Dalam perjalanan pulang, Rama terus memikirkan informasi yang baru saja didapatnya. Angel tidak hanya seorang gadis yang terjebak dalam dunia gelap ini, dia adalah kunci dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang bahkan tidak sepenuhnya dipahami guntur. Dia mencoba menyusun potongan-potongan informasi yang sudah dia kumpulkan. Angel tidak ikut bersamanya kali ini. Mungkin lebih baik Angel tidak mendengar semua hal menyakitkan itu.
Tiba-tiba, suara keras terdengar dari depan, sesuatu terjatuh dengan keras diatas kap mobilnya. Spontan dia menginjak rem dengan cepat, membuat mobil berhenti mendadak. “Sialan!” desis Rama, terkejut. Dia menatap lurus ke depan. “Apa-apaan ini?” Jalanan sepi, tidak ada kendaraan lain atau suara manusia. Namun, sesuatu tampak tergeletak di depan mobilnya. Rama menghela napas berat, hatinya berdegup kencang. Dengan ragu, ia keluar dari mobil untuk memastikan. Di depan mobilnya, seorang pria tampak tertelungkup di jalanan tidak bergerak. “Siapa ini?” Rama menggumam, matanya memindai sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan. Tapi di sini terlalu gelap dan jalanan sangat sepi, tak ada orang lain. Rama menghampiri pria itu perlahan, memeriksa apakah dia masih bernapas. “Astaga... apa yang terjadi padanya?” pikir Rama panik. Dia cepat-cepat kembali ke mobil dan menelpon ambulans. Beberapa menit kemudian, sirene ambulans terdengar dari kejauhan, membuat Rama merasa sedikit lega. “Akhirnya,” ucapnya sambil keluar dari mobil untuk menyambut para petugas medis. “Anda yang melaporkan?” tanya salah satu petugas. Rama mengangguk. “Ya, saya melihat dia jatuh tepat di depan mobil saya. Saya tidak tahu dari mana dia datang.” Para petugas medis segera memeriksa pria tersebut. Setelah beberapa saat, salah satu dari mereka menggeleng. “Dia sudah tidak bernyawa,” ucap petugas itu. Rama terdiam. Perasaannya campur aduk antara perasaan bingung dan khawatir. Saat petugas memindahkan tubuh pria itu ke tandu, pandangan Rama tertuju pada sesuatu di lengan pria tersebut, sebuah tato yang bergambar aneh. “Apa ini?” gumamnya sambil memperhatikan tato itu dengan lebih cermat. Bentuknya seperti simbol yang tidak asing, tapi dia tidak bisa mengingat di mana pernah melihatnya. “Apa kau mengenali pria ini?” tanya salah satu petugas padanya. Rama menggeleng pelan. “Tidak, tapi... tatonya. Rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat.” Saat ambulans pergi, Rama berdiri sejenak di samping mobilnya, pikirannya melayang-layang di antara informasi yang baru saja ia terima dan misteri baru yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Drrrt....drrrt... “Iya Bos,” ucap Rama mengawali telepon yang masuk. “Untuk apa kamu menemui Guntur, Rama?" tanya Bosnya sedikit berteriak. Rama sedikit terkejut saat Bosnya sudah mengetahui sepak terjangnya saat ini. “Aku hanya sedang menjalankan tugasku ,” timpal Rama hati-hati. “Aku tahu Rama, tapi tidak perlu membahayakan dirimu seperti itu.” Terdengar suara yang penuh kecemasan di seberang sana, membuat Rama sedikit bingung. “Maafkan aku Bos, tapi tidak ada jalan lain. Aku harus mendapat informasi mengenai orang yang kita cari,” jelas Rama mencari alasan. “Apa kau sudah mendapatkan informasi dari mereka?” “Hampir mendapatkan apa yang kita cari Bos, tapi sepertinya ini akan sedikit sulit. Dan juga aku mengalami hal aneh baru saja,” “Hal aneh? ada apa Rama??” tanya sang Bos penasaran. “Ada mayat laki-laki yang tiba-tiba jatuh di depan mobilku saat dalam perjalanan pulang. Sekarang petugas medis sudah membawanya .” “Apa kau terlibat dalam masalah itu? Apa kau sedang di curigai disana?” cecar Bos dengan khawatir. “Jangan kuatir Bos, mereka tidak mencurigaiku. Tapi sepertinya aku akan menjadi saksi, karena aku yang menemukannya pertama kali.” “Baiklah...kau bisa membuktikannya dengan rekaman cctv dashboard mobilmu,” ucap Bos berusaha menenangkan Rama. “Tentu saja Bos... Tapi aku sempat melihat tato aneh di tangan lelaki tadi.” “Tato??” ucap bos mengulang perkataan Rama. “Ya…sepertinya aku pernah melihatnya,” timpal Rama sambil mengingat-ngingat. “Seperti apa ?” “Itu seperti... sebuah simbol. Mirip dengan lingkaran, tapi di tengahnya ada semacam guratan yang membentuk sesuatu yang hampir seperti bintang atau matahari,” jelas Rama denga rinci. Sang bos tidak menjawabnya kali ini, suaranya hening untuk beberapa saat. “Bos, sebaiknya aku pamit sekarang,” ujar Rama mengakhiri pembicaraan itu. “Baiklah,,, lain kali jika butuh bantuan jangan ragu untuk memberi tahuku. Jangan bertindak sendirian, ingat Rama!” “Baik Bos ..” Sambungan telepon terputus, dan Rama kembali menyalakan mesin mobilnya meninggalkan tempat itu. Saat sedang termenung memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Tiba-tiba Rama teringat sesuatu. “Astaga....aku ingat sekarang,” gumamnya dengan yakin. “Tato itu aku pernah melihatnya dimana ... Ini sungguh mengerikan. Semoga ini tidak ada hubungannya dengan Angel,” ujarnya cemas. Dia teringat, sekitar 2 tahun lalu pernah terlibat dengan sebuah kelompok aneh yang meminta jasanya. Dia berharap kemunculan mayat dengan tato itu bukan pertanda buruk untunya di masa depan. Karena menurut rumor, jika sudah berurusan dengan mereka maka tidak akan ada jalan untuk keluar. Rama mengusap tengkuknya, membayangkan sesuatu yang sangat mengerikan. “Ini membuatku gila,” batinnya saat membayangkan jika hal itu terjadi. “Bagaimana Rama? Apa kau menemukan sesuatu hari ini?” tanya Angel tiba-tiba, saat Rama memasuki rumahnya. Rama tidak berminat untuk menjawabnya. Dia langsung memasuki kamar mandi membersihkan diri dan lanjut makan malam. Tidak ada sepatah katapun yang diucapkan Rama saat itu, membuat Angel merasa canggung dengan situasinya. Angel mengikuti Rama kemanapun Rama melangkah, berharap Rama menyapanya. “Jangan-jangan Rama sudah tidak bisa melihatku lagi,” batin Angel sedikit kuatir. “Rama! Rama!” panggil Angel sambil melambaikan tangannya di depan Rama. “Aku lelah Angel, tidak ada apa pun yang harus aku ceritakan hari ini. Aku harus tidur, jangan menggangguku,” potong Rama dengan dingin. Rama bergegas menuju tempat tidur. Dia langsung memejamkan matanya tidak memperdulikan Angel sama sekali. Angel yang melihatnya seperti itu merasa sangat sedih. “Ada apa dengannya malam ini? Berbeda sekali dengan suasana saat berangkat tadi. Apakah terjadi sesuatu padanya ?” ucapnya sedih. “Baiklah…maafkan aku, beristirahatlah malam ini dengan tenang Rama,” ujar Angel sambil berlalu. Rama menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tak ingin matanya melihat wajah Angel yang menyedihkan itu. “Maafkan aku Angel,” gumamnya pelan."Tempat apa ini?" desisnya, sambil melangkah maju, matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya."Rama... kemarilah," panggil seseorang dengan lembut.Rama menajamkan pendengarannya, mencari dari mana suara itu berasal. Terdengar sayup-sayup seseorang bersenandung lemah, bergema di antara suara percikan air."Angel?" panggilnya, sedikit ragu.Gadis itu tampak sedang berendam di jacuzzi, dengan posisi membelakangi Rama. Sedikit merasa janggal karena di tempat asing ini, ia bisa melihat Angel menyentuh sesuatu. Namun, ia yakin jika yang memanggilnya adalah suara Angel."Kamu sudah datang, Rama?" tanya gadis itu sambil berbalik.Rama seketika terdiam, apa yang dilihatnya membuat otaknya berhenti bekerja sejenak. Wajahnya memanas, matanya segera berpaling."Apa yang kamu lakukan?" tanya Rama terkejut."Kemarilah Rama, bantu menggosok punggungku!" jawab Angel dengan suara mendayu, seolah sengaja menggoda Rama."Tidak... lakukanlah sendiri. Aku akan segera keluar," sanggah Rama cepat.T
Rama melajukan mobilnya menembus jalanan yang lenggang, namun tidak dengan pikirannya yang terasa lebih sesak. Tidak seperti biasanya, Rama mulai merasa takut dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. Akhirnya, dia tiba di sebuah gedung tua yang selama ini digunakan untuk berkumpul dengan teman-temannya, merencanakan maupun merayakan sesuatu. "Halo, Bos!" sapanya dengan hormat. "Oh, hei! Sejak kapan kamu tiba di sini?" tanya bosnya, tidak menyadari kehadiran Rama. Rama menjawabnya hanya dengan seulas senyum tanpa berniat menjelaskan. Dia langsung mengambil posisi duduk berhadapan dengan Sang Bos dan mengambil minuman yang sudah tersedia di depannya. "Apakah terjadi sesuatu, Rama?" Sang Bos menatap tangan kanan kesayangannya itu dengan intens. "Sejauh ini masih aman, tenang saja," jawabnya setelah menenggak setengah gelas bir. "Aku mengenalmu lebih dari siapapun, Rama," ucap Sang Bos menegaskan. Hanya senyum tipis yang bisa Rama berikan untuk menjawab perkataan Bosnya. Dia
“Sial, sepertinya aku sudah gila!” geram Rama sembari memukul setir mobil dengan keras. Napasnya memburu, dadanya naik turun, dan pelipisnya berdenyut kencang.Malam itu, Rama mengemudikan mobilnya di jalanan yang sepi. Mesinnya menderu dengan stabil, sementara pikirannya sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Rama memukul setir sekali lagi, amarahnya belum juga mereda.Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu dari kejauhan. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan, seseorang tampak menarik paksa seorang gadis menuju tepi pagar pembatas, seolah-olah hendak mendorongnya ke bawah.“Brengsek! Sedang apa mereka?” desisnya, matanya terbelalak. "Apa yang akan mereka lakukan pada gadis itu?”Kakinya refleks menginjak rem, suara decitan ban beradu dengan aspal yang kasar. Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari mobil dan berlari menuju jembatan. Namun, belum sempat mencapai tangga, sebuah sepeda motor datang melaju dari arah yang tak terduga.“Brak!”Tubuh Rama terpental ke aspal, menghantam de
“Siapa kau?” teriak Rama, merasakan adrenalin yang mengalir deras di seluruh tubuhnya. Dia berusaha mencari sesuatu untuk melawan, tetapi tidak ada yang bisa dijadikan senjata. Dengan langkah mundur, ia mencoba menghindari pria itu, sambil mencari celah untuk bertahan atau melarikan diri.“Kau tidak bisa bersembunyi, Rama!” ujarnya dengan suara yang mengancam.Mendengar namanya dipanggil dengan nada seperti itu, Rama merasa mulai tertantang. Namun, ia tidak bisa bersikap gegabah saat ini.“Baiklah, majulah kalau begitu!” tantang Rama dengan tenang.Orang itu berlari, mengarahkan tinjunya pada Rama. Namun Rama berhasil menghindarinya. Mengantisipasi gerakan berikutnya, dengan cepat Rama membalikkan tubuh menangkap tangan pria itu dan membantingnya sebelum dia sempat menyerang lagi. Rama mencengkramnya dengan kuat, membuat pria itu tidak bisa bergerak dengan bebas.“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Rama tajam, suaranya dingin dan penuh peringatan.“Dengar, aku tidak ingin melukaim
Setelah menerima pesan dari bosnya, Rama tampak gelisah. Dia berdiri di ruang tamu, memandangi ponselnya yang masih menampilkan pesan tadi. Angel berada di dekat Rama, memerhatikan dengan wajah serius, tapi ada keraguan yang jelas di matanya. Mereka berdua sama-sama diam, seolah-olah tak ada yang tahu harus memulai dari mana."Apa mungkin kamu pernah mengenalnya? Atau... mungkin bos pernah melihatmu sebelumnya?" tanyanya sambil berjalan mondar-mandir.Angel menggoyang-goyangkan kepala, ekspresinya semakin bingung.“Aku tidak ingat! Aku cuma ingat saat-saat setelah kecelakaan itu. Sebelum itu... aku bahkan tidak tahu siapa diriku. Setiap kali mencoba mengingatnya, selalu ada kabut yang muncul di pikiranku Rama,” sesalnya.Angel meremas jemarinya, merasa tidak berdaya. “Apakah ini semua cuma kebetulan? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang tidak aku ingat?”Rama berhenti di depan Angel, menatapnya dalam-dalam. “Aku tidak percaya pada kebetulan sebesar ini. Sudah jelas ada sesuatu. Bos
Rama tidak bisa bernapas sejenak. Pemandangan dalam video itu membuat darahnya berdesir dingin, ini sangat menjijikan lebih dari apa pun yang pernah ia alami selama ini. Di dalam video, gadis itu dikelilingi oleh beberapa pria asing. Mereka berbicara dalam nada rendah, seperti sedang memutuskan sesuatu yang mengerikan.“Siapa mereka?” desisnya marah.Tubuhnya bergetar, kepalan tangannya semakin mengeras saat para pria di dalam video mulai mendekati gadis yang tak berdaya itu. Mereka tertawa kecil, menikmati penderitaannya dan mempermainkan gadis itu. Mereka mengikat lebih erat tali di pergelangan tangan dan kakinya, memperlakukan tubuh lemah itu dengan biadab tanpa belas kasih.Suara tawa mereka terasa lebih kejam. Rama tak sanggup melihatnya lebih jauh. Dengan cepat ia menghentikan video itu. Napasnya terengah-engah, jiwanya dilanda kebingungan antara amarah dan rasa bersalah.“Kenapa bosku memiliki video ini?” gumamnya dalam hati. “Apakah dia terlibat bersama orang-orang itu?”Rama