“Kakak!! Kak Momo!! Kak Harry!!” teriak Clark panik. Momo juga menghilang seperti halnya Harry. Sehingga di ruang itu tinggal Clark sendirian bersama benda-benda.
Clark berlari ke sana ke mari mencari Momo dan Harry, tetapi dia tidak menemukan. Walau Clark sudah termasuk amak remaja, tetapi perasaan ketakutan juga dia alami.
Yaya ingin memberi tahu pada Clark, kalau hal itu wajar, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan pada Clark yang masih mondar mandir kalang kabut. Perhatian Clark sudah kacau, sehingga dia tidak memperhatikan Yaya lompat-lompat dengan gerakan aneh.
Ketika Clark berkeliling dalam ruangan itu, ada benda yang menarik perhatiannya. Benda itu berupa sebuah batu sebesar kepalan tangan anak-anak.
Bagi Clark, benda itu terus memanggilnya untuk disentuh. Pikirannya beralih dari ketakutan menjadi penasaran. Clark mengulurkan tangan dan menyentuhnya. Tanpa Clark sadari, batu itu menariknya masuk ke ruang batu itu.
&l
Saat Momo masuk ke ruangan benda-benda itu, matanya tetap tidak bisa memalingkan ke tempat lain. Lukisan Charity yang besar selalu menarik perhatiannya. Hatinya sangat sedih, karena ingatan tentang Charity sangat terbatas.Momo tidak tahu kenapa dia bisa melupakan sosok Charity, padahal saat itu dia sudah cukup besar untuk mengenali dan mengingat Charity.Air mata Momo menetes, karena rasa rindu dalam hati menyesakkan dadanya. Yah, yang tertinggal dalam kenangan hanya rasa rindu itu. Bagaimana sosok Charity dahulu tidak diingatnya sama sekali.Tanpa sadar tangan Momo terulur dan menyentuh lukisan Charity. Rasa rindu itu yang menggerakkan tangannya. Dia berharap dengan menyentuh lukisan Charity, rasa rindunya terbalas.“Kak Momo!! Kak Harry menghilang!!”Momo tersentak kaget mendengar teriakan Clark. Namun sebelum Momo mengetahui apa yang terjadi, lukisan itu menarik Momo ke ruangnya. Sosok Clark yang seharusnya Momo lihat berubah menjad
Saat memasuki ruangan benda-benda itu, perhatian Harry tertuju pada stempel itu. Daya tarik dari stempel itu semakin kuat dibanding sebelumnya. Harry melangkah mendekati kotak stempel itu. Dia menyentuh penutup kotak kaca, tetapi tanpa disadarinya, stempel itu membawa Harry masuk ke dalam ruangnya.Dengan kebingungan, Harry memandang sekelilingnya yang telah berubah. Stempel yang tadi ada di depan matanya, sekarang menghilang. Ruangan yang tadinya penuh dengan benda-benda, berganti menjadi sebuah aula pertemuan.Seperti sebuah kerajaan yang mempunyai singgasana dalam aula pertemuan, ruang ini juga demikian. Ada kursi singgasana yang sekarang diduduki oleh seseorang. Harry menyipitkan matanya untuk melihat sosok yang sedang duduk di kursi itu dalam keadaan menunduk. Seperti orang yang tertidur.“Apa?!” teriak Harry terkejut dengan mata terbuka sangat lebar. Orang yang duduk di sana sangat mirip dengan dirinya. Saat Harry berteriak terkejut, orang itu
“Ada apa, Mo?” tanya Harry setelah berada di samping Momo. Dia tidak mengerti arah pembicaraan mereka, tetapi dia bisa melihat kepanikan dari Yaya yang melompat tidak karuan.“Clark, Pak. Kata Yaya, dia lari kesana kemari untuk mencari kita yang menghilang. Dan kemudian dia juga menghilang di area belakang. Kata Yaya, tidak seharusnya dia memulai pelatihan di tempat itu. Jadi sekarang Yaya kebingungan,” kata Momo cemas.“Kalau begitu, kita coba mencari dia di area belakang. Ayo!” ajak Harry.Harry dan Momo berlari ke belakang mengikuti Yaya yang menunjukkan temapt menghilangnya Clark. Mereka melihat Yaya melompat-lompat dengan panic.“Pak, Yaya menemukan Clark!!” teriak Momo. Mereka segera berlari menuju ke tempat Yaya melompat-lompat.“Clark!! Kenapa kamu tidur di lantai? Apa yang terjadi padamu? Kenapa badanmu luka-luka?!” teriak Momo panik saat melihat Clark tergeletak di lantai dengan
Mendengar teriakan Momo, Harry dan Clark terlompat kaget. Begitu pun dengan Yaya.“Ada apa, Mo?” seru Harry kebingungan.Momo menarik napas. Clark memberi tisu pada Momo untuk menyeka air matanya.“Kita … kita harus pulang,” isak Momo dan masih memegang dadanya dengan napas tersengal-sengal.“Ada apa, Kak? Apakah ada hal yang tidak bagus telah terjadi yang tidak terlihat di layar?” tanya Clark gelisah.Momo menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan.“Yaya, apakah mesinmu ini bisa melihat masa depan?” tanya Momo tanpa menjawab pertanyaan Clark.“Tentu saja bisa dengan kekuatan kalian,” jawab Yaya tegang.“Tidak. Apakah mesinmu ini bisa memindahkan kita ke luar dunia cermin dan tiba langsung di rumah?” tanya Momo lagi. Dia berubah pikiran.“Tentu saja bisa dengan kekuatan kalian,” jawab Yaya semakin tegang.&ld
“Tidak mungkin!” pekik Momo dengan suara tertahan.“Iya, tidak mungkin, Clark. Kamu itu adik kami. Dengan kekuatanmu itu sudah menunjukkan kamu adalah bagian dari kami. Kamu lihat sendiri, kan, saat kita menyatukan tangan kita. Kalau kamu bukan adik kami, tidak mungkin kita bisa menyatukan kekuatan. Kamu juga sudah masuk ke ruang benda-benda itu dan berlatih. Jadi percayalah kalau kamu adalah keluarga kami, adik kami yang hilang. Sedangkan Ken, Kak Agna sudah mengatakan kalau dia adalah anak dari temannya,” bisik Harry tidak percaya, tetapi mencoba meyakinkan Clark dan dirinya sendiri.“Tapi dia ngotot kalau salah satu dari kami adalah anaknya, Kak. Apa mungkin Mama berbohong? Atau mungkin Ken anak dari bapak itu?” tanya Clark skeptis.“Tidak mungkin! Aku tahu kalau Kak Agna berbohong. Kamu tahu kemampuanku dari dulu, kan? Aku mampu mengetahui apakah orang itu berbohong atau tidak, dan aku yakin kalau Kak Agna tidak berb
Semua tersentak mendengar perkataan Agna. Penuh dengan pertanyaan di kepala mereka. Semua orang mengerutkan kening mereka.“Apa kamu bilang?! Aku tidak pernah memberi dia nafkah?! Itu karena kamu!! Chaira meninggalkanku karena kamu! Wanita munafik!!” bentak Toni.“Apa?! Aku munafik?! Aku memelihara kedua anak ini, karena kamu!! Kamu yang membunuh Kenandra!! Aaakkhh!!” teriak Agna histeris sambil menangis kencang.“Dia yang membunuh Kenandra?!”Tiba-tiba muncul suara bariton dengan nada terkejut di depan pintu masuk. Beberapa anak buah Toni memburu masuk dalam keadaan luka-luka. Masih berusaha menahan kedatangan orang itu, tetapi mereka tidak berani maju tanpa mendapat perintah dari Toni.“Jadi kamu tahu siapa yang membunuh Kenandra, Agna? Mengapa kamu tidak mengatakannya? Dan siapa pria ini? Sepertinya kamu mengenalnya!”“Kak Kerry!!” panggil Harry.“Papa?!” teria
“Apa yang ingin kamu rebut dari Kenandra?” tanya Kerry. Dia semakin penasaran. Dahulu Dia dan Kenandra adalah sahabat, tetapi Agna sangat menyukai Kenandra, sedangkan Kenandra hanya menganggapnya sebagai adik perempuan. Cinta saudara, tidak lebih.“Aku hanya ingin merebut anak yang dia bawa!! Siapa suruh dia bekerja sebagai pelayan dan membawa lari anak majikannya!! Sampai hari ini aku tidak tahu anak itu di mana!! Ggrr!!” kata Toni dengan geram.Gara-gara Toni tidak mendapatkan anak itu dan sudah memakai uangnya Mira, dia sekarang menjadi suruhannya Mira untuk selamanya. Padahal keinginannya, setelah mendapat uang dari Mira, dia akan menjadi pengusaha. Nasib … nasib.“Kak Agna, sekarang lanjutkan cerita Kakak!” perintah Harry dengan tatapan memaksa semua orang untuk diam.“Kata Kenandra, Nesta dibunuh, jadi dia terpaksa memohon aku untuk memelihara anaknya, karena saat ini ada tugas yang harus dia emban ya
Mereka terkejut dengan suara ledakan dari luar ditambah salah seorang anak buah Toni berlari masuk ke dalam rumah dalam keadaan berantakan dan terluka.“Pak, ayo pergi dari sini! Bawa orang tua Bapak beserta Kak Agna dan Kak Kerry! Biar aku yang menahan Ibu Mira, sehingga memberi kalian waktu untuk melarikan diri. Bawa Clark juga!” perintah Momo dengan suara rendah.“Ibu Mira?!” seru Harry kaget. Belum saatnya mereka ketahuan. “Tapi bagaimana denganmu?!”“Tenanglah, aku punya sandiwara yang bisa kumainkan. Pergilah cepat! Dia sudah semakin dekat!” seru Momo.Tanpa bertanya lagi, Harry membawa mereka semuanya melarikan diri lewat pintu belakang dapur. Clark sebenarnya tidak mau mengikuti Harry, tetapi Kerry dan Agna terus menariknya. Mata Clark memandang Momo yang ditinggal.“Kak Momo!!” seru Clark lirih dengan pelan.“Pergilah, Clark. Aku bisa tangani ini. Yang penting kalian
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Semua netra menoleh pada sumber suara. Walau Harry dan kawan-kawan diam, tetapi netra mereka menuntut penjelasan.“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan lebih terperinci daripada pemberitahuan ini. Silakan kalian masuk lewat pintu kanan,” kata orang itu sambil menunjukkan pintu masuk sebelah kanan. “Eh, tunggu, kecuali kamu. Tempatmu bukan di kanan, tetapi di kiri.”Ken tersentak kaget karena dia disuruh menuju ke pintu kiri. Dengan heran dia memandang orang itu.“Mengapa?”“Ada yang harus kamu temui dahulu.”Hanya jawaban itu, tetapi membuat raut wajah Ken memucat. Dengan lesu, dia menuju ke pintu sebelah kiri.“Siapa yang harus dia temui, Bin?” tanya Sina.“Kamu akan tahu juga nanti,” kata Bin tidak peduli. Dia segera membuka pintu buat mereka bertiga dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.Saat mereka masuk, Harry takjub melihat suasana di dalam. Pintu masu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu