“Kok bisa?” bohong dokter Ida, yang sebenarnya sudah tahu.
“Iya, saya sedang sholat,” Tias menunduk.
Dokter Ida tersenyum. Ternyata, lebih mudah untuk memberikan rangsangan dari pada ekspektasinya. Tinggal eksekusi saja. Dia akan memberikan rangsangan, Agar Tias bisa melepaskan Galih selamanya. Lelaki itu memberikan pengaruh yang tidak sehat kepada Tias. Dengan perangainya dan sarkasmenya, bisa-bisa membuat Tias depresi.
“Tias, percayalah. Lepaskan beban yang mengganggumu, jika kau ingin Lita baik-baik saja. Kau meu dengar pendapatku? Apakah kamu percaya padaku?” Dokter Ida memegang kedua pundak Tias, setelah wanita itu maju dan duduk tepat di kursi sebelah yang Tias duduki.
Dokter Ida mencoba mempengaruhi pemikiran Tias. Wanita itu hanya terdiam sambil menunduk saja. Dia sedang menganalisa perkataan dari dokternya tersebut. Melihat Tias tanpa ekspresi, dokte
*Flas Back On*Tias berjalan melewati lorong sekolah. Tiba-tiba, ada sekelompok anak-anak kelas 12 yang mengikutinya. Tias memang termasuk anak yang pendiam. Meskipun dia bisa bela diri, akan tetapi justru keahliannya tidak ditunjukkan. Sering kali anak-anak nakal membullynya, karena mengira dia tidak bisa melakukan papun, ketika dibully. Sering kali, orang lain menganggapnya lemah.“Hai anak udik, beliin gue jajan di kantin,” kata seorang anak bertubuh gempal. Dia adalah Desy kakak kelas Tias dari kelas XII F. Mereka memang terkenal suka bikin onar.“Maaf, Kak. Saya tidak bisa.” Tias beranjak dan pergi meninggalkan gank tersebut.“Heh, udik! Berani banget bacot lo ngebantah kita!Mau gue enyahkan, Lo?” teriak anak yang lain.Mereka berjumlah lima anak. Masing-masing memiliki karakter berbeda-beda. Misalnya si gempal, dia memiliki karekter domin
“Berani, Lo? Ini juga udah cepet.”Tiba-tiba, ada tangan kekar yang menarik tubuh Tias ke sebuah ruangan. Tias akan menjerit, akan tetapi dibekap oleh sang penarik agar tidak ketahuan. Mata mereka saling bertemu. Galih tersenyum mnelihat mata indah milik Tias.“Yah, kemana larinya? Si bos sih, pakai acara ngos-ngosan segala. Jadi lari ‘kan si kutu kucing?”Jelita mengeluh dan memonyongkan bibirnya. Desy tidak terima. Wanita itu mengata-ngatai Jelita hingga timbul rasa benci pada diri Jelita. Akan tetapi, dia tidak berani meninggalkan, juga tidak berani membalas anggota se-gank. Hanya menyimpan saja, dalam lubuk yang paling dalam.Sementara itu, Tias dalam dekapan lelaki itu terdiam. Sorot mata lelaki itu mampu mengunci ketakutannya, sehingga tidak menyeruak keluar dari benaknya. Ketakutan itu hanya tertahan di tenggorokannya saja. Dekapan lelaki itu membuat dirinya
Akan tetapi, kesan itu makin lama- makin pudar, setelah menikah lama dengan lelaki itu. Menyesal? Tidak! Tias tidak pernah menyesal pernah memilih Galih. Akan tetapi, dia menyesal pada perasaannya, yang pernah memberikan seluruhnya pada lelaki itu. Seharusnya, dirinya dapat mengendalikan diri, tidak mencintai Galih terlalu dalam. Air matanya meluncur melewati sudaut matanya, lagi dan lagi. Sesak di dada menguasainya, sehingga terisak penuh dengan perasaan bimbang. Dokter Ida kembali masuk ke ruangannya, setelah setengah jam meninggalkan Tias.“Saya tidak memaksa, Tias. Apapun keputusanmu, itu hak kamu. Tapi pikirkan lagi, ya?” Pinta sang dokter.Tias berterima kasih, kemudian meminta ijin meminjam toilet untuk mencuci wajahnya. Wanita itu akan menghilangkan jejak air matanya. Dia melangkah memasuki toilet tersebut. Dibuka kran untuk mengalirkan air. Setelah menerpa wajah tersebut dengan air dingin yang mengalir, Tias merasa lebih
Sambil menunggu balasan dan juga pesanan online, Tias membuat dua bungkus susu coklat untuk di nikmati berdua. Diseduh coklat bubuk dicampur dengan gula aren, sehingga menyeruak aroma khas dari seduhannya, yang mulai menyentuh reseptor indra penciuman.“Ta, coklat buat, Lo. Ta, bicara sama gue. Jangan diemin gue seperti ini.”“Hah, aku ... aku butuh waktu sendiri, Yas. Lo kalau mau pulang, pulang saja.” Lita berjalan memasuki kamarnya. Tias duduk di sofa membiarkan Lita yang masuk ke kamarnya. Kemudian wanita itu membuka chatingannya menunggu jawaban dari suami Lita.“Saya pulang besok pagi, apa ada yang terjadi?” tanya suami Lita dalam chatnya.“Saya akan je
Timbul rasa mantab dalam jiwanya untuk meminta lelaki itu melepaskannya. Tapi, mulai dari mana? Seolah semua jalan hanya berhasil tertuju padanya, tanpa bisa menghindar.“Yas, jalan-jalan yuk?” ajak Lita.“Kemana? Ayo saja, mumpung masih siang. Kita habiskan jalan-jalan sampai malam hari.” Tias sudah mengangkat tas jinjingnya, sedangkan Lita masuk ke kamar untuk berganti baju. Dres warna hijau tosca menjadi pilihannya, dengan bunga-bunga kecil warna merah menjadikan anggun Lita siang ini. Make-up yang flawles dengan warna nude, membuat wajahnya yang anggun tambah cantik berseri. Hari ini hari Jum’at. Tentu banyak wisatawan mulai berdatangan meskipun tidak seramai Sabtu dan Minggu. Akan tetapi, ini hari libur sekolah.“Kamu memang sahabatku yang paling cantik.” Mereka berdua melenggang ke garasi untuk mengeluarkan motor. Mereka akan menggunkan motor untuk membawa jalan-jalan siang
“Hahaha ... biarin saja diarak keliling kota ...”“Udah ah, yuk ...”Mereka memasuki restoran berbau masakan Jepang. Tias membelalakan matanya, melihat apa yang terjadi. Galih dengan rakusnya menyesap bibir manis wanita itu. dengan lincah tangan kirnya masuk ke dalam baju wanita itu. Tangan tersebut memainkan anakan gunung milik wanita itu. Lelaki itu terlihat tidak peduli dengan keadaan sekitar yang sebagian besar memang bule. Tapi ini ditempat umum. Dada Tias terasa sangat engap melihat itu. Ciuman itu terlihat sangat panas dan menggila. Dia coba menggeret Lita untuk pergi dari restoran itu, akan tetapi Lita tidak mau. Wanita itu tetap kekeh ingin makan di restoran itu.“Kenapa sih? Ada apa?” Lita ikut membelalakan matanya melihat hal itu. Saat Lita menoleh, hampir saja lelaki itu membuat baju sang wanita lepas. Bagian ujung yang kenyal sudah keluar. Lita yang paling marah di s
Drama mereka baru saja, disaksikan oleh banyak pasang mata. Namun, karena hal itu bukan urusan mereka, hanya terdengar bisikan saja. Akan tetapi, Milea sang wanita penggoda tidak perduli dengan seluruh pandangan orang di tempat itu. Dia tetapsaja nempel seperti perangko dengan Galih. Orang-orang bubar sendiri, ketika Tias sudah pergi. Galih dan juga Milea berjalan kembali ke meja mereka. Galih pamit ke toilet. Sedangkan Milea masih menikmati makanan. Wanita itu merasa kejadian baru saja, bagai angin lalu. Sedangkan Galih di toilet membersihkan wajahnya yang lengket terkena jus jambu yang di siramkan oleh Lita ke wajahnya. Milea justru menikmati marahnya Tias dengan sangat bahagia. Memang itu yang menjadi tujuan wanita itu. Menguasai Galih, menghancurkan rumah tangganya, sehingga lelaki itu hanya miliknya. “Benarkah aku sangat jahat padanya?” Lelaki itu bersandar di dinding toilet, sebelah kaca. Dia merasa menyesal melakukan semua itu. Ak
Galih sudah sampai di rumah, akan tetapi hanya kehampaan. Tidak ada Tias yang selalu tersenyum menyambut kedatangannya. Lagi-lagi, bayangan kejahatan yang dia lakukan kepada Tias terbayang. Dia selalu menanggapi sinis,ketika senyum manis Tias mengembang saat menyambutnya.Galih mengendurkan dasi yang di kenakannya. Dia terkulai lemas di sofa, melepas kancing lengannya satu persatu, kemudian menggulung lengannya. Dia luruh, kemudian berbaring di sofa itu. Hujan mulai mengguyur di luar sana. Petir menggelegar seolah membelah langit yang menangis mengeluarkan air matanya.Sementara itu, Lita mengajak Tias ke danau buatan yang ada di kota kecil itu. Mata Tias sudah penuh dengan air bening menggenang di pelupuk netranya.“Aku tidak menyangka, Lit. Aku sungguh tidak menyangka jika mas Galih melakukan ini padaku,” keluh Tias.“Menangislah, Yas. Aku sahabatmu.
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h