Home / Romansa / CEO LOVE ME / Salah paham

Share

Salah paham

last update Last Updated: 2021-03-09 16:36:12

"Ini maksudnya apa?" Sergah Karin kalap saat  Pasha baru saja kembali dari luar.

Langkah Pasha seketika terhenti di ambang pintu. Matanya terlihat panik saat menatapi lembaran kertas yang di acungkan Karin di udara. "Jangan marah dulu, aku bisa jelasin."

"Ini pasti ada hubungannya sama kemarin aku tiba-tiba dapet notif dari penyelenggara event kalo skript aku masuk nominasi 20 besar kan?" Karin berkata dengan menahan setengah amarahnya. "Oh... aku tahu, ternyata ini semua kerjaan kamu kan?" Bahkan matanya sudah mulai berkaca-kaca sekarang.

Pasha berjalan mendekat. "Kamu salah paham, aku bisa jelasin." Mencoba menyentuh pipi Karin tapi gadis itu segera menepis dan mundur satu langkah.

"Kamu mau jelasin apa lagi? Udah jelas ini semua pasti ada hubungannya sama kamu!" Karin berteriak. Pasha segera berbalik menatap ke arah luar ruangan kerjanya. Takut perbincangannya di dengar oleh beberapa karyawan yang sedang lembur malam ini. Ia pun segera mengambil remot di atas meja dan memencet tombolnya. Seketika semua kaca terlihat putih dan tak terlihat dari luar.

"Tapi kamu harus dengerin maksud aku dulu. Jadi kamu yang tenang, ya?"

"Gimana aku bisa tenang, aku kira berita gembira yang aku dengar kemarin itu adalah hasil dari kemampuan aku sendiri, naskahku masuk nominasi karena ku pikir karena aku emang layak. Tapi nyatanya apa? Itu semua karena kamu yang minta! Kenapa kamu ngelakuin ini ke aku? Kamu mau sengaja mempermalukan aku? Kamu sama aja kayak orang-orang tahu enggak? ngeremehin aku. Kamu pikir cuma kamu yang boleh bermimpi? Karena aku cuma hidup sebatang kara aku enggak pantes punya mimpi. Iya... gitu?! Hah...!" Kalimat itu mengalir keluar, tanpa jeda, tanpa aba-aba. Karin tak bisa menahan dengan gejolak hatinya lagi.

Pasha terdiam.

"Aku enggak pernah berharap untuk bisa bergantung sama kamu, aku masih ingin mewujudkan mimpiku sendiri. Karena aku enggak pernah bermimpi untuk jadi Cinderela yang hanya akan numpang hidup sama pangeran kaya raya kayak kamu. Atau jangan-jangan kamu mikir kalo aku emang cewek yang kayak gitu? Hah...!"

"Bukan gitu maksud aku!"

"Terus apa?"

"Aku tahu gimana impian kamu untuk bisa menjadi seorang sutradara film, berkali-kali kamu bilang itu impian besar kamu. Makanya aku berusaha wujudin itu--"

"Dengan cara curang kayak gini? Kamu sogok penyelenggara event supaya naskah aku masuk nominasi? Aku tahu naskah ku mungkin enggak bagus, tapi setidaknya biarin aku berusaha sendiri, jangan kayak gini. Kamu udah melukai harga diri aku tahu enggak?"

Pasha hanya mendesah lelah, tidak membalas kata-kata Karin.

"Kenapa enggak jawab? Jadi semua yang aku omongin ini bener?"

"Aku cuma mau bikin kamu seneng!"

"Tapi kenyataanya aku malah enggak seneng, Pasha." Karin menggeleng miris. "Aku pikir kamu satu-satu nya orang yang percaya sama kemampuan aku, saat semua orang enggak percaya sama mimpi aku, bahkan aku sendiri enggak percaya sama mimpi aku. Kamu bilang ke aku. Kalo aku harus berani bermimpi setinggi-tingginya. Kamu inget itu? Karena kata-kata kamu itu aku jadi semangat buat ngejar impian aku. Tapi sekarang apa? Kamu kayak malah baru aja nusuk aku dari belakang. Aku sakit, Pasha."

Pasha lagi-lagi menghela nafas panjang. Saat ini kepalanya seakan mau meledak. Niatnya mengajak Karin kemari untuk menghilangkan kepenatannya sejenak karena pekerjaannya yang menumpuk. Tapi yang terjadi malah seperti ini. Pasha menatap iris mata Karin.

"Harusnya kamu kalo punya impian, berusaha untuk wujudin itu ... bukan cuma berandai-andai. Orang lain di luar sana, berjuang mati-matian buat mengasah kemampuannya, mereka kurang tidur, mereka haus pengetahuan, mereka berkorban banyak hal. Sedangkan kamu. Kamu cuma ngandelin skill yang enggak seberapa tapi udah merasa bakalan bisa menguasai bidang itu. Kalo pola pikir kamu kayak gitu, jangan salah kalo kamu jadi bahan tertawaan orang!" Pasha balas menghardik Karin, "Dunia ini emang kejam, kalo kamu menganggap dunia ini baik ... kamu bakal kalah!"

"Kamu bilang kamu sedang berusaha meraih mimpi? Aku enggak liat kamu berusaha dapetin itu, kamu bilang kamu pingin hebat di bidang perfilm-an, tapi kamu malah diam di toko kue yang seharinya aja sebenernya enggak cukup buat memenuhi kebutuhan kamu. Tapi kamu tetap kekeuh buat mempertahankan itu. Hanya karena toko itu peninggalan orang tua kamu, bukannya fokus mengejar mimpi! Siapa yang lucu di sini?"

Kaget dengan kata-kata itu, Pasha tidak menyadari wajah Karin sudah mulai pucat pasi.

"Kamu tahu enggak, aku buat bisa mencapai semua yang aku punya sekarang itu enggak mudah, aku selalu fokus sama yang pingin aku raih. Dan aku sekarang punya segalanya, terus kesuksesan ku ini buat apa kalo aku enggak bisa bantu cewek yang aku suka keluar dari kesengsaraan nya. Aku itu cuma mau berbuat baik sama kamu, kamu selalu nolak tiap kali aku berusaha ngasih bantuan ke kamu secara terang-terangan. Bahkan kamu pikir siapa yang diam-diam bayar kekurangan cicilan ruko kamu? Itu aku. Karena aku yakin kamu enggak akan sanggup bayarnya. Buat makan aja kamu susah. Mau sok-sok an jadi cewek yang kuat. Kalo sekiranya enggak mampu itu ... Ya jangan gengsi buat minta bantuan, atau terima bantuan dari orang lain."

Rasanya seperti di siram air keras. Karin tidak menyangka jika Pasha akan mengatakan semua hal itu dengan telak. Keheningan seketika melingkupi seluruh ruangan seperti di kungkung di ruangan yang kedap suara. Karin menatap Pasha lama, pria itu buru-buru memalingkan muka dan mengusap wajahnya  penuh sesal karena tak bisa mengontrol perkataanya juga uneg-uneg yang di pendam nya selama ini.

"Jadi selama ini kamu mikir kayak gitu? Kenapa enggak bilang?"

Pasha berbalik. "Aku enggak mak--" Kalimatnya terputus. Semua sudah terlanjur.

"Kalo kamu bilang, aku bisa sadar lebih awal." Karin tersenyum getir. "Aku sadar kalo aku ini sebenernya, enggak pantes buat punya hubungan sama kamu, kita enggak cocok dalam segala hal."

"Karin, kamu ngomong apa, sih?"

Karin menarik nafas menahan tangisnya yang hampir tumpah. "Lebih baik kita selesai sampai disini. Kita itu enggak cocok dalam segala hal. Ups...!" Karin pura-pura menutup mulutnya dengan satu tangan. "Bahkan aku lupa kalo kita enggak pernah punya hubungan apa-apa sejak awal. Kamu bisa bebas kok milih cewek mana aja yang kamu mau. Kamu cowok yang sempurna, enggak pantes temenan sama cewek kayak aku. Hahaha ... selama ini aku terlalu percaya diri ya! Bodoh!" Karin menyeka air matanya hingga ealiner-nya luntur, dan itu pasti terlihat menyedihkan di depan Pasha.

"Karin, aku enggak maksud gitu."

Rasanya seperti ada batu besar yang menghantam kepala Karin hingga membuatnya kian tersadar, bahwa ada tembok penghalang antara dirinya dan Pasha. "Maka nya sejak awal aku pingin kita temenan aja, tapi kamu seolah mengikat aku. Kamu selalu ingin aku ngikutin kemauan kamu. Sampai kamu ngeremehin aku kayak gini. Aku tahu kamu sebenernya malu kan jalan sama cewek menyedihkan kayak aku? Tapi aku juga enggak pernah berharap tuh kamu bakalan tertarik sama aku?" Karin tertawa lagi. Merasa ironi dan getir akan kehidupannya sendiri. Padahal dia memang tak pernah bermaksud untuk bermimpi menjadi Cinderela. Dia hanya ingin jadi wanita yang tangguh dan mandiri. Kenapa tiba-tiba datang sosok pangeran yang malah merusak mimpinya itu. Menjatuhkannya dengan kata-kata semenyakit kan itu.

"Aku enggak suka kamu ngomong gitu. Aku cuma pingin kamu berubah dan enggak keras kepala lagi kayak gini."

Karin mengangguk tak peduli. "Makasih untuk semuanya, dan makasih untuk kata-katanya." Karin melangkah pergi dengan tubuh lelah luar biasa.

Pasha berniat mengejarnya, namun seorang karyawan masuk ke ruangannya dan menahan langkahnya. "Maaf, pak. Anda harus ke bagian server engine, sepertinya ada masalah. Tolong bapak bantu cek."

Pria itu menghela nafas berat, memandangi Sosok Karin yang sudah menghilang dari pandangannya. Baru pertama kali ini Pasha merasa sangat bersalah pada seorang wanita. Hubungan emosionalnya dengan Karin begitu dekat.

BERSAMBUNG.

Related chapters

  • CEO LOVE ME   Masih Kesal

    Karin tidak tahu ada di mana. Dia hanya berjalan mengelilingi kota Jakarta, dengan menaiki satu busway ke busway lainnya. Hanya untuk meredakan hatinya yang seolah remuk redam. Ponselnya sengaja ia matikan sejak keluar dari kantor Pasha tadi. Entah sudah berapa orang melihatnya, mungkin mereka berpikir bahwa Karin terlihat seperti orang yang menyedihkan dan mengenaskan. Tepat hampir jam 11 malam, dan merasa sangat kelelahan, Karin akhirnya kembali pulang ke rukonya. Terduduk lemas di lantai dua. Dan baru tersadar kalo seharian ia belum sempat makan apa-apa, hanya sepotong kue dan secangkir teh tadi pagi. Karin melepaskan jaket Pasha yang masih melekat di tubuhnya.Tubuhnya kembali menggigil kedinginan karena sepertinya hujan di luar kembali mengguyur. Ia menatap ke sekeliling rumahnya dengan muram. Cat tembok yang sudah mulai kusam dan mengelupas, tetesan air hujan membuatnya mendongak, atapnya pun sudah mulai bocor. Karin segera beranjak dari duduknya dan mengambil seb

    Last Updated : 2021-03-10
  • CEO LOVE ME   Pergi Ke Makam

    "Aku udah janji buat nganter kamu ke pemakaman orang tua kamu minggu ini." Karin tidak menyangka Pasha masih ingat tentang janjinya itu, dan dirinya sendiri bisa-bisanya malah lupa."Enggak usah, aku masih bisa sendiri." Sahut Karin yang masih belum ingin menurunkan ego-nya."Enggak bisa gitu dong. Kamu sendiri yang bilang minta di temenin. Aku udah terlanjur kosongin semua jadwal ku hari ini." Karin terdiam, dia tahu dia tak mungkin menang berdebat dengan Pasha jika harus menyangkut soal prinsip. Sadar bahwa akan terasa percuma beradu argument dengan pria itu. Akhirnya Karin terpaksa menurut.***Sudah hampir setengah jam Pasha menunggu Karin di ruang tengah. Dia kikuk tidak tahu harus melakukan apa. Biasanya jika Karin terlalu lama di kamar, dia akan menghampiri gadis itu dan mencoba untuk memperingatkan agar melakukan segala hal dengan cepat. Karena waktu setiap detiknya adalah hal yang berharga. Namun kali ini tidak, ada suatu hal yang menghalan

    Last Updated : 2021-03-10
  • CEO LOVE ME   Kecewa

    Bukannya melajukan mobilnya ke jalan pulang. Pasha malah mengarahkan kendaraanya ke daerah setu babakan. Karin yang sejak tadi diam, sontak bertanya. "Ngapain kesini? Katanya kamu tadi buru-buru karena ada meeting dadakan.""Aku mau ngajak kamu makan disini. Biarin lah, kan aku bos-nya." Karin seketika memutar bola mata malas ketika Pasha bicara demikian sambil cengengesan."Aku pingin makan di rumah aja.""Udah terlanjur kesini, ya harus temenin aku makan lah.""Idih ... pasti maksa.""Biarin, kamu sebenernya suka, kan?"Pasha tersenyum karena merasa menang dan membuat Karin mau menuruti keinginannya lagi.Pasha memarkirkan kendaraan dan segera turun. Dengan sangat terpaksa Karin turut mengekor di belakangnya. Sebenarnya Karin benci tempat ini. Karena itu akan mengingatkannya pada seseorang. Cowok dari masa lalu yang membuat tikaman te

    Last Updated : 2021-03-10
  • CEO LOVE ME   Sedih

    Karin membuka pesan di ponselnya sesampainya di rumah. Seperti ada yang kurang. Tak ada satupun notif pesan dari Pasha. Bahkan bekas chat dirinya dan Pasha sudah bersih semua. Dan lebih parahnya lagi. Pria itu memblokir semua akun sosial medianya. Dan hanya ada satu pesan tersisa di What sapp. Sepertinya itu pesan terakhir sebelum akun-nya benar-benar di block."Aku seorang yang kejam soal perasaan. Aku pikir selama lima bulan ini cukup untuk aku bersabar. Menghadapi sikap egois kamu, moody-an kamu. Tapi kali ini tidak lagi. Terserah kalo kamu enggak bisa percaya sama aku lagi. Terserah kalo mau anggep aku cowok playboy atau apalah. Aku udah enggak peduli. Aku cuma mau bilang sama kamu. Kalo cara kamu kayak gitu terus. Selamanya kamu akan tetap sendirian. Udah, itu aja. Nanti kalo pun kita enggak sengaja ketemu di jalan. Aku juga akan pura-pura enggak kenal sama kamu. Dan jangan salahin aku kalo aku beneran lupain kamu, mungkin saat itu aku udah sama yang lain. Sel

    Last Updated : 2021-03-10
  • CEO LOVE ME   Merasa kehilangan

    Raut wajah muram Pasha, cukup membuat ketegangan di kantor First Tama Group sejak tiga hari berturut-turut. Para karyawan terlihat saling berbisik satu sama lain, saling bertanya, apa yang membuat wajah bos-nya itu kusut seperti baju belum di setrika. "Mungkin aja, dia baru putus dari pacarnya," tebak salah satu karyawannya, Indah. "Tahu kan cewek yang pernah di ajak ke kantor malem-malem waktu itu?" Ucapnya lagi berusaha mengumpulkan teka-teki."Yang mana? Mbak Andrea?"Sahut Yeni makin kepo. Andrea adalah wanita yang bisa di bilang paling dekat dengan Pasha beberapa tahun terakhir ini. Tapi tidak ada yang tahu kejelasan status mereka itu sebenarnya apa.Bobi tiba-tiba muncul dari arah belakang Yeni dan memukul puncak kepala wanita itu menggunakan gulungan kertas. "Awh!""Gosip mulu pagi-pagi. Udah sono lanjut kerja.""Ih, apaan sih, dasar tukang nguping," dengus Yeni."Gue enggak nguping, tapi suara Lo udah kayak toak sampe kedengeran

    Last Updated : 2021-03-13
  • CEO LOVE ME   Kangen

    Pasha baru saja tiba di apartement-nya setelah lelah seharian bekerja. Sembari membuka kancing teratas kemejanya ia membanting tubuhnya sendiri di atas sofa biru bergaya scandinovian. Nafasnya sedikit tersengal, kemudian ia mengambil posisi rebahan sambil menyalakan ponselnya. Di layar awal langsung terpampang foto Karin yang sedang tersenyum. Sudah sejak sebulan yang lalu foto wanita itu menjadi wallpaper HP-nya. Karin adalah wanita pertama yang membuat Pasha mau melakukan itu tanpa di dominasi dari siapapun. Tidak juga Andrea."Pasha sayang, lagi apa?""Kamu udah makan belum?""Eh, iya deh yang bos... Sok sibuk, Huh....""Wait, ya, sayang, biasalah aku lagi kerja, lagi ngecoding. Kamu kangen ya?"Sudut-sudut bibir Pasha tertarik ke atas saat membaca ulang chat dari Karin dan dirinya yang sudah sempat ia screen shot sebelum sempat menghapus semuanya.Sudah h

    Last Updated : 2021-03-14
  • CEO LOVE ME   Mencoba menghilangkan kenangan

    Waktu adalah hal terkejam, kadang bisa menyerupai iblis yang tak memiliki belas kasihan. Berlalu begitu saja tanpa peduli pada orang-orang yang memintanya untuk berhenti bergerak. Dia bisa mengambil semua orang tersayang tanpa memberi peringatan, tanpa firasat, hingga satu-satunya yang tersisa hanyalah kenangan. Namun, waktu juga bisa menjadi perawat luka yang bisa menyembuhkan. Membantu berpijak, sedikit demi sedikit, hingga mampu kembali berdiri tegak. Seperti hal nya Karin, ia sedang berusaha menata hidupnya kembali.Ternyata, kehilangan Pasha bukan hal sepele dalam hidupnya. Bayangan pria itu seolah masih saja mengikutinya kemanapun ia pergi. Menghilangkan kebiasaan lama bukanlah perkara mudah. Kadang Karin masih sering terbangun di tengah malam, hanya untuk mengecek ponsel, berharap ada telepon masuk, atau hanya sekedar pesan chat untuk berbagi cerita. Dia juga kadang masih ingin mengirim pesan, hanya untuk mengingatkan makan siang. Karena Pasha adalah tipe wo

    Last Updated : 2021-03-16
  • CEO LOVE ME   Bertemu Andrea

    Aroma kopi memenuhi Indra penciuman Pasha ketika ia memasuki kedai kopi langganannya yang letaknya tak jauh dari gedung kantor. Biasanya ia meminta Indah yang memesan, tapi kali ini Pasha ingin pergi keluar, menghirup udara segar. "Mas, ekspresso satu.""Eskpresso? Pasti anda seorang pekerja keras."Pasha tersenyum, tidak menggubris barista yang mencoba mengajaknya bicara, ia lebih memilih duduk di salah satu kursi. Dia pernah membaca sebuah artikel jika karakter seseorang bisa di lihat dari jenis kopi kesukaannya. Misalnya orang yang menyukai capucinno adalah orang yang suka bersosialisasi, penggemar kopi latte adalah orang yang suka memberi perhatian, atau ekspresso yang identik dengan seorang pekerja keras karena memiliki rasa yang pahit dan tajam, sehingga membuat tubuh bisa terjaga instan."Hai, Pasha?" Sebuah suara membuat Pasha mendongak, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu menarik kursi dan duduk di hadapannya sebelum sempat di persi

    Last Updated : 2021-03-16

Latest chapter

  • CEO LOVE ME   Mengulang kenikmatan.tanpa Pasha

    Waktu terus bergulir, tak terasa sudah hampir tiga bulan Karin tak lagi mendengar kabar berita tentang Pasha, hati nya kini jauh lebih kuat dari yang ia duga, perasaanya pada cowok itu nyaris memudar meski belum sepenuh nya. Entah kenapa, ada setitik perasaan yang membuat Karin benar-benar rela menghilangkan nama itu dalam hati nya, apakah ini cinta?Entahlah, Karin tak pernah yakin akan hal itu, yang Karin tahu, dirinya dan Pasha jauh sangat berbeda, perbedaan kasta di antara keduanya bagai langit dan bumi, dan itu selalu menghalangi Karin untuk menerima perasaan yang sebenar nya, bayangan kekecewaan lebih dulu menghantuinya sebelum kata cinta itu terucap, Karin tidak tahu, harus berapa lama lagi dia memendam semua nya sendirian, meski kadang Pasha sudah berulang kali meyakinkan cinta nya terhadap nya, tapi bagi Karin semua itu tidak lah cukup untuk membunuh semua keraguan nya, rasa takut akan kekecewaan lebih besar menguasai diri nya.Sebenar nya ketakuta

  • CEO LOVE ME   Editor baru

    Karin memandangi ponsel nya, dua hari yang lalu dia mencoba untuk pindah plat form kepenulisan, sudah beberapa bulan terakhir ini dia tidak mendapatkan kontrak eksklusif dimanapun. Entah apa yang terjadi, rasa nya Karin ingin menyerah saja, namun jika melihat kembali tekad nya, mimpi-mimpi nya, tentang keinginan untuk bisa berdiri sendiri di atas kaki nya, Karin tentu saja belum ingin menyerah. Di sisa semangat nya, Karin mencoba menulis lagi di plat form lain, berharap ada titik terang. Ting! Terdengar satu pesan masuk dari WA nya. Karin buru-buru pindah ke aplikasi tersebut untuk menilik siapa si pengirim pesan. "Kak Marvel?" Pekik nya lirih. Ya... Dia adalah editor baru Karin, dan kebetulan dia juga editor baru, sebelum nya Karin di bawah asuhan Kak Siska, namun karena anak asuh kak Siska sudah overload, naskah synopsis yang sudah Karin kirim di pindah alih pada Kak Marvel. "Oh iya, Karin, coba deh kamu cek email kamu, saya sudah coba k

  • CEO LOVE ME   Melepaskan untuk sementara waktu

    Begitu sampai di apartement nya, Pasha sudah di sambut dengan kehadiran Andrea yang tiba-tiba sudah muncul di depan pintu apartement nya. Entah sudah beberapa lama wanita itu berdiri di sana, yang jelas saat ini sudah hampir lewat tengah malam. Pasha paham betul diapa Andrea, orang yang suka nekad. Sudah beberapa hari ini Pasha sengaja menghindari wanita itu. Dan ini puncak nya, saat pria itu terasa tak bisa di hubungi, Andrea akan nekad mendatangi nya.Pasha mengalihkan pandangan nya ke segala arah, tadi nya ingin pergi menghindar saja, namun mata Andrea sudah mengunci nya, sekarang ia terpaksa harus menghadapi wanita itu."Kamu kemana aja?" Andrea menyilang kan tangan nya ke dada, menarik napas, mencoba menahan emosi nya."Sibuk.""Sibuk apa? Sibuk sama cewek kampung itu?" Tuduh Andrea yang kini tak bisa menahan kemarahan yang sudah berusaha ia redam beberapa hari ini."Kalau iya, kamu mau apa?" Pasha paling tidak suka dengan orang yang bicara dengan

  • CEO LOVE ME   Ungkapan hati Pasha

    Berbagi cerita dengan ibu nya setiap malam, adalah hal yang paling Karin tunggu, dia sangat merindukan ibu nya, berharap, saat ia bangun pagi, dia mencium aroma masakan dan menemukan ibu nya ada di dapur, namun kenyataan perih seakan menghantam nya. Dia tidak akan menemui saat-saat seperti itu lagi, semua hanya tinggal kenangan, dan yang tersisa hanya kesedihan. Karin sedih, ia merasa sangat sendirian.Demi melegakan hati nya yang tiba-tiba terasa sesak, ia berjalan ke arah jendela, membukanya dan sengaja membiarkan angin malam membelai wajah nya. Kini, tatapannya sendu menatap langit tanpa bintang. Selama ini, Karin sudah cukup menahan rasa sakit dan kesepian, kadang ia tak ingin memikirkannya, namun saat malam tiba, seperti malam-malam sebelum nya, semua kenangan indah bersama kedua orang tua nya, diam-diam menyusup ke dalam ruang hati nya yang hampa, dan di saat seperti itu lah, Karin baru menyadari, betapa kesepian dan menyedih kan nya hidup nya.Suara mo

  • CEO LOVE ME   Main Sindir-sindiran

    Alunan musik memenuhi ruang kantor Pasha. Cowok itu duduk bersandar di singgasananya dengan mata terpejam, mencoba menikmati setiap alunan musik yang mengalun merdu di telinga nya. Ia sedang butuh inspirasi untuk fitur baru sosial media nya. Sekarang ia sedang mendengarkan musik anime, musik kesukaan Karin. Entah kenapa, gadis itu seolah terus saja memenuhi kepalanya, juga ruang di hati nya. Dulu, ia enggan jika harus mengikuti hobi orang lain, tapi Karin, sedikit demi sedikit bisa mempengaruhinya, bahkan dia sampai mau mendengarkan musik yang menurutnya sama sekali bukan seleranya. Ternyata lagu anime yang ia dengarkan, sungguh enak di dengar. Mengingat kan semua kenangannya saat bersama Karin."Tumben banget si bos setel musik lagu jepang." Celetuk Indah yang baru saja keluar dari ruangan Pasha sehabis mengantar laporan."Masa' sih? Tumben, biasanya kan si bos paling anti lagu-lagu selain indonesia, dia pokok nya paling anti kalau bukan yang berbau Indone

  • CEO LOVE ME   Gara-gara postingan

    "Aku enggak apa-apa kok," kata nya dengan suara parau."Jangan bohong deh, kak. Jrlas-jelas Lo nangis, cerita aja, ada apa?"Mendengar Sisil bicara demikian, Karin merasa tidak tahan dan akhir nya tangis nya pun pecah. Sisil pun segera menarik nya dalam pelukan nya. "Pasti gara-gara kak Pasha lagi, ya? Sabar ya, kak? Kan Lo udah putusin buat move on, jadi Lo enggak boleh lemah dong!" Bujuk Sisi lagi sembari mengusap rambut Karin lembut.Karin hanya mengangguk dan terus terisak, "bukan salah dia kok, Sisil, kayak nya emang aku nya aja yang bodoh, aku nya yang enggak ngaca dan enggak tahu diri. Harus nya aku tahu diri dari awal, dia siapa, aku siapa. Aku jelas enggak pantas buat dia, terbukti kan, dia balikan lagi sama mantan nya yang menurut dia sepadan sama dia."Sisil melepas pelukannya, dan mengusap air mata Karin yang masih bercucuran, "hush... Kakak enggak boleh ngomong gitu, kakak enggak boleh ngerendahin diri kakak sendiri. Kita sama-sama manu

  • CEO LOVE ME   Tidak sengaja bertemu

    Pasha kembali ke kantor dengan mood nyaris berantakan. Apa yang baru saja ia katakan pada Andrea? Sesaat ia merasa menyesali keputusannya. Menurutnya ia terlalu tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu, bagaiman ini? Bukannya mengurangi beban masalah, dadanya seolah bertambah sesak karena menambah masalah baru. Salah sendiri kenapa mengambil keputusan dalam keadaan hati yang kacau.Bunyi ponsel yang berdering membuyarkan lamunannya saat hendak memasuki ruang kerjanya. Pasha segera meraih benda kotak pipih tersebut dari saku kemeja hitamnya. Satu panggilan tak terjawab dari sahabatnya-Hisyam terpampang di layar. Pasha mendengus, tiba-tiba dadanya terasa bergemuruh, bukan karena tak sempat mengangkat teleponnya. Namun karena ada foto Karin yang sedang tersenyum menghiasi layar. Padahal sudah dua bulan berlalu, tapi Pasha belum ingin mengganti foto itu. Entahlah.Tak lama ponselnya kembali berdering."Halo...." Sapa nya pada orang di seberang sana setelah berhasil

  • CEO LOVE ME   Bertemu Andrea

    Aroma kopi memenuhi Indra penciuman Pasha ketika ia memasuki kedai kopi langganannya yang letaknya tak jauh dari gedung kantor. Biasanya ia meminta Indah yang memesan, tapi kali ini Pasha ingin pergi keluar, menghirup udara segar. "Mas, ekspresso satu.""Eskpresso? Pasti anda seorang pekerja keras."Pasha tersenyum, tidak menggubris barista yang mencoba mengajaknya bicara, ia lebih memilih duduk di salah satu kursi. Dia pernah membaca sebuah artikel jika karakter seseorang bisa di lihat dari jenis kopi kesukaannya. Misalnya orang yang menyukai capucinno adalah orang yang suka bersosialisasi, penggemar kopi latte adalah orang yang suka memberi perhatian, atau ekspresso yang identik dengan seorang pekerja keras karena memiliki rasa yang pahit dan tajam, sehingga membuat tubuh bisa terjaga instan."Hai, Pasha?" Sebuah suara membuat Pasha mendongak, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu menarik kursi dan duduk di hadapannya sebelum sempat di persi

  • CEO LOVE ME   Mencoba menghilangkan kenangan

    Waktu adalah hal terkejam, kadang bisa menyerupai iblis yang tak memiliki belas kasihan. Berlalu begitu saja tanpa peduli pada orang-orang yang memintanya untuk berhenti bergerak. Dia bisa mengambil semua orang tersayang tanpa memberi peringatan, tanpa firasat, hingga satu-satunya yang tersisa hanyalah kenangan. Namun, waktu juga bisa menjadi perawat luka yang bisa menyembuhkan. Membantu berpijak, sedikit demi sedikit, hingga mampu kembali berdiri tegak. Seperti hal nya Karin, ia sedang berusaha menata hidupnya kembali.Ternyata, kehilangan Pasha bukan hal sepele dalam hidupnya. Bayangan pria itu seolah masih saja mengikutinya kemanapun ia pergi. Menghilangkan kebiasaan lama bukanlah perkara mudah. Kadang Karin masih sering terbangun di tengah malam, hanya untuk mengecek ponsel, berharap ada telepon masuk, atau hanya sekedar pesan chat untuk berbagi cerita. Dia juga kadang masih ingin mengirim pesan, hanya untuk mengingatkan makan siang. Karena Pasha adalah tipe wo

DMCA.com Protection Status