Share

MIMPI BURUK

Penulis: Sabhana Pena
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 10:26:50

"Tempat apa ini?" desisnya, sambil melangkah maju, matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya.

"Rama... kemarilah," panggil seseorang dengan lembut.

Rama menajamkan pendengarannya, mencari dari mana suara itu berasal. Terdengar sayup-sayup seseorang bersenandung lemah, bergema di antara suara percikan air.

"Angel?" panggilnya, sedikit ragu.

Gadis itu tampak sedang berendam di jacuzzi, dengan posisi membelakangi Rama. Sedikit merasa janggal karena di tempat asing ini, ia bisa melihat Angel menyentuh sesuatu. Namun, ia yakin jika yang memanggilnya adalah suara Angel.

"Kamu sudah datang, Rama?" tanya gadis itu sambil berbalik.

Rama seketika terdiam, apa yang dilihatnya membuat otaknya berhenti bekerja sejenak. Wajahnya memanas, matanya segera berpaling.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rama terkejut.

"Kemarilah Rama, bantu menggosok punggungku!" jawab Angel dengan suara mendayu, seolah sengaja menggoda Rama.

"Tidak... lakukanlah sendiri. Aku akan segera keluar," sanggah Rama cepat.

Terdengar gemericik air semakin jelas, suara langkah kaki yang semakin mendekat menghampiri tubuh Rama yang masih terbujur kaku. Tidak bisa dipungkiri bagi Rama, tubuh Angel begitu indah dan menawan. Namun, baginya tidak pantas menyentuhnya jika mereka tidak memiliki hubungan yang lebih.

Rama tidak ingin melukai Angel seperti orang-orang sebelumnya.Wangi mawar, semerbak menusuk hidung Rama, yang masih terdiam tanpa kata. Angel menyentuh punggungnya, membelai tubuh Rama dengan lembut.

"Apa yang kamu lakukan, Angel?" tanya Rama gugup.

"Ssst," potong Angel, dia mengarahkan telunjuknya ke bibir Rama, memberi tahu agar tidak berbicara apa pun.

"Diamlah, Rama. Ikuti saja aku, aku tahu kamu juga akan menyukainya," ajak Angel dengan senyum manis.

"Tapi..." ujar Rama, terpotong.

Angel mengecup bibir Rama dengan hangat dan penuh gairah, lidahnya menelusup menelusuri setiap ruang dalam rongga mulutnya, membuat semua pikiran di kepalanya lenyap begitu saja. Dadanya bergemuruh, napasnya tertahan. Dia bahkan tak sempat berpikir untuk menyelesaikan kalimatnya, semuanya tenggelam dalam keheningan yang mendadak terasa lebih dalam daripada apa pun yang ingin ia katakan. Aroma bunga mawar semakin kuat, membuatnya kehilangan kendali. Tangan Rama meraih Angel, mulai menyentuh kulitnya yang lembut.

“Hentikan…” sentaknya sembari mendorong gadis itu dengan kasar.

"Rama..., ah, apa yang kamu lakukan?" rintih Angel, dia mencoba bangkit perlahan.

“Kamu bukan Angel!” tuding Rama dengan keras.

Suara cekikikan tawa seorang wanita terdengar menggema diseluruh ruangan itu. Rama semakin yakin bahwa manusia di depannya bukanlah Angel. Kemudian gadis itu berdiri dan menatap Rama dengan intens.

Wajah Angel, yang tadinya terlihat lembut, perlahan berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. Matanya yang sayu membulat hampir menonjol keluar, rambutnya yang hitam menjadi putih, dan kukunya menjadi lebih panjang. Rama terkejut dengan perubahan yang sedang dia lihat, kakinya mulai melangkah mundur mencoba keluar dari ruangan itu.

"Rama!" teriaknya dengan suara serak. Makhluk itu terbang mendekati Rama dan mencengkeram lehernya.

"Tidak!" jerit Rama, tubuhnya terangkat dan napasnya tercekat.

"Kenapa kamu menghindar, sayang? Bukankah kamu menyukainya?" tanya makhluk itu, terkekeh.

"Makhluk apa kamu?" tanya Rama dengan panik.

Rama melawan, berusaha melepaskan diri, tapi makhluk itu semakin kuat. Bahkan tubuhnya dilemparkan jauh hingga menabrak tembok. Rama harus merasakan tubuhnya kesakitan. Dalam keadaan lemah, Rama lari keluar dari ruangan itu, melarikan diri dari cengkeraman makhluk mengerikan tadi.

Hal lebih mengejutkan terjadi begitu Rama berhasil keluar. Perubahan yang terjadi dengan suasana sebelumnya membuat dia merasa putus asa. Dia merasa ini bukan dunianya. Tak ada angin yang berembus, bahkan suara kicauan burung pun tidak terdengar di sekitarnya. Sungguh sangat hening dan menakutkan.

"Rama! Tunggu!"

Suara lembut Angel muncul dari kejauhan, tetapi kali ini dia yakin itu adalah tipuan dari makhluk menyeramkan itu. Rama menggigit bibirnya, tak berani menoleh. Kakinya terus melangkah cepat, berusaha menjauh dari suara itu.

Rama tiba-tiba terjatuh, tanpa sadar kakinya terjerat akar pohon yang berserakan di tanah. Dalam kepanikan, ia merasa kakinya ditaris sesuatu dari belakang. Dengan cepat, ia berusaha merangkak menjauh, tetapi ada tangan-tangan yang muncul dari kegelapan, terus meraihnya.

"Tidak!" teriaknya, berjuang untuk melepaskan diri.

Dalam keadaan setengah sadar, suasana di sekitarnya berubah. Rama berdiri dan melihat sekeliling. Dari kejauhan, ia melihat sekelompok orang berjubah putih berdiri mengelilingi sesuatu. Lantunan doa yang lebih mirip seperti nyanyian terdengar di telinganya. Ia mengintip dari jauh, memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan. Di ujung pandangannya, tepat di depan orang-orang itu, terlihat sebuah lukisan yang tidak asing baginya.

"Bukankah gambar di lukisan itu seperti tato yang aku lihat pada mayat pria yang aku temui kemarin?" gumamnya pelan.

Saat dia masih fokus melihat apa yang dilakukan orang-orang berjubah itu, tiba-tiba seseorang memegang pundaknya dari belakang. Dia terkejut dan melihat sosok makhluk wanita tadi tersenyum menyeramkan.

"Rama..." panggilnya terkekeh.

"Jangan ganggu aku, pergilah!" teriaknya, lalu berlari.

Tetapi tanpa disadari, tempat dia berdiri telah berubah kembali. Kali ini dia berada tepat di tengah orang-orang berjubah tadi. Ia merasakan putus asa yang luar biasa, meski selama ini tidak ada hal yang bisa membuatnya merasa takut.Suara nyanyian yang mereka lakukan menggema di kepala Rama, dan merasakan seolah bumi berputar dalam pandangannya. Semua terasa semakin gelap dan tidak bisa dihindari.

"Rama..." panggil seseorang lembut. "Rama, bangunlah," ujarnya sekali lagi.

Akhirnya, dengan satu napas dalam-dalam, Rama membuka matanya. Dia terbangun dengan keringat membasahi pelipisnya, detak jantungnya berdegup kencang. Di sekelilingnya, cahaya pagi menerangi kamar yang tenang, tetapi hati dan pikirannya masih terjebak dalam mimpi yang menakutkan.

"Angel..." dia berbisik, menatapnya memastikan. Rasa lega dan ketakutan bercampur aduk di dalam dirinya. Dia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri.

"Itu hanya mimpi," ujarnya sambil mengusap wajahnya.

"Kamu tidak apa-apa kan, Rama?" tanyanya Angel menelisik. "Sepanjang malam kamu bersuara, aku khawatir," lanjutnya menjelaskan.

Rama hanya mengangguk, tidak ingin membahas yang baru saja ia alami.

"Aku tidak apa-apa, Angel," jawabnya sambil beranjak keluar kamar.

Angel mengikutinya dari belakang, memperhatikan sikap Rama yang sedari malam tampak dingin padanya.

"Apakah dia masih marah?" gumamnya dalam hati.

Mereka duduk di meja makan, hening sejenak. Rama mencoba fokus pada rasa kopi yang dinikmatinya, tetapi pikirannya kembali melayang ke mimpi yang mengganggu.

"Rama, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat... tidak seperti biasanya." Angel mengamati dengan cermat.

"Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah," jawab Rama, berusaha terlihat baik. Namun, jauh di dalam hatinya, Rama mulai merasa gelisah dan ragu akan sesuatu yang akan dia hadapi.

Ponse Rama tiba-tiba berbunyi. Pesan dari Bos muncul di layar, Rama beranjak dari kursinya dan segera bersiap-siap.

"Aku harus pergi," katanya sambil meraih jaket.

"Ke mana?" tanya Angel sambil berlari mendekatinya.

"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini," jelas Rama sambil berlalu.

"Apakah aku boleh ikut?" tanya Angel sambil menyusul langkah kaki Rama yang cepat.

Rama menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan Angel yang tiba-tiba.

“Kau mau ikut?” tanya Rama memastikan.

Angel hanya mengangguk sambil tersenyum, berharap Rama mengizinkannya.

Rama berpaling dan melanjutkan langkahnya, kemudian berkata, “Jangan ikut. Aku akan pergi bekerja, bukan ke taman bermain,” tukas Rama dingin.

“Kenapa tidak boleh? Aku tidak akan mengganggumu, aku hanya bosan tinggal di sini,” jawab Angel, cemberut karena kesal.

Tidak ada jawaban dari Rama. Terlihat dia pergi tanpa memperhatikan permintaan Angel. Suara mobilnya terdengar semakin menjauh.

“Tega sekali dia. Dasar manusia kejam,” cibir Angel dengan marah.

Bab terkait

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   DESA KALIPASIR

    Rama melajukan mobilnya menembus jalanan yang lenggang, namun tidak dengan pikirannya yang terasa lebih sesak. Tidak seperti biasanya, Rama mulai merasa takut dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. Akhirnya, dia tiba di sebuah gedung tua yang selama ini digunakan untuk berkumpul dengan teman-temannya, merencanakan maupun merayakan sesuatu. "Halo, Bos!" sapanya dengan hormat. "Oh, hei! Sejak kapan kamu tiba di sini?" tanya bosnya, tidak menyadari kehadiran Rama. Rama menjawabnya hanya dengan seulas senyum tanpa berniat menjelaskan. Dia langsung mengambil posisi duduk berhadapan dengan Sang Bos dan mengambil minuman yang sudah tersedia di depannya. "Apakah terjadi sesuatu, Rama?" Sang Bos menatap tangan kanan kesayangannya itu dengan intens. "Sejauh ini masih aman, tenang saja," jawabnya setelah menenggak setengah gelas bir. "Aku mengenalmu lebih dari siapapun, Rama," ucap Sang Bos menegaskan. Hanya senyum tipis yang bisa Rama berikan untuk menjawab perkataan Bosnya. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   MULAI JATUH HATI

    Rama membuka pintu rumah dengan hati-hati, mencoba menghindari sesuatu yang sudah dia perhitungkan sebelumnya. Setelah berhari-hari tidak pulang, dia bisa membayangkan betapa rumitnya pertanyaan yang akan muncul dari gadis itu. Sebetulnya, bukan hanya pekerjaan yang menahannya tidak pulang, tetapi dia merasa membutuhkan waktu untuk tidak bertemu dengan Angel setelah mimpi aneh yang dia alami bersama gadis itu.Baru saja kakinya melangkah masuk, Rama harus berhenti karena sebuah panggilan yang tidak bisa dihindari.“Rama!” panggilnya, sambil melayang mendekati Rama yang terlihat seperti sedang menyusup.Angel melayang tepat di belakang Rama, dia tidak menyadari posisinya terlalu dekat. Sedangkan Rama spontan memutar tubuh, ingin segera memberi alasan kenapa sikapnya seperti itu. Namun tidak sengaja, wajahnya hampir menyentuh wajah Angel yang sedang melayang di belakang tubuhnya.Jantungnya berdegup tidak beraturan, Rama merasa suasana di ruangannya sangat panas, pipinya memerah. Sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   JEJAK YANG KEMBALI

    "Rama! Pergi!" teriak seorang lelaki yang tergeletak di lantai, bersimbah darah, suaranya dipenuhi dengan ketakutan. Di sampingnya, seorang perempuan bermata teduh melihat Rama dengan tatapan penuh harap."Rama, cepat lari nak, aku mohon pergilah!" Perempuan itu berbisik, suaranya lembut namun penuh tekanan.Rama terpaku, tubuhnya seolah beku. "Ayah... Ibu..." Hanya itu yang bisa terucap, meski suaranya serak. Kepalanya berdenyut nyeri, rasa sakit di hatinya menjalar seperti ribuan jarum menusuk."Rama, pergi! Sekarang!" teriak ayahnya menggema, mendesaknya untuk segera bergerak.Namun, Rama tidak bisa bergerak, seolah waktu telah berhenti dan membuatnya membeku. "Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kalian!" jawabnya setengah terisak.Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. "Akhhh!" teriaknya dengan keras, saat kegelapan mulai menyelimuti pandangannya. Suara-suara itu memudar, dan semuanya terasa melayang.Dengan satu tarikan napas yang dalam, Rama terbangun. Keringat bercucuran di dah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   PERTANDA APA

    "Pak Darmawan!" serunya hangat, sambil menjabat tangan bosnya. "Sungguh luar biasa bisa bertemu Anda lagi setelah kejadian yang menimpa Anda beberapa waktu lalu."Pak Darmawan tampak sedikit terkejut melihatnya, dan Rama menangkap ekspresi gugup yang sekilas melintas di wajah bosnya sebelum semua orang menyadarinya. Dengan senyum yang dipaksakan, Pak Darmawan membalas, "Senang bertemu Anda kembali, Dokter.""Saya masih tidak percaya, Anda bisa kembali sehat seperti sedia kala setelah dinyatakan mati otak," kata dokter itu, nadanya penuh kekaguman, tapi juga bertanya-tanya.Rama mendengarnya, dan ia merasa bulu kuduknya meremang. "Apa?" bisiknya pada dirinya sendiri. Apa maksud dokter itu? Mati otak? Pikiran Rama berpacu, menghubungkan potongan-potongan informasi yang mulai terasa janggal.Dokter itu terus bicara, menatap Pak Darmawan dengan perasaan penuh rasa syukur. Pak Darmawan tampak semakin canggung, senyumnya hampir hilang. Namun, ia masih mencoba mempertahankan kendali.Pak Darm

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   MENGHILANG

    “Apa kamu baik-baik saja?" tanya Angel, tatkala melihat Rama yang sedari tadi diam, bahkan beberapa jam setelah mereka pulang.“Hemh, aku baik-baik saja,” jawab Rama singkat, terlihat tidak semangat.“Sepertinya aku tahu tujuan laki-laki tadi mengikuti kita. Lebih tepatnya, mengikutimu,” gumam Angel setengah berbisik.Rama menatapnya sebelum kemudian bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”Angel tersenyum kecil. “Karena aku bisa memperhatikan orang lain tanpa mereka sadari,” jawabnya, seolah itu hal yang biasa.Rama tertawa pelan. “Aku bahkan tidak tahu, apakah aku harus takut atau kagum padamu setelah mendengar alasanmu,” ujar Rama sambil memandang Angel dengan ekspresi aneh.Angel mengernyitkan dahinya, merasa bingung dengan ucapan Rama. “Apa maksudmu?” tanyanya heran.“Bisa jadi selama ini kamu memperhatikanku saat di kamar mandi,” jawab Rama sekenanya.Angel terkikik, sambil menggelengkan kepala. “Oh, jadi menurutmu aku memperhatikanmu saat mandi? Aku rasa imajinasimu lebih liar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   HAMPA

    "Angel!" panggil Rama dengan keras.Suaranya terdengar panik dan kalut. Langkahnya tergesa, dan pandangannya tidak berhenti mencari ke setiap sudut ruangan. Apa yang diharapkannya tidak terjadi. Sungguh, ini begitu menyakitkan baginya. Belum sempat dia mengatakan apa pun pada gadis itu. Dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantunya menemukan identitas asli Angel dengan cepat.Rama menghentikan langkahnya, dan seketika tubuhnya ambruk. Tanpa bisa menahan beban yang tiba-tiba begitu berat, ia berlutut. Kepalanya mulai berdenyut hebat, dan tangannya tanpa sadar meremas rambutnya, mencoba mengusir rasa sakit yang datang.Dia menahan tangis. Bibirnya gemetar, namun air mata tidak bisa berhenti mengalir. Setiap tetesnya menyiratkan penyesalan yang begitu dalam. Dunia seakan memudar di sekelilingnya; hanya ada hampa dan kegelisahan yang mencekam.Pandangannya mulai kabur, berputar, dan dunia di sekelilingnya seolah-olah meluncur menjauh. Tanpa sadar, tubuhnya terjatuh, tak lagi mam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   PERSEMBUNYIAN

    Langkah kaki Rama tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit, matanya terus memandang ke arah pintu ICU yang telah hangus terbakar. Asap masih samar-samar mengepul dari celah-celah pintu yang kini tertutup rapat oleh garis polisi. "Angel... di mana kau?" bisiknya lirih, rasa putus asa mulai menyelimuti hatinya. Pencariannya yang baru saja menemukan secercah harapan kini kembali terhenti oleh musibah ini. Namun, di balik kekalutannya, tekadnya tidak goyah. Dia tahu, dia harus menemukan Angel, apapun caranya.Rama duduk kembali di halaman rumah sakit, memperhatikan lalu lalang manusia yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Suasana hatinya masih kacau, mencoba mencerna kejadian yang baru saja dialami di bangsal ICU.Tiba-tiba, seorang wanita mendekatinya dengan membawa dua kaleng minuman dingin. Dengan senyum ramah, dia menyodorkan satu kaleng ke arah Rama."Minum, mungkin bisa sedikit menenangkan," katanya dengan suara lembut.Rama menoleh sejenak, menatap wanita itu tanpa ekspresi seb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   RAHASIA

    BAB 14Di salah satu gudang tua yang terletak di ujung pelabuhan, Rama duduk di kursi kayu dengan wajah serius. Ia mengenakan jaket kulit hitam yang sudah sedikit lusuh, menandakan pengabdian panjangnya dalam dunia kelam yang digelutinya. Di hadapannya, beberapa anak buahnya berdiri tegak, menunggu perintah."Kita tidak punya waktu banyak. Barang ini harus sampai ke pembeli sebelum fajar," ucap Rama dengan suara datar penuh wibawa. Ia memandang tajam pria di depannya, seorang perantara bisnis senjata api ilegal yang sedang dalam negosiasi penting malam itu."Tapi harga yang kalian tawarkan terlalu tinggi, Rama," jawab pria itu, mencoba menawar.Sebelum Rama bisa merespons, ponselnya bergetar di dalam saku jaket. Ia mengerutkan kening, heran. Jarang ada yang menghubunginya di tengah pertemuan seperti ini, apalagi nomor pribadinya yang hanya diketahui oleh sedikit orang."Sebentar," katanya singkat, mengambil ponsel dan melihat nama pengirim pesan.Sebuah nomor baru. Dengan hati-hati, R

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   RAHASIA

    BAB 14Di salah satu gudang tua yang terletak di ujung pelabuhan, Rama duduk di kursi kayu dengan wajah serius. Ia mengenakan jaket kulit hitam yang sudah sedikit lusuh, menandakan pengabdian panjangnya dalam dunia kelam yang digelutinya. Di hadapannya, beberapa anak buahnya berdiri tegak, menunggu perintah."Kita tidak punya waktu banyak. Barang ini harus sampai ke pembeli sebelum fajar," ucap Rama dengan suara datar penuh wibawa. Ia memandang tajam pria di depannya, seorang perantara bisnis senjata api ilegal yang sedang dalam negosiasi penting malam itu."Tapi harga yang kalian tawarkan terlalu tinggi, Rama," jawab pria itu, mencoba menawar.Sebelum Rama bisa merespons, ponselnya bergetar di dalam saku jaket. Ia mengerutkan kening, heran. Jarang ada yang menghubunginya di tengah pertemuan seperti ini, apalagi nomor pribadinya yang hanya diketahui oleh sedikit orang."Sebentar," katanya singkat, mengambil ponsel dan melihat nama pengirim pesan.Sebuah nomor baru. Dengan hati-hati, R

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   PERSEMBUNYIAN

    Langkah kaki Rama tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit, matanya terus memandang ke arah pintu ICU yang telah hangus terbakar. Asap masih samar-samar mengepul dari celah-celah pintu yang kini tertutup rapat oleh garis polisi. "Angel... di mana kau?" bisiknya lirih, rasa putus asa mulai menyelimuti hatinya. Pencariannya yang baru saja menemukan secercah harapan kini kembali terhenti oleh musibah ini. Namun, di balik kekalutannya, tekadnya tidak goyah. Dia tahu, dia harus menemukan Angel, apapun caranya.Rama duduk kembali di halaman rumah sakit, memperhatikan lalu lalang manusia yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Suasana hatinya masih kacau, mencoba mencerna kejadian yang baru saja dialami di bangsal ICU.Tiba-tiba, seorang wanita mendekatinya dengan membawa dua kaleng minuman dingin. Dengan senyum ramah, dia menyodorkan satu kaleng ke arah Rama."Minum, mungkin bisa sedikit menenangkan," katanya dengan suara lembut.Rama menoleh sejenak, menatap wanita itu tanpa ekspresi seb

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   HAMPA

    "Angel!" panggil Rama dengan keras.Suaranya terdengar panik dan kalut. Langkahnya tergesa, dan pandangannya tidak berhenti mencari ke setiap sudut ruangan. Apa yang diharapkannya tidak terjadi. Sungguh, ini begitu menyakitkan baginya. Belum sempat dia mengatakan apa pun pada gadis itu. Dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantunya menemukan identitas asli Angel dengan cepat.Rama menghentikan langkahnya, dan seketika tubuhnya ambruk. Tanpa bisa menahan beban yang tiba-tiba begitu berat, ia berlutut. Kepalanya mulai berdenyut hebat, dan tangannya tanpa sadar meremas rambutnya, mencoba mengusir rasa sakit yang datang.Dia menahan tangis. Bibirnya gemetar, namun air mata tidak bisa berhenti mengalir. Setiap tetesnya menyiratkan penyesalan yang begitu dalam. Dunia seakan memudar di sekelilingnya; hanya ada hampa dan kegelisahan yang mencekam.Pandangannya mulai kabur, berputar, dan dunia di sekelilingnya seolah-olah meluncur menjauh. Tanpa sadar, tubuhnya terjatuh, tak lagi mam

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   MENGHILANG

    “Apa kamu baik-baik saja?" tanya Angel, tatkala melihat Rama yang sedari tadi diam, bahkan beberapa jam setelah mereka pulang.“Hemh, aku baik-baik saja,” jawab Rama singkat, terlihat tidak semangat.“Sepertinya aku tahu tujuan laki-laki tadi mengikuti kita. Lebih tepatnya, mengikutimu,” gumam Angel setengah berbisik.Rama menatapnya sebelum kemudian bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”Angel tersenyum kecil. “Karena aku bisa memperhatikan orang lain tanpa mereka sadari,” jawabnya, seolah itu hal yang biasa.Rama tertawa pelan. “Aku bahkan tidak tahu, apakah aku harus takut atau kagum padamu setelah mendengar alasanmu,” ujar Rama sambil memandang Angel dengan ekspresi aneh.Angel mengernyitkan dahinya, merasa bingung dengan ucapan Rama. “Apa maksudmu?” tanyanya heran.“Bisa jadi selama ini kamu memperhatikanku saat di kamar mandi,” jawab Rama sekenanya.Angel terkikik, sambil menggelengkan kepala. “Oh, jadi menurutmu aku memperhatikanmu saat mandi? Aku rasa imajinasimu lebih liar dari

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   PERTANDA APA

    "Pak Darmawan!" serunya hangat, sambil menjabat tangan bosnya. "Sungguh luar biasa bisa bertemu Anda lagi setelah kejadian yang menimpa Anda beberapa waktu lalu."Pak Darmawan tampak sedikit terkejut melihatnya, dan Rama menangkap ekspresi gugup yang sekilas melintas di wajah bosnya sebelum semua orang menyadarinya. Dengan senyum yang dipaksakan, Pak Darmawan membalas, "Senang bertemu Anda kembali, Dokter.""Saya masih tidak percaya, Anda bisa kembali sehat seperti sedia kala setelah dinyatakan mati otak," kata dokter itu, nadanya penuh kekaguman, tapi juga bertanya-tanya.Rama mendengarnya, dan ia merasa bulu kuduknya meremang. "Apa?" bisiknya pada dirinya sendiri. Apa maksud dokter itu? Mati otak? Pikiran Rama berpacu, menghubungkan potongan-potongan informasi yang mulai terasa janggal.Dokter itu terus bicara, menatap Pak Darmawan dengan perasaan penuh rasa syukur. Pak Darmawan tampak semakin canggung, senyumnya hampir hilang. Namun, ia masih mencoba mempertahankan kendali.Pak Darm

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   JEJAK YANG KEMBALI

    "Rama! Pergi!" teriak seorang lelaki yang tergeletak di lantai, bersimbah darah, suaranya dipenuhi dengan ketakutan. Di sampingnya, seorang perempuan bermata teduh melihat Rama dengan tatapan penuh harap."Rama, cepat lari nak, aku mohon pergilah!" Perempuan itu berbisik, suaranya lembut namun penuh tekanan.Rama terpaku, tubuhnya seolah beku. "Ayah... Ibu..." Hanya itu yang bisa terucap, meski suaranya serak. Kepalanya berdenyut nyeri, rasa sakit di hatinya menjalar seperti ribuan jarum menusuk."Rama, pergi! Sekarang!" teriak ayahnya menggema, mendesaknya untuk segera bergerak.Namun, Rama tidak bisa bergerak, seolah waktu telah berhenti dan membuatnya membeku. "Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kalian!" jawabnya setengah terisak.Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. "Akhhh!" teriaknya dengan keras, saat kegelapan mulai menyelimuti pandangannya. Suara-suara itu memudar, dan semuanya terasa melayang.Dengan satu tarikan napas yang dalam, Rama terbangun. Keringat bercucuran di dah

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   MULAI JATUH HATI

    Rama membuka pintu rumah dengan hati-hati, mencoba menghindari sesuatu yang sudah dia perhitungkan sebelumnya. Setelah berhari-hari tidak pulang, dia bisa membayangkan betapa rumitnya pertanyaan yang akan muncul dari gadis itu. Sebetulnya, bukan hanya pekerjaan yang menahannya tidak pulang, tetapi dia merasa membutuhkan waktu untuk tidak bertemu dengan Angel setelah mimpi aneh yang dia alami bersama gadis itu.Baru saja kakinya melangkah masuk, Rama harus berhenti karena sebuah panggilan yang tidak bisa dihindari.“Rama!” panggilnya, sambil melayang mendekati Rama yang terlihat seperti sedang menyusup.Angel melayang tepat di belakang Rama, dia tidak menyadari posisinya terlalu dekat. Sedangkan Rama spontan memutar tubuh, ingin segera memberi alasan kenapa sikapnya seperti itu. Namun tidak sengaja, wajahnya hampir menyentuh wajah Angel yang sedang melayang di belakang tubuhnya.Jantungnya berdegup tidak beraturan, Rama merasa suasana di ruangannya sangat panas, pipinya memerah. Sedang

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   DESA KALIPASIR

    Rama melajukan mobilnya menembus jalanan yang lenggang, namun tidak dengan pikirannya yang terasa lebih sesak. Tidak seperti biasanya, Rama mulai merasa takut dengan apa yang akan dihadapi di masa depan. Akhirnya, dia tiba di sebuah gedung tua yang selama ini digunakan untuk berkumpul dengan teman-temannya, merencanakan maupun merayakan sesuatu. "Halo, Bos!" sapanya dengan hormat. "Oh, hei! Sejak kapan kamu tiba di sini?" tanya bosnya, tidak menyadari kehadiran Rama. Rama menjawabnya hanya dengan seulas senyum tanpa berniat menjelaskan. Dia langsung mengambil posisi duduk berhadapan dengan Sang Bos dan mengambil minuman yang sudah tersedia di depannya. "Apakah terjadi sesuatu, Rama?" Sang Bos menatap tangan kanan kesayangannya itu dengan intens. "Sejauh ini masih aman, tenang saja," jawabnya setelah menenggak setengah gelas bir. "Aku mengenalmu lebih dari siapapun, Rama," ucap Sang Bos menegaskan. Hanya senyum tipis yang bisa Rama berikan untuk menjawab perkataan Bosnya. Dia

  • CINTA DIAMBANG KEMATIAN   MIMPI BURUK

    "Tempat apa ini?" desisnya, sambil melangkah maju, matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya."Rama... kemarilah," panggil seseorang dengan lembut.Rama menajamkan pendengarannya, mencari dari mana suara itu berasal. Terdengar sayup-sayup seseorang bersenandung lemah, bergema di antara suara percikan air."Angel?" panggilnya, sedikit ragu.Gadis itu tampak sedang berendam di jacuzzi, dengan posisi membelakangi Rama. Sedikit merasa janggal karena di tempat asing ini, ia bisa melihat Angel menyentuh sesuatu. Namun, ia yakin jika yang memanggilnya adalah suara Angel."Kamu sudah datang, Rama?" tanya gadis itu sambil berbalik.Rama seketika terdiam, apa yang dilihatnya membuat otaknya berhenti bekerja sejenak. Wajahnya memanas, matanya segera berpaling."Apa yang kamu lakukan?" tanya Rama terkejut."Kemarilah Rama, bantu menggosok punggungku!" jawab Angel dengan suara mendayu, seolah sengaja menggoda Rama."Tidak... lakukanlah sendiri. Aku akan segera keluar," sanggah Rama cepat.T

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status