk itu.
"Ribut, Ah!" jawab Riana malas.
Jeni segera merampas gawai Riana dan mengecek nomor yang telah memanggilnya berkali-kali. Namun ia juga tak mengenalinya.
"Kira-kira siapa yang menghubungiku sepagi ini, Jen!" tanya Riana pada sahabatnya itu.
"Mungkin calon pacar barumu, Na!"
Mata Riana segera membulat dan memberi kepalan tangan pada sahabatnya itu.
"Gimana hubunganmu dengan lelaki brengsek itu, Na! Semoga tidak berlanjut, aku selalu berdoa untuk itu!"
"Doamu jelek amat sih! Harusnya
🌹🌹🌹Jeni tak sanggup lagi melihat sahabatnya terus-menerus disakiti. Ia harus melakukan sesuatu untuk membuka mata Riana agar gadis itu bisa melihat keburukan kekasihnya itu."Sebenarnya kamu mencintai Marvel itu karena apa sih, Na! Mengapa cintamu begitu bodoh?" celetuk Jeni dengan penuh kekesalan."Aku mencintainya karena Allah, Jen! Aku percaya dia akan sadar dengan perlakuannya itu!""Kapan? Sampai kamu mati!" ketus Jeni.Riana hanya mampu diam, ia menyadari semuanya tapi entahlah rasa cinta pada Marvel dapat mengalahkan segalanya."Kamu itu wanita bodoh yang aku kenal selama ini, disakiti, diduakan tetap diam saja! Kemana sebenarnya hatimu, Na!""Aku saja tak sanggup melihatnya!" imbuh Jeni lagi seraya ikut duduk di samping Riana."Marvel seperti itu hanya ingin mencari yang terbaik, Jen! Wajarlah laki-laki mempunyai banyak cinta!" ucap Riana dengan ketenangan hati yang besar."Wajar kamu bilang
1🌹🌹🌹Marvel semakin gelisah dengan semua pertanyaan ayah Utari bahkan laki-laki paruh baya itu meminta untuk segera meresmikan hubungannya dengan Utari. "Bagaimana, Nak Marvel! Kapan kamu akan membawa orang tuamu kemari?""Itu pak ... Itu, ayah saya masih ada urusan di luar negeri bila sudah selesai saya akan bawa mereka kemari!" Jawab Marvel asal saja."Kemana sih, Utari! Kenapa dia lama sekali di dalam!" gerutu Marvel dalam hati."Wah asyik ya ngobrolnya, yuuk kita makan. Semua menu hidangan sudah tersedia!" celetuk Utari dengan senyum manis dan segera mengajak Marvel untuk mengikuti langkah ayahnya."Aku mau pulang, Tar! Ada yang harus aku lakukan. Nanti lain kali aku ke sini lagi deh!" Marvel menarik tangan Utari untuk mendengarkannya lebih dulu."Ayah akan tersinggung kalau kamu menolaknya, Vel! Tolong hargai perasaan ayah dan ibuku!" Utari merasa tidak suka mendengar penolakan Marvel unt
🌹🌹🌹Marvel terdiam mendengar ucapan Riana. Andai saja gadis di hadapannya ini tahu kalau dirinya telah menodai cinta suci, mungkin Riana tak akan bertahan hingga saat ini."Kenapa diam, Vel? Apakah kau sudah melakukan sesuatu pada Utari!" tanya Riana dengan tatapan menyelidik saat melihat Marvel terbuai dengan lamunannya."Apa ...." sentak Marvel sedikit terkejut."Wajahmu memerah, apakah kamu sudah melakukannya pada Utari!" Riana menyipitkan mata melihat kegugupan Marvel. Ia semakin yakin dengan ucapan Kayla."Aduh, Na! Kamu ngomong apa sih? Mana mungkin aku sekurang ajar itu pada perempuan!" kilah Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu segera masuk ke dalam mobil Marvel."Aku akan mencari tahu sendiri, apakah kamu memang masih menjaga kesucian cintamu!" batin Riana dan larut dalam diamnya."Percayalah, Na! Aku masih menjaga cinta kita, aku tak akan macam-macam pada
🌹🌹🌹Riana ikut bersama Marvel ke rumah Utari, pandangan heran dari orang tua Utari melihat kehadirannya."Ini siapa, Nak?" tanya ibunda Utari pada Marvel dan membuat pria itu kebingungan untuk menjawabnya. Riana tersenyum dan menundukkan kepalanya santun."Dia Riana, Bu! Sepupunya Marvel!" seru Utari dari dalam rumah."Iya, Bu! Dia sepupuku!" ucap Marvel sambil menarik tangan Riana agar lekas memperkenalkan diri."Riana!" ucap Riana dengan pelan.Utari tersenyum penuh kemenangan. Iapun segera membawa Marvel masuk ke dalam tanpa memperdulikan Riana.Ibunda Utari segera mengajak Riana, namun gadis itu menolak memilih untuk menunggu di kursi luar saja."Terima kasih, Nak! Kalau bukan kamu yang mengantar Utari siapa lagi! Apotek sangat jauh dari sini!" Ayah Utari segera membenarkan duduknya agar bisa leluasa bercerita pada Marvel."Bapak sakit apa, kok tiba-tiba! Bukannya tadi baik-baik saja!" tanya Marvel pel
🌹🌹🌹Marvel bahagia melihat senyum mekar di wajah Riana. Ia tahu gadis itu pasti memendam kecemburuan yang sangat."Terima kasih, sudah membawaku ke tempat ini!" seru Riana dari kejauhan.Marvel hanya melambaikan tangan dan tersenyum."Maaf selalu membuatmu kecewa, Na! Aku belum bisa untuk mencintai satu gadis saja!" desis Marvel, iapun segera mendekati Riana yang lagi asyik menikmati keindahan taman."Ayo kita pulang!" ajak Riana"Kenapa buru-buru! Nikmati dulu, jarang loh aku membawamu ke tempat seperti ini!" cetus Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana mencibir"Apa, Utari juga sudah pernah ke tempat ini!""Tidak semua orang harus aku bahagiakan, Ya!" kilah Marvel dengan santai."Aku tak percaya!" gumam Riana lalu melangkah menuju ke mobil."Na, tunggu!" kejar Marvel saat melihat Riana sudah menjauh."Kamu kenapa sih, Na!" Marvel menarik tangan Riana
🌹🌹🌹Beberapa hari ini Riana sengaja menghindari kekasihnya, ia hanya ingin membuat pria itu sadar. Bahwa Riana juga seorang wanita yang mempunyai rasa. Berkali-kali Marvel menghubunginya namun Riana masih enggan untuk menjawab panggilan itu."Na, aku perhatikan dari kemarin wajahmu kusut amat, ya!" celetuk Jeni saat melihat Riana hanya duduk termenung tanpa melakukan sesuatu."Na ...." ulang Jeni lagi, dengan tergagap Riana menoleh ke arah sahabatnya."Ada apa sih, Jen!" sungut Riana dan memberikan tatapan sendunya."Kamu lagi ada masalah, atau kamu lagi galau karena play boy itu!" Jeni mencoba mencari tahu dari raut wajah Riana.Riana hanya diam. Pikirannya memang selalu tak bisa diajak damai, hanya Marvel dan Marvel yang selalu membayangi. Berulang kali ia mencoba untuk menepis namun Riana semakin rindu pada pria itu."Pasti dia membuatmu kesal lagi kan, Na!" tebak Jeni semakin yakin melihat pe
Riana hanya diam mendengar penjelasan Marvel. Ia kini mulai bimbang haruskah ia bertahan dengan orang yang selalu menyakitinya atau mencari pengganti yang lebih baik lagi. "Kuharap kamu percaya padaku, Na! Aku hanya mencintaimu!" Marvel menarik tangan Riana lalu menggenggamnya erat. Marvel tak ingin kehilangan Riana, apa lagi gadis ini adalah pilihan orang tua dan keluarganya. Ia harus menutup sebisa mungkin kejadian yang terjadi antara dia dan Utari. Marvel tak ingin semuanya hancur begitu saja karena ulahnya. "Untuk saat ini aku percaya, tapi entah nanti!" cetus Riana pelan dan melangkah pergi meninggalkan Marvel namun dengan cepat pria itu menarik tangan Riana hingga gadis itu jatuh dalam pelukannya. "Aku mencintaimu, Na! Jangan tinggalkan aku, bertahanlah untukku!" bisik Marvel tepat di telinga Riana. Riana hanya diam, ia merasa lelah dengan semua ini entah sampai kapan ia mampu bertahan.
🌹🌹🌹Dengan ditemani oleh sahabatnya Riana menjenguk Utari. Meski tatapan bertanya dari kedua orang tua Utari saat tahu Marvel tak turut menjenguk anaknya. Riana hanya diam saja, enggan untuk berkomentar."Marvel mana, Na! Apa dia begitu sibuk, hingga tak bisa menjengukku!" tanya Utari saat membuka mata hanya melihat Riana dan Jeni di sampingnya."Tak usah hiraukan Marvel, yang terpenting saat ini adalah kesembuhanmu! jawab Riana sambil memegang lembut tangan Utari.Utari terdiam, ia tahu Marvel pasti sibuk mencari gadis-gadis lainnya lagi. Sakit hati semakin Utari rasakan setelah semua pengorbanannya tak berarti sedikitpun di mata Marvel."Bagaimana kamu sanggup melewati semua ini, Na!" celetuk Utari dan tak terasa butiran air matanya mengalir ke pipi.Riana hanya tersenyum menanggapi ucapan Utari, ia tahu gadis itu pasti terpukul dan putus asa mengetahui sikap asli Marvel yang hanya mempermainkannya.
Riana tak sabar untuk menunggu Marvel selesai mandi, ia berjalan mondar-mandir seperti gasing. Yang ada dalam pikirannya saat ini apa mungkin Marvel akan mengakui semua perbuatannya itu.Tiba-tiba gawai Marvel berdering dan itu sangat mengejutkan Riana. Gadis itu segera mendekat dan melihat siapa yang kurang kerjaan menghubungi kekasihnya pagi-pagi begini."Siapa, Na?" teriak Marvel dari dalam kamar mandi."Aku tak melihatnya," sahut Riana malas."Tolong lihat, Na dan katakan aku sedang mandi!" titah Marvel lagiRiana membiarkan deringan itu terlewat begitu saja. Melihat nama sang pemanggil membuatnya begitu muak.Deringan kembali terdengar. Riana masih tetap membiarkan, ingin rasanya ia mencabik-cabik tubuh Marvel."Kamu kenapa sih, Na!" sungut Marvel saat keluar dari kamar mandi."Berpakaianlah, tak usah urus gawaimu dulu!" Riana mengambil lebih dulu gawai Marvel. Ia tak membi
25 cinta itu butaRiana benar-benar shock saat mendengar ucapan dari ayah Utari, yang mengatakan anaknya telah hamil dan itu adalah perbuatan Marvel. Gawai Riana terlempar begitu saja. Air matanya luruh seketika, apa lagi yang harus dipertahankan sekarang. Marvel telah menghancurkan kepercayaannya selama ini."Ternyata dugaanku selama ini benar, Ya Tuhan!" lirih Riana dengan linangan air mata.Secuek-cueknya Riana, namun ia masih sangat mencintai pria itu. Sekalipun Marvel telah berkali-kali menyakitinya, ia masih bisa memaafkan. Tapi saat ini berbeda, Marvel menghamili wanita lain dan itu membuat Riana begitu terpukul."Apa yang harus aku lakukan sekarang! Aku tak bisa membiarkan wanita lain menderita karena perbuatan bejat Marvel!" Riana perlahan menghapus air mata dan mencoba mencari gawainya yang ia lempar ke sembarang tempat.Tak lama Riana segera menghubungi nomor Marvel, namun nomor pria itu sedang sibuk
24 Cinta ini butaAyah Utari memendam kemarahannya saat melihat Utari hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan darinya, tentang siapa laki-laki yang telah menghamili."Utari ....""Maafkan aku, Yah!" sendu Utari mulai terisak."Apa laki-laki itu Marvel!" tanya ayah Utari lagi. Dan kali ini gadis itu hanya mampu menganggukkan kepala. Kini ayah Utari menarik napas lega, ia akan mudah menuntut pertanggungjawaban dari pria itu."Hubungi dia sekarang, Ayah mau bicara dengannya!" titah ayah Utari. Gadis itu gemetar mendengar perintah ayahnya. Utari tak mungkin mengatakan pada Marvel kalau dirinya hamil, ia tak mau pria itu semakin membencinya."Ayo hubungi sekarang! Ayah tak mau menanggung malu, jika sampai semua tetangga tahu keadaanmu!" ulang ayah Utari lagi.Utari semakin tak mampu mengendalikan hatinya. Ia takut Marvel akan menyakiti perasaan ayahnya."Apa lagi yang kamu tunggu, T
23 Cinta ini ButaSetelah mengantar Riana Marvel mengarahkan mobilnya ke rumah sakit tempat Utari dirawat. Ia ingin menjenguk gadis itu dan ingin bertanya apa dia juga telah menceritakan sesuatu pada Riana. Ia harus mencari tahu secepatnya.Marvel menyusuri lorong rumah sakit yang mulai sepi dari pengunjung dengan berbekal informasi dari Riana, ia dengan cepat menemukan ruangan tempat Utari di rawat.Marvel melihat ayah Utari sedang menunggui gadis itu, ia mulai ragu untuk masuk. Namun jika ia tak masuk bagaimana ia bisa tahu kalau Utari yang membocorkan rahasia mereka berdua pada Riana."Assalamualaikum ....!" sapa Marvel sambil membuka pintu. Ayah Utari menatap kedatangannya dengan tatapan dingin dan itu Marvel merasa risih."Darimana saja kamu! Calon istrinya sakit bukannya cepat datang malah keluyuran!" tegur pria tua itu."Calon istri!" Marvel menaikkan sebelah alisnya, apa maksud dari ucapan ayah Utari ini.&nb
🌹🌹🌹Marvel semakin kesal dengan jawaban Riana yang malas peduli. Ia tak ingin kedua orang tuanya tahu perbuatan kasarnya selama ini."Aku harus bisa membungkam bibir gadis itu, sebelum dia banyak bicara!" geram Marvel lalu mengikuti kemanapun langkah Riana. Ia harus mencari kesempatan untuk bicara berdua lagi sebelum semuanya terlambat."Na, maafkan aku! Ayolah kamu Jangan cuek begini!" lirih Marvel mengekor di belakang punggung Riana.Namun lagi-lagi gadis itu hanya mencibir tanpa sedikitpun menggubris ucapan Marvel."Ayolah, Na! Ayah dan Ibu akan curiga padaku!"Riana menatap sekilas lalu kembali melanjutkan mengatur makanan. Ia malas peduli, kali ini Marvel benar-benar membuatnya kesal."Na ...." geramnya sambil menahan tangan gadis itu.Riana menaikkan kedua alisnya sambil melirik tangannya yang dicekal Marvel."Sampai kapan kamu akan seperti ini, Vel! Aku capek menutupi terus s
🌹🌹🌹setelah mengantar Jeni pulang, Riana segera menghubungi kekasihnya, namun tak satupun panggilan yang di jawab oleh Marvel. Akhirnya Riana memutuskan untuk langsung ke rumah Marvel sekaligus menengok calon mertuanya.Riana melihat seorang wanita tengah membersihkan halaman. Ia segera mendatangi wanita itu dan mengucapkan salam."Riana ...." seru wanita itu yang tiada lain adalah ibunda Marvel. Ibu Diah sangat bahagia dengan kedatangan tiba-tiba gadis itu.Riana tersenyum dan mengecup lembut punggung tangan ibunda kekasihnya."Kamu sendiri?" tanya Ibu Diah saat melihat Riana hanya datang seorang diri."Jadi Marvel belum pulang, Bu!" kilah Riana tanpa menjawab pertanyaan Ibunda Marvel. Ia semakin kecewa melihat kekasihnya belum juga pulang.Ibu Diah menggelengkan kepalanya tak mengerti. Melihat mobil Marvel ia kira anaknya yang datang bersama Riana. Ternyata hanya Riana seorang diri."Aku memin
🌹🌹🌹Dengan ditemani oleh sahabatnya Riana menjenguk Utari. Meski tatapan bertanya dari kedua orang tua Utari saat tahu Marvel tak turut menjenguk anaknya. Riana hanya diam saja, enggan untuk berkomentar."Marvel mana, Na! Apa dia begitu sibuk, hingga tak bisa menjengukku!" tanya Utari saat membuka mata hanya melihat Riana dan Jeni di sampingnya."Tak usah hiraukan Marvel, yang terpenting saat ini adalah kesembuhanmu! jawab Riana sambil memegang lembut tangan Utari.Utari terdiam, ia tahu Marvel pasti sibuk mencari gadis-gadis lainnya lagi. Sakit hati semakin Utari rasakan setelah semua pengorbanannya tak berarti sedikitpun di mata Marvel."Bagaimana kamu sanggup melewati semua ini, Na!" celetuk Utari dan tak terasa butiran air matanya mengalir ke pipi.Riana hanya tersenyum menanggapi ucapan Utari, ia tahu gadis itu pasti terpukul dan putus asa mengetahui sikap asli Marvel yang hanya mempermainkannya.
Riana hanya diam mendengar penjelasan Marvel. Ia kini mulai bimbang haruskah ia bertahan dengan orang yang selalu menyakitinya atau mencari pengganti yang lebih baik lagi. "Kuharap kamu percaya padaku, Na! Aku hanya mencintaimu!" Marvel menarik tangan Riana lalu menggenggamnya erat. Marvel tak ingin kehilangan Riana, apa lagi gadis ini adalah pilihan orang tua dan keluarganya. Ia harus menutup sebisa mungkin kejadian yang terjadi antara dia dan Utari. Marvel tak ingin semuanya hancur begitu saja karena ulahnya. "Untuk saat ini aku percaya, tapi entah nanti!" cetus Riana pelan dan melangkah pergi meninggalkan Marvel namun dengan cepat pria itu menarik tangan Riana hingga gadis itu jatuh dalam pelukannya. "Aku mencintaimu, Na! Jangan tinggalkan aku, bertahanlah untukku!" bisik Marvel tepat di telinga Riana. Riana hanya diam, ia merasa lelah dengan semua ini entah sampai kapan ia mampu bertahan.
🌹🌹🌹Beberapa hari ini Riana sengaja menghindari kekasihnya, ia hanya ingin membuat pria itu sadar. Bahwa Riana juga seorang wanita yang mempunyai rasa. Berkali-kali Marvel menghubunginya namun Riana masih enggan untuk menjawab panggilan itu."Na, aku perhatikan dari kemarin wajahmu kusut amat, ya!" celetuk Jeni saat melihat Riana hanya duduk termenung tanpa melakukan sesuatu."Na ...." ulang Jeni lagi, dengan tergagap Riana menoleh ke arah sahabatnya."Ada apa sih, Jen!" sungut Riana dan memberikan tatapan sendunya."Kamu lagi ada masalah, atau kamu lagi galau karena play boy itu!" Jeni mencoba mencari tahu dari raut wajah Riana.Riana hanya diam. Pikirannya memang selalu tak bisa diajak damai, hanya Marvel dan Marvel yang selalu membayangi. Berulang kali ia mencoba untuk menepis namun Riana semakin rindu pada pria itu."Pasti dia membuatmu kesal lagi kan, Na!" tebak Jeni semakin yakin melihat pe