Share

Menyapanya

Penulis: Dameria Hutabarat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat kejadian itu, Simon suka sekali memperhatikan perempuan itu. Namun, perempuan itu tidak pernah tahu bahwa dirinya telah diperhatikan oleh seorang lelaki sudah mulai dari tiga bulan lalu. Saat ini, Simon menimang-nimang dalam hatinya untuk memberanikan diri menyapa perempuan itu. Dia merasa sudah cukup menjadi pengagum rahasia perempuan itu. Dia sudah menyusun rencana. Biasanya saat hendak pulang, pasti perempuan itu memesan coklat panas untuk dibawa pulang beserta cake yang dipesan juga untuk dibungkus dan dibawa pulang.

Simon sama sekali tidak tahu untuk apa cake dan coklat panas itu. Mungkin saja untuk ia makan malam hari nanti atau sekedar cemilan dia saja. Biasanya perempuan itu yang akan mengambil sendiri dari meja bar minuman yang ia pesan beserta cake itu. Dan selalu saja Simon yang memberikannya. Sengaja Simon meminta hal tersebut kepada pelayan perempuan itu yang tak lain adalah teman kerjanya sendiri. Dan temannya itu sudah hafal sekali trik Simon. Hal itu semata-mata dilakukannya hanya untuk bisa melihat senyum perempuan yang ia taksir saat hendak pergi dari cafe itu sambil mengucapkan terima kasih. Biasanya Simon akan membalas dengan senyum lebar dan menatap dalam mata perempuan itu. Sayangnya perempuan itu selalu mengalihkan pandangannya dengan cepat.

Benar dugaan Simon, saat perempuan itu hendak pulang dan sudah memesan pesanannya untuk dibawa pulang dan sudah disiapkan pelayan, lalu pelayan itu memberikan kepadanya seperti biasa. Setelah membayar bill pesanan tadi, perempuan itu beralih kemeja bar tempat biasa dia mengambil pesanannya disiapkan. Simon melihatnya berjalan menghampiri meja bar. Hatinya bergetar. Dia tersenyum hingga ujung matanya membentuk lengkungan, menandakan bahwa dia benar-benar tersenyum dengan tulus. Tidak dibuat-buat.  Perempuan itu berjalan dengan santai. Rambutnya yang sebahu terlihat sangat berkilau dan lurus. Kakinya yang jenjang membuat dia terlihat bak model. 

"Ini pesanan kamu seperti biasa," ucap Simon sambil memberikan pesanan perempuan itu.

"Makasih, ya." Perempuan itu tersenyum dan menundukkan kepalanya sedikit.

"Iya, hati-hati. Semoga kamu sehat selalu dan sering-sering datang ke cafe ini, ya." Simon kembali memberikan senyum ramah.

"Itu udah pasti. Cafe ini jadi tempat yang setiap sore bakalan aku datangi. Coklat panas di sini tiada duanya. Orang yang biasanya aku bawakan coklat panas dari cafe ini juga bilang begitu. Katanya coklat panas kalian beda." Perempuan itu menjelaskan dengan antusias.

"Oh ya? Syukurlah kalian suka. Jadi selama ini coklat panas yang kamu bawa pulang itu bukan untuk kamu minum malam harinya, ya?" tanya Simon dengan wajah penasaran.

"Bukan! Coklat panas dan cake itu aku berikan untuk papaku yang kebetulan sedang sakit dan hanya bisa dirumah saja. Aku hanya minum coklat panas dihari Sabtu saja. Papaku rumahnya tidak jauh dari sini, jadi sebelum aku balik keapartemenku, aku mampir dirumah papaku dulu." ucap perempuan itu dengan wajah serius.

"Oh gitu. Udah lama kamu jadi langganan cafe ini, tapi baru sekarang bisa nyapa dan ngobrol sama kamu. Semoga kamu tetap suka ya sama pelayanan Cafe Senandika." ucap Simon sambil memperhatikan wajah perempuan itu.

"Iya, aku suka, kok." kata perempuan itu dengan anggukan kecil.

"Oh iya, kenalin nama aku Simon. Aku barista di cafe ini." Simon mengulurkan tangannya kepada perempuan itu untuk melancarkan aksinya berkenalan.

"Wah, nama kamu bagus. Aku jarang dengar nama itu. Nama aku Niki. Salam kenal, ya." Perempuan itu menyambut uluran tangan Simon dengan hangat. Mereka saling bersalaman.

Simon mengangguk dan tersenyum. Perempuan bernama Niki itu pun pergi dari sana. Sepeninggal Niki, Simon lompat kegirangan. Pelayan perempuan itu pun menghampirinya dan geleng-geleng kepala.

"Gila ya kamu, udah kayak dapat undian aja." kata pelayan itu dengan nada yang mengejek.

"Ini lebih dari undian, Ris. Akhirnya aku bisa nyapa dia. Sumpah seneng banget." Simon kegirangan. Senyuman tak henti menghiasi bibirnya.

"Semangat, Mon. Kamu pasti bisa deketin dia. Asal kamu berani memulai aja, enggak kelamaan, nanti keburu dipepet orang, hahaha." Pelayan itu tertawa sambil menutup mulutnya agar suara yang ia keluarkan tidak terdengar oleh orang-orang yang ada di sana.

"Dasar kamu, Ris. Suka banget buat aku takut. Oh ya, karena aku udah berhasil kenalan sama dia, nanti kita pulang bareng, ya. Aku kasih kamu tumpangan, deh." kata Simon memainkan alis matanya naik turun. Gaya khas Simon.

"Aku enggak nolak Simon, hahaha." Pelayan itu kembali tertawa dan pergi menjauhi Simon.

Lalu mereka kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Riska dan Simon adalah teman satu kerja di cafe itu. Mereka tinggal di apartemen, bersebelahan. Itu sebabnya Simon sering memberikan tumpangan saat hendak pergi ataupun pulang kerja kepada Riska. Mereka pertama kali kenal saat bekerja di cafe itu. Mereka sama-sama orang baru dan menjadi teman akrab. Dan kebetulan saat Simon mencari sebuah apartemen untuk ditempati, apartemen disebelah Riska kosong, jadi Riska memberikan informasi itu kepada Simon dan diterima oleh Simon, sehingga mereka bersebelahan apartemennya.

Bab terkait

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Patah Hati Riska

    "Yuk, Ris. Udah larut, nih. Lama banget sih kamu. Mau sampai jam berapa lagi kita keapartemen?" kata Simon sambil menyilangkan tangannya didepan dada. "Sabar dong, Mon. Ini aku udah siap, kok." jawab Riska sambil memakai tas selempangnya. Riska segera menghampiri Simon yang sudah ada di dalam mobilnya. Dia membuka pintu mobil dan masuk. "Yuk, tancap gas!" kata Riska. "Dasar kamu!" Simon geleng-geleng kepala. "Kenapa sih , Mon. Kayaknya kamu sewot terus deh lihat aku. Heran deh. Sekali-sekali kamu itu senang dong lihat aku. Ini malah ngumpat terus. Enggak asik ah kamu, Mon." kata Riska dengan wajah manyun. "Habis wajah kamu ngeselin, Ris. Hahahaha." Simon tertawa sambil menghidupkan mesin mobil, lalu mereka melaju dari sana. "Sialan kamu!" Riska meninju bahu Simon pelan. Sepanjang jalan mereka bernyanyi dengan musik yang melantun dari mobil. Selera musik mereka sama. Sudah tiga bulan lamanya semenjak mereka b

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Pak Hugo

    Semalaman Riska menangis. Dia masih belum percaya bahwa Roy tega mengakhiri hubungan mereka. Dia menangis sampai sesunggukan. Akhirnya dia tertidur karena sudah lelah menangis. Keesokan paginya, dia terbangun. Dia langsung bercermin melihat wajahnya. Matanya bengkak. Pasti karena menangis semalaman. Dia merasa tidak bergairah untuk bekerja. Dia melihat jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Dia berdiam diri memperhatikan dirinya sendiri dicermin. Tiba-tiba dia mendengar pintu apartemennya diketuk. Tok-tok-tok. Riska bingung. Dia tahu itu pasti Simon. Dia malu kalau Simon tahu dia telah menangis semalaman. Dia juga malu dan tidak ingin Simon tahu bahwa semalam dia bertengkar, hingga putus bersama Roy karena Roy cemburu pada Simon. Suara ketukan dari luar kembali terdengar. Akhirnya Riska memberikan diri untuk membukany. “Aku enggak masuk kerja hari ini, Mon.” ucap Riska dengan wajah menunduk. “Ris, kok mata kamu bengkak? Kamu

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Antara Simon, Riska, pak Hugo dan Niki.

    Jam menunjukkan pukul 10 malam. Simon masih juga di apartemen Riska. Mereka berdua menonton televisi sambil menikmati snack dari pak Hugo. Riska nampak lebih baikan saat itu. Matanya sudah tidak kelihatan bengkak lagi dan tadi dia juga sudah mandi.“Kamu enggak balik keapartemen kamu, Mon?” tanya Riska.“Hah, kamu ngusir aku, Ris?” tanya Simon dengan terkejut.“Ih, apaan sih kamu, Mon. Pura-pura terkejut lagi.” Riska menimpuk Simon dengan boneka kecil miliknya yang sedari tadi dipeluk.“Ya, aku kirain kamu udah bosan lihat aku di sini, jadi kamu ngusir aku secara halus gitu.” kata Simon sambil tertawa.“Pikiran kamu tuh yang negatif. Dasar!” jawab Riska.Riska kembali fokus menonton televisi sambil memakan snack miliknya. Simon memandangi Riska. Riska yang merasa diperhatikan, kini menoleh kearah Simon. Dia merasa risih.“Apa? Kenapa lihat aku begitu?” tanya Riska

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Pertemuan

    "Mbak, saya pesan teh manis dinginnya satu, ya." kata seorang perempuan, sambil membenarkan letak tasnya yang semula dibelakang, kini ia pindahkan kedepan.Perempuan dengan tas selempang yang ia kenakan, beserta rambut sebahunya yang tertiup kipas angin didalam cafe itu, menyebutkan pesanannya kepada pelayan. Ia baru saja pulang dari kantor tempat ia bekerja. Jam menunjukkan pukul 5 sore tepat saat dia berada di cafe itu. Setelah ia berkata demikian, pelayan tersebut pergi untuk menyiapkan pesanannya. Saat pelayan pergi, ia membuka laptop yang sudah disiapkannya di atas meja itu. Dia mengecek kembali pekerjaan-pekerjaannya. Saat itu ia menggunakan baju putih yang dipadukan dengan blazer warna hitam serta celana bahan yang membuatnya kelihatan sangat formal, ditambah dengan sepatu heels berwarna hitam yang sangat cocok dengan kakinya, sehingga terlihat sangat jenjang. Kira-kira wanita itu mempunyai tinggi sekitar 65-67 cm.Dia biasa mampir di cafe itu setiap sore sebelu

Bab terbaru

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Antara Simon, Riska, pak Hugo dan Niki.

    Jam menunjukkan pukul 10 malam. Simon masih juga di apartemen Riska. Mereka berdua menonton televisi sambil menikmati snack dari pak Hugo. Riska nampak lebih baikan saat itu. Matanya sudah tidak kelihatan bengkak lagi dan tadi dia juga sudah mandi.“Kamu enggak balik keapartemen kamu, Mon?” tanya Riska.“Hah, kamu ngusir aku, Ris?” tanya Simon dengan terkejut.“Ih, apaan sih kamu, Mon. Pura-pura terkejut lagi.” Riska menimpuk Simon dengan boneka kecil miliknya yang sedari tadi dipeluk.“Ya, aku kirain kamu udah bosan lihat aku di sini, jadi kamu ngusir aku secara halus gitu.” kata Simon sambil tertawa.“Pikiran kamu tuh yang negatif. Dasar!” jawab Riska.Riska kembali fokus menonton televisi sambil memakan snack miliknya. Simon memandangi Riska. Riska yang merasa diperhatikan, kini menoleh kearah Simon. Dia merasa risih.“Apa? Kenapa lihat aku begitu?” tanya Riska

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Pak Hugo

    Semalaman Riska menangis. Dia masih belum percaya bahwa Roy tega mengakhiri hubungan mereka. Dia menangis sampai sesunggukan. Akhirnya dia tertidur karena sudah lelah menangis. Keesokan paginya, dia terbangun. Dia langsung bercermin melihat wajahnya. Matanya bengkak. Pasti karena menangis semalaman. Dia merasa tidak bergairah untuk bekerja. Dia melihat jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Dia berdiam diri memperhatikan dirinya sendiri dicermin. Tiba-tiba dia mendengar pintu apartemennya diketuk. Tok-tok-tok. Riska bingung. Dia tahu itu pasti Simon. Dia malu kalau Simon tahu dia telah menangis semalaman. Dia juga malu dan tidak ingin Simon tahu bahwa semalam dia bertengkar, hingga putus bersama Roy karena Roy cemburu pada Simon. Suara ketukan dari luar kembali terdengar. Akhirnya Riska memberikan diri untuk membukany. “Aku enggak masuk kerja hari ini, Mon.” ucap Riska dengan wajah menunduk. “Ris, kok mata kamu bengkak? Kamu

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Patah Hati Riska

    "Yuk, Ris. Udah larut, nih. Lama banget sih kamu. Mau sampai jam berapa lagi kita keapartemen?" kata Simon sambil menyilangkan tangannya didepan dada. "Sabar dong, Mon. Ini aku udah siap, kok." jawab Riska sambil memakai tas selempangnya. Riska segera menghampiri Simon yang sudah ada di dalam mobilnya. Dia membuka pintu mobil dan masuk. "Yuk, tancap gas!" kata Riska. "Dasar kamu!" Simon geleng-geleng kepala. "Kenapa sih , Mon. Kayaknya kamu sewot terus deh lihat aku. Heran deh. Sekali-sekali kamu itu senang dong lihat aku. Ini malah ngumpat terus. Enggak asik ah kamu, Mon." kata Riska dengan wajah manyun. "Habis wajah kamu ngeselin, Ris. Hahahaha." Simon tertawa sambil menghidupkan mesin mobil, lalu mereka melaju dari sana. "Sialan kamu!" Riska meninju bahu Simon pelan. Sepanjang jalan mereka bernyanyi dengan musik yang melantun dari mobil. Selera musik mereka sama. Sudah tiga bulan lamanya semenjak mereka b

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Menyapanya

    Saat kejadian itu, Simon suka sekali memperhatikan perempuan itu. Namun, perempuan itu tidak pernah tahu bahwa dirinya telah diperhatikan oleh seorang lelaki sudah mulai dari tiga bulan lalu. Saat ini, Simon menimang-nimang dalam hatinya untuk memberanikan diri menyapa perempuan itu. Dia merasa sudah cukup menjadi pengagum rahasia perempuan itu. Dia sudah menyusun rencana. Biasanya saat hendak pulang, pasti perempuan itu memesan coklat panas untuk dibawa pulang beserta cake yang dipesan juga untuk dibungkus dan dibawa pulang.Simon sama sekali tidak tahu untuk apa cake dan coklat panas itu. Mungkin saja untuk ia makan malam hari nanti atau sekedar cemilan dia saja. Biasanya perempuan itu yang akan mengambil sendiri dari meja bar minuman yang ia pesan beserta cake itu. Dan selalu saja Simon yang memberikannya. Sengaja Simon meminta hal tersebut kepada pelayan perempuan itu yang tak lain adalah teman kerjanya sendiri. Dan temannya itu sudah hafal sekali trik Simon. Hal itu sema

  • CINTA DITENGAH KESENDIRIAN   Pertemuan

    "Mbak, saya pesan teh manis dinginnya satu, ya." kata seorang perempuan, sambil membenarkan letak tasnya yang semula dibelakang, kini ia pindahkan kedepan.Perempuan dengan tas selempang yang ia kenakan, beserta rambut sebahunya yang tertiup kipas angin didalam cafe itu, menyebutkan pesanannya kepada pelayan. Ia baru saja pulang dari kantor tempat ia bekerja. Jam menunjukkan pukul 5 sore tepat saat dia berada di cafe itu. Setelah ia berkata demikian, pelayan tersebut pergi untuk menyiapkan pesanannya. Saat pelayan pergi, ia membuka laptop yang sudah disiapkannya di atas meja itu. Dia mengecek kembali pekerjaan-pekerjaannya. Saat itu ia menggunakan baju putih yang dipadukan dengan blazer warna hitam serta celana bahan yang membuatnya kelihatan sangat formal, ditambah dengan sepatu heels berwarna hitam yang sangat cocok dengan kakinya, sehingga terlihat sangat jenjang. Kira-kira wanita itu mempunyai tinggi sekitar 65-67 cm.Dia biasa mampir di cafe itu setiap sore sebelu

DMCA.com Protection Status