Home / Romansa / CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA / Bab 60. Suara Yang Dirindukan

Share

Bab 60. Suara Yang Dirindukan

Author: Lona O'S
last update Last Updated: 2023-01-18 21:48:55
Bibi Dolores terdiam sejenak, jauh di dalam benaknya, juru masak setia itu kebingungan memutar otak untuk memberi penjelasan bijaksana pada Mary Aram.

"Nona Muda, itu adalah cincin pernikahan milik Nyonya Muda," bibi Dolores tersenyum lembut.

"Cincin pernikahan Nyonya Muda? Mengapa ada di dalam laciku?"

"Nona Muda sangat teliti dalam menyimpan barang. Maka dari itu, tuan muda Amar Mea Malawi menitipkan cincin pernikahan istrinya pada Nona Muda agar tidak hilang."

"Begitukah?" Mary Aram termangu. "Kemana istri kakak besarku? Ada apa dengan mereka? Mengapa aku sama sekali tidak tahu mengenai kehidupan pernikahan kakak besar?"

"Dan mengapa kamarku disatukan dengan kamar kakak besar? Aku bukan anak kecil, yang harus ditemani ketika tidur! Aku tidak suka dengan dua boneka beruang ini!"

"Banyak sekali pertanyaan dan protes Nona Muda," bibi Dolores menyuapkan makan malam ke mulut Mary Aram.

"Tentu saja banyak pertanyaan dalam benakku," Mary Aram menatap mata bibi Dolores mencari kebenaran. "A
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 61. Guncangan Tidak Terduga

    Suara yang sangat dirindukan, aroma wine yang sangat dirindukan, genggaman erat yang memberi perlindungan."Abee Bong Moja? Akhirnya kau pulang?" hati Mary Aram melonjak girang."Ya! Aku sudah kembali, Mary Aram," genggaman itu berganti menjadi pelukan. Pelukan hangat menciptakan rasa damai."Abee Bong Moja, aku sangat bahagia kau kembali," Mary Aram segera membalikkan badan hendak balas memeluk orang yang sangat dinantikan itu.Namun betapa terkejut Mary Aram ketika mendapati Miriam Aram kakak sepupunya bersandar manja pada punggung Abee Bong Moja."Jadi memang benar kata orang, Abee Bong Moja menjalin hubungan dengan kakak sepupu?" bagai dibanting dari puncak gunung ke dasar jurang, Mary Aram benar-benar sangat hancur hatinya."Mary Aram, bukan begitu!" dengan cepat Abee Bong Moja mendekap erat Mary Aram."Lama aku menahan rindu, menanti kepulanganmu. Meski tanpa kabar berita, aku tetap berkirim surat padamu. Dan sekarung surat berisi seluruh perasaanku, kembali tanpa satupun yang te

    Last Updated : 2023-01-19
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 62. Tatapan Sendu

    Sebelum semuanya benar-benar gelap dan sepi, sayup-sayup masih terdengar pria itu bertanya, "Siapa nama kakak besarmu?""Amar Mea Malawi…"'Bagaimana ini? Mengapa tiba-tiba sekujur tubuhku kaku dan kebas?' Mary Aram menjadi panik akan dirinya, serasa jiwanya ditarik keluar dari raganya. 'Abee Bong Moja! Aku sangat takut.'Debur ombak di tepi pantai, sangat menggetarkan hati. Semilir angin di laut membuat kepala sedikit pusing. Sosok pria yang hangat berwibawa berjalan di hadapan Mary Aram menyusuri pantai."Mary Aram! Begitu aku selesai dengan pendidikanku, aku akan segera kembali menikahimu,""Aku pegang janjimu Abee Bong Moja.""Aku berjanji, pulang membawa kemapanan untuk hidup sejahtera bersamamu."Punggung itu begitu kokoh, namun rasanya hari ini memang hari terakhir dari hubungan cinta.Gemuruh ombak di laut berganti dengan alunan musik sendu, bagai memecah perasaan. Serasa setengah dari jiwa, terbang melayang entah kemana?'Abee Bong Moja… hatiku sangat sakit! Serasa ingin mati

    Last Updated : 2023-01-20
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 63. Keputusan Mengejutkan

    "Kakak Besar, bisakah aku menggantungkan hidupku padamu?" Dalam kesenduan Mary Aram jatuh dalam pergulatan mesra tanpa sehelai benang."Ya Mary Aram, aku sangat cinta padamu. Gantungkan hidupmu padaku, aku menjadikanmu ratu dalam hatiku," betapa bahagianya Amar Mea Malawi, mendapati Mary Aram telah kembali dalam pelukannya dengan sukarela.Saling memagut, saling membelai, saling memuja, Gerak ritmik seirama saling mendesak, membawa keduanya bersama naik ke puncak peraduan bersimbah peluh.Amar Mea Malawi benar-benar bahagia menuntaskan hasrat kerinduan bertabur benih."Kita baru saja menyatu, namun kau akan segera pergi ke St John untuk melanjutkan pendidikan dokter. Tidak bisakah kau tetap bersekolah di St Martin?""Tidak, semua berkas kepindahan sudah diterima oleh Universitas St John, dan pamanku telah membayar lunas biaya pendidikan. Aku tidak bisa mencabut kembali berkas dan uang pamanku.""Aku tidak kuat menahan rindu," Amar Mea Malawi kembali mendesak ke dalam diri Mary Aram.

    Last Updated : 2023-01-22
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 64. Ketegasan Boa Moza

    "Paman…aku sudah berjanji pada kakak besar, untuk kembali padanya setelah menyelesaikan pendidikan dokter," Mary Aram menunduk, ia bingung harus bagaimana?Meski perasaannya terhadap Amar Mea Malawi biasa saja, namun kelembutan Amar Mea Malawi membuatnya nyaman. Ia ingin melupakan Abee Bong Moja, jadi tidak ada salahnya menerima cinta Amar Mea Malawi."Paman, aku ingin melupakan Abee Bong Moja. Dan lagi kakak besar sangat baik dan sayang kepadaku, tidak ada salahnya menerima cinta kakak besar."Boa Moza kehilangan akal menghadapi kebodohan Mary Aram, 'Astaga! Andaikan kau ingat apa saja yang telah Amar Mea Malawi perbuat padamu?'Pria itu tidak dapat berkata-kata, ia hanya bisa menarik napas panjang. "Amar Mea Malawi tidak baik untukmu, percayalah pada Paman! Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari.""Paman, Mary Aram sangat bingung," dengan sendu Mary Aram memeluk lengan Boa Moza."Paman harus menikahimu, agar martabatmu tetap terjaga," Boa Moza prihatin dengan masa depan keponak

    Last Updated : 2023-01-24
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 65. Hegan Boa Moza

    Menatap seorang anak laki-laki berparas tampan dengan mata bulat jernih berbaring mengoceh di dalam ranjang bayi, membuat Mary Aram langsung jatuh hati."Lihat Paman! Hegan Boa sangat tampan dan lucu! Ia sangat mirip dengan Paman ketika bayi, ha ha..." Mary Aram membuka tas, mengeluarkan secarik foto dari dompetnya."Oh ya?" Boa Moza menatap haru bocah bayi di hadapannya.Bibir anak itu begitu menggemaskan, merah merekah dihiasi air liur yang menetes. Rambutnya berwarna coklat tembaga. merupakan ciri khusus orang Muara Mua."Hegan Boa? Kau memang anakku, bibir dan rambutmu adalah bibir dan rambut Boa Moza," Boa Moza menggendong Hegan Boa.Ia membandingkan wajahnya dengan foto di tangan Mary Aram. "Benarkah Hegan Boa sangat mirip denganku?""Ya Paman, sangat mirip!" Mary Aram terpukau dengan kemiripan yang akurat itu. "Paman, aku ingin menggendongnya.""Hegan Boa sayangku, panggil aku lbu," Hegan Boa kecil menatap Mary Aram dengan mata terbelalak, lalu menangis. "Ah, bagaimana aku bisa

    Last Updated : 2023-01-28
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 66. Suatu Misteri

    Semilir angin di tengah laut, masuk melalui celah jendela. Di ruang pribadi Boa Moza yang nyaman, tidak bosan-bosannya Mary Aram menimang Hegan Boa."Ayah, lihatlah Hegan Boa sangat tampan. Mary Aram sangat menyayangi Hegan Boa."Tuan Besar Felix Aram terkekeh bahagia menatap wajah lucu keturunan laki-laki keluarga Boa Moza. "Ya, anak ini begitu tampan dan lucu. Ayah lega, keluarga kita telah memiliki penerus laki-laki.""Ayah, paman Ferdinand Aram kini juga memiliki seorang anak laki-laki," Mary Aram terus mengecup pipi wangi Hegan Boa."Jika anak laki-laki kakakku Ferdinand Aram menjadi tabib atau dokter, ia akan meneruskan nama Aram. Namun jika menjadi pedagang, ia akan meneruskan nama Boa Moza."Tuan besar Felix Aram trenyuh menatap betapa sayangnya Mary Aram terhadap Hegan Boa, seharusnya yang berada di pangkuan anaknya itu adalah anak Mary Aram sendiri. Sebersit rasa bersalah telah mengambil sel telur Mary Aram, tanpa sepengetahuan anaknya itu."Nak, kau tampak sangat menyayangi

    Last Updated : 2023-02-02
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 67. Pilu Melanda

    "Keterlaluan Kau ini! Lancang sekali kau ingin mati?" Boa Moza mengguncang tubuh Mary Aram dengan sangat marah."Paman, entahlah! Aku tidak mengerti akan diriku. Rasa sakit itu begitu menguasai hatiku, pedih menusuk jantungku," Mary Aram menangis di sela sesak napasnya. "Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa hatiku sangat sakit?""Dengar! Aku habiskan sepanjang waktu hidupku untuk mengasuhmu! Beraninya kau mengabaikan kasih sayangku?""Adakah hal yang Paman dan ayah sembunyikan dariku? Aku merasa sebagian waktuku habis hanya untuk tidur, dan selalu bangun di tempat yang berbeda," Mary Aram memeluk lengan Boa Moza, "Paman aku sangat takut,""Bukankah ada Paman bersamamu?" Nada bicara Boa Moza kembali melunak."Paman, jangan tinggalkan aku," Mary Aram menyusup dalam pelukan hangat Boa Moza pamannya."Mary Aram, bagaimana jika pernikahan adat berlanjut pada pernikahan yang sebenarnya?" Hati Boa Moza ikut sakit akan trauma yang membayangi Mary Aram."Paman, Mary Aram telah melakukan

    Last Updated : 2023-02-04
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 68. Tamu Di Luar Dugaan

    "Paman... apakah monster itu mengejarku?" wajah Mary Aram pucat pasi, ia sangat ketakutan dan kebingungan. "Paman...""Oh Astaga," Boa Moza kembali menghampiri Mary Aram. Pria itu mendekap erat dan membawa masuk Mary Aram ke dalam kabin pribadinya."Tidak ada monster di kapalku! Tetap di dalam kabin, jaga Hegan Boa untukku," Boa Moza menatap mata Mary Aram lekat-lekat. Dengan cepat ia memagut bibir indah Mary Aram.Sejenak waktu terasa berhenti, napas hangat saling bertemu menciptakan kedamaian. Hanya terdengar detak jantung keduanya menguasai keheningan kabin."Bisakah kau menjaga Hegan Boa?" suara lembut Boa Moza menggugah hati Mary Aram."Mary Aram akan berusaha," ia menyandarkan keningnya sejenak pada tubuh bidang Boa Moza. "Namun Mary Aram sangat takut.""Bagus, tidak ada yang perlu ditakutkan," Boa Moza mengecup kening Mary Aram, lalu meraih kemeja tanpa mengancingkannya. Kemudian pria itu segera keluar kabin dan menguncinya dari luar. Menyadari dirinya hanya berdua dengan Hegan

    Last Updated : 2023-02-07

Latest chapter

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 99. Teka-Teki

    "Mary Aram?" Boa Moza terkejut menatap ambang pintu utama rumah persemayaman jenazah. "Bukan kah yang di sana tadi, Mary Aram?"Boa Moza menoleh menatap perawat Patsy, dengan tatapan tidak mengerti. Perawat Patsy juga masih tertegun bingung, dengan apa yang dilihatnya. "Ya, benar! Yang barusan kita lihat adalah Nona Besar!" Perawat Patsy segera berlari menuju pintu utama rumah persemayaman. "Cepat sekali menghilang? Tidak ada siapa-siapa di luar?"Sejenak ia menjelajahi taman kecil di depan rumah persemayaman jenazah. Tidak ada siapa pun di sekitar taman. Tanpa banyak bicara Boa Moza kembali ke ruangan Mary Aram di rawat. "Mary Aram, kau membuatku ikut terkena serangan jantung!"Langkah lebarnya, mempersingkat waktu. Sesampai di ruang perawatan Mary Aram, tirai merah telah disingkirkan. Sebab jenazah tuan besar Felix Aram telah dipindahkan ke gedung persemayaman jenazah."Mary Aram? Kau telah bangun?" Boa Moza menggeser pintu dan menyibak tirai pemisah ruangan.Seorang perawat me

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 98. Duka Yang Mencekik

    "Tuan Besar Boa Moza! Dokter Felix Aram telah berpulang kepada SANG PENCIPTA, tiga puluh menit yang lalu," seorang dokter senior menandatangani selembar kertas. "Maafkan kami, Tuan Besar Boa Moza," dokter senior membungkuk memberi hormat, tanda berduka."Tidak mungkin!" Boa Moza sangat terkejut. Sebab tidak ada tanda-tanda atau firasat jika kakaknya itu akan berpulang kepada Yang Maha Agung SANG PENCIPTA."Kakakku tidak mungkin meninggal! Semalam kami berbincang santai, bahkan kakakku bercanda dengan cucu-cucunya," Boa Moza tidak percaya apa yang dilihat dan didengarnya. "Kakakku itu tertawa bahagia saat menidurkan anak dokter Miseaz di pangkuannya.""Kesedihan mendalam akan nona besar Aram dan tuan muda Mea Malawi putra adatnya, merupakan tekanan berat bagi dokter Felix Aram. Hal itu memicu terjadinya serangan jantung.""Sekali lagi! Ini tidak mungkin!" Boa Moza sangat terpukul, mendapati Dokter Felix Aram berbaring memeluk Mary Aram putri tunggalnya yang koma hampir empat bulan.P

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 97. Tirai Merah Di Ambang Pintu

    "Adam Miseaz? Bagaimana bisa, kau ada di sini?" Desis Boa Moza menahan sakit yang mulai menguasai tubuh. Samar-samar wajah Adam Mizeaz tersenyum ada di depan mata. Senyuman itu terasa aneh, mengandung banyak makna. 'Bagaimana bisa dokter itu berada di St. John? Bukankah seharusnya berada di St. Martin?'Bau anyir darah bercampur obat menguasai ruangan, denting peralatan medis saling beradu.Di tengah setengah kesadarannya, Boa Moza merasakan jika dokter Adam Mizeaz mulai melakukan operasi."Kau heran Boa Moza, mengapa aku bisa di sini?" Suara tenang Adam Mizeaz memecah keheningan, dengan santai ia menangani operasi pengambilan peluru di bahu Boa Moza. "Tentu saja aku harus berada di sini, sebab orang yang sangat aku cintai sedang melangsungkan pernikahan.""Apa maksudmu Adam Mizeaz?" Gumam Boa Moza, hatinya sangat tidak nyaman dengan sikap Adam Mizeaz. "Ya! Aku sangat mencintai Mary Aram! Ia adalah obsesiku! Karena Mary Aram lah, aku berniat menjadi dokter. Agar derajatku sepadan

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 96. Hati Seorang Ibu

    Sangat sakit! Kaku! Sakit yang luar biasa pada punggung itu begitu dominan, membuat sekujur tubuh yang lain mati rasa. Perlahan tubuh menjadi basah oleh cairan hangat! Mary Aram pun tumbang ke lantai.'Keterlaluan! Sungguh keterlaluan! Apa salahku? Mengapa orang-orang begitu kejam padaku?''Tidak cukupkah ayahku, berbuat kebaikan kepada mereka? Mengapa mereka menginginkan nyawaku?'Di tengah perasaan sakit dan malu, Mary Aram berusaha untuk bangkit. Seulas senyum tersungging di sudut bibirnya. 'Ya SANG PENCIPTA Yang Maha Agung, ampunilah orang-orang ini! Aku serahkan perbuatan mereka ke dalam tanganMU SANG PENCIPTAku Yang Maha Agung. '"Istriku!" Boa Moza segera mengangkat Mary Aram, bersamaan dengan Abee Bong Moja."Mary Aram!" Abee Bong Moja berusaha mengambil alih tubuh Mary Aram."Menyingkir! Kau tidak ada hak atas istriku!" Boa Moza mendesak tubuh Abee Bong Moja agar menjauh dari istrinya."Boa Moza! Ia tunanganku!" Abee Bong Moja bersikeras merebut tubuh Mary Aram."Hah! Lihatl

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 95. Perseteruan Sengit

    Dari tangga ruang lonceng dapat terlihat jelas ritual pernikahan suaminya dengan Alda Bong Moja.Tangis pilu Mary Aram semakin tidak terbendung, melihat Alda Bong Moja menerima dupa wangi dari biksu kepala lalu berjalan mengitari Boa Moza. Dari balik cadar pengantin yang transparan, dapat terlihat jelas senyum manis mengembang di wajah wanita itu."Suamiku apapun yang terjadi, aku percaya kepadamu. Namun hatiku tidak bisa menerima wanita itu, dia akan menjadi duri dalam rumah tangga kita.""Ini rumah tangga kita, keluarga kita! Sangat keterlaluan berbagi tempat tidur bersama wanita lain."Dupa wangi telah mengitari pengantin pria, saatnya berganti dengan nyala api mengitari pengantin wanita.Hati Mary Aram semakin tersayat kepedihan, melihat suaminya membawa api dalam bokor tembaga berjalan mengitari pengantin wanita. "Mary Aram, kau harus percaya pada suamimu!" Wanita itu menangis seorang diri, sambil memukul-mukul bahunya. "Aku harus percaya! Aku harus percaya suamiku!"Doa-doa ri

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 94. Hati Yang Terbelah. 

    "Kalian bawa anakku ke menara Timur.""Baik Nyonya besar."Perawat Ellen membawa Hegan Boa keluar, sesampai di ambang pintu ia menoleh. Perawat itu mencemaskan Mary Aram, hatinya tidak tega mendapati suami majikannya direbut paksa tepat pada hari pernikahan. "Namun, apakah Nyonya besar tidak masalah jika kami tinggal?""Kalian jangan cemas, aku baik-baik saja," Mary Aram tersenyum, wajahnya tampak tenang, namun tampak jika sedang mengendalikan perasaan luka. Berlalunya kedua perawat, Mary Aram membuka kotak kayu di hadapan di atas meja. Ia mengeluarkan seuntai kalung dan sebuah cincin perak. Pada liontin kalung serta cincin itu berlambang burung Cendrawasih.Selain itu masih ada sebuah cincin emas berlambang kepala singa. Kedua cincin itu adalah cincin pria, yang longgar di jari Mari Aram. Ia menyematkan kedua cincin itu pada kalung perak, lalu mengenakannya.Lonceng pernikahan kembali terdengar. Mary Aram menarik napas dalam, lalu beranjak meninggalkan kediamannya melalui balkon.

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 93. Penghinaan Tiada Batas

    ["Ibunda Besar! Ibunda Besar! Tuan muda Hegan Boa tidak boleh sering menangis, matanya dapat kembali terinfeksi oleh air mata," perawat Ellen berusaha mengambil alih Hegan Boa.]["Diam! Aku seorang tabib, aku bisa mengobati cucuku sendiri."]["Tidak bisa Ibunda Besar! Pengobatan mata tuan muda tidak boleh berganti metode di tengah jalan! Sangat berbahaya bagi kornea mata tuan muda."]Kegaduhan di luar menjadi jelas terdengar ketika tiba-tiba pintu terbuka lebar."Kurang ajar kalian! Tidak tahu malu!"Seruan penuh kegusaran memutus suasana kasih sayang. Mary Aram tersentak, mendapati kehadiran neneknya menggendong Hegan Boa. Anak itu menangis ketakutan."Nenek! Hegan Boa trauma dengan suara keras. Jangan lah marah atau bersuara keras bila menggendong anakku Hegan Boa."Wanita tua itu datang menghampiri Mary Aram, tanpa diduga langsung menamparnya. Membuat Boa Moza terkejut, tangis Hegan Boa pun semakin keras. "Anak? Anak siapa? Kau ini bukan ibu kandungnya. Hah! Tidak tahu diri benar

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 92. Suatu Dilema

    Senyuman Boa Moza kembali mengembang, sekali lagi ia mengecup kening ibunya. "Tentu saja perawat itu benar! Hegan Boa akan menangis dengan orang asing. Jika anak itu menangis, matanya tidak akan kunjung sembuh tentunya.""Dan juga Ibu, bukankah ada kediaman khusus untuk tamu? Ibu tidak boleh membawa sembarang orang tinggal di kediamanku. Aku tidak nyaman orang lain melihat barang-barang pribadiku.""Joseph Boa, aku bukan orang asing! Akulah ibu Hegan Boa, tentu saja aku berhak menggendong anakku!" Protes keras wanita berjubah pengantin memecah suasana."Benar Nak, Esmeralda Bong bukan orang asing. Ia ibu Hegan Boa, kalian sekeluarga harus kembali bersatu."'Ibu, itu tidak bisa!' Boa Moza menghela napas, perintah ibunya itu sungguh tidak masuk akal. Ia menundukkan kepala mengacuhkan wanita bernama Esmeralda Bong. "Tidak Ibu! Mary Aram adalah ibu Hegan Boa. Mary Aram merawat Hegan Boa dengan welas asih, dokumen kelahiran Hegan Boa pun tertulis Mary Felix Aram sebagai ibu kandungnya."

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 91. Nyonya Besar Boa Moza

    Pagi itu, pukul 08.00 sekretaris pribadi Boa Moza datang bersama empat orang karyawan, untuk mempersiapkan keperluan pernikahan. Mereka menggunakan ruang keluarga sebagai tempat berlangsungnya pengesahan pernikahan.Selang tiga puluh menit, pengacara Boa Moza tiba bersama petugas pencatat pernikahan negara. Mereka akan segera mengesahkan pernikahan Mary Aram dengan Boa Moza secara hukum negara."Tuan Boa Moza, mari kita legalkan pernikahan anda. Sah, secara hukum negara," Petugas pencatat pernikahan menjabat tangan Boa Moza.Sekretaris pribadi mengajak mereka menuju ruang keluarga. Dengan ramah, kedua petugas pemerintahan itu menyiapkan dokumen pernikahan yang akan ditandatangani oleh Mary Aram dan Boa Moza."Apa saja yang menjadi jaminan masa depan istri anda?""Seluruh perusahaan, bisnis, serta seluruh aset dan properti milikku, aku berikan kepada Mary Aram dan Hegan Boa anakku sebagai jaminan masa depan mereka."Pengacara Boa Moza meletakkan daftar kekayaan Boa Moza di tengah mej

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status