Di sini lah Chris dan perempuan yang di club tadi, di mobil Chris dengan keheningan.
"Siapa namamu?" tanya Chris untuk memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Gabriel."
"Nama panjang mu," tanya Chris lagi.
"Nafeesa Gabriella."
"Berapa umurmu?"
Gabriel merasa diinterogasi. Dia juga merasa risih saat ditanya umurnya karena itu merupakan privasi Gabriel.
"Kenapa kau bertanya umurku?" jawab Gabriel.
"Hanya ingin tahu saja," singkat Chris.
"Aku kelas 3 SMA."
"Are you seriusly?" kaget Chris. Chris sangat kaget mengetahui umur Gabriel.
Tiga SMA bukankah berarti Gabriel masih berusia sekitar 17 tahun?
"Memang kenapa?" heran Gabriel karena pria disampingnya ini sangat terkejut saat mengatakan umurnya.
"Tubuhmu tidak terlihat seperti siswi kelas 3 SMA pada umumnya."
Gabriel masih belum paham dengan pria disampingnya ini, "Maksudmu apa?" tanya Gabriel tidak paham.
"Tubuhmu terlalu indah untuk seusiamu."
Deg. Jantung Gabriel berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia menjadi takut dengan perkataan pria asing disampingnya ini.
"Dimana rumahmu?" tanya Chris pada Gabriel.
"Turun disini saja." Pinta Gabriel.
"Kau gila, ini sudah malam."
"Katakan saja alamatmu, aku akan mengantarkanmu dengan selamat, aku tidak akan macam-macam padamu saat sudah sampai dirumahmu," lanjut Chris panjang.
Jujur baru kali ini Chris berbicara panjang kepada perempuan asing yang baru ia kenal.
Gabriel terdiam terhadap ucapan Chris barusan. Ia bingung ingin menjawab apa. Gabriel tidak mempunyai rumah.
Gabriel ditinggal oleh orangtuanya pada saat dia kelas lima Sekolah Dasar. Selama ini ia hidup menumpang pada tantenya. Hingga suatu hari ada seorang lelaki yang menawarkan nya pekerjaan. Gabriel saat itu kurang paham dengan pekerjaan yang di jelaskan oleh lelaki tersebut.
Lelaki tersebut hanya memberikan sepasang baju seksi dan alamat yang akan menjadi tempat kerja Gabriel. Lelaki itu menjelaskan Gabriel akan bekerja pada pukul sembilan malam sampai selesai.
Karena Gabriel tidak ingin merepotkan tantenya lagi, Gabriel mengucapkan pada tantenya bahwa ia akan menjadi asisten rumah tangga dan dia juga bilang akan tinggal dirumah tempat Gabriel bekerja.
Mungkin karena Gabriel telah membohongi tante kesayangannya. Tanpa sadar Gabriel dijebak oleh lelaki tersebut untuk menjadi seorang pelacur.
"Turun disini!" perintah Gabriel pada Chris.
"Itu rumahmu?" tanya Chris, pasalnya disebelah kiri mobil Chris memang terdapat rumah yang lumayan besar bercat putih.
"Iya, terima kasih sudah mengantarku." Gabriel telah berbohong pada Chris.
Gabriel keluar dari mobil, namun dicegah oleh Chris.
"Tunggu!" cegah Chris.
"Aku Chris, ini kartu namaku," ucap Chris sambil menyerahkan kertas kecil yang berisikan identitas nya. Disitu juga terdapat nomor telepon Chris yang bisa dihubungi.
"Ah terimakasih, sampai jumpa."
Tanpa menunggu jawaban dari Chris, Gabriel keluar dari mobil dan langsung menutup pintu mobil. Chris pun pergi melajukan mobilnya.
Sekarang Gabriel bingung, dimana malam ini ia akan tidur. Ia ingin pulang ke rumah tantenya, tapi apa yang akan Gabriel jawab jika tante kesayangannya memberikan berbagai pertanyaan padanya.
Rintikan hujan mulai turun, awalnya titik-titik kecil namun lama kelamaan hujan deras mengguyur Gabriel. Gabriel langsung meneduh pada halte bus yang tak jauh darinya.
Tanpa Gabriel sadari, Chris ternyata telah memantau Gabriel sedari tadi. Chris tidak pulang, ia hanya berputar balik karena kecurigaan yang ia rasakan pada Gabriel.
Dan ternyata benar, kecurigaan bahwa rumah itu bukan milik Gabriel ternyata benar.
Chris melajukan mobilnya mendekati halte. Didepan Gabriel saat ini terdapat mobil berhenti. Ia tidak memperhatikan mobil yang berhenti karena Ia sedang kedinginan.
Melihat Gabriel kedinginan, Chris keluar dari mobil dengan membawa payung dan jaket miliknya yang selalu tersedia didalam mobil karena ia sering memakainya saat Chris sedang kedinginan.
"Pakailah!" perintah Chris.
Mendengar suara yang tidak asing baginya, Gabriel mendongakkan kepalanya. Ia terkejut. Chris saat ini ada dihadapannya.
"Pakai sendiri atau kupakai kan."
Penuturan Chris membuat Gabriel langsung mengambil jaket dari tangan Chris.
Dengan gugup Gabriel langsung memasangkan jaket pemberian Chris pada tubuhnya. Dan ya, semerbak parfum Chris pada jaket langsung masuk dengan sopan ke hidung Gabriel. Wangi vanilla sangatlah candu.
"Kenapa kau disini? Kenapa tidak masuk rumah? Kau mau pergi kemana malam-malam begini?"
Pertanyaan beruntun membuat Gabriel semakin diam. Ia bingung ingin menjawab apa pada Chris.
"A-aku tidak tahu." Gabriel tahu, jawabannya adalah jawaban bodoh. Otaknya tidak dapat berjalan saat ia berbohong.
"Kau berbohong?" duga Chris.
Gabriel langsung bungkam. Ia ketahuan.
"Ck...." decak Chris.
Chris sangat membenci orang yang membohonginya. Pertemuan pertama dirinya dengan Gabriel membuat nya sangat tidak suka dengan sikap Gabriel.
"Pulanglah! Ini sudah malam," ucap Chris berjalan masuk kedalam mobil.
"Tunggu!" cegah Gabriel.
Chris mengangkat alisnya. Gabriel sangat gugup saat Chris menatapnya seperti itu. Apakah Chris marah karena Gabriel telah membohonginya? Entahlah.
"Em....b-bolehkah aku menginap di rumah mu semalam?" Gabriel sangat gugup mengatakan itu, Ia takut jika ia akan dimaki habis-habisan oleh Chris. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak ingin tidur di halte dengan cuaca dingin seperti ini. Bisa saja malam ini ia mati dalam kedinginan.
"Masuklah." Chris melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam mobil.
Gabriel terkejut dengan respon Chris, yang sangat cepat menyetujui bahwa ia akan menginap dirumah Chris semalam.
Gabriel mengikuti kata-kata Chris dan masuk kedalam mobil. Keadaan mobil sekarang hening. Chris tidak minat untuk mengawali percakapan. Dan Gabriel, ia masih bergulat dengan pikirannya.
Ia bepikir jika malam ini ia bisa menginap di rumah Chris, tapi bagaimana untuk malam-malam selanjutnya. Ia juga bingung akan bekerja dimana. Ia ingin berhenti untuk menjadi pelacur. Tapi jika ia berhenti jadi pelacur, bagaimana Gabriel mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Chris dan Gabriel telah sampai di rumah Chris. Gabriel menganga melihat rumah Chris, dalam hati Gabriel mungkin ini bukan rumah tapi mansion. Ini sangatlah besar bahkan berkali-kali lipat dari rumah yang ditempati Gabriel.
Apa pekerjaan Chris sampai ia memiliki rumah sebesar ini? Ah Gabriel lupa jika tadi Chris memberinya kartu nama. Ia akan mencari tahu di kartu nama itu.
Pintu terbuka lebar.
"Wow." Itulah yang Gabriel katakan didalam hatinya.
Furniture dirumah Chris sangat mewah dan terlihat mahal. Rumah ini sangat lebar, para pembantu disini pasti lelah membersihkan lantai-lantai ini.
"Aku tunjukkan kamarmu."
Gabriel hanya mengekori Chris dibelakang.
"Ini kamarmu untuk malam ini, sebelahnya adalah kamarku, jika kau membutuhkan sesuatu pergilah ke kamar ku. Dengan satu syarat! Ketuklah pintu terlebih dahulu sebelum kau masuk," ucap tegas Chris pada Gabriel.
Gabriel hanya mengangguk patuh. Chris lalu masuk ke kamar nya untuk beristirahat. Saat Chris ingin membuka pintu. Chris terhenti saat Gabriel berucap.
"Maafkan aku telah membohongimu." Gabriel merasa bersalah pada Chris. Chris sangat baik padanya, tapi ia malah berbohong pada Chris.
"Tak apa," singkat Chris dan melanjutkan kegiatan yang tadi tertunda.
Namun kegiatannya kembali tertunda saat ada yang memanggilnya.
"Papi baru pulang?" ucap anak kecil berusia sekitar tujuh tahunan mungkin? Gabriel menduga-duga. Anak itu baru keluar dari kamarnya yang terletak didepan kamar Gabriel.
Gabriel sangat terkejut saat anak kecil tersebut memanggil Chris dengan sebutan Papi. Jadi Chris sudah menikah? Bahkan mempunyai anak sebesar ini? Lalu kenapa ia diperbolehkan menginap disini? Apakah Chris tidak memperkenalkannya pada istrinya agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka?
Jujur Gabriel tidak paham dengan isi otak Chris yang memperbolehkan seorang perempuan menginap dirumah seorang lelaki yang sudah memiliki istri.
"Aksa, kenapa kamu belum tidur sayang," ucap lembut Chris mengelus lembut kepala anaknya yang masih berusia 7 tahun. "Aku terbangun pi, aku haus, ingin mengambil minum didapur." "Kamu bisa menyuruh pembantu untuk mengambilkannya." "Tidak pi, biar mereka beristirahat lagipula ini sudah malam." Wow. Anak Chris sangatlah dewasa diusianya. "Chris tidak gagal dalam mendidik anak ini," batin Gabriel. Gabriel masih terdiam menyaksikan anak dan bapak yang sedari tadi berbincang tanpa dirinya. Ya iya lah, memang Gabriel siapanya mereka, sampai bisa ikut berbincang-bincang dengan mereka berdua. "Pi dia siapa?" tanya Aksa sambil menunjuk Gabriel. Maklum dia masih kecil, anak kecil pasti jika ingin tahu sesuatu pasti sambil menunjuk kan? "Ah, dia adalah tamu kita Aksa, kau harus baik ya pada tante ini, dia menginap semalam di rumah kita." Gabriel melotot kaget saat Chris memanggilnya tante, bukankah Chris lebih
"Kak Iel, suapin Aksa!" pinta Aksa pada Gabriel untuk menyuapinya. Mereka bertiga sedang berada dimeja makan yang biasanya hanya digunakan oleh Chris dan Aksa untuk sarapan. Tapi kali ini terdapat Gabriel duduk disamping Aksa. Pagi yang cerah, suasana seperti keluarga kecil yang bahagia. Padahal mereka bukanlah keluarga kecil. Melainkan seorang pelacur yang tinggal di rumah seorang CEO konglomerat karena bingung ingin bermalam di mana, serta sebagai pengasuh anak mungkin? "Aksa makan sendiri saja ya," ucap Chris karena ia selalu mengajarkan sifat mandiri pada Aksa agar Aksa tidak ketergantungan pada orang lain. "Kak Iel...." panggil Aksa dengan suara imutnya serta wajah imut yang dimiliki Aksa agar Gabriel luluh dan ingin menyuapi Aksa. "Oke, Kak Iel bakal nyuapin Aksa, tapi ngunyah nya yang cepat ya, biar nggak telat masuk sekolah." "Oke... Aaaa amm." Gabriel memasukkan sarapan Aksa dengan telaten, tidak lupa dengan canda tawa kecil. Ch
"Aksa anak dari adikku," ucap Chris, Gabriel diam menunggu kelanjutan dari ucapan Chris. "Aksa adalah anak yang tidak diinginkan. Adikku meninggal karena pacarnya tidak ingin tanggung jawab. Sejak dia melahirkan Aksa, adikku stres dan beberapa mencoba untuk bunuh diri. Semua ahli psikologis sudah dikerahkan pada adikku. Tapi semua menyerah, tidak ada yang bisa mengobati adikku. Adikku terakhir kali ditemukan meninggal di kamar mandi , ia bunuh diri di bathtub, ia sengaja meminum obat tidur sebelum berendam di bathtub. Tuhan lebih sayang adikku, jadi Tuhan mengambilnya saat adikku akan dibawa ke rumah sakit." Penjelasan Chris membuat Gabriel terpaku. Ternyata pemikiran Gabriel yang selama ini ia pikirkan salah. Gabriel pikir Aksa adalah anak kandung Chris. Gabriel juga berpikir istrinya berselingkuh dan meninggalkan Chris dan Aksa. Mungkin Gabriel terlalu kebanyakan membaca novel, jadi pemikirannya seperti itu. "A-aku pikir kau ditinggal oleh istrimu." Gabriel
Di perjalanan pulang, mobil Chris sangat berisik karena Aksa selalu mengoceh. Gabriel selalu menanggapi ocehan Aksa tersebut. Sedangkan Chris hanya diam, fokus dalam mengendarai mobil, meskipun sesekali Chris tersenyum sangat tipis, sangat sangat tipis hingga tak terlihat oleh Gabriel dan Aksa.“Pi kita makan siangnya dimana?” Chris memang selalu mengajak Aksa untuk makan siang diluar. Tapi karena Chris tahu Gabriel sudah memasak makanan untuk makan siangnya dengan Aksa, Chris meminta untuk makan di rumah saja.“Makan di rumah saja ya, Mami sudah membuatkan kita makanan.” Mendengar ucapan Chris, hati Gabriel seperti sedang dipenuhi dengan kupu-kupu terbang. Bolehkah Gabriel berharap lebih?“Ah tidak tidak,” batin Gabriel saat membayangkannya.Chris sangat bersifat hangat kepada keluarganya dan sahabatnya Alex, terutama kepada Aksa. Chris memang menghangatkan perasaannya saat bersama Aksa, namun ia tidak pernah memanjaka
Suara dentuman keras ini memang sudah biasa bagi para pengunjung club disini. Club ini diisi oleh para pria hidung belang dan pria yang ingin membuang uang nya secara percuma dengan botol-botol yang bisa dibilang fantastis untuk harga satu botolnya. Seperti CEO bernama Chris Brandon. Seorang konglomerat dan pengusaha di Kota New York, kota terpadat di Amerika Serikat. Kita bisa bayangkan seberapa kaya keluarga Brandon. Dia memiliki sifat yang dingin, tegas, dan memiliki aura yang kuat. Masih muda dan kaya membuat banyak wanita yang ingin mendekatinya. Namun Chris tidak pernah merespon mereka satu pun. Karena Chris tau, mereka mendekati nya hanya karena uang dan ketampanan yang ia miliki. "Ada yang baru nih, gak mau nyoba Chris?" ucap sahabat Chris, Alex. "Gak! gua kesini cuma mau nenangin pikirian Al." Chris paham betul apa yang dimaksud oleh Alex. Maksud dari Alex yaitu ada pelacur baru di club ini. Chris sangat terbuka dengan
Di perjalanan pulang, mobil Chris sangat berisik karena Aksa selalu mengoceh. Gabriel selalu menanggapi ocehan Aksa tersebut. Sedangkan Chris hanya diam, fokus dalam mengendarai mobil, meskipun sesekali Chris tersenyum sangat tipis, sangat sangat tipis hingga tak terlihat oleh Gabriel dan Aksa.“Pi kita makan siangnya dimana?” Chris memang selalu mengajak Aksa untuk makan siang diluar. Tapi karena Chris tahu Gabriel sudah memasak makanan untuk makan siangnya dengan Aksa, Chris meminta untuk makan di rumah saja.“Makan di rumah saja ya, Mami sudah membuatkan kita makanan.” Mendengar ucapan Chris, hati Gabriel seperti sedang dipenuhi dengan kupu-kupu terbang. Bolehkah Gabriel berharap lebih?“Ah tidak tidak,” batin Gabriel saat membayangkannya.Chris sangat bersifat hangat kepada keluarganya dan sahabatnya Alex, terutama kepada Aksa. Chris memang menghangatkan perasaannya saat bersama Aksa, namun ia tidak pernah memanjaka
"Aksa anak dari adikku," ucap Chris, Gabriel diam menunggu kelanjutan dari ucapan Chris. "Aksa adalah anak yang tidak diinginkan. Adikku meninggal karena pacarnya tidak ingin tanggung jawab. Sejak dia melahirkan Aksa, adikku stres dan beberapa mencoba untuk bunuh diri. Semua ahli psikologis sudah dikerahkan pada adikku. Tapi semua menyerah, tidak ada yang bisa mengobati adikku. Adikku terakhir kali ditemukan meninggal di kamar mandi , ia bunuh diri di bathtub, ia sengaja meminum obat tidur sebelum berendam di bathtub. Tuhan lebih sayang adikku, jadi Tuhan mengambilnya saat adikku akan dibawa ke rumah sakit." Penjelasan Chris membuat Gabriel terpaku. Ternyata pemikiran Gabriel yang selama ini ia pikirkan salah. Gabriel pikir Aksa adalah anak kandung Chris. Gabriel juga berpikir istrinya berselingkuh dan meninggalkan Chris dan Aksa. Mungkin Gabriel terlalu kebanyakan membaca novel, jadi pemikirannya seperti itu. "A-aku pikir kau ditinggal oleh istrimu." Gabriel
"Kak Iel, suapin Aksa!" pinta Aksa pada Gabriel untuk menyuapinya. Mereka bertiga sedang berada dimeja makan yang biasanya hanya digunakan oleh Chris dan Aksa untuk sarapan. Tapi kali ini terdapat Gabriel duduk disamping Aksa. Pagi yang cerah, suasana seperti keluarga kecil yang bahagia. Padahal mereka bukanlah keluarga kecil. Melainkan seorang pelacur yang tinggal di rumah seorang CEO konglomerat karena bingung ingin bermalam di mana, serta sebagai pengasuh anak mungkin? "Aksa makan sendiri saja ya," ucap Chris karena ia selalu mengajarkan sifat mandiri pada Aksa agar Aksa tidak ketergantungan pada orang lain. "Kak Iel...." panggil Aksa dengan suara imutnya serta wajah imut yang dimiliki Aksa agar Gabriel luluh dan ingin menyuapi Aksa. "Oke, Kak Iel bakal nyuapin Aksa, tapi ngunyah nya yang cepat ya, biar nggak telat masuk sekolah." "Oke... Aaaa amm." Gabriel memasukkan sarapan Aksa dengan telaten, tidak lupa dengan canda tawa kecil. Ch
"Aksa, kenapa kamu belum tidur sayang," ucap lembut Chris mengelus lembut kepala anaknya yang masih berusia 7 tahun. "Aku terbangun pi, aku haus, ingin mengambil minum didapur." "Kamu bisa menyuruh pembantu untuk mengambilkannya." "Tidak pi, biar mereka beristirahat lagipula ini sudah malam." Wow. Anak Chris sangatlah dewasa diusianya. "Chris tidak gagal dalam mendidik anak ini," batin Gabriel. Gabriel masih terdiam menyaksikan anak dan bapak yang sedari tadi berbincang tanpa dirinya. Ya iya lah, memang Gabriel siapanya mereka, sampai bisa ikut berbincang-bincang dengan mereka berdua. "Pi dia siapa?" tanya Aksa sambil menunjuk Gabriel. Maklum dia masih kecil, anak kecil pasti jika ingin tahu sesuatu pasti sambil menunjuk kan? "Ah, dia adalah tamu kita Aksa, kau harus baik ya pada tante ini, dia menginap semalam di rumah kita." Gabriel melotot kaget saat Chris memanggilnya tante, bukankah Chris lebih
Di sini lah Chris dan perempuan yang di club tadi, di mobil Chris dengan keheningan. "Siapa namamu?" tanya Chris untuk memecahkan keheningan di dalam mobil. "Gabriel." "Nama panjang mu," tanya Chris lagi. "Nafeesa Gabriella." "Berapa umurmu?" Gabriel merasa diinterogasi. Dia juga merasa risih saat ditanya umurnya karena itu merupakan privasi Gabriel. "Kenapa kau bertanya umurku?" jawab Gabriel. "Hanya ingin tahu saja," singkat Chris. "Aku kelas 3 SMA." "Are you seriusly?" kaget Chris. Chris sangat kaget mengetahui umur Gabriel. Tiga SMA bukankah berarti Gabriel masih berusia sekitar 17 tahun? "Memang kenapa?" heran Gabriel karena pria disampingnya ini sangat terkejut saat mengatakan umurnya. "Tubuhmu tidak terlihat seperti siswi kelas 3 SMA pada umumnya." Gabriel masih belum paham dengan pria disampingnya ini, "Maksudmu apa?" tanya Gabriel tidak paham. "Tubuh
Suara dentuman keras ini memang sudah biasa bagi para pengunjung club disini. Club ini diisi oleh para pria hidung belang dan pria yang ingin membuang uang nya secara percuma dengan botol-botol yang bisa dibilang fantastis untuk harga satu botolnya. Seperti CEO bernama Chris Brandon. Seorang konglomerat dan pengusaha di Kota New York, kota terpadat di Amerika Serikat. Kita bisa bayangkan seberapa kaya keluarga Brandon. Dia memiliki sifat yang dingin, tegas, dan memiliki aura yang kuat. Masih muda dan kaya membuat banyak wanita yang ingin mendekatinya. Namun Chris tidak pernah merespon mereka satu pun. Karena Chris tau, mereka mendekati nya hanya karena uang dan ketampanan yang ia miliki. "Ada yang baru nih, gak mau nyoba Chris?" ucap sahabat Chris, Alex. "Gak! gua kesini cuma mau nenangin pikirian Al." Chris paham betul apa yang dimaksud oleh Alex. Maksud dari Alex yaitu ada pelacur baru di club ini. Chris sangat terbuka dengan