Suara dentuman keras ini memang sudah biasa bagi para pengunjung club disini. Club ini diisi oleh para pria hidung belang dan pria yang ingin membuang uang nya secara percuma dengan botol-botol yang bisa dibilang fantastis untuk harga satu botolnya.
Seperti CEO bernama Chris Brandon. Seorang konglomerat dan pengusaha di Kota New York, kota terpadat di Amerika Serikat. Kita bisa bayangkan seberapa kaya keluarga Brandon. Dia memiliki sifat yang dingin, tegas, dan memiliki aura yang kuat.
Masih muda dan kaya membuat banyak wanita yang ingin mendekatinya.
Namun Chris tidak pernah merespon mereka satu pun. Karena Chris tau, mereka mendekati nya hanya karena uang dan ketampanan yang ia miliki.
"Ada yang baru nih, gak mau nyoba Chris?" ucap sahabat Chris, Alex.
"Gak! gua kesini cuma mau nenangin pikirian Al."
Chris paham betul apa yang dimaksud oleh Alex. Maksud dari Alex yaitu ada pelacur baru di club ini.
Chris sangat terbuka dengan Alex. Ia hanya ingin berbicara panjang dengan Alex saja. Alex juga merupakan pengusaha kaya raya yang sudah memiliki cabang dimana-mana.
Alex merupakan laki-laki pemain wanita. Ia sering meniduri banyak wanita, namun Alex tipe yang pemilih dalam meniduri wanita.Ia hanya ingin meniduri wanita yang masih perawan saja. Brengsek bukan? Ya Alex memang brengsek.
Berbeda dengan Alex, Chris sangat tidak ingin meniduri wanita yang bukan ia cintai. Chris hanya bermain kecil dengan wanita di club. Hanya memberikan ciuman yang menghanyutkan. Itu saja, tapi tetaplah brengsek dimata kita.
Chris meneguk segelas alkohol yang bernilai fantastis kedalam kerongkongannya. Ia menerawang setiap pengunjung club yang ada.
Tanpa sengaja matanya tertuju pada perempuan yang sedang ketakutan saat ia hendak dicium oleh laki berhidung belang.
Chris melihat perempuan tersebut meneteskan air mata saat tangan pria hidung belang itu meraba-raba tubuh indahnya.
Tidak terlalu jelas memang karena pencahayaan yang kurang. Tapi Chris dapat merasakan bahwa perempuan itu meneteskan air matanya. Chris sangat tidak suka jika perempuan menangis hanya karena lelaki brengsek.
Tanpa pikir panjang Chris langsung mendekati pria hidung belang tersebut dan langsung membogem wajah pria itu.
Pria tersebut langsung tersungkur karena bogeman yang diberikan Chris. Perempuan yang menangis tadi terkejut saat pria yang sedang meraba tubuhnya tersungkur dari sofa club.
"Pergi!" ucap singkat Chris dengan wajah dinginnya pada pria hidung belang.
"Hey, dia wanitaku! Masih banyak wanita lainnya yang bisa kau ajak bersenang-senang," ucap marah si pria hidung belang.
"Pergi!" bentak Chris keras. Ia memang tidak suka banyak bicara.
Semua pengunjung club tertuju pada Chris. Pria hidung belang pun pergi meninggalkan perempuan yang tadi menangis dengan Chris.
"Lanjutkan" teriak Chris pada seluruh pengunjung club sebab kegiatan mereka tertunda karena bentakan Chris tadi.
Setelah Chris melihat pengunjung club kembali ke kegiatan mereka masing-masing. Mata Chris tertuju pada perempuan tadi yang sedang menunduk.
"Jangan takut."
Tidak ada jawaban dari perempuan tersebut. Perempuan itu hanya terus menunduk tanpa menjawab perkataan Chris.
"Ayo ku antar pulang," ucap Chris karena sedingin apapun sifat Chris, ia tidak tega jika ada perempuan yang pulang sendirian saat pukul menunjukkan hampir tengah malam.
"Tidak usah, saya bisa pulang sendiri dan terimakasih telah membantuku," ucap sopan perempuan itu dengan kepala yang masih ia tundukkan.
"Jika berbicara, tataplah lawan bicaramu!"
"Ah ya maafkan aku," ucap perempuan dengan mendongakkan kepalanya.
Tatapan mereka bertemu. Waktu seakan menjadi lambat. Hanya ada keheningan diantara mereka, meski dentuman musik di club ini sangat keras.
"Ekhem," gugup Chris memecahkan keheningan diantara mereka dan membuat perempuan tersebut tersadar.
"Sekali lagi terimakasih sudah membantuku, permisi." Pamit perempuan tersebut kepada Chris.
Perempuan tersebut sudah pergi dari hadapan Chris. Chris pun ingin keluar dari club ini karena ia ingin pulang.
Namun saat Chris ingin melewati bar counter, ia melihat ada perempuan yang jatuh tersungkur karena didorong oleh pria. Chris tau siapa yang mendorong perempuan tersebut. Pria itu adalah yang memiliki club ini.
"Kenapa kamu tidak melayani pria pada malam ini hah?" bentak marah pria pemilik club.
Perempuan yang dibentak hanya diam menunduk.
"Apa kau tuli hah! Kau ini baru disini. Tapi kenapa disaat hari pertama mu bekerja, kau malah mengacaukan hari pertama mu sendiri!"
"Turunkan sedikit nada suaramu saat berbicara dengan seorang perempuan wahai pemilik club yang terhormat," pengucapan Chris membuat pira tersebut dongkol. Muka boleh sangar, tapi hati Chris sangat tidak tega melihat perempuan dibentak keras seperti itu.
"Urusi urusanmu sendiri, jangan ikut campur."
"Apa kau tidak berpikir bagaimana perasaan perempuan saat dibentak hah! Lagipula dia pacarku," bela Chris.
Pemilik club langsung diam. Ia sangat tahu bagaimana Chris saat Chris sedang marah-marah.
"Ikut aku," ucap Chris menarik tangan perempuan yang dibentak sekaligus diakui pacar oleh Chris tadi.
Pemilik club tersebut hanya diam memandangi Chris yang membawa pelacur barunya pergi yang juga ternyata pacar Chris? Pria itu baru tahu kalau Chris mempunyai pacar jalang. Ia pun tidak berani melawan Chris.
Di sini lah Chris dan perempuan yang di club tadi, di mobil Chris dengan keheningan. "Siapa namamu?" tanya Chris untuk memecahkan keheningan di dalam mobil. "Gabriel." "Nama panjang mu," tanya Chris lagi. "Nafeesa Gabriella." "Berapa umurmu?" Gabriel merasa diinterogasi. Dia juga merasa risih saat ditanya umurnya karena itu merupakan privasi Gabriel. "Kenapa kau bertanya umurku?" jawab Gabriel. "Hanya ingin tahu saja," singkat Chris. "Aku kelas 3 SMA." "Are you seriusly?" kaget Chris. Chris sangat kaget mengetahui umur Gabriel. Tiga SMA bukankah berarti Gabriel masih berusia sekitar 17 tahun? "Memang kenapa?" heran Gabriel karena pria disampingnya ini sangat terkejut saat mengatakan umurnya. "Tubuhmu tidak terlihat seperti siswi kelas 3 SMA pada umumnya." Gabriel masih belum paham dengan pria disampingnya ini, "Maksudmu apa?" tanya Gabriel tidak paham. "Tubuh
"Aksa, kenapa kamu belum tidur sayang," ucap lembut Chris mengelus lembut kepala anaknya yang masih berusia 7 tahun. "Aku terbangun pi, aku haus, ingin mengambil minum didapur." "Kamu bisa menyuruh pembantu untuk mengambilkannya." "Tidak pi, biar mereka beristirahat lagipula ini sudah malam." Wow. Anak Chris sangatlah dewasa diusianya. "Chris tidak gagal dalam mendidik anak ini," batin Gabriel. Gabriel masih terdiam menyaksikan anak dan bapak yang sedari tadi berbincang tanpa dirinya. Ya iya lah, memang Gabriel siapanya mereka, sampai bisa ikut berbincang-bincang dengan mereka berdua. "Pi dia siapa?" tanya Aksa sambil menunjuk Gabriel. Maklum dia masih kecil, anak kecil pasti jika ingin tahu sesuatu pasti sambil menunjuk kan? "Ah, dia adalah tamu kita Aksa, kau harus baik ya pada tante ini, dia menginap semalam di rumah kita." Gabriel melotot kaget saat Chris memanggilnya tante, bukankah Chris lebih
"Kak Iel, suapin Aksa!" pinta Aksa pada Gabriel untuk menyuapinya. Mereka bertiga sedang berada dimeja makan yang biasanya hanya digunakan oleh Chris dan Aksa untuk sarapan. Tapi kali ini terdapat Gabriel duduk disamping Aksa. Pagi yang cerah, suasana seperti keluarga kecil yang bahagia. Padahal mereka bukanlah keluarga kecil. Melainkan seorang pelacur yang tinggal di rumah seorang CEO konglomerat karena bingung ingin bermalam di mana, serta sebagai pengasuh anak mungkin? "Aksa makan sendiri saja ya," ucap Chris karena ia selalu mengajarkan sifat mandiri pada Aksa agar Aksa tidak ketergantungan pada orang lain. "Kak Iel...." panggil Aksa dengan suara imutnya serta wajah imut yang dimiliki Aksa agar Gabriel luluh dan ingin menyuapi Aksa. "Oke, Kak Iel bakal nyuapin Aksa, tapi ngunyah nya yang cepat ya, biar nggak telat masuk sekolah." "Oke... Aaaa amm." Gabriel memasukkan sarapan Aksa dengan telaten, tidak lupa dengan canda tawa kecil. Ch
"Aksa anak dari adikku," ucap Chris, Gabriel diam menunggu kelanjutan dari ucapan Chris. "Aksa adalah anak yang tidak diinginkan. Adikku meninggal karena pacarnya tidak ingin tanggung jawab. Sejak dia melahirkan Aksa, adikku stres dan beberapa mencoba untuk bunuh diri. Semua ahli psikologis sudah dikerahkan pada adikku. Tapi semua menyerah, tidak ada yang bisa mengobati adikku. Adikku terakhir kali ditemukan meninggal di kamar mandi , ia bunuh diri di bathtub, ia sengaja meminum obat tidur sebelum berendam di bathtub. Tuhan lebih sayang adikku, jadi Tuhan mengambilnya saat adikku akan dibawa ke rumah sakit." Penjelasan Chris membuat Gabriel terpaku. Ternyata pemikiran Gabriel yang selama ini ia pikirkan salah. Gabriel pikir Aksa adalah anak kandung Chris. Gabriel juga berpikir istrinya berselingkuh dan meninggalkan Chris dan Aksa. Mungkin Gabriel terlalu kebanyakan membaca novel, jadi pemikirannya seperti itu. "A-aku pikir kau ditinggal oleh istrimu." Gabriel
Di perjalanan pulang, mobil Chris sangat berisik karena Aksa selalu mengoceh. Gabriel selalu menanggapi ocehan Aksa tersebut. Sedangkan Chris hanya diam, fokus dalam mengendarai mobil, meskipun sesekali Chris tersenyum sangat tipis, sangat sangat tipis hingga tak terlihat oleh Gabriel dan Aksa.“Pi kita makan siangnya dimana?” Chris memang selalu mengajak Aksa untuk makan siang diluar. Tapi karena Chris tahu Gabriel sudah memasak makanan untuk makan siangnya dengan Aksa, Chris meminta untuk makan di rumah saja.“Makan di rumah saja ya, Mami sudah membuatkan kita makanan.” Mendengar ucapan Chris, hati Gabriel seperti sedang dipenuhi dengan kupu-kupu terbang. Bolehkah Gabriel berharap lebih?“Ah tidak tidak,” batin Gabriel saat membayangkannya.Chris sangat bersifat hangat kepada keluarganya dan sahabatnya Alex, terutama kepada Aksa. Chris memang menghangatkan perasaannya saat bersama Aksa, namun ia tidak pernah memanjaka
Di perjalanan pulang, mobil Chris sangat berisik karena Aksa selalu mengoceh. Gabriel selalu menanggapi ocehan Aksa tersebut. Sedangkan Chris hanya diam, fokus dalam mengendarai mobil, meskipun sesekali Chris tersenyum sangat tipis, sangat sangat tipis hingga tak terlihat oleh Gabriel dan Aksa.“Pi kita makan siangnya dimana?” Chris memang selalu mengajak Aksa untuk makan siang diluar. Tapi karena Chris tahu Gabriel sudah memasak makanan untuk makan siangnya dengan Aksa, Chris meminta untuk makan di rumah saja.“Makan di rumah saja ya, Mami sudah membuatkan kita makanan.” Mendengar ucapan Chris, hati Gabriel seperti sedang dipenuhi dengan kupu-kupu terbang. Bolehkah Gabriel berharap lebih?“Ah tidak tidak,” batin Gabriel saat membayangkannya.Chris sangat bersifat hangat kepada keluarganya dan sahabatnya Alex, terutama kepada Aksa. Chris memang menghangatkan perasaannya saat bersama Aksa, namun ia tidak pernah memanjaka
"Aksa anak dari adikku," ucap Chris, Gabriel diam menunggu kelanjutan dari ucapan Chris. "Aksa adalah anak yang tidak diinginkan. Adikku meninggal karena pacarnya tidak ingin tanggung jawab. Sejak dia melahirkan Aksa, adikku stres dan beberapa mencoba untuk bunuh diri. Semua ahli psikologis sudah dikerahkan pada adikku. Tapi semua menyerah, tidak ada yang bisa mengobati adikku. Adikku terakhir kali ditemukan meninggal di kamar mandi , ia bunuh diri di bathtub, ia sengaja meminum obat tidur sebelum berendam di bathtub. Tuhan lebih sayang adikku, jadi Tuhan mengambilnya saat adikku akan dibawa ke rumah sakit." Penjelasan Chris membuat Gabriel terpaku. Ternyata pemikiran Gabriel yang selama ini ia pikirkan salah. Gabriel pikir Aksa adalah anak kandung Chris. Gabriel juga berpikir istrinya berselingkuh dan meninggalkan Chris dan Aksa. Mungkin Gabriel terlalu kebanyakan membaca novel, jadi pemikirannya seperti itu. "A-aku pikir kau ditinggal oleh istrimu." Gabriel
"Kak Iel, suapin Aksa!" pinta Aksa pada Gabriel untuk menyuapinya. Mereka bertiga sedang berada dimeja makan yang biasanya hanya digunakan oleh Chris dan Aksa untuk sarapan. Tapi kali ini terdapat Gabriel duduk disamping Aksa. Pagi yang cerah, suasana seperti keluarga kecil yang bahagia. Padahal mereka bukanlah keluarga kecil. Melainkan seorang pelacur yang tinggal di rumah seorang CEO konglomerat karena bingung ingin bermalam di mana, serta sebagai pengasuh anak mungkin? "Aksa makan sendiri saja ya," ucap Chris karena ia selalu mengajarkan sifat mandiri pada Aksa agar Aksa tidak ketergantungan pada orang lain. "Kak Iel...." panggil Aksa dengan suara imutnya serta wajah imut yang dimiliki Aksa agar Gabriel luluh dan ingin menyuapi Aksa. "Oke, Kak Iel bakal nyuapin Aksa, tapi ngunyah nya yang cepat ya, biar nggak telat masuk sekolah." "Oke... Aaaa amm." Gabriel memasukkan sarapan Aksa dengan telaten, tidak lupa dengan canda tawa kecil. Ch
"Aksa, kenapa kamu belum tidur sayang," ucap lembut Chris mengelus lembut kepala anaknya yang masih berusia 7 tahun. "Aku terbangun pi, aku haus, ingin mengambil minum didapur." "Kamu bisa menyuruh pembantu untuk mengambilkannya." "Tidak pi, biar mereka beristirahat lagipula ini sudah malam." Wow. Anak Chris sangatlah dewasa diusianya. "Chris tidak gagal dalam mendidik anak ini," batin Gabriel. Gabriel masih terdiam menyaksikan anak dan bapak yang sedari tadi berbincang tanpa dirinya. Ya iya lah, memang Gabriel siapanya mereka, sampai bisa ikut berbincang-bincang dengan mereka berdua. "Pi dia siapa?" tanya Aksa sambil menunjuk Gabriel. Maklum dia masih kecil, anak kecil pasti jika ingin tahu sesuatu pasti sambil menunjuk kan? "Ah, dia adalah tamu kita Aksa, kau harus baik ya pada tante ini, dia menginap semalam di rumah kita." Gabriel melotot kaget saat Chris memanggilnya tante, bukankah Chris lebih
Di sini lah Chris dan perempuan yang di club tadi, di mobil Chris dengan keheningan. "Siapa namamu?" tanya Chris untuk memecahkan keheningan di dalam mobil. "Gabriel." "Nama panjang mu," tanya Chris lagi. "Nafeesa Gabriella." "Berapa umurmu?" Gabriel merasa diinterogasi. Dia juga merasa risih saat ditanya umurnya karena itu merupakan privasi Gabriel. "Kenapa kau bertanya umurku?" jawab Gabriel. "Hanya ingin tahu saja," singkat Chris. "Aku kelas 3 SMA." "Are you seriusly?" kaget Chris. Chris sangat kaget mengetahui umur Gabriel. Tiga SMA bukankah berarti Gabriel masih berusia sekitar 17 tahun? "Memang kenapa?" heran Gabriel karena pria disampingnya ini sangat terkejut saat mengatakan umurnya. "Tubuhmu tidak terlihat seperti siswi kelas 3 SMA pada umumnya." Gabriel masih belum paham dengan pria disampingnya ini, "Maksudmu apa?" tanya Gabriel tidak paham. "Tubuh
Suara dentuman keras ini memang sudah biasa bagi para pengunjung club disini. Club ini diisi oleh para pria hidung belang dan pria yang ingin membuang uang nya secara percuma dengan botol-botol yang bisa dibilang fantastis untuk harga satu botolnya. Seperti CEO bernama Chris Brandon. Seorang konglomerat dan pengusaha di Kota New York, kota terpadat di Amerika Serikat. Kita bisa bayangkan seberapa kaya keluarga Brandon. Dia memiliki sifat yang dingin, tegas, dan memiliki aura yang kuat. Masih muda dan kaya membuat banyak wanita yang ingin mendekatinya. Namun Chris tidak pernah merespon mereka satu pun. Karena Chris tau, mereka mendekati nya hanya karena uang dan ketampanan yang ia miliki. "Ada yang baru nih, gak mau nyoba Chris?" ucap sahabat Chris, Alex. "Gak! gua kesini cuma mau nenangin pikirian Al." Chris paham betul apa yang dimaksud oleh Alex. Maksud dari Alex yaitu ada pelacur baru di club ini. Chris sangat terbuka dengan